Anda di halaman 1dari 10

PreventifJOURNAL

PREVENTIF Journal
JURNALVol.
ILMIAH
4/No. PRAKTISI KESEHATAN
2/ April 2020; MASYARAKAT
pISSN 2540-8283 SULAWESI
eISSN: 2620-3294 ,
TENGGARA
Vol. 2/No.1/ OBAT
EVALUASI PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN Desember 2017; ISSN
(PKPO)
BERBASIS AKREDITASI DI INSTALASI FARMASI BLUD RUMAH SAKIT KONAWE
TAHUN 2018

Sabarudin1 Sunandar Ihsan2 Fifi Nirmala3 Sartina4


1,2,4 3
Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
1
andres_sabar@yahoo.com 2iksan.elrumi@yahoo.com 3fifinirmala@gmail.com 4sartina@yahoo.com

Abstrak
Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO) merupakan bagian penting dalam pelayanan pasien.
Pelayanan kefarmasian bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat.
Praktik penggunaan obat yang tidak aman dan kesalahan penggunaan obat adalah penyebab utama cedera
dan bahaya yang dapat dihindari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian pelayanan
kefarmasian dan penggunaan obat di Instalasi Farmasi BLUD Rumah Sakit Konawe Tahun 2018. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan menggunakan rancangan studi kasus. Data dianalisis
secara kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan instumen PKPO berdasarkan Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) dengan cara observasi dokumen dan wawancara mendalam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat kesesuaian PKPO di Instalasi Farmasi BLUD Rumah
Sakit Konawe telah memenuhi Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit dengan presentase yang diperoleh
yaitu pengorganisasian (100%), seleksi dan pengadaan (100%), penyimpanan (91,5%), peresepan dan
penyalinan (100%), persiapan dan penyerahan (70,83%), pemberian obat (100%) dan pamantauan (100%).

Kata kunci: SNARS; PKPO; Rumah Sakit Konawe

Abstract
The pharmaceutical care and drug use are an important part of the patient's service. The pharmaceutical care
aims to identify, prevent, and resolve drug-related problems. The practices of unsafe drug use and the error of
drug use are the main causes of injuries and dangers that can be avoided. This research aims to determine the
level of conformity of the pharmaceutical care and drug use in Pharmaceutical Installation BLUD Konawe
Hospital 2018. This research is a non-experimental study using the draft case study. Data is analyzed
quantitatively and qualitative. Data collection uses the instrument of PKPO based on National Hospital
Accreditation Standards (SNARS) by means of observing documents and in-depth interviews. The results
showed that overall the level of conformity of PKPO in Pharmaceutical Installation BLUD Konawe Hospital has
fulfilled the National Hospital Accreditation Standards with a percentage obtained i.e. organizing (100%),
selection and procurement (100%), Storage (91.5%), prescribing and copying (100%), preparation and
submission (70.83%), administration of the drug (100%) and Pamoverseas (100%).

Keywords: SNARS; PKPO; Konawe Hospital

65
Preventif
PREVENTIF Journal
JOURNAL
JURNAL ILMIAH PRAKTISI
Vol. 4/No. KESEHATAN
2/ April 2020; MASYARAKAT
pISSN 2540-8283 SULAWESI
eISSN: 2620-3294 ,
TENGGARA
PENDAHULUAN Vol. 2/No.1/
menurunkannya. Desember
Evaluasi bertujuan 2017; ISSN
untuk membuat
Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan rumah sakit memahami kebutuhan dan prioritas
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan perbaikan sistem berkelanjutan baik mutu, keamanan,
kesehatan perorangan secara paripurna yang manfaat dan khasiat obat dan alat kesehatan5.
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat1. Rumah Sakit pemerintah pusat METODE
dan daerah diklasifikasikan menjadi rumah sakit Penelitian ini merupakan jenis penelitian non
umum kelas A, B, C dan D2. eksperimental dengan menggunakan rancangan studi
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu kasus. Jenis data yang digunakan adalah data primer
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada yaitu data hasil pengisian instrumen PKPO dan
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi wawancara mendalam kepada pegawai di IFRS BLUD
dengan maksud mencapai hasil yang pasti dalam Konawe. Data dianalisis secara kuantitatif dan
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil
Kefarmasian bertujuan untuk mengidentifikasi, pengisian kuesioner kepada Apoteker dan Tenaga
mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait Teknis Kefarmasian yang terlibat dalam proses
obat3. Praktik penggunaan obat yang tidak aman akreditasi sedangkan data kualitatif diperoleh dari
dan kesalahan penggunaan obat adalah penyebab wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi Rumah
utama cedera dan bahaya yang dapat dihindari Sakit Konawe. Selanjutnya, dilakukan observasi untuk
dalam sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia. melihat kelengkapan dokumen terkait dengan
Oleh karena itu, rumah sakit diminta untuk standar akreditasi PKPO. Hasil penilaian standar PKPO
mematuhi peraturan perundang-undangan serta yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan
membuat sistem pelayanan kefarmasian dan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS)
penggunaan obat yang lebih aman yang senantiasa 2018. Berdasarkan SNARS, PKPO memenuhi standar
berupaya menurunkan kesalahan pemberian obat5. jika nilainya di atas 80%5.
Upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan
adalah melalui kegiatan akreditasi rumah sakit baik HASIL DAN PEMBAHASAN
milik pemerintah maupun swasta, yang tujuan Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan
akhirnya adalah menjaga mutu pelayanan. Dalam data hasil pengisian instrumen Pelayanan
buku Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit telah Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO), observasi
disusun standar pelayanan yang salah satunya dan wawancara mendalam sehingga diperoleh nilai
adalah Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan untuk setiap standar PKPO di Instalasi Farmasi BLUD
Obat (PKPO)4. Pelayanan Kefarmasian dan Rumah Sakit Konawe Tahun 2018 seperti pada tabel 1
Penggunaan Obat merupakan bagian penting dalam berikut.
pelayanan pasien sehingga organisasinya harus Tabel 1. Hasil Penilaian Standar PKPO di Instalasi
efektif dan efisien, serta bukan hanya tanggung Farmasi BLUD Rumah Sakit Konawe Tahun
jawab apoteker, tetapi juga profesional pemberi 2018
asuhan dan staf klinis pemberi asuhan lainnya6. Standar Rata-rata
Dengan ditetapkannya standar Pelayanan persentase
Kefarmasian dan Penggunaan Obat di rumah sakit, PKPO 1. Pengorganisasian 100%
tidak berarti semua permasalahan terkait pelayanan PKPO 2. Seleksi dan Pengadaan 100%
kefarmasian dan penggunaan obat-obatan di rumah PKPO 3. Penyimpanan 91,5%
sakit menjadi mudah dan selesai9. Hingga saat ini PKPO 4. Peresepan dan Penyalinan 100%
kenyataannya sebagian besar instalasi farmasi PKPO 5. Persiapan dan Penyerahan 70,83%
rumah sakit di Indonesia belum melakukan kegiatan PKPO 6. Pemberian Obat 100%
pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, PKPO 7. Pemantauan/Monitoring 100%
mengingat kendala-kendala yang ada antara lain
kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa dari 7
pengetahuan manajemen rumah sakit dan fungsi standar PKPO yang telah ditetapkan, 6 standar PKPO
rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, telah memenuhi standar akreditasi yaitu
terbatasnya pengetahuan pihak pihak terkait Pengorganisasian, Seleksi dan Pengadaan,
tentang pelayanan farmasi rumah sakit8. Untuk Penyimpanan, Perersepan dan Penyalinan, Persiapan
memastikan keefektifannya, rumah sakit melakukan dan Penyerahan serta Pemantauan/Monitoring
evaluasi sekurang-kurangnya sekali setahun yang dimana nilainya diatas 80% sedangkan 1 standar
berhubungan dengan pelayanan kefarmasian dan belum memenuhi yaitu standar Pemberian Obat
penggunaan obat, termasuk angka kesalahan karena nilainya dibawah 80%. Hasil tersebut hampir
penggunaan obat serta upaya untuk sama dengan penelitian Nufus (2019) bahwa PKPO di

