1. PENDAHULUAN.
2. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat
pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di rumah sakit
menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian, serta mencakup
berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar rumah sakit harus memiliki sumber
daya manusia yang profesional baik di bidang teknis medis maupun administrasi
kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rumah sakit harus mempunyai
suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu dan keselamatan pasien di semua
tingkatan.
1
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit sudah diawali dengan
penilaian akreditasi rumah sakit yang mengukur dan memecahkan masalah pada
tingkat input dan proses.
Pada kegiatan ini, rumah sakit harus melakukan berbagai standar dan prosedur
yang telah ditetapkan. Rumah sakit dipicu untuk dapat menilai diri (self assesment)
dan memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada alat ukur yang lain,
yaitu instrumen mutu pelayanan rumah sakit yang menilai dan memecahkan masalah
pada hasil (output). Tanpa mengukur hasil kinerja rumah sakit tidak dapat
diketahui apakah input dan proses yang baik telah menghasilkan output yang baik
pula. Indikator rumah sakit disusun bertujuan mengukur kinerja rumah sakit serta nyata
sesuai standar yang ditetapkan
3. TUJUAN
Tujuan Umum:
Tujuan Khusus:
• Meningkatkan mutu pelayananklinis
• Meningkatkan mutumanajemen
Tanggung jawab utama dari pimpinan adalah menetapkan priotitas. Rumah sakit
secara tipikal mempunyai lebih banyak kesempatan untuk pengukuran dan peningkatan
dari pada membereskan/menyelesaikan urusan sumber daya manusia atau yang lain.
Oleh karena itu, pimpinan fokus pada penilaian mutu dan kegiatan peningkatan rumah
sakit. Pimpinan memberikan prioritas pada proses-proses utama yang kritikal, risiko
tinggi, cenderung bermasalah yang langsung terkait dengan mutu asuhan dan keamanan
lingkungan. Pimpinan memasukkan Sasaran Keselamatan Pasien. Pimpinan
menggunakan data dan informasi yang tersedia untik melakukan identifikasi area
prioritas.Prioritas di RS Graha Hermine Batam adalah area rawat inap.
2
b. Melakukan sosialisasi/diseminasi hasil kegiatan PMKP
3
Berbagai rumah sakit menggunakan berbagai alat untuk mencapai sasaran ini.
Sebagai contoh, penyedia asuhan pelayanan menetapkan proses asuhan klinik dan
membuat keputusan berdasarkan bukti ilmiah yang ada (evidence based). Pedoman
praktek klinik merupakan alat efektif dalam upaya memahami dan menerapkan ilmu
pengetahuan terbaik pada waktu menegakkan diagnosis atau kondisi.
Sebagai tambahan, penyedia pelayanan menetapkan standarisasi dari proses
pelayanan. Asuhan klinik adalah alat bermanfaat untuk memastikan adanya integrasi
dan koordinasi dari pelayanan dengan mengunakan sumber daya secara efisien.
Pedoman praktek klinik, clinical care pathways dan protokol klinik adalah relevan
dengan populasi dari pasien dan misinya adalah :
a. Dipilih dari yang dianggap cocok dengan pelayanan dalam organisasi dan pasien
(termasuk dalam proses ini adalah bila saat ini ada pedoman nasional yang wajib)
b. Dipilih berdasarkan ilmu dan penerapannya
c. Disesuaikan jika perlu dengan teknologi, obat, sumber daya lain di organisasi atau
dari norma profesional secara nasional
d. Disetujui secara formal dan resmi
e. Diterapkan dan di monitor agar digunakan secara konsisten dan efektif
f. Didukung oleh staf terlatih melaksanakan pedoman atau pathways, dan
g. Diperbaharui secara berkala berdasarkan bukti dan hasil evaluasi dari proses dan
hasil (outcomes)
Organisasi rumah sakit diharapkan dapat melaksanakan kegiatan dibawah ini
setiap tahun :
- Pimpinan melaksanakan proses memilih paling sedikit 5 area prioritas dengan fokus
seperti diagnosis pasien, prosedur, populasi atau penyakit, dimana panduan
(guidelines), pathways dan protokol dapat mempengaruhi mutu keselamatan pasien
dan memperkecil variasi dari hasil yang tidak diharapkan.
