Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH FARMAKOEKONOMI

NAMA : DION FAHCRUL ROZI

NIM : 144820120024

MK : FARMAKOEKONOMI

KELAS : VA

DOSEN PENGAMPU : Apt. Retna Icha Lanipi, M. Farm.


A. Identitas jurnal 1

Nama penulis : Syukriati Chaira, Erizal Zaini, Trisfa Augia

Tahun terbit : 1 November 2016

Issn/vol : (p- ISSN: 2407-7062 | e-ISSN: 2442-5435) / Vol. 03 No. 01

Judul : Evaluasi Pengelolaan Obat pada Puskesmas di Kota Pariaman

B. Pendahuluan

Obat merupakan suatu komponen esensial yang harus tersedia di sarana pelayanan kesehatan termasuk
puskesmas, obat merupakan bagian hubungan antara pasien dan sarana pelayanan kesehatan, karena
tersedia atau tidaknya obat di sarana pelayanan kesehatan akan memberikan dampak positif atau
negatif terhadap mutu pelayanan. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Sumatera Barat
menyatakan bahwa penetapan anggaran biaya obat semua kabupaten/kota terlalu tinggi, bahkan bisa
mencapai 218 % lebih tinggi dari biaya riil perkunjungan meskipun ada naik turunnya. Hal ini karena
persentase penggunaan obat terus menurun, maka perlu dilakukan evaluasi pengelolaan obat mulai dari
perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, penggunaan, pendistribusian, pencatatan dan
pelaporan, dan hasil evaluasi ini nantinya dapat dijadikan sebagai dasar evaluasi pengelolaan obat pada
masa yang akan datang.

C. Metodologi

Metode penelitian tetbagi atas tiga yaitu

 Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-evaluatif dengan metode kuantitatif dan
kualitatif. Data yang digunakan adalah data retrospektif tahun 2013 dan tahun 2014 dari data
indikator perencanaan permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, penggunaan
serta pencatatan dan pelaporan. Data kuantitatif diperoleh dari telaah dokumen LPLPO, kartu
stok, laporan peresepan obat generik dan laporan obat rusak dan kadalursa.
 Subjek Penelitian Dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah dokumen pengelolaan obat, kepala gudang farmasi dan tujuh
orang pengelola obat di masing-masing puskesmas di kota Pariaman. Objek dalam penelitian ini
adalah kegiatan pengelolaan, (perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan
pendistribusian, pengunaan serta pencatatan dan pelaporan obat) pada tujuh puskesmas di kota
Pariaman.

 Analisis Data
Hasil Penelitian yang diperoleh di analisa secara deskriptif-evaluatif. Data kualitatif yang
diperoleh dari wawancara di kelompokkan sesuai dengan.jenisnya disajikan dalam bentuk narasi
dan data kuantitatif yang diperoleh dari telaah dokumen direkap kemudian di hitung nilai
masing-masing indikatornya, selanjutnya dibandingkan dengan standar kepustakaan, kemudian
disajikan dalam bentuk grafik.

D. Hasil dan Pembahasan

Pada hasil penelitian ini yang menjadi evaluasi pengelolaan obat pada puskemas mencakup 6 bagian
yang terdiri dari perencanaan obat, permintaan dan penerimaan obat, pemyiapan obat, pendistribusian
obat, penggunaan obat, dan pencatatan dan pelaporan obat.

Tetapi hasil yang akan di review berupa bagian pendistribusian obat dan penggunaan obat

