Persepsi pasien tentang kualitas pelayanan harus menjadi fokus utama dalam sistem
perawatan kesehatan. Persepsi seseorang mengenai pelayanan kesehatan muncul setelah adanya
pengamatan langsung ketika menjadi pasien atau melalui informasi yang mereka peroleh dari
media massa maupun pengalaman orang lain yang pernah menjadi pasien di pelayanan kesehatan
tersebut. Pembentukan persepsi diringi dengan terbentuknya sikap kemudian tindakan terhadap
Pelayanan kesehatan yang dituntut oleh pasien bukan hanya kesembuhan dari penyakit,
tetapi juga persepsi pasien terhadap keseluruahn kualitas pelayanan yang diberikan oleh
pelayanan kesehatan. Sarana dan prasarana rumah sakit guna juga berperan dalam memenuhi
harapan pasien. Dengan demikian keberhasilan suatu rumah sakit tidak hanya dilihat dari sisi
medis tetapi juga dilihat dari fasilitas pelayanan rumah sakit yang ditawarkan kepada pasien.
(Adriani, 1999)
Persepsi pasien terhadap mutu pelayanan diawali dari kebutuhan pasien, maka dari itu
pelayanan yang baik tidak saja di lihat dari penyedia jasa layanan, tetapi juga dilihat dari kesan
pasiennya. Persepsi pasien berperan penting dalam menilai suatu mutu pelayanan kesehatan
karena berdasarkan persepsi yang baik dari pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan yang
diterimanya maka akan dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pasien serta menumbuhkan citra
kerangka perencanaan dan analisis suatu produk yaitu : 1) Penampilan (performance) adalah
pelayanan (service ability); 7) Estetika (aesthetics); 8) Mutu yang dirasakan (perceived quality).
Dimensi mutu pelayanan kesehatan yang bisa mengidentifikasi kepuasan pelanggan atau
Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral dari rumah sakit sebagai sarana untuk
dilakukan pengujian spesimen klinis yang diperlukan untuk menunjang upaya penegakkan
diagnosis, pengobatan penyakit, serta pemulihan kesehatan. Sebanyak 40% keputusan medis
berasal dari hasil laboratorium, kesalahan hasil yang dikeluarkan oleh laboratorium dapat
biaya akan membengkak dan meningkatkan resiko keselamatan pasien itu sendiri.(Sari, 2018)
Hasil diagnostik laboratorium yang akurat memegang peran penting dalam manajemen
pasien dan pengendalian penyakit menular. Laboratorium dikatakan bermutu tinggi apabila data
Untuk mencapai mutu hasil laboratorium yang memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi
maka seluruh metode dan prosedur operasional laboratorium harus dilakukan secara terpadu.
Cakupan kegiatan peningkatan mutu meliputi seluruh kegiatan teknis laboratorium dan kegiatan-
kegiatan yang bersifat administrasi, serta manajemen laboratorium. Kegiatan teknis laboratorium
meliputi seluruh kegiatan pra-analitik, analitik, dan pasca-analitik. Kegiatan yang berkaitan
dengan administrasi meliputi pendaftaran pasien/spesimen, pelayanan administrasi keuangan,
dan pelayanan hasil pemeriksaan. Sedangkan kegiatan yang bersifat manajerial meliputi
pemberdayaan sumber daya yang ada, termasuk di dalamnya adalah penatalaksanaan logistik dan
dimuat pada media cetak berkaitan dengan masalah mutu pemeriksaan yang telah dilakukan oleh
laboratorium klinik, peningkatan sosial ekonomi, pendidikan dan terbukanya arus komunikasi
melakukan antisipasi tersebut, terdapat dua komponen penting yang perlu dilakukan oleh
laboratorium klinik, yakni menciptakan mutu pelayanan dan mutu keilmuan atau profesi.
diagnostik atau terapi berdasarkan bukti yang sesuai untuk pasien mereka. Layanan laboratorium
klinik adalah informasi yang objektif dengan biaya yang paling efektif dan sumber daya paling
invasif . Layanan laboratorium klinis memiliki dampak langsung pada berbagai aspek perawatan
pasien termasuk, lama inap (length of stay), keselamatan pasien (patient safety), pemanfaatan
2005)
RSUP Dr. M. Djamil Padang adalah RS kelas A Pendidikan yang dinyatakan lulus
Akreditasi Paripurna pada tanggal 31 Desember 2018 dan Akreditasi Internasional pada tanggal
9 April 2019 oleh Komisi Akreditasi RS (KARS) Internasional. RSUP Dr. M. Djamil Padang
saat ini telah ditunjuk sebagai RS Pusat Rujukan Nasional berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan No. BN.06.01/I/874/2015 untuk wilayah Sumatera Bagian Tengah bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pelayanan yang bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat. Provinsi tetangga yang sering merujuk pasien ke RSUP Dr. M.
Rumah Sakit Umum Pusat Dr.M.Djamil Padang memiliki unit pelayanan laboratorium
klinik yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk
menunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit, serta pemulihan
kesehatan perorangan ataupun masyarakat. Instalasi laboratorium yang dimiliki RSUP Dr. M.
Djamil Padang berklasifikasi Laboratorium umum utama. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
rumah sakit yang harus digunakan sebagai pedoman bagi rumah sakit dalam menjamin
juga menetapkan waktu standar untuk setiap pemeriksaan laboratorium, yang meliputi
pemeriksaan hematologi ≤ 120 menit, kimia klinik ≤ 180 menit dan pemeriksaan yang sifatnya
cenderung mengalami penurunan. Rata-rata jumlah pasien yang datang melakukan pemeriksaan
laboratorium pada tahun 2018 mencapai 16.903 pasien, pada tahun 2019 sebanyak 14.496 Pasien
tahun 2020 sebanyak 15.176 Pasien dan tahun 2021 sebanyak 9.931 Pasien, adapun cakupan
jumlah pasien di instalasi laboratorium klinik sejak tahun 2018 sebagai berikut:
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2021 terjadi
penurunan terus menerus kunjungan pasien di instalasi laboratorium klinik RSUP Dr.M.Djamil
Padang. Penurunan paling tajam dari kunjungan tersebut terjadi pada tahun 2020 ketahun 2021.
keberhasilgunaannya (efisiensi). Laboratorium klinis yang profesional dan bermutu adalah mitra
yang sangat diperlukan dalam perawatan pasien, perbaikan kualitas hidup pasien, pemeliharaan
kesehatan masyarakat dan efektivitas penyedia layanan kesehatan individu. Laboratorium yang
memiliki keahlian untuk mengidentifikasi tren yang signifikan pada pola penyakit dan hasil
medis yang dapat digunakan untuk mendukung keputusan klinis dan penerapan clinical pathway,
dan persepsi penyedia jasa pelayanan kesehatan yang mengakibatkan kegagalan penyampaian
jasa yang berkualitas. Rumah sakit mungkin berfikir bahwa pasien menginginkan makanan yang
lebih baik, tetapi pasien mungkin lebih mementingkan daya tanggap perawat. untuk mengatasi
kesenjangan antara persepsi konsumen / pasien dan persepsi penyedia jasa pelayanan kesehatan /
rumah sakit adalah mengidentifikasi / mengenal kebutuhan pasien dan faktor-faktor apa saja
yang berpengaruh terhadap persepsi mutu pelayanan kesehatan. (Philip and Keller, 2010)
Penelitian Muhidin et al., (2010) tentang Persepsi pasien terhadap pelayanan keperawatan
Madium belum memenuhi harapan pasien, penerapan prinsip caring oleh perawat belum optimal
disebabkan oleh terbatasnya perawat baik secara kuantitas maupun kualitas. Harapan informan
terhadap pelayanan di RS X Madium adanya pengembangan pelayanan keperawatan dari segi
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Paramitha et al (2021) tentang Persepsi
penampilan petugas laboratorium cukup baik yaitu rapi, bersih, dan sopan dapat mempengaruhi
persepsi pasien. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shabri et al (2020),
cara berpakaian dan cara berhias dari seseorang dapat menunjukkan kepribadian dan karakter
seseorang. Petugas kesehatan yang selalu memperhatikan penampilan agar selalu tampil rapi dan
bersih dapat menimbulkan citra positif dan menunjukkan sikap yang professional.