66
Preventif
PREVENTIF Journal
JOURNAL
JURNAL ILMIAH PRAKTISI
Vol. 4/No. KESEHATAN
2/ April 2020; MASYARAKAT
pISSN 2540-8283 SULAWESI
eISSN: 2620-3294 ,
TENGGARA
Instalasi Farmasi RSUD Kota Mataram telah Vol. 2/No.1/
sekali, tersedianya Desember
sumber 2017;
informasi obatISSN
berupa
memenuhi standar dengan nilai pengorganisasian formularium, ISO/MIMS edisi terbaru, ada bukti
86,88%, seleksi dan pengadaan 88,94%, pelaporan medication error dan ada tindaklanjut
penyimpanan 91,12%, peresepan dan penyalinan dimana laporan kesalahan obat yang diterima
89,89%, persiapan dan penyerahan 87,80%, selanjutnya dilakukan pengecekan dan dilakukan
pemberian obat 92,98% dan pemantauan 93,40%6. tindakan dalam mengatasi kesalahan tersebut.
Demikian pula dengan hasil penelitian Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nufus
Wulandari (2019) bahwa PKPO di Instalasi Farmasi (2019) bahwa apoteker di Instalasi Farmasi RS
RS Bhayangkara Tk. III Nganjuk telah memenuhi Bhayangkara Tk. III Nganjuk memiliki STRA dan SIPA,
standar dengan nilai pengorganisasian 85%, seleksi berkompeten dan melakukan supervisi sesuai tugas
dan pengadaan 82%, penyimpanan 89%, peresepan masing-masing. Aktivitas pelayanan kefarmasian
dan penyalinan 83%, persiapan dan penyerahan dilaksanakan oleh petugas-petugas yang
84%, pemberian obat 84%, pemantauan/monitoring berkompeten meliputi semua proses seleksi,
93%10. Namun berbeda dengan hasil penelitian pengadaan, pemesanan, penyimpanan, pencatatan,
Setiawati (2019) bahwa PKPO di IFRSUD Luwuk penyaluran, dan pemberian obat. Hal tersebut sesuai
belum memenuhi standar akreditasi dengan nilai dengan Permenkes RI Nomor 72 tahun 2016 tentang
pengorganisasian 10,4%, seleksi dan pengadaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yang
34,2%, penyimpanan 54,5%, peresepan dan menyatakan bahwa pelayanan kefarmasian harus
penyalinan 27,5 %, persiapan dan penyerahan dilakukan oleh apoteker dan TTK6.
42,8%, pemberian obat 59,4%, dan pemantauan PKPO 2 Seleksi dan Pengadaan
(monitoring) 6,18%7. Berdasarkan standar akreditasi bahwa harus
PKPO 1 Pengorganisasian ada proses seleksi obat dengan benar yang
Berdasarkan standar bahwa pengorganisasian menghasilkan formularium dan digunakan untuk
pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat di permintaan obat serta instruksi pengobatan. Obat
rumah sakit harus sesuai dengan peraturan dalam formularium senantiasa tersedia dalam stok di
perundangan-undangan dan diorganisir untuk rumah sakit atau sumber di dalam atau di luar rumah
memenuhi kebutuhan pasien5. Hasil penilaian sakit. Rumah sakit menetapkan proses pengadaan
standar Pengorganisasian di Instalasi Farmasi BLUD sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
RS Konawe Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 2 habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan
berikut. berkhasiat sesuai dengan peraturan
Tabel 2. Hasil penilaian standar Pengorganisasian perundang-undangan. Rumah sakit dapat
di Instalasi Farmasi BLUD RS Konawe Tahun menetapkan regulasi untuk mendapatkan obat bila
2018 sewaktu-waktu obat tidak tersedia5.
Standar Hasil Deskripsi Hasil penilaian standar Seleksi dan Pengadaan
Penilaian di Instalasi Farmasi BLUD RS Konawe Tahun 2018
PKPO 1 100% Ketentuan terkait jabatan dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
fungsional di Instalasi Farmasi Tabel 3. Hasil penilaian Standar Seleksi dan
BLUD Rumah Sakit Konawe Pengadaan di Instalasi Farmasi BLUD RS
diatur menurut kebutuhan
Konawe Tahun 2018
organisasi dan sesuai dengan
Standar Hasil Deskripsi
ketentuan yang berlaku.
Penilaian
Pengorganisasian BLUD RS
Konawe dapat PKPO 2 100% Seluruh pelayanan obat di BLUD RS
menggambarkan pembagian Konawe berpedoman pada
tugas, koordinasi kewenangan, formularium BLUD RS Kabupaten
fungsi dan tanggung jawab Konawe yang disusun oleh Panitia
rumah sakit. Farmasi dan Terapi (PFT) atas
usulan dari Staf Medis Fungsional
Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa
(SMF) dan mengacu kepada
Pengorganisasian di Instalasi Farmasi BLUD RS Formularium Nasional edisi
Konawe telah memenuhi standar karena nilainya terbaru.
100%. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara PKPO 100% Pengadaan perbekalan farmasi di
dengan Kepala Instalasi Farmasi BLUD RS Konawe 2.1 Instalasi Farmasi BLUD RS Konawe
bahwa telah ada regulasi/pedoman dilakukan oleh tim pengadaan obat
pengorganisasian pelayanan kefarmasian dan berdasarkan usulan dari instalasi
penggunaan obat, terdapat dokumen terkait bukti farmasi yang berpedoman pada
izin (STRA dan SIPA) semua apoteker, kajian peraturan tentang pengadaan
barang dan jasa oleh pemerintah.
pelayanan kefarmasian dilakukan setiap setahun

67
Preventif
PREVENTIF Journal
JOURNAL
JURNAL ILMIAHVol. 4/No.PRAKTISI KESEHATAN
2/ April 2020; MASYARAKAT
pISSN 2540-8283 SULAWESI
eISSN: 2620-3294 ,
TENGGARA
PKPO 100% Regulasi terkait kekosongan obat Vol. 2/No.1/
dicatat dalam Desember
buku khusus 2017;untuk
yang ditujukan ISSNstaf
2.1.1 yaitu berupa SOP yang ditetapkan medis dalam hal ini dokter untuk dilakukan
oleh Direktur rumah sakit tentang konfirmasi terkait saran obat substitusi. Kemudian
mengatasi kekosongan obat di Dokter akan memberikan paraf jika saran tersebut
BLUD RS Konawe.
disetujui. Menurut Permenkes RI Nomor 72 tahun
Dari tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa Seleksi 2016 tentang standar pelayanan farmasi di rumah
dan Pengadaan di Instalasi Farmasi BLUD RS Konawe sakit bahwa RS harus memiliki mekanisme untuk
telah memenuhi standar karena nilainya 100%. mencegah kekosongan stok obat yang secara normal
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan tersedia di RS dan mendapatkan obat saat instalasi
Kepala Instalasi Farmasi BLUD RS Konawe bahwa farmasi tutup. Dalam hal ini apoteker bertanggung
terdapat kebijakan tentang pembentukan komite jawab untuk pengembangan semua kebijakan
farmasi dan terapi (KFT) yang salah satu tugasnya pengendalian penggunaan obat dengan
adalah menyusun formularium. Terdapat bukti berkonsultasi kepada profesi lain, dan interdisiplin
laporan efek obat yang tidak diharapkan, laporan yang sesuai dalam rumah sakit6.
efek samping obat dan medication error dicatat PKPO 3 Penyimpanan
dalam format pemantauan obat baru oleh KFT. Ada Berdasarkan standar bahwa rumah sakit harus
lembar indikator mutu tentang penulisan resep menetapkan tata laksana pengaturan penyimpanan
sesuai formularium dan juga lembar form sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
permintaan obat diluar formularium yang dapat habis pakai yang baik, benar, serta aman. Rumah
dilayani bila termasuk obat live saving. sakit juga mengatur tata kelola bahan berbahaya,
Pelaksanaan kajian formularium dilakukan serta obat narkotika dan psikotropika yang baik,
berdasarkan rapat oleh PFT dengan membahas benar, dan aman sesuai dengan peraturan
usulan-usulan terkait revisi yang akan dilakukan, perundang- undangan. Rumah sakit mengatur tata
salah satunya terkait penambahan atau kelola penyimpanan elektrolit konsentrat yang baik,
pengurangan daftar obat dalam formularium. benar, dan aman sesuai dengan peraturan
Penggunaan obat yang rasional dengan sistem perundang-undangan. Rumah sakit harus
formularium harus selalu dilakukan evaluasi dan menetapkan pengaturan penyimpanan dan
monitoring6. Hal ini sejalan dengan penelitian Nufus pengawasan penggunaan obat tertentu, menetapkan
(2019) bahwa di Instalasi Farmasi RS Bhayangkara Tk. regulasi untuk memastikan obat emergensi yang
III Nganjuk ada formularium dan bukti penambahan tersimpan di dalam maupun di luar unit farmasi
obat baru, serta pemantauan efek samping obat. tersedia, tersimpan aman dan dimonitor. Rumah sakit
Hasil wawancara dengan kepala instalasi farmasi juga harus memiliki sistem penarikan kembali (recall),
menyatakan bahwa setiap merevisi formularium, pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
staf medis dan pihak KFT menentukan pilihan bahan medis habis pakai tidak layak digunakan
terhadap produk obat yang akan dimasukkan ke karena rusak, mutu substandar atau kadaluwarsa.
dalam formularium6. Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan
Kebijakan pengelolaan perbekalan farmasi identifikasi dalam proses penarikan kembali (recall)
dan BMHP di BLUD RS Konawe berupa SOP oleh Pemerintah, pabrik, atau pemasok. Rumah sakit
penentuan kuantitas yang dibutuhkan, penyesuaian juga harus menjamin bahwa sediaan farmasi, alat
kebutuhan dengan dana, pemilihan metode kesehatan, dan bahan medis habis yang tidak layak
pengadaan, pemilihan supplier/PBF, penentuan pakai karena rusak, mutu substandard, atau
syarat kontrak, monitoring status pemesanan, kadaluwarsa tidak digunakan serta dimusnahkan5.
penerimaan, pemeriksaan, pembayaran, distribusi Hasil penilaian standar Penyimpanan di
perbekalan farmasi, kumpulan informasi konsumsi, Instalasi Farmasi BLUD RS Konawe Tahun 2018 dapat
dan evaluasi seleksi obat. Bukti pelaksanaan SOP dilihat pada tabel 4 berikut.
tersebut berupa adanya berita acara pemeriksaan Tabel 4. Hasil penilaian Standar Penyimpanan di
barang, berita acara serah terima barang, bukti Instalasi Farmasi BLUD RS Konawe Tahun 2018
pembayaran, surat perjanjian pengadaan barang, Standar Hasil Deskripsi
surat pesanan, surat perjanjian serta persyaratan Penilaian
kontrak. PKPO 3 90,5% Penyimpanan dilakukan
Dalam upaya mengatasi kekosongan obat, berdasarkan kelas terapi, bentuk
Instalasi Farmasi BLUD RS Konawe juga menetapkan sediaan, dan jenis sediaan
SOP dengan cara melakukan konsultasi dengan farmasi, alat kesehatan dan bahan
dokter penulis resep untuk melakukan subtitusi medis habis pakai disusun secara
obat yang kosong dengan obat yang memiliki efek alfabetis dengan menerapkan
atau indikasi yang sama dan tersedia di instalasi prinsip First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO)
farmasi. Obat yang kosong tersebut selanjutnya

