Anda di halaman 1dari 7

Nama : Anisah Fadhilah Madjid

NIM : K011181368
Manajemen Logistik

Tugas Pengganti Final

1. Judul : “ Sistem Perencanaan Logistik Obat Di Puskesmas”


Jurnal : Window of Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 3 No. 3 (Juli, 2020)
Penulis : Putri Permatasari, Rafiah Maharani Palungan, Marina Ery Setiawati
Referensi : Permatasari, P., Pulungan, R. M., & Setiawati, M. E. (2020). Sistem Perencanaan
Logistik Obat Di Puskesmas. Window of Health: Jurnal Kesehatan, 193-201.
https://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/262/115

Latar Belakang Penelitian:


Adanya manajemen di dalam pengelolaan obat di Puskesmas merupakan aspek
terpenting yang harus dimiliki, sebab ketidak adanya manajemen dalam pengelolaan obat
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap biaya operasional Puskesmas itu sendiri,
ketersediaan obat di pelayanan kesehatan itu merupakan kewajiban dan kebutuhan. Karena
ini merupakan indikator kinerja Puskesmas secara keseluruhan. Tujuan manajemen obat
adalah didapatkannya kebutuhan obat yang tepat dan sesuai serta bermutu. Adapun
beberapa kegiatan di dalam perencanaan terdiri atas pemilihan/seleksi obat, kompilasi
pemakaian obat, perhitungan kebutuhan obat, proyeksi kebutuhan obat.
Pemakaian obat di Puskesmas Cikulur Kabupaten Lebak belum sesuai dengan
kebutuhan sebenarnya, masih banyak terdapat jenis obat yang memiliki jumlah sisa stok
yang berlebih dan obat yang kurang. Sulitnya memilih item obat menjadi kendala dalam
pemilihan obat sehingga masih ditemukannya obat yang memiliki khasiat yang sama dalam
jumlah yang banyak di perencanaannya. Masih ada beberapa jenis obat yang diminta
jumlahnya tidak sesuai dengan yang diterima.

Metode Penelitian:

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian


deskriptif evaluation study yang dilakukan untuk menilai suatu program yang sedang atau
sudah dilaksanakan. Sumber informasi dalam penelitian ini adalah informan yang berjumlah
empat orang, terdiri atas 2 orang informan utama (Penanggung Jawab Gudang Obat dan
Petugas Apotek), dan 2 informan pendukung yaitu Kepala Puskesmas dan Dokter.
Hasil dan Pembahasan:
- Informasi Mengenai Sistem Perencanaan Kebutuhan Obat
Perencanaan obat berdasarkan pemakaian di tahun sebelumnya dengan cara
berkoordinasi semua yang terlibat dalam perencanaan obat di Puskesmas, kemudian
mengumpulkan permintaan dan kebutuhan obat dari masing-masing poli, diadakan
pertemuan dan dibuatlah perencanaan. Perencanaannya disesuaikan dengan dana yang ada.
Adapun proses perencanaannya terdiri dari tahap pemilihan obat, kompilasi pemakaian
obat, perhitungan obat, dan tahap proyeksi kebutuhan obat. Apabila perencanaan obat tidak
dilaksanakan dengan baik maka akan menyebabkan terjadinya kekosongan dan kelebihan
obat yang dibutuhkan, sehingga terhambatnya pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas.
Adapun beberapa kriteria sebagai acuan dalam pemilihan obat yaitu obat
merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit, obat memiliki keamanan
dan khasiat yang didukung dengan bukti ilmiah, obat memiliki mutu yang terjamin, biaya
pengobatan memiliki rasio antara manfaat dan biaya yang baik, paling lengkap data
ilmiahnya dan farmakokinetiknya menguntungkan, mudah diperoleh dan harga terjangkau,
obat sedapat mungkin sediaan tunggal.
- Informasi Mengenai Sistem Kompilasi Pemakaian Obat

Kompilasi pemakaian obat di Puskesmas Cikulur Kabupaten Lebak diketahui bahwa


data pemakaian obat harian setiap unit merupakan salah satu faktor penting dalam
mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat karena dengan data pemakaian obat
harian dapat diketahui apa obat yang paling banyak dipakai tiap bulannya. Data ini sangat
penting, sehingga ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas Cikulur akan berpengaruh
terhadap perencanaan kebutuhan obat. Untuk proses perencanaan obat per tahun
digunakan data rekapan per tahun (LPLPO) dari bulan Januari sampai dengan Desember.

Dari data LPLPO itu lah terlihat berapa jumlah sisa stok, jumlah pemakaian, dan
jumlah Pengeluaran. Jumlah dari seluruh pemakaian obat di Puskesmas juga dilihat dari data
catatan pemakaian obat puskesmas, resep-resep obat yang ditulis dokter, dan dari stok akhir
obat atau kartu stok. Sedangkan cara evaluasi obat yang terpakai dan tidak terpakai dengan
melihat jenis dan jumlah pemakaian. Data yang diperoleh dapat digunakan sebagai sumber
data untuk menentukan dan menghitung kebutuhan obat tahun mendatang.
- Informasi Mengenai Sistem Perhitungan Kebutuhan Obat

Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan dengan menggunakan metode


konsumsi adapun faktor yang perlu diperhatikan yaitu: pengumpulan dan pengolahan data,
analisa data untuk informasi dan evaluasi, perhitungan perkiraan kebutuhan obat,
penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana yang tersedia.

Namun berdasarkan wawancara mendalam bahwa proses perhitungan kebutuhan


obat di Puskesmas Cikulur Kabupaten Lebak diketahui bahwa perhitungan dilakukan dengan
menggunakan metode konsumsi dan ditambah buffer stok 10%.

Jumlah kunjungan sangat berpengaruh terhadap jumlah obat yang harus disediakan.
Data dan informasi jumlah tiap penyakit harus diketahui dengan tepat, sehingga dapat
digunakan sebagai dasar dalam perhitungan kebutuhan obat.

- Informasi Mengenai Sistem Proyeksi Kebutuhan Obat

Proyeksi kebutuhan obat dilakukan untuk menetapkan rancangan kebutuhan obat


tahun yang akan datang dari total keseluruhan kebutuhan yang ada dilihat dari data
pemakaian obat tahun sebelumnya. Di Puskesmas Cikulur kegiatan dalam proyeksi sudah
dilakukan namun ada terdapat kendala jika kebutuhan obat yang diperhitungkan tinggi,
sedangkan permintaan obat yang diusulkan puskesmas tergantung dari anggaran dana, jika
kebutuhan tinggi tetapi anggaran dananya tidak begitu besar, maka obat yang diterima
volumenya mungkin dikurangi. Permintaan yang diusulkan diterima tergantung persetujuan
dari Kepala Dinas Kesehatan.

Kegiatan yang harus dilakukan pada tahap proyeksi adalah menetapkan rancangan
stok akhir periode mendatang, menghitung rancangan pengadaan obat periode tahun yang
akan datang, menghitung rancangan anggaran untuk total kebutuhan dengan melakukan
analisis ABC-VEN, menyusun prioritas kebutuhan dengan anggaran yang tersedia, dan
menyusun prioritas kebutuhan berdasarkan 10 besar penyakit serta pengalokasian
kebutuhan obat per sumber anggaran.

Kesimpulan:
Sulitnya memilih item obat menjadi kendala dalam pemilihan obat, karena
pemilihan tidak menggunakan kriteria dasar seleksi pemilihan obat hanya berdasarkan obat
generik dari Dinas Kesehatan, sehingga masih terdapat duplikasi obat dan pembagian kerja
dalam perencanaan obat yang masih perlu diperbaiki lagi. Apotekernya melakukan stok
opname nanti dihitung berapa obat yang terpakai, berapa obat sisa, dan berapa obat yang
expired; Perhitungan Kebutuhan Obat yang dilakukan oleh penanggung jawab gudang obat
dengan menggunakan metode konsumsi belum tepat dan belum menggabungkan antara
metode konsumsi dan metode epidemiologi, sehingga masih terjadi masalah kekurangan
obat. Proyeksi Kebutuhan Obat direncanakan dengan menetapkan stok akhir dan kemudian
ditambah buffer stok sekitar 10-30 %, obat yang direncanakan tergantung dengan dana yang
ada dan disetujui dari kepala dinas. Tetapi dalam rencana pengadaannya di puskesmas
masih terdapat kekurangan dan kelebihan obat.

