Anda di halaman 1dari 8

PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,

Volume 9 Nomor 4 November 2020

EVALUATION OF DRUG LOGISTICS MANAGEMENT IN PHARMACY INSTALLATION


OF REGIONAL PUBLIC HOSPITAL OF TALAUD REGENCY

EVALUASI MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUD


KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

Jacklien Deswita Essing1) , Gayatri Citraningtyas 1) , Meilani Jayanti1)


1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115
*deswita.essing@gmail.com

ABSTRACT

Evaluation of drug logistics management in pharmacy installation of Regional Public Hospital of Talaud
Regency is need to be done to prevent drugs vacancies and in order to meet pharmaceutical service standar
in a hospital. This research aims to evaluate logistic management of drug in regional public hospital of
Talaud whether on accordance with the Regulation of the Minister of Health Number 72 in 2016. This
reseach is a non-experimental research that is descriptive with qualitative methods. Data calculation is
qualitative data obstain through interview and direct observation. Data analysis by using content analysis
method. The result of interview and observation is show that sometimes there be drug vacancies, no drug
withdrawal and drug removal as well as inadequate pharmaceutical ware house facilities. The conclusion is
the drug logistics management in pharmacautical insatallation of regional public hospital of Talaud regency
is not run according to the standard of pharmaceutical services in the hospital according to the Regulation
of Minister of Health Number 72 in 2016.

Keywords : Management, Drug Logistics, Pharmacy

ABSTRAK

Evaluasi manajemen logistik obat di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud perlu dilakukan
untuk mencegah kekosongan obat dan agar dapat memenuhi Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi manajemen logistik obat di Instalasi Farmasi RSUD
Kabupaten Kepulauan Talaud apakah sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun
2016. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental bersifat deskriptif dengan metode
kualitatif. Pengumpulan data berupa data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara dan observasi
langsung. Data dianalisis menggunakan metode content analysis (analisis isi). Hasil penelitian melalui
wawancara dan obervasi langsung menunjukkan sering terjadinya kekosongan obat, belum pernah
dilakukannya penarikan dan pemusnahan obat serta fasilitas gudang farmasi yang belum memadai.
kesimpulan yaitu manajemen logistik obat di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud belum
berjalan sesuai standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
72 Tahun 2016 yang sudah ditetapkan.