68
Preventif
PREVENTIF Journal
JOURNAL
JURNAL ILMIAH
Vol. 4/No.PRAKTISI KESEHATAN
2/ April 2020; MASYARAKAT
pISSN 2540-8283 SULAWESI
eISSN: 2620-3294 ,
TENGGARA
disertai sistem informasi Vol.tabel
Dari 2/No.1/ Desember
4 diatas dapat 2017;
dilihatISSN
bahwa
manajemen. Penyimpanan di Instalasi Farmasi BLUD RS Konawe
telah memenuhi standar karena nilai rata-ratanya
adalah 91,5%. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi BLUD RS
Konawe bahwa telah ada regulasi tentang panduan
PKPO 3.1 100% Rumah sakit menetapkan meningkatkan keamanan obat-obatan yang meliputi
kebijakan tentang pengelolaan penyediaan, penyimpanan penataan dan
obat narkotika dan psikotropika
penggunaan obat high alert, LASA, elektrolit
yang diatur oleh undang-undang.
konsentrat, B3, gas medis, psikotropika dan narkotika.
Dimana untuk penyimpanan
bahan berhaya tersebut rumah Namun tidak ada bukti regulasi terkait obat radioaktif.
sakit telah menyediakan lemari Hal inilah yang menyebabkan standar Penyimpanan
khusus. belum mencapai 100%. Kepala Instalasi Farmasi
PKPO 3.2 100% Elektrolit konsentrat tinggi tidak menjelaskan bahwa obat-obatan radioaktif belum
disimpan di unit perawatan ada atau tidak dapat diterapkan (TDD) di BLUD RS
kecuali untuk kebutuhan klinis Konawe.
yang penting. Elektrolit Obat dan bahan kimia yang digunakan di BLUD
konsentrat tinggi yang disimpan RS Konawe selalu diberi label yang dapat dibaca
pada unit perawatan pasien
dengan jelas yang memuat nama, tanggal pertama
dilengkapi dengan pengaman,
harus diberi label yang jelas dan kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan
disimpan pada area yang dibatasi khusus. Peringatan khusus yang ditulis pada label
ketat untuk mencegah misalnya “tutup rapat kemasan”. Kepala Instalasi
penatalaksanaan yang kurang Farmasi menjelaskan bahwa semua obat ataupun zat
hati-hati kimia selalu diberi label yang ditulis sesuai dengan
PKPO 3.3 58,33% Pengaturan penyimpanan dan ketentuan setiap obat. Berdasarkan Permenkes No.
pengawasan dilakukan 72 tahun 2016 bahwa sediaan farmasi, alat
berdasarkan standar operasional kesehatan, dan BMHP yang dibawa oleh pasien harus
prosedur (SOP). Akan tetapi
disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi3.
terdapat beberapa sediaan atau
Terkait monitoring suhu dan kelembaban
obat tertentu yang tidak dapat
diterapkan (TDD) di Rumah Sakit. dilaksanakan dengan maksud agar kondisi obat tetap
PKPO 3.4 100% BLUD RS Konawe menyediakan stabil dan tidak terjadi kerusakan akibat
lokasi penyimpanan obat penyimpanan obat yang tidak sesuai. Kartu stok
emergensi untuk kondisi rawat inap memuat nama, kemasan dan harga satuan
kegawatdaruratan. Tempat yang dicatat berdasarkan tanggal, jumlah masuk dan
penyimpanan mudah diakses dan keluar, sisa obat, tanggal kadaluarsa dan juga paraf
terhindar dari penyalahgunaan yang dibackup sistem IT. Penyimpanan obat
dan serta pencurian. bertujuan untuk mempertahankan mutu obat dari
PKPO 3.5 100% Penarikan Sediaan farmasi, Alat
kerusakan akibat penyimpanan yang tidak baik,
Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan terhadap
mernpermudah pencarian di gudang penyimpanan,
produk yang izin edarnya dicabut mencegah kehilangan, mempermudah stok opname
oleh Badan Pengawas Obat dan dan pengawasan dan mencegah bahaya
Makanan (BPOM). Penarikan penyimpanan yang salah10.
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Tempat penyimpanan produk nutrisi hanya
dan Bahan Medis Habis Pakai tersedia untuk nutrisi parenteral saja dan tidak
dilakukan oleh BPOM atau pabrik tersedia untuk nutrisi enteral. Contoh sediaan nutrisi
asal. Penarikan kembali dilakukan parenteral di Instalasi Farmasi BLUD RS Konawe
secara rutin atau sesuai kejadian
antara lain asering 500 ml, dextrose 5% 500 ml,
untuk menghindari penggunaan
obat yang kadaluwarsa, berlebih
ringer laktat 500 ml, manitol 500 ml dan NaCl 0,9%
atau ditarik oleh pabrik. Untuk 500 ml. Sedangkan bahan radioaktif di BLUD RS
proses pemusnahan dilakukan Konawe belum ada atau tidak dapat diterapkan (TDD)
apabila produk tidak memenuhi serta tempat penyimpanan obat yang digunakan
persyaratan mutu; telah untuk penelitian belum ada. Kepala Instalasi Farmasi
kadaluwarsa; tidak memenuhi menjelaskan bahwa Di BLUD RS Konawe tidak
syarat untuk dipergunakan dalam menyediakan obat-obatan untuk penelitian.
pelayanan kesehatan atau PKPO 4 Peresepan dan Penyalinan
kepentingan ilmu pengetahuan;
Berdasarkan standar akreditasi bahwa di rumah
dan telah dicabut izin edarnya.