4
Pada tahun 2019 pelaksanaan CP di RS Graha Hermine Batam antara lain:
e. Melakukan pengukuran mutu melalui penetapan Indikator Mutu Kunci di area klinis
dan area manajerial dan penerapan SKP indikator meliputi Struktur, proses dan
outcome
A. Area klinis
B. Area manajerial
5
C. Sasaran keselamatan pasien
6
BAB II
GAMBARAN UMUM RS GRAHA HERMINE
A. Sejarah
Rumah Sakit Graha Hermine adalah salah satu rumah sakit swasta di Batam yang berdiri
pada tanggal 3 Desember 2009 telah memberikan kontribusi yang nyata dalam pelayanan
kesehatan bagi masyarakat Batam. RS. Graha Hermine bakal menjadi salah satu aset penting
dan berharga sarana kesehatan di Batam bahkan di Propinsi Kepulauan Riau.
Pada awalnya RS. Graha Hermine hanya merupakan sebuah Rumah Sakit Bersalin yang
dibangun oleh 5 orang dokter senior dengan tujuan memberikan pelayanan kesehatan untuk ibu
dan anak. Merasa belum cukup memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat maka
selang beberapa waktu kemudian diganti menjadi Rumah Sakit Umum dengan tujuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan umum.
Rumah sakit Graha Hermine ini beroperasi dengan bermodalkan hanya 1 (satu) unit
bangunan yang terdiri dari 2 lantai ditambah dengan alat-alat kesehatan serta fasilitas kantor dan
peralatan penunjang lainnya. Unit pelayanan fungsional dioperasikan secara bertahap sesuai
dengan jumlah tenaga medis, paramedis dan tenaga lain serta peralatan mulai dari pelayanan
Gawat Darurat 24 jam, Poliklinik umum, Poliklinik Bedah, Poliklinik Anak, Poliklinik Penyakit
Dalam, Poliklinik Kebidanan dan Kandungan, Ruang Persalinan serta unit pelayanan penunjang
klinik yaitu Laboratorium, Radiologi dan Apotek serta ruang rawat inap untuk anak dan dewasa
dengan kapasitas 25 tempat tidur. Dengan semangat yang tinggi untuk terus mengabdi kepada
negara dan masyarakat tanpa pamrih dan mencari keuntungan, para pendiri terus membangun
dan mengembangkan RS. Graha Hermine baik dari segi fisik, fasilitas alat kesehatan dan
kelengkapan maupun sumberdaya manusianya.
Saat ini RS. Graha Hermine telah menjadi rumah sakit yang sedang berkembang di
Batam karena memiliki lebih kurang 40 tempat tidur dengan bangunan fisik minimalis dan
mempunyai peralatan kesehatan yang memadai yang dibeli sendiri serta didukung oleh 13 orang
staf medik fungsional yang terdiri dari dokter umum, dokter gigi serta dokter spesialis.
Sesuai dengan harapan pendiri, maka segenap karyawan diharapkan terus mengembangkan RS.
Graha Hermine Batam menjadi rumah sakit umum yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu namun dapat terjangkau oleh golongan masyarakat yang kurang mampu dengan
unggulan pelayanan di bidang kesehatan ibu dan anak serta di masa depan menjadi rumah sakit
yang menjadi sentra rujukan kasus kesehatan ibu dan anak kebanggaan kota Batam dan
Kepulauan Riau
7
RS Graha Hermine berdiri Tahun 2009 dengan Klasifkasi Kelas D yang merupakan milik
PT Batam Sehat Madani ditetapkan izin operasional dengan Surat Keputusan Kepala Dinas
Provinsi Kepualauan Riau Nomor : 003/Dinkes/PGB/VII/2009. Seiring dengan peningkatan
jumlah kunjungan, maka pada tahun 2015 Rumah Sakit RS Graha Hermine, tipenya ditingkatkan
ke klasifikasi Type C berdasarkan Surat Keputusan Dinas Kesehatan Provinsi Kepualauan Riau
Nomor : 455/230/DK.3.1/II/2015 tanggal 17 Februari 2015.
2. Tujuan khusus
Rumah sakit Graha Hermine batam adalah menjadi rumah sakit umum yang mempunyai
unggulah dalam bidang pelayanan kesehatan ibu dan anak sehingga menjadi rumah sakit
rujukan dilihat masyarakat di Kepulauan Riau dan sekitarnya.
8
Falsafah pelayanan keperawatan RS Graha Hermine batam
1. Manusia adalah individu yang memilliki kebutuhan bio,psiko,sosio, spiritual yang unik,
kebutuhan ini harus selalu di pertimbangkan dalam setiap pemberian asuhan keperawatan
2. Keperawatan adalah bantuan umat manusia yang bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan secara optimal kepada manusia yang membutuhkan dengan tidak membedakan
bangsa, suku, agama/kepercayaan dan status, disetiap unit pelayanan kesehatan
3. Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari semua anggota tim
kesehatan dan pasien / keluarga.