dipengaruhi oleh interaksi petugas kesehatan Apabila komunikasi atau interaksi petugas dengan
pasien berjalan dengan baik sesuai harapan pasien, maka pasien akan merasa puas terhadap
pelayanan yang dilakukan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Uppal,
Neha et al tahun 2018 dimana tingkat kepuasan pasien tinggi terhadap sikap petugas, sehingga
dapat dijadikan evaluasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan khususnya dalam hal
komunikasi.
Berdasarkan hasil penelitian Desywar (2017) tentang hubungan dimensi mutu layanan
dengan kepuasan pasien di laboratorium klinik RSUP Dr.M.Djamil Padang, pada survey awal
penelitian pasien di poliklinik khusus penyakit dalam, dari 10 pasien yang diwawancarai hanya
30% yang menyatakan puas dan 70% menyatakan tidak puas. Diduga rendahnya tingkat
kepuasan pasien disebabkan karena adanya sikap petugas dalam memberikan pelayanan kepada
pasien kurang merespon kepada kepuasan pelanggan hal ini sejalan dengan hasil penelitiannya
yang menyatakan bahwa empati petugas menjadi faktor yang paling dominan untuk
meningkatkan kepuasan pasien. Dan dari Dari diskusi yang dilakukan dengan kepala Instalasi
Laboratorium didapatkan informasi bahwa mereka sudah memberikan pelayanan yang baik
Persepsi tentang mutu pelayanan menurut pasien seringkali berbeda dengan pemberi
layanan. Hal ini bisa dimaklumi karena mutu pelayanan kesehatan melekat erat dengan faktor-
faktor subjektivitas yang berkepentingan. Oleh karena itu perlu diteliti sejauh mana perbedaan
persepsi tentang mutu pelayanan kesehatan menurut pasien dengan petugas selaku pemberi
pemberi pelayanan.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang adanya perbedaan
Persepsi dari petugas yang memberi pelayanan kesehatan dengan pasien selaku pemakai jasa
kesehatan dalam aspek dimensi mutu layanan pasien di instalasi laboratorium RSUP Dr.
1. Tujuan Umum
Diperolehnya gambaran persepsi petugas dan pasien tentang mutu layanan dan hubungan
antara persepsi petugas dengan persepsi pasien terhadap mutu layanan pasien di instalasi
2. Tujuan Khusus
3. Diprolehnya gambaran Karakteristik petugas berupa umur, jenis kelamin, Pendapatan, dan
4. Diperolehnya Gambaran Karakteristik Pasien berupa umur, jenis kelamin dan tingkat
pendidikan, Pekerjaan
5. Diperolehnya hubungan antara karakteristik pasien dengan persepsi pasien terhadap mutu
mutu pelayanan di instalasi laboratorium RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2022
7. Diperolehnya gambaran kesenjangan persepsi petugas dan persepsi pasien tentang mutu
pelayanan di instalasi laboratorium RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2022 berdasarkan
ilmu pengetahuan dibidang administrasi rumah sakit dan dapat menjadi bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya.
2. Aspek Praktis
Sebagai bahan masukan bagi manajemen laboratorium klinik RSUP. Dr. M. Djamil
pasien yang datang ke laboratorium dan dapat menjadi masukan dalam merumuskan
kebijakan upaya menjaga mutu dan perbaikan terus menerus pelayanan di instalasi
Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan di rumah sakit dalam penyusunan
3. Bagi Peneliti
kemampuan peneliti.
sakit.