 Pendistribusian obat
Pendistribusian obat adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata dan
teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit pelayanan kesehatan di puskesmas antara lain
puskesmas pembantu, polindes dan posyandu. Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi
distribusi obat di puskesmas adalah ketepatan distribusi obat, karena kesesuaian jumlah jumlah
obat yang di distribusikan oleh unit pelayanan kesehatan sangat penting artinya bagi
terlaksananya pelayanan kesehatan yang bermutu. Pada grafik terlihat bahwa ketepatan
distribusi belum sesuai dengan standar yang ditetapkan yaitu 100 %. Permasalahan ini terjadi
karena dalam melakukan pendistribusian pengelola obat puskesmas tidak memperhatikan stok
optimum, pengelola obat hanya menambahkan 20 % dari total pemakaian untuk buffer stok.
Pendistribusian obat yang tidak berdasarkan stok optimum menyebabkan kelebihan dan
kekurangan obat di sub unit pelayanan kesehatan. Kelebihan obat bisa mengakibat-kan tidak
terpakainya obat sehingga berpotensi meningkatkan jumlah obat yang kadaluarsa, kekurangan
obat akan menyebabkan terganggunya pelayanan.
 penggunaan obat
Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi penggunaan obat adalah persentase obat yang
tidak diresepkan dan persentase peresepan obat generik. Persentase obat yang tidak diresepkan
adalah jumlah jenis obat dengan stok tetap dibandingkan dengan jumlah jenis obat yang
tersedia. Berdasarkan penghitungan persentase obat yang tidak diresepkan dapat dilihat pada
Grafik. Hasil menunjukkan bahwa persentase obat yang tidak pernah diresepkan tidak sesuai
standar yang di tetapkan yaitu 0%, artinya masih ada beberapa jenis obat yang tidak pernah
terpakai terpakai dalam waktu satu tahun, karena stok obat tersebut tidak pernah berkurang
Adanya jenis obat yang tidak terpakai ini karena kurangnya komunikasi antara pengelola obat
dan pengguna obat.Pada tahun2013 persentase peresepan obat generik pada semua puskesmas
sudah sesuai dengan standar yaitu 100 % sedangkan pada 2014 terjadi sedikit penurunan karena
adanya permintaan obat non generik dari unit IGD, unit program, penulis resep, dan pasien.
Penggunaan obat generik merupakan suatu kewajiban bagi sektor pelayanan kesehatan dasar
milik pemerintah. Standar pelayanan minimal menetapkan bahwa penulisan resep obat generik
harus 100 %.

E. Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap pengelolaan obat pada 7 puskesmas di kota Pariaman
dengan menggunakan indikator perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
penggunaan serta pencatatan dan pelaporan, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan obat pada
puskesmas di kota Pariaman belum baik karena dari hasil penghitungan, tidak semua indikator mencapai
hasil sesuai dengan standar yang ditetapkan.

A. Identitas jurnal 2

Nama penulis : Wirdah Wati R., Achmad Fudholi, Gunawan Pamudji W.

Tahun terbit : September 2013

Issn/vol : Volume 3 Nomor 4

Judul : EVALUASI PENGELOLAAN OBAT DAN STRATEGI PERBAIKAN DENGAN


METODE HANLON DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT TAHUN 2012

B. Pendahuluan

Pelayanan rumah sakit tidak dipisahkan dengan pelayanan kefarmasian. Pelayanan farmasi rumah sakit
merupakan salah satu kegiatan rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu.
Instalasi farmasi rumah sakit merupakan satu-satunya unit di rumah sakit bertanggung jawab pada
penggunaan obat yang aman dan efektif di rumah sakit secara keseluruhan. Manajemen obat di rumah
sakit merupakan salah satu aspek penting dari rumah sakit. Ketidakefisienan akan memberikan dampak
negatif terhadap biaya operasional bagi rumah sakit, karena bahan logistik obat merupakan salah satu
tempat kebocoran anggaran. Untuk itu manajemen obat dapat dipakai sebagai proses pengerak dan
pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki untuk dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan
ketersediaan obat setiap dibutuhkan agar operasional efektif dan efisien. Mengingat mutu
pengembangan pelayanan masyarakat dan begitu banyaknya permasalahan-permasalahan yang
terdapat dalam pengelolaan obat di rumah sakit maka perlu dilakukan perbaikan-perbaikan manajemen
pengelolaan obat dengan menggunakan metode hanlon.

C. Metodologi

Rancangan penelitian adalah diskriptif untuk mengevaluasi pengelolaan obat di IFRSUD Karel
Sadsuitubun Kabupaten Maluku Tenggara tahun 2012. Data ini dapat berupa data primer dan sekunder.
Data primer didapatkan dengan observasi langsung serta melakukan wawancara pada saat penelitian
dilaksanakan. Data sekunder dilakukan dengan melihat dan menelusuri dokumen-dokumen tahun
sebelumnya yaitu tahun 2012. Setelah memperoleh data primer dan sekunder maka selanjutnya
perbaikan menajemen dengan metode hanlonhanlon setelah dianalisis data. Analisis data penelitian ini
menggunakan indikator seleksi, perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan penyimpanan serta
penggunaan obat. Tetapi pada review kali ini pengelolaan obat yang di ambil berupa distribusi dan
penggunaan obat.