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat menggunakan proses keperawatan
dengan lima tahapan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan pasien / keluarga.
5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki wewenang melakukan
asuhan keperawatan secara utuh berdasarkan standart asuhan keperawatan
6. Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilakukan secara terus menerus untuk
pertumbuhan dan perkembangan staff dalam pelayanan keperawatan
9
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI
PMKP adalah organisasi non stuktural dan independen dibawah direktur serta bertanggung
jawab kepada Direktur Rumah Sakit Graha Hermine, yang bertugas agar tujuan pengawasan
mutu dan keselamatan pasien di Rumah Sakit berjalan dengan baik. Komite Mutu &
Keselamatan Pasien Rumah Sakit dibentuk berdasarkan kaidah organisasi yang miskin struktur
tetapi kaya fungsi dan dapat menyelenggarakan tugas, wewenang dan tanggung jawab secara
efektif dan efisien. Efektif dimaksud agar sumber daya yang ada di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan yang lainnya dapat dimanfaatkan secara optimal.
A. PMKP RS terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
B. Anggota dapat terdiri dari:
1. Penanggung jawab unit kerja
2. Dokter
3. Perawat
4. Tenaga non medis lain
Struktur Organisasi PMKP RS
Rumah Sakit Graha Hermine
Direktur
Ketua
PMKPRS
Sekretaris
PIC Unit
10
URAIAN JABATAN
Uraian tugas
1. Menyusun dan merencanakan pelaksanaan kegiatan program kerja PMKP
2. Memimpin, mengkoordinir, dan mengevaluasi pelaksanaan operasional PMKP secara
efektif, efisien dan bermutu
3. Mengumpulkan data indikator baik dari Koordinator Peningkatan Mutu maupun dari
Koordinator Keselamatan Pasien RS dan unit kerja terkait
4. Menganalisa data indikator mutu pelayanan baik indikator mutu klinis RS maupun indikator
mutu manajerial RS serta indikator keselamatan pasien
5. Mengevaluasi pelaksanaan 5 (lima) area prioritas yang sudah ditetapkan oleh Direktur
dengan fokus utama pada penggunaan PPK, clinical pathway dan indikator mutu kunci
6. Melaksanakan analisis terhadap data yang dikumpulkan dan diubah menjadi informasi
7. Melakukan validasi dataPMKP secara internaldan dilakukan secara periodik
8. Menyebarkan informasi tentang peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara regular
melalui rapat staf
9. Meningkatkan pengetahuan anggota dengan memberikan pelatihan terhadap staf yang ikut
serta dalam program PMKP.
Wewenang
1. Memerintahkan dan menugaskan staf dalam melaksanakan Program Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien
2. Meminta laporan pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien dari unit
kerja terkait
3. Melakukan koordinasi dengan unit-unit kerja di lingkungan RS Graha Hermine terkait
pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
4. Memberikan pengarahan dalam hal penyusunan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut
rekomendasi dari program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
5. Meminta data dan informasi yang berhubungan dengan mutu dan keselamatan pasien dari
unit-unit kerja di lingkungan RS Graha Hermine.
11
Tanggung Jawab
Uraian Tugas
Wewenang
1. Meminta laporan pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien dari unit
kerja terkait
2. Melakukan koordinasi dengan unit-unit kerja di lingkungan RS Graha Hermine terkait
pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
3. Meminta data dan informasi yang berhubungan dengan mutu dan keselamatan pasien dari
unit-unit kerja di lingkungan RS Graha Hermine
12
4. Melakukan komunikasi internal dan eksternal kepada unit kerja di lingkungan RS Graha
Hermine Sejati dan pihak luar melalui surat tertulis, email, dan telepon.
Tanggung Jawab
Uraian Tugas
13
16. Berkoordinasi dengan Kepala Bagian Perencanaan dan Informasi dalam mengunggah hasil
pencapaian indikator mutu yang telah dinyatakan valid dan direkomendasi oleh Direktur.
Wewenang
1. Meminta laporan pelaksanaan pemantauan program indikator mutu penjaminan mutu dan
pelaksanaan clinical pathways dari unit kerja terkait
2. Melakukan koordinasi dengan unit-unit kerja di lingkungan RSU Graha Hermine terkait
pelaksanaan pemantauan indikator mutu serta pelaksanaan clinical pathway dan hal-hal
lainnya yang berhubungan dengan mutu rumah sakit
3. Meminta data dan informasi yang berhubungan dengan mutu dan pelaksanaan clinical
pathway rumah sakit dari unit-unit kerja di lingkungan RS Graha Hermine.
