Baik buruknya suatu Rumah Sakit dinilai dari kualitas pelayanan pasien, yang
biasanya dihubungkan dengan kualitas pelayanan medis dan atau kualitas pelayanan
keperawatan. Mutu pelayanan Rumah Sakit dapat dipertanggung-jawabkan apabila
memenuhi kriteria dari berbagai jenis disiplin pelayanan, seperti yang tercantum dalam
surat keputusan No. 436/ Menkes/ SK /VI / 1993 yaitu: (a) administrasi dan pelayanan;
(b) pelayanan medis; (c) pelayanan gawat darurat; (d) kamar operasi; (e) pelayanan
intensif; (f) pelayanan perinatal resiko tinggi; (g) pelayanan keperawatan; (h) pelayanan
anastesi; (i) pelayanan radiologi; (j) pelayanan farmasi; (k) pelayanan laboratorium; (l)
pelayanan rehabilitasi medis; (m) pelayanan gizi; (n) rekam medik; (o) pengendalian
infeksi di Rumah Sakit; (p) pelayanan sterilisasi sentral; (q) pelayanan keselamatan kerja,
kebakaran dan kewaspadaan bencana; (r) pemeliharaan sarana; (s) pelayanan lain; (t)
perpustakaan (Aditama, 2003).
Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian kegiatan yang mengandung resiko,
karena menyangkut keselamatan tubuh dan nyawa seseorang. Perkembangan ilmu
pengetahuan, metode pengobatan dan penemuan alat kedokteran canggih, selain
memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat, pada kenyataannya tidak mampu
menghilangkan resiko terjadinya suatu kejadian yang tidak diinginkan, baik timbulnya
komplikasi, kecacatan maupun pasien meninggal dunia.
Dengan diberlakukannya UU No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsu-men, UU
No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran, UU no. 36/2009 tentang Kesehatan dan UU no.
44/2009 tentang Rumah Sakit, yang menjamin hak pasien untuk mengajukan gugatan baik
kepada tenaga kesehatan maupun Rumah Sakit, maka suatu Kejadian Tidak Diinginkan
dapat berakhir dengan tuntutan hukum.
Oleh karena itu Rumah Sakit perlu menyusun suatu program untuk memperbaiki
proses pelayanan terhadap pasien, agar Kejadian Tidak Diinginkan dapat dicegah melalui
rencana pelayanan yang komprehensif. Dengan meningkatnya keselamatan pasien,
diharapkan dapat mengurangi terjadinya suatu Kejadian Tidak Diinginkan sehingga
kepercayaan masyarakat terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit kembali meningkat.
Page 1
Mengingat issue keselamatan pasien sudah menjadi issue global dan tuntutan
masyarakat, maka penyusunan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien Rumah
Sakit menjadi prioritas yang perlu dilakukan oleh semua Rumah Sakit.
Menurut Joint Commission International (JCI) yang menyusun Standar Internasional
Akreditasi Rumah Sakit, Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien yang ideal
perlu menetapkan struktur (input) dari kegiatan klinik dan manajemen, termasuk kerangka
untuk memperbaiki proses kegiatan serta indikator output yang digunakan untuk
monitoring dan evaluasi. Lebih lanjut program tersebut perlu menekankan bahwa
perencanaan, perancangan, monitor, analisis dan perbaikan proses klinik serta manajemen,
harus dikelola dengan baik dengan sifat kepemimpinan yang jelas agar tercapai hasil
maksimal.
Salah satu strategi yang paling tepat dalam mengantisipasi adanya persaingan
terbuka adalah melalui pendekatan mutu paripurna (Total Quality Management) atau
peningkatan mutu berkelanjutan (Continous Quality Improvement) dalam pelayanan
kesehatan yang berorientasi selain pada proses pelayanan yang bermutu, juga hasil mutu
pelayanan yang sesuai dengan keinginan pasien. Semuanya memerlukan upaya yang
cukup kompleks. Untuk itu semua jajaran pejabat struktural dan fungsional dapat
meningkatkan kemampuan profesionalnya dan mengubah sikap mental pejabat yang ingin
selalu dilayani menjadi pelayan kesehatan yang terpercaya.
