Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU

ANALISA SEBAB AKIBAT TERHADAP MASALAH MUTU


PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS JOMBANG

DIBUAT OLEH:
Toyib, S.Far.,Apt
NIP. 197905232009021001

PELATIHAN PENGAWAS ANGKATAN III


TAHUN 2023
Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan
dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif, pencegahan
penyakit/preventive, penyembuhan penyakit kuratif dan pemulihan kesehatan rehabilitatif)
yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Puskesmas sebagai
ujung tombak pelayanan kesehatan dapat berperan sebagai pusat pengembangan yang
melaksanakan pembinaan, memberikan pelayanan upaya kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu diwilayah kerjanya, dan sebagai rujukan paling dasar masyarakat dalam memperoleh
informasi di bidang kesehatan.
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan tolok ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas. Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan
untuk mencegah terjadinya masalah terkait Obat atau mencegah terjadinya kesalahan
pengobatan atau kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), yang bertujuan untuk
keselamatan pasien (patient safety). Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan:
1. Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
ketersediaan dana, dan Standar Prosedur Operasional.
2. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi, dan kerjasama.
3. Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen, budaya, respon dan
tingkat pendidikan masyarakat.
Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian terintegrasi dengan program
pengendalian mutu pelayanan kesehatan Puskesmas yang dilaksanakan secara
berkesinambungan. Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses berlangsung
untuk memastikan bahwa aktivitas berlangsung sesuai dengan yang direncanakan.
Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang melakukan proses. Aktivitas
monitoring perlu direncanakan untuk mengoptimalkan hasil pemantauan.
Puskesmas Jombang Kota Cilegon dalam pengelolaan obat masih menggunakan
cara konvensional yaitu masih mempergunakan alat manual sebagai alat bantunya untuk
melakukan pendataan ketersediaan obat. Permasalahan yang dihadapi dengan pengelolaan
seperti itu antara lain :
1. Jumlah obat di kartu stok obat tidak sesuai dengan fisik yang ada
Dengan berbedanya jumlah kartu stok dengan fisik obat yang ada akan berakibat tidak
sesuainya permintaan obat yang dilakukan puskesmas ke dinas Kesehatan.
2. Kurang terpantaunya obat yang kadaluarsa
Belum dipisahkannya obat kadaluarsa akan berakibat pemberian obat kepada pasien
bisa sudah kadaluarsa.
3. Obat dalam resep banyak yang kosong
Hal ini terjadi karena dokter tidak mengetahi persediaan habis, ini akan menyebabkan
petugas apotek memrlukan waktu buat konfirmasi kepada dokter untuk meminta
persetujuan obat diganti dengan obat yang kandungannya sama.
4. LPLPO masih manual
petugas harus membuat laporan permintaan obat secara manual, pada hal ini sering
terjadi kesalahan dalam pembuatan laporan permintaan. Petugas harus melakukan
pencocokan permintaan obat untuk bulan selanjutnya dikarenakan dokumen yang
berisikan data-data obat tidak tersusun dengan rapi dan tidak berurutan sehingga harus
dicocokan secara manual dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
5. Memerlukan waktu yang lama
Dengan penggunaan sistem pengendalian dan pengelolaan data obat masih berjalan
secara konvensional yaitu dengan cara menulis data pemakaian obat per harinya di
sebuah buku dan mengetikan data pemakaian obat selama satu bulan ke Microsoft
Excel, hal ini sangat membutuhkan banyak buku sebagai media tulis dan waktu.
Selain itu petugas perlu memeriksa kembali data yang diinputkan agar data yang
diinputkan
tidak ada yang salah
6. Memerlukan biaya yang lebih banyak
Puskesmas membeli barang-barang yang menunjang pendataan obat yang ada di
puskesmas seperti buku laporan dan alat tulis sebagai media kertas untuk melakukan
pendataan obat dan penulisan resep obat.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang dilakukan perlu dilakukan Langkah Langkah
sebagai berikut:
1. Perlunya komitmen tenangga kefarmasian di Apotek untuk lebih bertanggungjawab
dalam melaksanakan tugas keseharian.
2. Penggunaan Sistem informasi persediaan obat melalui aplikasi elektronik
Sistem informasi persediaan obat ini dapat atau bisa diusulkan untuk mempermudah
pekerjaan petugas apotek pada proses penyediaan obat dan meningkatkan informasi
serta laporan yang valid seperti laporan permintaan obat ke Dinas Kesehatan dan
laporan penerimaan obat dari Dinas Kesehatan di Puskesmas Jombang. Selain itu,
sistem informasi persediaan obat ini bisa membantu Penanggung Jawab UKP,
Kefarmasian, dan Laboratorium dalam membantu pengelolaan data obat dan
memperoleh setiap informasi proses pengelolaan persediaan obat di bagian farmasi.
Bagi dokter dengan dibangunnya sistem informasi persediaan obat ini membantu
membuat resep obat untuk pasien, melihat data ketersediaan obat, melihat data
pemakaian obat, dan melihat obat kedaluwarsa yang ada di Puskesma

Anda mungkin juga menyukai