2. Judul : “Analisis Pengadaan Alat Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Padang
Pariaman Tahun 2017”
Jurnal : Kesehatan Andalas. Vol 7, page 9-16. :
Penulis : Jon Kenedi, Dasman Lanin, Zukarnain Agus
Referensi : Kenedi, J., Lanin, D., & Agus, Z. (2018). Analisis Pengadaan Alat Kesehatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Padang Pariaman Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Andalas, 7, 9-
16. https://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/818/674

Pendahuluan :
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan dan gawat darurat.1 Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang profesional,
bermutu dan berkesinambungan rumah sakit perlu didukung dengan ketersedian alat
kesehatan yang memenuhi standar, peralatan tersebut terdiri dari peralatan medis untuk
instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat operasi, persalinan,
radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi, dan
kamar jenazah. Untuk mendapatkan alat kesehatan yang sesuai kebutuhan, memenuhi
standar dan optimal dalam pemanfaatan maka diperlukan manajemen logistik alat
kesehatan yang baik. manajemen logistik di rumah sakit didefinisikan sebagai suatu proses
pengolahan secara strategis terhadap pengadaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemantauan persediaan bahan (stock, material, supplies, inventory dan lain-lain) yang
diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit.

Metode Penelitian :
Pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, telaah dokumen dan Focus
Group Discussion (FGD). Analisis data dengan membuat transkrip data, mereduksi data,
penyajian data dan mengambil kesimpulan. Validasi data dengan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik.

Hasil Penelitian :
a. Komponen input
 Kebijakan (SOP)
Kebijakan (SOP) dalam pengadaan alat kesehatan di RSUD Padang Pariaman
mengacu pada Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit dan juga pada Sistem
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Namun RSUD Padang Pariaman
belum menuangkan dalam bentuk operasional (SOP) atau protap dalam
pelaksanaan pengadaan alat kesehatan.
 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam pengadaan alat Kesehatan di RSUD Padang
Pariaman 2017. bahwa secara kuantitas sumber daya manusia pelaksana
pengadaan alat kesehatan di RSUD Padang Pariaman belum memenuhi
kebutuhan, sedangkan secara kualitas sudah memenuhi kualifikasi sebagai
petugas pelaksana pengadaan alat kesehatan.
 Dana
Dana pelaksanaan pengadaan alat kesehatan sebahagian besar bersumber
dari APBN melalui Kepmenkes yang berbentuk Dana Alokasi Kusus dan yang
bersumber dari APBD berbentuk Dana Alokasi Umum (DAU) masih kurang.
 Sarana prasarana
Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pengadaan alat kesehatan belum
tersedia, kegiatan proses pengadaan dilakukan dengan mengunakan sarana
dan fasilitas yang ada pada masing-masing jabatan strukturalnya.
b. Komponen proses
 Perencanaan
Perencanaan penentuan kebutuhan dimulai dari permintaan kebutuhan dari
masing-masing instalasi atau user direkap dan dibahas dengan bidang
pelayanan, bidang penunjang, perencanaan dan tata usaha untuk
menentukan prioritas berdasarkan pada permenkes nomor 56 tahun 2014,
selanjutnya untuk yang mengunakan dan APBN atau DAK diajukan usulan
prosposal ke bidang perencanaan untuk penyesuaian prioritas dengan menu
alat kesehatan yang tersedia pada menu DAK, kalau tidak tersedia priotas
kebutuhan rumah sakit pada menu tersebut akan dialihkan pada kebutuhan
yang bukan prioritas yang tersedia pada menu pilihan alat kesehatan yang
ada pada menu DAK.
 Pengadaan
Pelaksanan pengadaan alat kesehatan di RSUD Padang Pariaman
dilaksanakan setelah daftar pelaksanaan anggaran keluar, maka PPK
medaftarkan rencana umum pengadaan ke unit layanan pengadaan (ULP)
selanjutnya pejabat pembuat komitmen atau pejabat pengadaan melakukan
pemilihan penyedia dengan E- Purchasing melalui E-catalogue.
 Penerimaan
Penerimaan/pemeriksaan dilakukan oleh panitia penerima yang salah
satunya anggotanya mempuayai keahlian bidang eletromedik. Pemeriksaan
diawali dengan instalisasi alat, pemeriksaan administrasi alat dan dilakukan
uji fungsi alat.
c. Komponen output
Masih adanya penyedian pengadaan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan rumah sakit atau user dan masih adanya penyediaan alat kesehatan
tersebut yang belum dapat dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan di RSUD
Padang Pariaman.

Kesimpulan :
Proses pengadaan alat kesehatan di RSUD Padang Pariaman dilihat pada pendekatan sistim
pada komponen input kebijakan (SOP), SDM, dana dan sarana belum sepenuhnya memenuhi
syarat, pada komponen proses belum sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Peralatan
Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan; 2015. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang
Medik dan Sarana Kesehatan dan Pada komponen output pelaksanaan pengadaan alat
kesehatan di RSUD Padang Pariaman belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan rumah
sakit dan user.

Anda mungkin juga menyukai