Page 2
BAB II
LATAR BELAKANG
Mutu adalah bentuk persepsi yang dipahami berbeda oleh orang yang berbeda
namun berimplikasi pada prioritas tertentu.Peningkatan mutu adalah pendekatan
pendidikan, edukasi berkelanjutan dan perbaikan proses-proses pemberian pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan pasar dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.Definisi
Mutu Rumah Sakit Hikmah adalah derajat kesempurnaan pelayanan Rumah Sakit Hikmah
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya
yang tersedia di Rumah Sakit Hikmah secara wajar, efisien, efektif serta diberikan secara
aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya dengan
memperhatikan keterbatasan dan kemampuan Rumah Sakit dan masyarakat konsumen.
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga profesi lain
terhadap pasien dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasannya serta kepuasan
Page 3
provider. Outcome yang baik sebagian besar tergantung kepada mutu struktur dan mutu
proses yang baik. Sebaiknya outcome yang buruk adalah kelanjutan struktur atau proses
yang buruk.
Rumah Sakit Hikmah adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang
menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap bermutu dan menggunakan ilmu terkini.
Pelayanan Rumah Sakit Hikmah menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan serta
penelitian. Untuk menjamin keberlangsungan fungsi tersebut dengan baik maka Rumah
Sakit Hikmah harus memiliki sumber daya manusia yang profesional baik di bidang teknis
medis maupun administrasi. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, Rumah Sakit
Hikmah harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua
tingkatan.
Pengukuran mutu di Rumah Sakit Hikmah sudah diawali dengan penilaian
akreditasi Rumah Sakit yang mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat struktur
dan proses. Pada kegiatan ini Rumah Sakit Hikmah harus melakukan berbagai standar dan
prosedur yang telah ditetapkan.Rumah Sakit Hikmah dipacu untuk dapat menilai diri (self
assesment) dan memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada alat ukur yang lain yaitu
instrumen mutu pelayanan Rumah Sakit Hikmah yang menilai dan memecahkan masalah
pada hasil (Outcome). Tanpa mengukur hasil kinerja Rumah Sakit Hikmah tidak dapat
mengetahui apakah struktur dan proses yang baik telah menghasilkan outcome yang baik
pula. Pelaksanaan indikator mutu Rumah Sakit Hikmah disusun dengan mengacu pada
Peraturan Kemenkes Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 tentang standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
Page 4
BAB III
TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
A. TUJUAN UMUM
B. TUJUAN KHUSUS
Page 5
BAB IV
A. KEGIATAN POKOK
1. Pemantauan mutu unit kerja.
2. Pemantauan indikator mutu prioritas RS.
3. Standarisasi asuhan klinis secara bertahap
4. Pemantauan penerapan Sasaran Keselamatan Pasien
5. Manajemen Risiko terintegrasi
B. RINCIAN KEGIATAN
1. Penetapan organisasi pengelola upaya peningkatan mutu dan keselamatan
pasien, meliputi antara lain tapi tidak terbatas pada:
a. Penetapan penanggung jawab pengumpul data mutu unit kerja
b. Penetapan Tim Verifikator dan Validator data indikator mutu
c. Penetapan Tim Keselamatan Pasien RS
d. Penetapan Tim Ad-hoc Pengukuran Mutu Prioritas
2. Pendidikan dan Pelatihan PMKP bagi pimpinan dan staf RS
a. Workshop PMKP bagi Yayasan dan Direktur RS
b. Workshop PMKP bagi Staf
3. Standarisasi proses asuhan klinis, secara berkelanjutan meningkatkan
standard mutu klinis melalui monitoring dan evaluasi clinical pathway di layanan
prioritas rumah sakit
a. Penetapan PPK dan CP di layanan prioritas yang ditetapkan.