69
Preventif
PREVENTIF Journal
JOURNAL
JURNAL ILMIAH
Vol. 4/No.PRAKTISI KESEHATAN
2/ April 2020; MASYARAKAT
pISSN 2540-8283 SULAWESI
eISSN: 2620-3294 ,
TENGGARA
sakit harus ada regulasi peresepan/permintaan obat Vol.diberi
dokter yang 2/No.1/ Desember 2017; ISSN
kewenangan.
dan instruksi pengobatan. Regulasi ditetapkan Rekonsiliasi obat dilakukan oleh Apoteker yang
untuk menentukan pengertian dan syarat dibuktikan dengan lembar rekonsiliasi obat yang
kelengkapan resep atau pemesanan. Rumah sakit dicatat dalam rekam medik pasien. Lembar
juga menetapkan individu yang kompeten yang rekonsiliasi obat berisi daftar obat sebelum
diberi kewenangan untuk menulis perawatan atau yang dibawa dari rumah dan daftar
resep/permintaan obat atau instruksi pengobatan obat pemberian dari BLUD RS Konawe. Berdasarkan
dan obat yang diresepkan dan diberikan harus regulasi di BLUD RS Konawe untuk menghindari
tercatat di rekam medis pasien5. Hasil penilaian kesalahan pengelolaan peresepan, permintaan obat
standar Peresepan dan Penyalinan di Instalasi dan intsruksi pengobatan, jika terjadi perubahan
Farmasi BLUD RS Konawe Tahun 2018 dapat dilihat pemberian terapi obat (jenis dan dosis), maka obat
pada tabel 5 berikut. sebelumnya harus dihentikan dan ditulis sesuai
Tabel 5. Hasil penilaian standar Peresepan dan aturan penghentian terapi. Menurut Setiawati (2019)
Penyalinan di Instalasi Farmasi BLUD RS bahwa rumah sakit diharapkan menetapkan staf
Konawe Tahun 2018 medis yang berkompeten dan berwenang untuk
Standar Hasil Deskripsi melakukan peresepan atau permintaan obat serta
Penilaian instruksi pengobatan yang benar. Apabila terjadi
PKPO 4 100% Rumah Sakit menetapkan instruksi pengobatan yang tidak benar, tidak terbaca,
suatu kebijakan terkait dan tidak lengkap maka akan membahayakan pasien
bagaimana penulisan resep serta dapat menunda kegiatan asuhan pasien7.
yang baik dan benar
Berdasarkan regulasi (SOP) di BLUD RS Konawe
PKPO 4.1 100% BLUD RS Konawe menetapkan
ketika resep yang dibuat tidak dapat dibaca dengan
suatu kebijakan terkait
bagaimana tata laksana jelas atau resep tidak lengkap penulisannya maka
penulisan resep. Selain itu, harus dikonfirmasi kepada dokter penulis resep.
Rumah Sakit juga membuat Sedangkan resep khusus berupa obat narkotika,
standar operasional prosedur psikotropika dan HAM (high alert medication) harus
(SOP) terkait konfirmasi resep. ditulis pada lembar resep yang memiliki logo atau
PKPO 4.2 100% Direktur rumah sakit kop resmi RS dan harus ditandatangani oleh dokter
menetapkan suatu kebijakan penulis resep sesuai dengan specimen tanda tangan
tentang penulisan resep di penulis resep tersebut.
BLUD RS Konawe.Tenaga
kesehatan yang berkompeten PKPO 5 Persiapan dan Penyerahan
menuliskan resep atau
pesanan obat adalah dokter Menurut standar akreditasi bahwa obat
yang memiliki Surat Izin disiapkan dan diserahkan di dalam lingkungan aman
Praktek (SIP) yang terdiri dari dan bersih. Rumah sakit harus menetapkan regulasi
dokter umum, dokter spesialis yang mengatur semua resep/permintaan obat dan
dan dokter gigi. instruksi pengobatan obat ditelaah ketepatannya5.
PKPO 4.3 100% Obat dan Bahan Medis Habis Hasil penilaian standar Persiapan dan Penyerahan di
Pakai (BMHP) untuk pasien Instalasi Farmasi BLUD RS Konawe Tahun 2018 dapat
ditulis di lembar catatan
dilihat pada tabel 6 berikut.
penggunaan obat (CPO).
Tabel 6. Hasil penilaian standar Persiapan dan
Dimana catatan tersebut
terdapat pada lembar rekam Penyerahan di Instalasi Farmasi BLUD RS
medis pasien. Konawe Tahun 2018
Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa Standar Hasil Deskripsi
Peresepan dan Penyalinan di Instalasi Farmasi BLUD Penilaian
RS Konawe telah memenuhi standar karena nilainya PKPO 5 37,5% Untuk mendapatkan
pelayanan kefarmasian yang
mencapai 100%. Berdasarkan hasil observasi dan
bermutu, berkualitas dan
wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi BLUD
mempertimbangkan
RS Konawe bahwa ada regulasi/kebijakan tertulis keselamatan pasien di Rumah
dan SOP tentang penulisan resep di BLUD RS sakit, direktur BLUD RS
Konawe. Kebijakan tersebut berisi tentang tata cara Konawe menetapkan suatu
peresepan yang baik dan benar. Terdapat pula kebijakan tentang penyiapan
kebijakan yang melampirkan daftar nama dokter dan penyerahan obat. Namun
yang diberi kewenangan untuk menuliskan ada beberapa telusur terkait
resep/permintaan obat/memberi instruksi elemen penilaian yang tidak
terpenuhi.
pengobatan yang disertai dengan STR dan SIP

70
Preventif
PREVENTIF Journal
JOURNAL
JURNAL ILMIAH PRAKTISI
Vol. 4/No. KESEHATAN
2/ April 2020; MASYARAKAT
pISSN 2540-8283 SULAWESI
eISSN: 2620-3294 ,
TENGGARA
PKPO 5.1 100% Rumah Sakit menetapkan Vol. 2/No.1/
penggunaan Desember
obat, sampai 2017;
dengan ISSN
menganalisis
kebijakan terkait penyiapan interaksi obat6.
dan penyerahan obat. Dimana PKPO 6 Pemberian Obat
apoteker maupun tenaga Berdasarkan standar akreditasi bahwa rumah
teknik kefarmasian melakukan
sakit harus menetapkan staf klinis yang kompeten
telaah resep terlebih dahulu
sebelum obat diserahkan dan berwenang untuk memberikan obat. Harus
kepada pasien. memastikan bahwa proses pemberian obat termasuk
Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa proses verifikasi apakah obat yang akan diberikan
Persiapan dan Penyerahan di Instalasi Farmasi BLUD telah sesuai resep/permintaan obat dan ada regulasi
RS Konawe belum memenuhi standar karena yang dibuat tentang obat yang dibawa oleh pasien ke
nilainya 70,83% (dibawah 80%). Berdasarkan hasil rumah sakit untuk digunakan sendiri5. Hasil penilaian
observasi dan wawancara dengan Kepala Instalasi standar Pemberian Obat di Instalasi Farmasi BLUD RS
Farmasi BLUD RS Konawe bahwa telah ada regulasi Konawe Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 7
tentang penyiapan dan penyerahan obat termasuk berikut.
pencampuran sediaan steril seperti sediaan Tabel 7. Hasil penilaian standar Pemberian Obat di
intravena, epidural dan nutrisi parenteral namun Instalasi Farmasi BLUD RS Konawe Tahun 2018
proses pencampuran tersebut tidak dilakukan oleh Standar Hasil Deskripsi
Penilaian
Apoteker atau TTK, tetapi dilakukan pendelegasian
kepada perawat. Menjadi perhatian bagi rumah PKPO 6 100% Petugas yang berwenang
sakit khususnya BLUD RS Konawe bahwa dispensing memberikan obat yaitu tenaga
sediaan steril merupakan salah satu bentuk apoteker dan dapat dibantu
pelayanan kefarmasian. Menurut Kepmenkese RI oleh Tenaga Teknik Kefarmasian
(TTK) berdasarkan kebijakan
Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
yang ditetapkan oleh Direktur
Kefarmasian di Rumah Sakit, dispensing sediaan
rumah sakit.
steril harus dilakukan secara terpusat di Instalasi PKPO 6.1 100% Proses pemberian atau
Farmasi degan teknik aseptik untuk menjamin penyerahan obat dilakukan
sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi sesuai dengan Standar Prosedur
petugas dari paparan zat berbahaya serta Operasional (SOP) yang telah
menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat6. ditetapakn oleh Rumah Sakit.
Ruang pencampuran obat kemoterapi di BLUD PKPO 6.2 100% Adanya SOP berdasarkan
RS Konawe belum terpenuhi sehingga obat-obat kebijakan yang dibuat oleh
kemoterapi belum diadakan. Sedangkan penyiapan direktur rumah sakit. Dimana
Terdapat catatan pada rekam
obat dilakukan sesuai SOP yaitu petugas
medik terkait daftar obat yang
apotek/depo (TTK/AA) menyiapkan obat, di bawa dari rumah atau daftar
menghitung jenis dan jumlah obat, menyiapkan obat sebelum perawatan di
sarana yang akan digunakan (lumpang/blender, rumah sakit.
sudip, kapas alcohol, waslap/serbet, kapsul kosong, Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa standar
kertas powder, timbangan obat dan lain-lain), Pemberian Obat di Instalasi Farmasi BLUD RS Konawe
melaksanakan pembacaan resep, menghitung dosis telah memenuhi standar karena nilainya 100%.
obat, membuat label/etiket yang sesuai, Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan
melaksanakan peracikan, memasukkan obat ke Kepala Instalasi Farmasi BLUD RS Konawe bahwa ada
dalam wadah atau kemasan yang telah diberi etiket, penetapan staf klinis yang kompeten dan berwenang
Apoteker atau TTK/AA kemudian crossh check dan untuk memberikan obat yaitu Apoteker sebagai
menyerahkan obat kepada pasien/keluarga pasien. penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh tenaga
Pengkajian pelayanan resep dilakukan untuk teknik kefarmasian yang memiliki ijazah, sertifikat
menganalisa adanya masalah terkait obat, bila kompetensi, surat pernyataan telah mengucapkan
ditemukan masalah terkait obat harus sumpah atau janji, STR dan SIP. Pemberian obat
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. untuk pengobatan pasien memerlukan pengetahuan
Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai spesifik dan pengalaman. Rumah sakit bertanggung
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, jawab menetapkan staf klinis dengan pengetahuan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap dan pengalaman yang diperlukan, memiliki izin, dan
maupun rawat jalan. Menurut Nufus (2019) bahwa sertifikat berdasarkan atas peraturan
telaah klinis dilakukan oleh staf khusus yang perundang-undangan untuk memberikan obat5.
mempunyai kompetensi klinis pada bidang farmasi, Selain itu, regulasi tentang verifikasi sebelum
sehingga mampu menelaah secara cermat terkait penyerahan obat kepada pasien meliputi 7 prinsip
ketepatan dosis obat, aturan atau cara, dan lama yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar

71
Preventif
PREVENTIF Journal
JOURNAL
JURNAL ILMIAH
Vol. 4/No.PRAKTISI KESEHATAN
2/ April 2020; MASYARAKAT
pISSN 2540-8283 SULAWESI
eISSN: 2620-3294 ,
TENGGARA
cara, benar waktu, benar dokumentasi dan benar Vol.ke2/No.1/
diserahkan Desember
bagian PIO 2017;
atau KFT paling ISSN
lama 24 jam
informasi. Adapun pelaksanaan rekonsiliasi obat setelah kejadian.
dicatat dalam rekam medis dengan mencatat daftar Terdapat pula regulasi tentang penanganan
obat sebelum perawatan dan daftar obat dari BLUD medication error dan keselamatan pasien. Kepala
RS Konawe. instalasi farmasi menjelaskan bahwa apabila terjadi
medication eror maka wajib dilaporkan sebagai
PKPO 7 Pemantauan/Monitoring
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) atau Kejadian Tidak
Sesuai dengan standar bahwa efek obat dan
Diinginkan (KTD) melalui mekanisme pelaporan yang
efek samping obat terhadap pasien harus dipantau.
telah ditetapkan. Hal ini terbukti dengan formulir
Rumah sakit perlu menetapkan dan menerapkan
laporan insiden kesalahan penggunaan obat di BLUD
proses pelaporan serta tindakan terhadap kesalahan
RS Konawe. Formulir tersebut berisi data pasien,
penggunaan obat (medication error) serta dilakukan
rincian kejadian yang memuat tanggal dan waktu
upaya menurunkan angkanya5. Hasil penilaian
insiden, kesalahan yang terjadi serta kronologis
standar Pemantauan/Monitoring di Instalasi Farmasi
insiden. Kesalahan penggunaan obat tersebut
BLUD RS Konawe Tahun 2018 dapat dilihat pada
dilaporkan selama 2x24 jam kepada tim keselamatan
tabel 8 berikut.
pasien dan dilakukan upaya tindak lanjut terkait
Tabel 8. Hasil penilaian standar Pemantauan/
kesalahan yang terjadi. Menurut KARS (2017) bahwa
Monitoring di Instalasi Farmasi BLUD RS Konawe
rumah sakit harus menetapkan proses identifikasi
Tahun 2018
dan pelaporan bila terjadi kesalahan penggunaan
Standar Hasil Deskripsi
obat (medication error). Laporan ditujukan kepada
Penilaian
tim keselamatan pasien rumah sakit dan harus ada
PKPO 7 100% Rumah Sakit melakukan
pemantauan terapi obat tindak lanjut dan pelatihan dalam rangka upaya
berdasarkan standar perbaikan untuk mencegah agar tidak terjadi
operasional prosedur (SOP) kesalahan penggunaan obat dikemudian hari5.
yang telah ditetapkan. Dimana
SIMPULAN DAN SARAN
untuk efek samping yang
terjadi dicatat pada lembar Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat
monitoring efek samping obat disimpulkan bahwa secara keseluruhan pelayanan
yang telah ditetapkan. kefarmasian dan penggunaan obat (PKPO) di Instalasi
PKPO 7.1 100% BLUD RS Konawe menetapkan Farmasi BLUD RS Konawe Tahun 2018 telah
atau membuat formulir terkait memenuhi Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
laporan insiden kesalahan (SNARS) dengan nilai PKPO 1 (pengorganisasian)
pemberian obat yang sebesar 100%, PKPO 2 (seleksi dan pengadaan)
mencakup data pasien beserta sebesar 100%, PKPO 3 (penyimpanan) sebesar 91,5%,
rincian insiden. Selain itu
PKPO 4 (peresepan dan penyalinan) sebesar 100%,
Rumah sakit juga membuat
formulir laporan medication
PKPO 5 (persiapan dan penyerahan) sebesar 70,83%,
error dengan menyertakan PKPO 6 (pemberian obat) sebesar 100% dan PKPO 7
tindakan atau upaya yang (monitoring) sebesar 100%.
dilakukan untuk mengatasi Dari hasil penelitian ini dapat disarankan kepada
reaksi efek samping yang pihak Instalasi Farmasi BLUD RS Konawe agar dapat
ditimbulkan. melakukan strategi perbaikan dan pengembangan
Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa pada standar PKPO 3, PKPO 3.3 dan PKPO 5 karena
standar Pemantauan/Monitoring di Instalasi Farmasi belum sesuai dengan standar akreditasi SNARS 2018.
BLUD RS Konawe adalah 100%. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara bahwa ada regulasi DAFTAR PUSTAKA
tentang pemantauan terapi obat dan efek samping 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
obat serta pelaporannya. Berdasarkan SOP bahwa 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No.
pemantauan terapi obat dilakukan pada pasien 44 tentang Rumah Sakit. Jakarta.
geriatri dan pediatri, pasien hamil dan menyusui 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
serta obat dengan indeks terapi sempit. Setelah itu, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
perawat yang memberikan obat mengamati efek Indonesia Nomor 56 tentang Klasifikasi dan
yang ditimbul setelah 30 menit pemberian obat, Perizinan Rumah Sakit. Jakarta.
efek yang ditimbulkan dicatat pada lembar rencana 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
dan catatan perkembanagn pelayanan terintegrasi 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
(CPTT) direkam medis, melaporkan efek yang Indonesia Nomor 72 tentang Standar Pelayanan
ditimbulkan kepada dokter, buat laporan kejadian Kefarmasian di Rumah Sakit, Direktorat Jenderal
pada lembar formulir kuning MESO, kemudian Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta.