Point-point penting yang menjadi tinjaun pustaka dalam penelitian ini adalah :
3. Pengertian Presepsi
1. Kerangka Teori
Kerangka teori dari penelitian ini menggunakan modifikasi model konsep Servqual yang
dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml dan Berry, dimana terdapat perbedaan persepsi
antara jasa yang dipersepsikan oleh konsumen (pasien) dengan persepsi manajemen (petugas)
Kebutuhan Pengalaman
Komunikasi Pribadi Masa Lalu
Jasa yang
diharapkan
Gap 5
Jasa yang
dipresepsikan
Konsumen
Penyampaian Jasa
Pemasar Gap 4 Komunikasi Eksternal
Pada Pelanggan
Gap 2
Presepsi Manajemen
atas Harapan Pelanggan
dalam tinjauan pustaka, maka akhirnya didapat beberapa variabel yang dapat dihubungkan
dengan mutu layanan kesehatan terhadap kepuasan pasien di instalasi laboratorium RSUP Dr.
M.Djamil Padang,
Persepsi pasien dan petugas terhadap mutu layanan instalasi laboratorium RSUP Dr.
relaibility, responsiveness, assurance dan empaty yang selanjutnya akan diukur besaran
kesenjangan yang terjadi yang terjadi serta dilakukan Fokus grup diskusi untuk melakukan
kajian mendalam terhadap kesenjangan yang terjadi. Secara Skematis kerangka konsep
Kesenjangan
Karakteristik Karakteristik
Petugas :Umur, Jenis Pasien :Umur, Jenis V. Independent
Kelamin. Pendapatan, Kelamin. Pendapatan,
Pendidikan, Pekerjaan Pendidikan, Pekerjaan
Presepsi Petugas
Terhadap Kesenjangan
Melalui Pendekatan FGD
3. Hipotesa Penelitian
1. Ada hubungan antara umur pasien terhadap Persepsi mutu pelayanan di instalasi
2. Ada hubungan antara jenis kelamin pasien terhadap Persepsi mutu pelayanan di instalasi
3. Ada hubungan antara pendapatan pasien terhadap Persepsi mutu pelayanan di instalasi
4. Ada hubungan antara pendidikan pasien terhadap Persepsi mutu pelayanan di instalasi
5. Ada hubungan antara pekerjaan pasien terhadap Persepsi mutu pelayanan di instalasi
6. Ada hubungan antara umur petugas terhadap Persepsi mutu pelayanan di instalasi
7. Ada hubungan antara jenis kelamin petugas terhadap Persepsi mutu pelayanan di instalasi
8. Ada hubungan antara pendapatan petugas terhadap Persepsi mutu pelayanan di instalasi
9. Ada hubungan antara pendidikan petugas terhadap Persepsi mutu pelayanan di instalasi
10. Ada hubungan antara pekerjaan petugas terhadap Persepsi mutu pelayanan di instalasi
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. dengan
menggunakan pendekatan rancangan studi cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk
pengumpulan data dilakukan pada saat bersamaan serta dengan (point time approach)
Discusion (FGD), untuk mendapatkan informasi secara akurat dari pertugas di Instalasi
Laboratorium tentang persepsi kepuasan petugas terhadap mutu layanan instalasi laboratorium
RSUP Dr. M.Djamil Padang. Informan penelitian dilakukan dengan kriterian “kesesuaian”
(appropriatenes) dan kecukupan dari penelitian ini. Untuk mempermudah dalam melaksanakan
penelitian, maka disusun matriks sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian ini yang berisi
Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Dependent