Tahun 2019 PPK dan CP yang ditetapkan oleh Yayasan dan Direktur untuk
dievaluasi adalah layanan Anak
b. Penyusunan PPK dan CP di tiap bagian yaitu obgyn, bedah, interna dan anak.
Masing-masing bagian menetapkan 5 PPK dan CP. Daftar dan format CP
masing-masing bagian disusun oleh kelompok staf medis dan ditetapkan oleh
Direktur Rumah Sakit Hikmah.
c. Melakukan penerapan clinical pathway yang telah ditetapkan di prioritas
rumah sakit.
Page 6
d. Mengukur kepatuhan penerapan CP yang ditetapkan dengan menilai kesesuai
LOS (length of stay), pemakaian obat dan pemeriksaan penunjang.
e. Melakukan sosialisasi PPK dan CP ke staf klinis terkait
f. Melakukan audit paska implementasi untuk hasil kepatuhan penerapan CP
yang tidak memenuhi target (80%)
4. Penetapan, pengumpulan, analisa dan validasi data pengukuran indikator
mutu unit
a. Indikator Area Klinis
b. Indikator Area Manajemen
c. Indikator Sasaran Keselamatan Pasien, dan
d. Penilaian kinerja staf klinis dan non klinis di unit masing-masing
5. Penetapan, pengumpulan, analisa dan validasi data mutu prioritas RS
a. Indikator Area Klinis
b. Indikator Area Manajemen
c. Indikator Sasaran Keselamatan Pasien, dan
d. Penerapan clinical pathway prioritas RS
6. Analisa dampak pengukuran mutu rumah sakit untuk melihat efisiensi dan
efektifitas pengukuran mutu yang dibandingkan dengan penggunaan dan
ketersediaan sumberdaya rumah sakit
7. Pelaporan dan tindak lanjut Insiden Keselamatan Pasien yang terkait
dengan penerapan sasaran keselamatan pasien yaitu,
a. Ketepatan identifikasi pasien
b. Peningkatan Komunikasi yang efektif
c. Peningkatan Keamanan Obat yang perlu diwaspadai
d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f. Pengurangan risiko jatuh
8. Pelaksanaan investigasi dan analisa akar masalah (RCA – root cause
analysis) terhadap laporan insiden keselamatan pasien yang ada.
9. Upaya mempertahankan dan mencapai mutu layanan dengan metode PDSA
(plan – do – study – action)
10. Manajemen Risiko baik risiko klinis maupun risiko fasilitas, dengan
melakukan identifikasi risiko, analisa dan evaluasi risiko yang teridentifikasi,
Page 7
serta menetapkan upaya kelola risiko tersebut. Siklus ini disebut risk regist. Risk
register disusun untuk unit kerja dan rumah sakit.
11. Upaya proaktif untuk mengelola risiko yang ada di rumah sakit, dilakukan
dengan metode FMEA (Failure Mode Effect Analysis) atau Analisa Efek
Modus Kegagalan (AEMK)
Page 8
BAB V
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Page 9
BAB VI
SASARAN
AREA INDIKATOR
I. Ketetapan identifikasi pasien Angka kejadian pasien masuk rawat inap tanpa
gelang identitas
II. Peningkatan Komunikasi yang efektif TBaK prosedur ditandatangani oleh DPJP
dalam 24 jam
III. Peningkatan Keamanan Obat yang Angka ketepatan penyimpanan dan pemberian
perlu diwaspadai label obat-obat LASA
IV. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, Kepatuhan penandaan lokasi operasi sebelum
tepat pasien operasi pasien dilakukan operasi (site marking)
V. Pengurangan risiko infeksi terkait
Angka infeksi luka operasi
pelayanan kesehatan
VI. Pengurangan risiko jatuh Angka PAsien Jatuh
Page 10
4. Clinical Pathway
Page 11
Ketersedian obat dirumah
b) Pelaporan
Ketepatan waktu lapor rumah sakit
c) Managemen resiko
Kejadian pasien pulang APS
Kejadian tertusuk jarum suntik
d) Managemen penggunaan sumber daya
Utilitas ruang VIP
e) Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga
Tingkat kepuasan pasien rawat inap
f) Harapan dan kepuasan staf
Tingkat kepuasan karyawan
g) Demografi pasien dan dignostik klinis
Demografi pasien dengan staf diagnostik klinik DHF
h) Managemen Keuangan
Kecepatan waktu penyampaian informasi tagihan rawat inap
i) Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan
masalah keselamatan pasien,keluarga pasien dan staf
Penggunaan APD saat menjalankan tugas di rawat inap
3) Sasaran keselamatan pasien
a) Ketepatan identifikasi pasien
Ketepatan memasang gelang identitas pasien
b) Peningkatan komunikasi yang efektif
Ketepatan melakukan Tbak saat menerima instruksi verbal melalui
telpon
c) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Kepatuhan penyimpanan elektrolit pekat
d) Peningkatan tepat lokasi,tepat prosedur,tepat pasien operasi
Marking,surgical checklist
e) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Kepatuhan cuci tangan
f) Pengurangan resiko jatuh
Angka pasien jatuh di IGD
Page 12
Page 13
BAB VII
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
NO KEGIATAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES
1 Pembentukan X
Tim
2 Identifikasi X
Indikator
3 Penyusunan X
SPO
4 Penetapan X
Indikator
5 Pelaksanaan x x x x
6 Pencatatan x x x x
Pelaporan
7 Validasi x x x x
8 Monitoring x x x x
Evaluasi
9 Tindak x x x x
Lanjut
Page 1
BAB VIII
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. Pencatatan
a. Pencatatan indikator mutu mencakup indikator area klinis, indikator manajemen,
danIndikator SKP dilakukan oleh unit setiap hari dengan sensus harian oleh unit
masing-masing dengan buku bantu/Log book.
b. Pencatatan oleh panitia mutu dilaksanakan setiap pertengahan bulan dari kegiatan
bulan sebelumnya berdasarkan laporan dari tiap unit kerja.
c. Pencatatan kejadian insiden berdasarkan jenis Insiden dilakukan tiap unit masing-
masing.
d. Pengelolaan manajemen Resiko di Unit masing –masing
B. Pelaporan
a. Pelaporan harian untuk unit yang berhubungan dengan laporan insiden
b. Laporan bulanan oleh unit tentang pemantauan pencapaian indikator area klinis,
indikator manajemen, Indikator international library dan Indikator SKP dengan
formulir indikator mutu yang dibagikan oleh panitia mutu.
c. Laporan capaian sasaran mutu unit/ ruang kepada panitia mutu dilakukan tiap
triwulan.
d. Pelaporan Pengelolaan Mananjemen Resiko unit tiap triwulan bersama-sama
laporan capaian sasaran mutu unit.
e. Laporantiap Semester untukrealisasi pencapaian program peningkatan Mutu oleh
ketua komite mutu kepada Direktur.
f. Laporan Tahunan pelaksanaan Program Peningkatan mutu oleh ketua komite
mutu untuk dilaporkan direktur kepada Dewan Pengawas.
BAB IX
MONITORING & EVALUASI KEGIATAN
A. Monitoring
B. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi kegiatan dilaksanakan setiap akhir tahun untuk ditindak lanjuti sesuai
masalah / kendala yang ada. Jika pencapaian tidak sesuai dengan target yang
ditetapkan maka ketua Komite Mutu dan Direktur mengambil tindakan termasuk
perubahan terhadap program ataupun proses yang sudah ada.
Page 1
BAB X
PENUTUP
Mengetahui,
Page 2