Kata kunci : Manajemen, Logistik Obat, Instalasi Farmasi

493
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 4 November 2020

PENDAHULUAN Alat dan Bahan


Manajemen logistik di rumah sakit Alat
merupakan salah satu aspek penting di rumah Alat yang digunakan pada penelitian ini
sakit. Ketersediaan obat saat ini menjadi tuntutan adalah alat tulis menulis, alat perekam, dan
pelayanan kesehatan. Manajemen logistik obat di kamera untuk dokumentasi.
rumah sakit yang meliputi tahap-tahap yaitu Bahan
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, Data yang digunakan terdiri dari dua
pendistribusian, penghapusan, evaluasi dan sumber data yaitu :
monitoring yang saling terkait satu sama lain, 1. Data primer diperoleh dari hasil
sehingga harus terkoordinasi dengan baik agar wawancara dan observasi yang dilakukan
masing-masing dapat berfungsi secara optimal. di instalasi farmasi.
Ketidakterkaitan antara masing-masing tahap 2. Data sekunder diperoleh dari profil rumah
akan mengakibatkan tidak efisiennya sistem sakit, SPO rumah sakit dan flowchart
suplai obat yang ada, ini juga memberikan pelayanan farmasi.
dampak negatif terhadap rumah sakit baik secara
medis maupun ekonomis (Quick et al, 1997). Subjek Penelitian
Rumah sakit adalah institusi pelayanan Subjek dalam penelitian ini adalah
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan seluruh petugas Instalasi Farmasi RSUD
kesehatan perorangan secara paripurna yang Kabupaten Kepulauan Talaud yang berjumlah 12
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, orang.
dan gawat darurat (Permenkes RI, 2020).
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk Objek Penelitian
mengevaluasi manajemen logistik obat di instalasi Objek yang akan digunakan dalam
farmasi RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud penelitian ini adalah Kepala Instalasi, Penanggung
apakah sudah memenuhi Standar Pelayanan Jawab Apotek, Kepala Panitia Pengadaan,
Kefarmasian di Rumah Sakit atau sesuai dengan Penanggung Jawab Gudang, 1 orang staf gudang,
Peraturan menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun Penanggung Jawab Apotek Rawat Jalan,
2016. Apabila rumah sakit tidak mampu Penanggung Jawab Apotek Rawat Inap dan 5
merencanakan dan melaksanakan manajemen obat orang Tenaga Teknis Kefarmasian.
dengan baik maka rumah sakit tersebut tidak
mampu mencapai titik keberhasilan. Kegagalan Analisis Data
manajemen logistik akan menurunkan kualitas Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
pelayanan rumah sakit sehingga kepuasan pasien pada saat pengumpulan data berlangsung, dan
pun juga akan menurun. Berdasarkan latar setelah selesai pengumpulan dalam periode
belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan tertentu. Data dianalisis dengan metode analisis isi
penelitian tentang evaluasi manajemen logistik (content analysis). Tahap-tahap yang dilakukan
obat di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten yaitu:
Kepulauan Talaud. 1. Data reduction (reduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum,
METODOLOGI PENELITIAN memilih hal-hal pokok dan memfokuskan pada
Waktu dan Tempat Penelitian hal-hal yang penting. Dengan demikian, data yang
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit telah direduksi akan memberikan gambaran yang
Umum Daerah Talaud pada bulan Desember 2019 lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
– April 2020. melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
Jenis Penelitian 2. Data display (penyajian data)
Rancangan penelitian ini non- Setelah data direduksi, maka langkah
eksperimental bersifat deskriptif dengan metode selanjutnya adalah mendisplaykan data atau
kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif yang
infomasi yang lebih mendalam tentang sering digunakan untuk menyajikan data adalah
manajemen logistik obat di Instalasi Farmasi dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data
RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud. dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya.

494
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 4 November 2020

3. Conclusion drawing (verifikasi) ini, dapat di identifikasi jenis-jenis obat yang


Langkah selanjutnya adalah penarikan mebutuhkan biaya terbanyak. Pada dasarnya obat
kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang dibagi dalam tiga golongan yaitu golongan A jika
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan obat tersebut mempunyai nilai kurang lebih dari
berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang 80% sedangkan jumlah obat tidak lebih dari 20%,
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan golongan B jika obat tersebut mempunyai nilai
data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang 15% dengan jumlah obat sekitar 10% - 80%, dan
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh golongan C jika obat mempunyai nilai 5% dengan
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti jumlah obat sekitar 80% - 100% (Quick et al,
kembali mengumpulkan data di lapangan, maka 1997).
kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan Perencanaan obat dalam Permenkes
yang kredibel. Nomor 72 Tahun 2016 menyatakan bahwa
perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan
1. Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
Hasil wawancara mendalam terhadap habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan
perencanaan obat menunjukkan bahwa dalam pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria
perencanaan obat yang betanggung jawab adalah tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Kepala Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Perencanaan dilakukan untuk menghindari
Kepulauan Talaud sehingga perencanaan obat kekosongan Obat dengan menggunakan metode
terkontrol dengan baik. Perhitungan obat yang yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-
akan dipesan berdasarkan metode konsumsi dan dasar perencanaan yang telah ditentukan antara
metode epidemiologi tetapi yang paling sering lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode
digunakan adalah metode konsumsi dengan konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan
menggunakan e-katalog. dengan anggaran yang tersedia.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan digudang farmasi diketahui bahwa 2. Pengadaan
karena seringnya menggunakan metode konsumsi Berdasarkan hasil wawancara dan
dan kurang memperhatikan pola penyakit, observasi, metode Pengadaan yang sering
akibatnya obat sering kosong dan mengalami over digunakan di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten
stok sehingga obat tersebut tidak digunakan dan Kepulauan Talaud yaitu secara e-katalog yang
menjadi kedaluwarsa. dapat dilihat pada Gambar 1 dan pengadaan
Perencanaan kebutuhan obat di Instalasi langsung yang dapat dilihat pada Gambar 2
Farmasi RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud sehingga tersedianya obat di instalasi farmasi.
yaitu berdasarkan laporan pengeluaran obat Penentuan waktu pengadaan obat yaitu petahun
pertahun dan perencanaan obat sesuai dengan dengan melihat data 6 bulan sampai 1 tahun
kebutuhan. Sehingga berdampak positif pada terakhir yang memberikan dampak positif bagi
instalasi untuk meminimalisir terjadinya stock out. rumah sakit agar obat tersedia dalam jumlah yang
Di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten benar.
Kepulauan Talaud, perencanaan obat terkadang Ketepatan waktu pengadaan obat di
masih belum sesuai dengan kebutuhan. Hal ini Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Kepulauan
dikarenakan obat yang dibutuhkan tidak tersedia Talaud sering tidak tepat waktu sehingga
bahkan terjadinya kekosongan obat. Terjadinya mengakibatkan kekosongan obat di instalasi
kekosongan obat disebabkan karena beberapa hal, farmasi. . Hal ini belum sesuai dengan Peraturan
terutama disebabkan karena Talaud merupakan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 dimana
daerah perbatasan yang jauh dari distributor rumah sakit belum memiliki mekanisme yang
sehingga sering terjadi keterlambatan pengiriman mencegah kekosongan stok obat yang secara
obat yang hanya menggunakan kapal laut. normal tersedia di rumah Sakit. Oleh karena itu
Perencanaan yang telah dibuat harus dampak pada pasien yaitu obat yang dibutuhkan
diakukan koreksi dengan menggunakan metode harus dicari ditempat lain atau dari daerah lain.
analisis nilai ABC untuk koreksi terhadap aspek Untuk meminimalisir akan pengadaan
ekonomis, karena suatu jenis obat dapat memakan obat yang kurang, maka instalasi farmasi dan
anggaran besar disebabkan pemakainnya banyak manajemen rumah sakit perlu mengetahui secara
atau harganya mahal. Dengan analisis nilai ABC jelas kebutuhan obat seperti dalam Permenkes

495
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 4 November 2020

Nomor 72 Tahun 2016 yang menyatakan bahwa yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan,
pengadaan merupakan kegiatan yang penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian
dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode
kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang spesifikasi kontrak, pemantauan proses
tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai pengadaan, dan pembayaran.
standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan

Gambar 1. E-Katalog

Gambar 2. Surat Pesanan Langsung

3. Penyimpanan mutu obat di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten


Hasil wawancara mendalam yang didapat Kepulauan Talaud maka disediakan alat pengatur
bahwa model penyimpanan stok obat di gudang suhu. Selain itu, penyimpanan obat juga
penyimpanan dilakukan dengan menyimpan obat- diperhatikan dan selalu dicek expried obat yang
obat di rak dapat dilihat pada Gambar 3, lemari ada. Akan tetapi sarana dan prasarana belum
pendingin, dan juga ada yang disimpan di lemari cukup memadai dikarenakan kondisi ruangan
khusus. Metode pengambilan obat dilakukan yang terlalu sempit sehingga terjadinya
dengan metode FIFO (First In First Out) dan penumpukan obat.
FEFO (First Expired First Out), sedangkan Dalam Permenkes Nomor 72 Tahun 2016
pengaturan tata ruang penyimpanan berdasarkan khususnya penyimpanan obat yang menyatakan
sediaan dan disusun secara alfabetis agar tidak ada bahwa persyaratan kefarmasian yang dimaksud
kesalahan dalam pengabilan obat. Dalam menjaga meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,
496
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 4 November 2020

sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi dan Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus
penggolongan jenis obat. Metode penyimpanan diberi penandaan khusus untuk mencegah
dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk terjadinya kesalahan pengambilan obat. Rumah
sediaan, dan jenis obat dan disusun secara Sakit harus dapat menyediakan lokasi
alfabetis dengan menerapkan prinsip First penyimpanan obat emergensi untuk kondisi
Expired First Out (FEFO) dan First In First Out kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus
(FIFO) disertai sistem informasi manajemen. mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan
Penyimpanan obat yang penampilan dan dan pencurian.
penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound

Gambar 3. Rak Penyimpanan Obat

4. Pendistribusian 5. Pemusnahan dan Penarikan Obat


Hasil wawancara didapat bahwa sistem Dari hasil wawancara dan observasi
distribusi obat yang dilakukan di instalasi farmasi langsung didapatkan bahwa pemusnahan dan
RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud adalah penarikan obat belum dilakukan dalam setahun
sistem resep perorangan yaitu resep pasien rawat terakhir ini mengakibatkan bertambahnya beban
jalan dan rawat inap diambil melalui instalasi penyimpanan dan meningkatnya resiko
farmasi. penggunaan obat yang sudah tidak sesuai standar.
Hasil observasi langsung menunjukkan Berdasarkan hasil observasi, pemusnahan
bahwa dengan menerapkan metode distribusi obat dalam setahun terakhir belum dilakukan hal
resep perorangan terjadi penumpukkan pasien dan ini terbukti dengan banyaknya tumpukan obat
keluarga pasien untuk mengambil obat. rusak/kadaluarsa di gudang dan sekitarnya.
Kurangnya SDM yang ada menjadi kendala dalam Kemudian masih banyak obat yang
merubah metode distribusi obat khususnya rusak/kedaluarsa dikemas dalam karton dengan
metode distribusi rawat inap. Tetapi berdasarkan keadaan terbuka dan tidak tertutup rapi. Hal ini
Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 sistem disimpulkan bahwa tidak adanya pengawasan dan
distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat evaluasi yang dilakukan dan tidak sesuai dengan
dianjukan untuk pasien rawat inap mengingat standar kefarmasian di rumah sakit. Dengan tidak
dengan sistem ini tingkat kesalahan dapat adanya laporan pemusnahan dan tidak pernah
diminimalkan. dilakukannya pemusnahan dan penarikan obat
maka Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten

497
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 4 November 2020

Kepulauan Talaud belum memenuhi standar Dari hasil wawancara yang didapat bahwa
pelayanan kefarmasian di rumah sakit. pencatatan dan pelaporan penggunaan obat di
Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Kepulauan
6. Pencatatan dan Pelaporan Talaud selalu dibuat dan dilaporkan kepada pihak
manajemen rumah sakit. Dari hasil observasi
langsung terdapat catatan keluar pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan
masuknya obat baik dari gudang maupun dari pengelolaan obat yang meliputi perencanaan
instalasi farmasi dapat dilihat pada Gambar 4. kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
Administrasi penghapusan obat yang tidak pendistribusian, pengendalian persediaan,
terpakai belum pernah dibuat. Hal ini pengembalian, pemusnahan dan penarikan obat.
menunjukkan bahwa pengelolaan administrasi Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan
obat di instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu
Kepulauan Talaud belum berjalan optimal. (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun).
Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan
administrasi baik pencatatan dan pelaporan, serta dengan peraturan yang berlaku. Pencatatan
administrasi penghapusan belum sesuai dilakukan untuk persyaratan Kementerian
standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit Kesehatan/ BPOM, dasar akreditasi Rumah Sakit,
sesuai dengan Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 dasar audit Rumah Sakit dan dokumentasi
yang menyatakan bahwa administrasi harus farmasi. Sedangkan pelaporan dilakukan sebagai
dilakukan secara tertib dan berkesinambungan komunikasi antara level manajemen, penyiapan
untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang laporan tahunan yang komprehensif mengenai
sudah berlalu. Kegiatan administrasi terdiri dari kegiatan di instalasi farmasi dan laporan tahunan.