Persepsi Pasien Persepsi pasien terhadap mutu Wawancara Kuesioner Hasil ukur ditentuka Rasio
Terhadap Mutu pelayanan kesehatan setelah berdasarkan nilai means
elayanan mendapatkan pelayanan yang atau median, standar
meliputi : devias dari aspek mutu
- Tangible (ketersediaan sarana pelayanan meliputi
pendukung layanan, meliputi ; (tangibles, reliabi
keadaan ruangan lity,assurance, dan
- Reliability (kesesuaian dan empathy) karena jenis
ketepatan dalam memberikan data bersifat numerik
layanan, meliputi tanggap terhadap
keluhan)
- Responsiveness (kecepatan Hasil ukur ditentukan
dan ketangga pan dalam berdasarkan nilai means
memberikan layanan, melipti ; atau median, standar Ordinal
mudah dalam berkomunikasi devias dari aspek mutu
serta teliti dalam bertindak) pelayanan yang akan
- Assurance (jaminan bagi dikategorikan
pasien dalam keramah berdasarkan nilai cut off
tamahan serta profesional, point menjadi
meliputi ; kesopanan, sabar 0 = Tidak Puas
serta berpenampilan baik) 1 = Puas
- Empathy (memahami
kebutuhan psien meliputi;
mendengarkan keluhan
pasien, memberikan
informasi tentang tindakan
yang diberikan)
persepsi petugas Persepsi petugas terhadap Wawancara Kuesioner Hasil ukur ditentukan Rasio
terhadap mutu mutu pelayanan kesehatan berdasarkan nilai
pelayanan kesehatan setelah melihat mutu layanan means atau median,
yang diberikan . yang diberikan meliputi : standar deviasu dari
- Tangible (ketersediaan aspek mutu pelayanan
sarana pendukung layanan, meliputi (tangibles,
meliputi ; keadaan ruangan reliabi lity,assurance,
- Reliability (kesesuaian dan dan empathy) karena
ketepatan dalam jenis data bersifat
memberikan layanan, numerik
meliputi ; tanggap terhadap
keluhan)
- Responsiveness (kecepatan
dan ketangga pan dalam Hasil ukur ditentukan
memberikan layanan, berdasarkan nilai means Ordinal
melipti ; mudah dalam atau median, standar
berkomunikasi serta teliti devias dari aspek mutu
dalam bertindak) pelayanan yang akan
- Assurance (jaminan bagi dikategorikan
pasien dalam keramah berdasarkan nilai cut off
tamahan serta profesional, point menjadi
meliputi ; kesopanan, sabar 0 = Tidak Puas
serta berpenampilan baik) 1 = Puas
- Empathy (memahami
kebutuhan psien meliputi;
mendengarkan keluhan
pasien, memberikan
informasi tentang tindakan
yang diberikan)
Independent
Umur Lama hidup responden dan petugas Wawancara Kuesioner 0 = Tua ( ≥55 Tahun) Ordinal
dihitung sejak tahun kelahiran 1 = Dewasa ( 21-54
hingga Tahun)
ulang tahun terakhir. 2 = Muda (≤20 Tahun)
Jenis Kelamin Jenis kelamin sesuai dengan Wawancara Kuesioner 0 = Laki-laki Nominal
preferensi biologis pasien dan 1 = Perempuan
petugas
Pendapatan jumlah pendapatan atau upah hasil Wawancara Kuesioner 0 = Rendah ( < Ordinal
kerja yang diterima pasien dan Rp.2.000.000/0
petugas tiap bulan 1 = Tinggi (≥2.000.000)
Pendidikan Jenjang pendidikan formal pasien Wawancara Kuesioner 0 = SD Ordinal
dan petugas terakhir yang telah 1 = SMP
diselesaikan petugas. 2= SMA
3 = Perguruan Tinggi
Pekerjaan Jenis aktifitas pasien sebagai cara Wawancara Kuesioner 0 = Tidak Bekerja Ordinal
untuk mencari nafkah yang utama. 1 = Bekerja