Tanggung Jawab
1. Bertanggung jawab terhadap pemantauan Program Indikator Mutu dan pelaksanaan clinical
pathway
2. Bertanggung jawab terhadap penyusunan laporan pemantauan indikator mutu dan
pelaksanaan clinical pathway di Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
3. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan inovasi mutu
dan pelaksanaan clinical pathway dan Manajemen resiko di rumah sakit
4. Bertanggung jawab untuk melaporkan hasil pelaksanaan pemantauan indikator mutu dan
pelaksanaan clinical pathway serta kegiatan-kegiatan mutu lainnya kepada Ketua Komite
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
5. Bertanggung jawab terhadap pengolahan data dan informasi yang berhubungan dengan mutu
dan pelaksanaan clinical pathway rumah sakit.
Uraian Tugas
14
7. Membantu berkoordinasi dalam kegiatan internal dan eksternal program PMKP.
Wewenang
Tanggung Jawab
Uraian Tugas
15
12. Melakukan koordinasi tentang program Patient Safety dan manajemen resiko dengan unit
terkait dalam pembuatan RCA dan FMEA.
Wewenang
Tanggung Jawab
16
BAB IV
MELAKUKAN PENGUKURAN MUTU UNIT PELAYANAN (IKU)
BAB V
17
PENILAIAN KINERJA (RS, Unit Kerja, Para Pimpinan RS, Tenaga Profesi, Staf).
Pimpinan melakukan evaluasi kinerja departemen atau pelayanan dan kinerja
stafnya.Untuk dapat secara efektif mengadakan evaluasi kinerja para staf, RS
memberikan penilaian kinerja berdasarkan golongan lama masa staf bekerja di rumah
sakit. Terdapat 4 (empat) macam penggolongan waktu yaitu :
18
3. Baik (4 poin) 4. Baik sekali (80-100)
4. Baik sekali (5poin)
20
EVALUASI KINERJA KARYAWAN TETAP
21
Faktor – faktor yang dinilai Poin penilaian
1. Kejujuran
Apakah yang bersangkutan jujur - Selalu
dalam hal-hal yang berkaitan - Sering
dengan materi (uang,benda,dll) - Kadang – kadang
maupun yang berkaitan dengan - Jarang
materi (laporan,keterangan,dll) - Tidak pernah
2. Tanggung jawab
Bagaimana sikap mental yang - Mempunyai rasa tanggung jawab yang
bersangkutan dalam menyelesaikan sangat besar dan dapat diandalkan dalam
tugasnya menyelesaikan tugas
- Mempunyai rasa tanggung jawab yang
sangat baik dan dapat menyelesaikan tugas
dengan baik
- Cukup mempunyai rasa tanggung jawab
dan dapat menyelesaikan tugas
- Kadang-kadang melalaikan/menunda
tugasnya
- Sering melalaikan/menunda tugasnya
3. Kesetiaan/ loyalitas
Bagaiman penafsiran sikap terhadap - Selalu
pekerjaan menunjukan rasa - Sering
tanggung jawab dan kesetiaan - Kadang – kadang
terhadap pekerjaan dan rumah sakit - Jarang
- Tidak pernah
4. Kecakapan dan keterampilan
Bagaimana kemampuan yang - Cara kerja yang sangat efisien dan mampu
bersangkutan dalam menyusun menentukan prioritas dalam menyelesaikan
tatanan kerja dan teknik tugas
pelaksanaan - Cara kerja yang cukup efisien dan mampu
menentukan prioritas dalam menyelesaikan
tugas
- Cara kerja yang cukup efisien, namun
terkadang masih belum mampu
menentukan prioritas dalam menyelesaikan
22
tugas
- Cara kerja yang kurang efisien dan tidak
mampu menentukan prioritas dalam
menyelesaikan tugas
- Cara kerja yang sama sekali tidak
efisien,sehingga hanya sebagian tugas
yang dibebankan dapat diselesaikan
5. Sikap perilaku dan penampilan
Bagaimana sikap dan penampilan - Sangat menarik dan menyenangkan
yang bersangkutan dalam - Menarik dan menyenangkan
menghadapi pelanggan/pengguna - Cukup menarik dan menyenangkan
jasa - Kurang menarik dan kurang
menyenangkan
- Kadang – kadang menjengkelkan
6. Kerjasama
Bagaimana yang bersangkutan - Mampu berkomunikasi dan bekerjasama
bekerjasama dengan rekan sekerja secara efektif dan efesien dengan
atau antara unit kerja atasan,bawahan,maupun teman sekerja
- Mampu berkomunikasi dan bekerjasama
dengan atasan,bawahan,maupun teman
sekerja
- Dapat berkomunikasi dan bekerjasama
dengan atasan,bawahan,maupun teman
sekerja
- Kurang berkomunikasi dan bekerjasama