Gambar 4. Kartu Stok

498
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 4 November 2020

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik
kesimpulan yaitu: Aditama, C.Y., 2003. Manajemen Administrasi
Rumah Sakit. Universitas Indonesia Press,
1. Perencanaan obat di Instalasi Farmasi 20-22. Jakarta.
RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud
menggunakan metode konsumsi dan Anshari, M. 2009. Aplikasi Manajemen
epidemiologi berdasarkan laporan Pengelolaan Obat dan Makanan. Nuha
pengeluaran obat pertahun. Litera Offset. Yogyakarta.
2. Sistem Pengadaan obat yaitu dengan
metode E-Katalog dan Pengadaan Badaruddin. 2015. Gambaran Pengelolaan
langsung. Ketepatan waktu pengadaan Persediaan obat di Gudang Farmasi
obat sering terlambat sehingga terjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu
kekosongan obat. Kabupaten Musi Banyuasin Palembang
3. Fasilitas sarana dan prasarana Tahun 2015. Program Studi Kesehatan
penyimpanan obat belum cukup memadai Masyarakat Fakultas Ilmu Kedokteran
sehingga terjadi penumpukan obat.
dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri
4. Metode pendistribusian obat baik pasien Islam Jakarta. Jakarta.
rawat jalan dan rawat inap yaitu metode
resep perorangan dengan cara langsung
mengambil obat di instalasi farmasi oleh Febriawati, Henni. 2013. Manajemen Logistik
pasien atau keluarga. Farmasi Rumah Sakit. Gosyen.
Yogyakarta.
5. Belum pernah diadakannya penarikan dan
pemusnahan obat dalam setahun terakhir. Guswani. 2016. Analisis Pengelolaan Manajemen
6. Pencatatan dan pelaporan kegiatan Logistik Obat di Instalasi Farmasi RSUD
pengelolaan obat dilakukan tetapi belum Lanto Daeng Pasewang Kabupaten
sesuai standar pelayanan kefarmasian di Jeneponto. Public Health Science
rumah sakit. Administrasi penghapusan Journal. 10 : 1, 37-47.
belum pernah dilakukan dalam satu tahun
terakhir. Handayani. 2017. Analisis Pengelolaan Obat Di
Rumah Sakit Umum Anuta Pura Palu.
Jurnal Perspektif. 1:3. Administrasi dan
SARAN
Kebijakan Kesehatan UNISMUH
1. Bagi Rumah Sakit
Malinggas, N., Posangi. J., dan Soleman , T.
Diharapkan kepada RSUD Kabupaten
2015. Analisis Manajemen Logistik Obat
Kepulauan Talaud agar dapat membuat
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
mekanisme untuk mencegah kekosongan stok obat
Daerah DR. Sam Ratulangi Tondano.
sesuai dengan Peraturan menteri Kesehatan
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Nomor 72 Tahun 2016, memperbaiki fasilitas
Universitas Sam Ratulangi. 5 : (2b), 448-
tempat penyimpanan obat serta mengadakan
460.
penarikan dan pemusnahan obat sesuai prosedur.
2. Bagi Peneliti Lain
Palupiningtyas. 2014. Analisis Sistem
Bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut tentang manajemen logistik Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi
obat di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Rumah Sakit Mulya Tangerang Tahun
Kepulauan Talaud agar mengkaji lebih dalam 2014. Program Studi Kesehatan
mengenai pemilihan, penerimaan, pengendalian Masyarakat Fakultas Ilmu Kedokteran
serta monitoring dan evaluasi. dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri
Islam Jakarta. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun


2016 Tentang Standar Pelayanan
499
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 4 November 2020

Kefarmasian di Rumah Sakit.


Kementerian Kesehatan. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun


2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit. Kementrian Kesehatan.
Jakarta.

Quick, D.J., Hume, M.L, Raukin J.R, Laing, RO.,


and O’Connor, RW., 1997, Managing
Drug Supply (2nd ed), Revised and
Expanded, Kumarin Press, West Hartford.

Seto, S., Nita.Y., Triana L., 2004. Manajemen


Farmasi. Airlangga University Press.
Surabaya.
Seto, S., Nita.Y., Triana L., 2008. Manajemen
Farmasi. Airlangga University Press.
Surabaya.

Seto, S., Nita, Y., Triana, L. 2012. Manajemen


Farmasi Lingkup: Apotek, Farmasi,
Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi,
Instalasi Farmasi. Edisi Tiga. Airlangga
University Press. Surabaya.

Siregar, C.J.P, 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori


Dan Penerapan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Suciati, S dan Adisamito, B. 2006. Analisa


Perencanaan Obat Berdasarkan ABC
Indeks Kritis di Instalasi Rumah Sakit.
Jurnal Manajemen Kesehatan. 9 : (1), 19-
26.

Verawaty, D.M., Damayanti, D.D., dan Santosa,


B. 2010. Perencanaan Kebijakan
Persediaan Obat Dengan Menggunakan
Metode Probabilistik Continous Review
(S,S) System Pada Bagian Instalasi
Farmasi RS AMC. Teknik Industri
Telkom, pp.1-6

500

Anda mungkin juga menyukai