D. Hasil dan Pembahasan

 Pendistribusian obat
Kecocokan antara obat dengan kartu stock.Dari 120 item jumlah fisik obat yang tersedia di
gudang sudah sesuai dengan 120 sampel obat yang diambil dengan kartu stock.
Inventory Turn Over Ratio. Menurut Pudjaningsih (1996) standar ITOR untuk rumah sakit
adalah 8-12 kali setahun.Hasil penelitianmenunjukkan bahwa nilai TOR IFSRUD Karel
Sadsuitubun Kabupaten Maluku Tenggara adalah 5,77 kali
Tingkat ketersediaan obat. Pengukuran Indikator tingkat ketersediaan obat di instalasi farmasi
menunjukkan bahwa rata-rata tingkat ketersediaan obat di IFRSUD Karel Sadsuitubun
Kabupaten Maluku Tenggara adalah 7,28 hari, (belum memenuhi syarat).
Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep sampai ke tangan pasien. Pengukuran
waktu pelayanan dibagi menjadi 3 tahap waktu pelayanan yaitu dari pkl 08.00-10.00, 10.00-
12.00 dan 12.00-14.00. Pada tahap pertama yaitu pkl 08.00 sampai pkl 10.00 rata-rata waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan resep obat non racikan untuk sampai ke tangan pasien
adalah 5 menit sedangkan untuk resep obat racikan yaitu 13 menit. Maka dari rata rata waktu
pelayanan resep sudah (memenuhi syarat).
Persentase nilai obat yang kadaluwarsa dan rusak. Persentase nilai obat kadaluwarsa di
instalasi farmasi adalah 2,21%.
Persentase stock mati. Obat yang mengalami stock mati sebanyak 8 item obat dari 165 item
obat yang digunakan dan jika di persentasikan sebesar 4,85%. Hasil yang diperoleh melebihi
standar yaitu 0%.
 penggunaan obat
Jumlah item obat tiap lembar resep. Rata-rata jumlah item obat per tiap lembar resep di tulis
oleh dokter di RSUD Karel Sadsuitubun Kabupaten Maluku Tenggara adalah 3,23 macam item
obat.
Persentase penulisan resep generik. Persentase penulisan resep generik di RSUD Karel
Sadsuitubun Kabupaten Maluku Tenggara adalah 96,52%. Hal ini memperlihatkan bahwa
penulisan obat generik di RSUD Karel Sadsuitubun Kabupaten Maluku Tenggara sudah sesuai
dengan standar yang ditetapkan yaitu 85%.
Persentase resep yang tidak terlayani. Persentase resep yang tidak dilayani di apotek rumah
sakit selama tahun tahun 2012 adalah 13,84% dari jumlah semua total resep.
Persentase obat yang dilabeli dengan benar. Presentase obat yang dilabeli dengan benar
adalah 100% yang berarti bahwa nilai tersebut sudah memenuhi standar yang ditetapkan yaitu
100%.
Kerangka Usulan Perbaikan dengan metode Hanlon. Berdasarkan observasi dan wawancara
mendalam yang dilakukan oleh peneliti dengan beberapa informan terhadap proses
pengelolaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Karel Sadsuitubun Kabupaten Maluku Tenggara
peneliti mengusulkan beberapa upaya perbaikan manajemen pengelolaan di RSUD Kabupaten
Maluku Tenggara. Usulan kerangka upaya perbaikan manajemen obat yang disusun berdasarkan
identifikasi masalah dan solusi yang dapat dilakukan manajemen rumah sakit untuk mengatasi
masalah tersebuttersebut.

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di IFRSUD Karel Sadsuitubun Kabupaten Maluku Tenggara
didapatkan sistem pengelolaan obat sebagai berikut :Tahapan pengelolaan obat yang sesuai dengan
standar yaitu : Kesesuaian item obat yang tersedia dengan DOEN (77,56%), persentase modal/dana yang
tersedia dengan keseluruhan dana yang dibutuhkan (100%), kecocokan kartu stock obat (100%), rata-
rata waktu yang digunakan untuk melayani resep sampai ke tangan pasien, persentase penulisan resep
obat generik (96,52%), persentase obat yang dilabeli dengan benar (100%).Tahapan pengelolaan obat
yang belum sesuai dengan standar yaitu : persentase kesesuaian antara perencanaan obat dengan
kenyataan pakai untuk masing-masing item obat (72,73%), persentase alokasi dana pengadaan obat
(6,51%),

 Kesimpulan untuk kedua jurnal tersebut


dari kedua jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa masing masing rumah sakit masih belum
menjalankan pengelolaan obat dengan efesien dan sesuai standar yang ada baik dari segi
pendistribusian dan penggunaan obat dalam rumah sakit ataupun puskesmas maka dari itu
untuk menjamin mutu pengelolaan obat yang baik maka disarankan untuk memperbaiki
pengelolaan obat pada masing masing instalasi dengan metode Hanlon dengan cara
mengumpulkan data data yang ada lalu dijadikan bahan observasional sebagai bahan perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai