TAHUN 2017
1. PENDAHULUAN
Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien merupakan hal utama dalam
manajemen rumah sakit saat ini. Rumah Sakit Mitra Kasih juga berupaya melaksanakan
peningkatan mutu dan keselamatan pasien sesuai standar yang ditetapkan. Upaya tersebut
harus sesuai dengan visi dan misi RS Mitra Kasih. Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
(PMKP) dilaksanakan berdasarkan nilai dan motto RS Mitra Kasih. PMKP ini juga bertujuan
untuk melaksanakan perencanaan strategi RS Mitra Kasih. Adapun falsafah, visi, misi, tujuan
dan motto RS Mitra Kasih adalah sebagai berikut:
1.1. FALSAFAH
Rumah sakit mitra kasih peduli dengan kesehatan anda
1.2. VISI
Menjadi rumah sakit pilihan masyarakat
1.3. MISI
Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan kemampuan
masyarakat atas dasar kemanusian dengan mengikuti perkembanagan ilmu
pengetahuan/teknologi kedokteran, sesuai dengankode etik rumah sakit
1.4. TUJUAN
1. Terciptanya rasa aman dan nyaman bagi pasien serta penyembuhan yang optimal
2. Tersedianya sarana, prasarana yang bersih dan memadai serta peralatan medis yang
disesuaikan dengan ilmu kedokteran yang muktahir
3. Terwujudnya Sistem pengelolaan administrasi yng cepat, tepat, dan akurat
4. Tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berpengetahuan, terampil serta
mempunyai dedikasi dan disiplin tinggi
5. Adanya Peningkatan kesejahteraan bagi karyawan
1.5. MOTTO
Pelayanan berkualitas, terjangkau, dapat dipercaya
Tahap- tahap yang digunakan dalam PMKP adalah perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi serta perbaikan mutu yang berkesinambungan. Pedoman PMKP akan direview
secara berkala.
2. LATAR BELAKANG
Pengelolaan rumah sakit adalah pengelolaan yang penuh dengan resiko dan harus
memenuhi mutu pelayanan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Untuk memperbaiki
mutu secara keseluruhan, Pengelola rumah sakit perlu secara terus menerus mengurangi
resiko terhadap pasien dan staf. Risiko semacam ini dapat muncul dalam proses klinis,
manajerial dan lingkungan fisik rumah sakit.
Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien ini untuk menjawab tantangan yang
terus berkembang di masyarakat. Upaya tersebut harus dapat diukur. Pengukuran upaya itu
melalui pencapaian indikator – indikator yang ditetapkan mulai tingkat rumah sakit, nasional
dan dunia. Pelaksanaan peningkatan mutu dan keselamatan pasien harus mengacu ke
perundang-undangan yang ada.
3. TUJUAN
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien ini bertujuan untuk mendukung keselamatan
pasien dan mencari jalan untuk bekerja sama lebih efektif dan efisien, untuk menjamin
asuhan pasien yang diberikan aman dan bermutu tinggi.
4. PENGERTIAN
a. PMKP adalah singkatan dari Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien. PMKP
merupakan upaya meningkakan mutu secara keseluruhan dengan terus menerus
mengurangi risiko terhadap pasien dan staf baik dalam proses klinis maupun lingkungan
fisik.
b. Upaya Peningkatan Mutu adalah upaya terus menerus yang berkesinambungan untuk
mencapai mutu yang tinggi. Mutu adalah sesuatu yang bersifat persepsi dan dipahami
berbeda oleh orang yang berbeda namun berimplikasi pada superioritas sesuatu hal.
c. Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana Rumah Sakit membuat asuhan pasien
lebih aman yang diwujudkan dalam kegiatan asesmen resiko, identifikasi dan pengolaan
hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko.
d. Clinical Pathway adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum
setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan panduan praktik klinis, asuhan
keperawatan, asuhan Gizi, dan asuhan Kefarmasian yang berbasis bukti dengan hasil
yang terukur dan dalam jangkauan waktu tertentu selama di rumah sakit
e. Indikator area klinis adalah suatu variabel yang digunakan untuk menilai perubahan
dalam bidang klinis.
f. Indikator Area Manajemen adalah suatu variabel yang digunakan untuk menilai
perubahan dalam bidang manajemen.
g. Indikator Keselamatan Pasien adalah suatu variabel yang digunakan untuk menilai
perubahan dalam keselamatan pasien.
h. Kejadian Sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cidera yang serius
kepada pasien.
i. Kejadian Nyaris Cidera (selanjutnya disebut KNC) adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar ke pasien sehingga pasien tidak cidera.
j. Kondisi Potensial Cidera (selanjutnya disebut KPC) adalah kondisi atau situasi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera, tetapi belum terjadi insiden.
k. Root Cause Analysis (selanjutnya disebut RCA) adalah suatu proses terstruktur yang
menggunakan metode analitik yang memungkinkan kita untuk bertanya “bagaimana” dan
“mengapa” dengan cara yang obyektif untuk mengungkap factor kausal yang
menyebabkan insiden keselamatan pasien dan kemudian menjadi proses pembelajaran
untuk mencegah insiden serupa terjadi lagi tanpa menerapkan sikap menyalahkan.
l. Failure Mode and Effects Analysis (selanjutnya disebut FMEA) adalah proses proaktif
dalam memperbaiki kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan
sebelum terjadi, dimana kesalahan dapat diprediksi dan diantisipasi sehingga dampak
buruk akibat kesalahan itu dapat dihilangkan atau diminimalisir demi keselamatan pasien.
m. Manajemen Resiko adalah suatu pendekatan proaktif berupa kegiatan klinis dan
administratif yang dilakukan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menyusun
prioritas dalam menangani resiko cidera terhadap pasien, staf RS dan pengunjung, serta
resiko kerugian terhadap institusi RS itu sendiri.
5. KEBIJAKAN
Kebijakan peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP) RS Mitra Kasih meliputi :
1. Pimpinan rumah sakit melaporkan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
kepada pemilik rumah sakit.
2. Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien wajib di jalankan di seluruh unit
Rumah Sakit
3. Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien menangani sistem dari organisasi,
peranan rancangan sistem, dan rancangan ulang, serta program menangani koordinasi
dari semua komponen dari kegiatan pengukuran mutu dan pengendalian.
4. Pimpinan rumah sakit menetapkan prioritas rumah sakit dalam kegiatan evaluasi,
menetapkan prioritas rumah sakit dalam kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.prioritas pelaksanaan peningkatan mutu dan keselamatan pasien meliputi lima
area yaitu rawat jalan, rawat inap, instalasi gawat darurat, kamar bedah, dan sasaran
keselamatan pasien.
5. Rumah sakit melaksanakan 6 Sasaran Keselamatan Pasien yang ditetapkan prioritas di
rumah sakit mitra kasih
6. Pimpinan menyediakan bantuan teknologi, saran prasarana dan dukungan lainnya
untuk mendukung program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
7. Penyampaian informasi tentang peningkatan mutu dan keselamatan pasien kepada staf
disampaikan melalui media elektronik, koordinasi, sosialisasi secara tertulis,
pamplet/madding/benner.
8. Rumah sakit mengadakan pelatihan bagi staf sesuai dengan peranan mereka dalam
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Materi pelatihan disampaikan oleh
individu yang berpengalaman luas, dengan tujuan seluruh staf berpartisipasi dalam
pelatihan sebagai bagian dari pekerjaan mereka.
9. Hasil pelaksanaan target indikator, apabila dalam upaya pencapaian target dari suatu
proses, program/sistem tidak sesuai dengan yang diharapkan, rumah sakit membuat
rancangan baru dan melakukan modifikasi dari system dan proses sesuai dengan pinsip
peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Rancangan proses yang baik adalah:
a. Konsisten dengan misi dan organisasi
b. Memenuhi kebutuhan pasien, masyarakat dan staf lainnya
c. Mengunakan pedoman praktek terkini, standart pelayanan medik, perpustakaan
ilmiah dan informasi lain berdasarkan rencana praktek klinik
d. Sesuai dengan informasi dari manajemen risiko
e. Berdasarkan pengetahuan dan keterampian yang ada di rumah sakit
f. Berdasarkan praktek klinik yang baik/ lebih baik/ sangat baik dari rumah sakit
g. Mengunakan informasi dari kegiatan peningkatan mutu terkait
h. Mengintegrasikan dan mengggabungkan berbagai proses dan sistem
10. Dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit, panduan praktek
klinik dan clinical pathways dan atau protocol klinis digunakan untuk pedoman dalam
memberikan asuhan klinik. Clinical pathways dan atau protocol klinis melaksanakan
proses
a. Dipilih yang danggap cocok dengan pelayanan dalam organisasi dan pasien
(termasuk dalam proses ini adalah bila saat ini ada pedoman nasional yang wajib)
b. Dipilih berdasarkan ilmu dan penerapannya
c. Disesuaikan jika perlu dengan tekhnologi, obat, sumber daya lain di organisasi atau
dari norma professional secara nasional
d. Disetujui secara formal dan resmi
e. Diterapkan dan monitor agar digunakansecara konsisten dan efektif
f. Didukung staf terlatih melaksanakan pedoman atau pathways
g. Diperbaharui secara berkala berdasarkan bukti dan hasil evaluasi dari proses dan
hasil (outcome)
11. Jenis indikator yang mutu yang dilksanakan di rumah sakit yaitu jenis indikator mutu
pelayanan terdiri dari: indikator area klinis, indikator area manajerial, dan indikator area
sasaran keselanatan pasien.
12. Data penilaian klinis dikumpulkan dan digunakaan untuk melakukan evaluasi terhadap
efektifitas dari peningkatan mutu.
13. Pimpinan manajerial dan pimpinan klinis menetapkan indikator kunci untuk menilai
setiap sasaran keselamatan pasien, penilaian digunakan untuk menilai efektifitas dari
peningkatan. Penilaian pada sasaran keselamatan pasien termasuk area-area yang
ditetapkan di saran keselamatan pasien
14. Rumah sakit mengintegrasikan kegiatan validasi kedalam proses menajemen mutu dan
proses peningkatan mutu.
15. Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab bahwa data yang disampaikan ke publik dapat
dipertanggung jawabkan dari segi mutu dan hasilnya (outcome), dimana data yang
disampaikan kepada publik telah dievaluasi dari segi validitas dan reliabilitasnya.
16. Rumah sakit menetapkan yang merupakan kejadian sentinel adalah meliputi Kematian
yang tidak diduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau kondisi yang
mendasari penyakitnya (contoh, bunuh diri), Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan
perjalanan penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya, Salah tempat, salah
prosedur, salah pasien bedah dan Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada
orang yang bukan orang tuanya.
17. Rumah sakit membuat report incident meliputi kejadian insiden, KPC, KNC, KTD,
KTC, dan sentinel event dalam waktu maksimal 2x24 jam.
18. Setiap tindak lanjut yang diambil oleh pimpinan rumah sakit terkait insiden keselamatan
pasien harus berdasarkan hasil analisis akar masalah (RCA).
19. Kejadian tidak diinginkan (KTD) yang tejadi di rumah sakit yang perlu dinalisa meliputi:
semua reaksi transfuse yang terjadi di rumaha sakit, semua kejadian kesalahan dalam
pembrian obat, semua kesalahan medis (medical error)yang signifikan, semua ketidak
cocokan (discrepancy) antara diagnosis pra dan pasca operasi, KTD atau pola KNC
selama sedasi moderat atau dalam dan anestesi, dan kejadian lainnya yang ditetapkan
rumah sakit.
20. Semua insiden yang tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dapat terjadi karena
“keberuntungan” (misalnya: pasien terima suatu obat kontraindikasi tetapi tidak timbul
reaksi obat), karena “pencegahan” (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan,
tetapi staf lain mengetahui dan membatalkan sebelum obat diberikan), atau “peringatan”
(suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotumnya) disebut Kejadian nyaris cedera (KNC) / Near Miss.
21. Proses pelaporan KNC atau KTD diawali dengan pembuatan laporan tertulis kepada
Panitia PMKP oleh penemu kejadian atau insiden sesuai dengan format yang telah
ditetapkan. Laporan diserahkan kepada kepala unit terkait untuk dilakukan analisis
grading risiko. Laporan harus teruskan kepada Panitia PMKP untuk dianalisis kembali
untuk menentukan apakah perlu dilakukan RCA atau cukup dengan investigasi
sederhana. Panitia PMKP harus melaporkan hasil analisis dan rencana tindak lanjut atau
rencana perbaikan kepada Direktur Rumah Sakit.
22. Rumah sakit menggunakan proses yang konsisten yaitu pelaporan data secara rutin atau
data yang diperoleh melalui asessment untuk melakukan identifikasi area prioritas untuk
perbaikan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit, Setiap
perbaikan yang telah dicapai oleh rumah sakit dipertahankan dan didokumentasikan.
23. Setiap area yang ditetapkan menjadi program kegiatan yang harus dilaksanakan staf
rumah sakit dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
24. Rumah Sakit menyediakan sumber daya manusia atau lainnya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
25. Setiap perubahan – perubahan dalam pelaksanaan program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien telah direncanakan dan di uji.
26. Kebijakan tentang peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat diubah jika
diperlukan untuk merencanakan perbaikan program peningkatan mutu atau
mempertahankan capaian mutu rumah sakit.
6. PENGORGANISASIAN
DIREKTUR
SEKRETARIS
PANITIA PROMOSI
RAWAT JALANIPSRS
KESEHATAN
A. PERENCANAAN PMKP.
b. Indikator Area Manajemen ditentukan dalam rapat PMKP dan dibuatan kebijakan
Direktur
c. Indikator Sasaran Keselamatan Pasien ditentukan dalam rapat PMKP dan dibuatan
kebijakan Direktur
d. International Library Measure Set
1. Acute Myocardial Infarction : Penggunaan aspilet pada kasus AMI.
2. Heart Failure : Penggunaan furosemide pada kasus HF.
3. Stroke : Pemberian edukasi pada pasien stroke.
4. Children’s Asthma Care : Pengunaan kortikosteroid sistemik pada pasien
anak rawat inap dengan asma.
5. Nursing Sensitive Care : Angka kejadian infeksi nosokomial.
Catatan : Pada International Library Measure Set, RS Mitra Kasih hanya menyusun
indikator tanpa menghitung dan evaluasi.
Manajemen Resiko.
8. METODE
8.2. Pengertian.
1. Plan (Rencanakan).
2. Do (Kerjakan).
Implementasi proses.
3. Check (Cek).
9.2.Tujuan
9.3.Pengertian
a. Keadaan.
Adalah semua factor yang berhubungan atau mempengaruhi suatu “peristiwa
keselamatan pasien/Patient safety event, agent atau personal”.
b. Agent.
Adalah substansi, obyek atau sistem yang menyebabkan perubahan.
Harm/cedera.
Dampak yang terjadi akibat gangguan struktur atau penurunan fungsi tubuh
dapat berubah fisik, psikologis dan sosial. Yang termasuk harm/cedera adalah:
“Penyakit, cedera fisik/psikologis/sosial, penderitaan, cacat dan kematian”.
a. Penyakit/disease.
Disfungsi fisik atau psikis.
b. Cedera/injury.
Kerusakan jaringan yang diakibatkan agent/keadaan
c. Penderitaan/suffering.
Pengalaman/gejala yang tidak menyenangkan termasuk nyeri, malaise, mual,
muntah, depresi, agitasi dan ketakutan.
d. Cacat/disability.
Segala bentuk kerusakan struktur atau fungsi tubuh, keterbatasan aktifitas dan
atau retriksi dalam pergaulan social yang berhubungan dengan harm yang terjadi
sebelumnya atau saat ini.
Keselamatan Pasien
Bebas, bagi pasien, dari harm/cedera (penyakit, cedera fisik, psikologis, social,
penderitaan,cacad, kematian dll) yang tidak seharusnya terjadi atau cedera yang
potensial, terkait dengan pelayanan kesehatan.
k. Dokumentasi.
d. Rapat koordinasi.
KONSEKUENSI POTENSIAL
FREKUENSI
Insignifikan Minor Moderate Major Chatastropic
Sangat sering Moderate Moderate High Extreme Extreme
Sering Moderate Moderate High Extreme Extreme
Kadang-kadang Low Moderate High Extreme Extreme
Jarang Low Low Moderate High Extreme
Sangat Jarang Low Low Moderate High Extreme
12. PENUTUP
Menyetujui,
……………………