72
Preventif
PREVENTIF Journal
JOURNAL
JURNAL ILMIAH PRAKTISI
Vol. 4/No. KESEHATAN
2/ April 2020; MASYARAKAT
pISSN 2540-8283 SULAWESI
eISSN: 2620-3294 ,
TENGGARA
4. Hamdani, AS. Asri L.R. Widodo G.P. 2017. Vol. 2/No.1/ Desember 2017; ISSN
Development Strategy of Pharmacy
Departement Based Accreditation Evaluation in
RSUD Dr. Moewardi Surakarta by Hanlon
Method. Thesis, Pharmacy Faculty, Setia Budi
University Surakarta. JISIP; 1(2).
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan
Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2017. Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1.
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
Jakarta.
6. Nufus L.S. 2019. Strategi Pengembangan
Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat
(PKPO) di Instalasi Farmasi RSUD Kota Mataram
(H. Muh. Ruslan) dengan Metode Hanlon. Tesis.
Universitas Setia Budi. Surakarta.
7. Setiawati N.M. 2019. Strategi Perbaikan
Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat
(PKPO) Berdasarkan Standar Akreditasi dengan
Metode Hanlon di Instalasi Farmasi RSUD
Luwuk Sulawesi Tengah Tahun 2019. Tesis.
Universitas Setia Budi. Surakarta.
8. Sabarudin. 2013. Strategi Pengembangan
Instalasi Farmasi berbasis Evaluasi Akreditasi di
Instalasi Farmasi RSUD Pandan Arang
Kabupaten Boyolali dengan Metode Hanlon.
Tesis. Universitas Setia Budi. Surakarta.
9. Sabarudin. 2019. Evaluasi Manajemen dan
Penggunaan Obat-obatan berbasis Akreditasi
Joint Commission International (JCI) di Instalasi
Farmasi RSUD Kota Kendari. Prosiding Seminar
Nasional Kesehatan. FKM UHO. Kendari.
10. Wulandari N. 2019. Analisis dan Strategi
Pengembangan Pelayanan Kefarmasian dan
Penggunaan Obat di Instalasi Farmasi RS
Bhayangkara Tk. III Nganjuk dengan Metode
Hanlon, Tesis, Fakultas Farmasi, Universitas
Setia Budi, Surakarta

73
Preventif Journal
PREVENTIF JOURNAL
JURNAL ILMIAH
Vol. 4/No. PRAKTISI
2/ April KESEHATAN
2020; pISSN 2540-8283MASYARAKAT SULAWESI
eISSN: 2620-3294 ,
TENGGARA
Vol. 2/No.1/ Desember 2017; ISSN

74

Anda mungkin juga menyukai