dengan atasan,bawahan,maupun teman
sekerja
- Tidak mampu berkomunikasi dan
bekerjasama dengan atasan, bawahan,
maupun teman sekerja
7. Disiplin dan kerajinan
Bagaimana kepatuhan yang - Sangat mematuhi ketentuan jam kerja yang
bersangkutan terhadap ketentuan berlaku, tidak pernah terlambat ataupun
yang berlaku absen
- Mematuhi ketentuan jam kerja yang
23
berlaku,jarang terlambat ataupun absen
- Kadang kadang terlambat atau
meninggalkan pekerjaan namun tidak
mengganggu dalam menyelesaikan tugas
- Sering terlambat hadir atau meninggalkan
pekerjaan
- Sering melanggar ketentuan peraturan RS
8. Kebersihan dan kerapihan
Dari keseluruhan kriteria tersebut diatas memiliki sistem penilaian nya masing masing
25
yang berbeda satu dengan yang lain. Dari hal-hal tersebut akan dapat dilakukan evaluasi kinerja
dan rekomendasi yang nantinya akan diberikan kepada para staf rumah sakit.
BAB VI
PELAKSANAAN
26
Proses pencegahan dan pengendalian infeksi dirancang untuk menurunkan risiko
infeksi bagi pasien, staf dan orang lain. Untuk mencapai tujuan ini, rumah sakit harus
secara proaktif mengientifikasi dan menelusuri alur risiko, angka dan kecenderungan
infeksirumah sakit. RS menggunakan informasi indikator untuk meningkatkan kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi dan mengurangi angka infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan ke level yang serendah mungkin. RS dapat menggunakan data indicator dan
informasi sebanyak-banyaknya dengan memahami angka dan kecenderungan serupa di
rumah sakit lain dan kontribusi data ke dalam data dasar terkait infeksi.
Unsur penting dari manajemen risiko adalah analisis dari risiko, seperti sebuah proses
melakukan evaluasi terhadap KNC dan proses risiko tinggi lainnya yang dapat berubah dan
berakibat terjadinya kejadian sentinel. Satu alat yang dapat digunakan melakukan analisis
dari akibat suatu kejadian yang berujung pada risiko tinggi adalah FMEA (Failure Mode
and Effect Analysis). Rumah sakit dapat juga melakukan identifikasi dan menggunakan alat
serupa untuk melakukan identifikasi dan mengurangi risiko, seperti analisis terhadap
bahaya. Proses mengurangi risiko dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu tahun dan
dibuat dokumentasinya.
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi
27
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapatdicegah pada
pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC),
Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan Kejadian PotensialCedera (KPC).
Setiap rumah sakit menetapkan definisi operasional dari kejadian sentinel yang
meliputi :
a) Kematian yang tidak diduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh, bunuh diri)
b) Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau kondisi
yang mendasari penyakitnya
c) Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah dan
d) Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang yang bukan orang tuanya
Definisi sentinel yang ditetapkan rumah sakit meliputi a) sampai d) diatas dan
mungkin juga meliputi kejadian lain yang ditetapkan oleh peraturan per-undang-undangan
atau kejadian yang dipandang oleh rumah sakit pantas dimasukkan kedalam daftar kejadian
sentinel.
Bagi semua kejadian sentinel yang sesuai dengan definisi dilakukan evaluasi
dengan cara melakukan RCA. Jika RCA menghasilkan bahwa perbaikan sistem atau
tindakan dapat mencegah dan mengurangi risiko dari kejadian sentinel terulang kembali,
maka rumah sakitharus melakukan rancangan kembali dari proses atau mengambl tindakan-
tindakan yang sudah diperbaiki. Sangat penting diperhatikan bahwa ”kejadian sentinel tidak
selalu terkait dengan kesalahan atau kecenderungan pada sesuatu kasus mediko-legal”
Jika rumah sakit menemukan atau mencurigai adanya perubahan yang tidak
diinginkan dari apa yang diharapkan, maka dilakukan analisis intensif untuk menentukan
dimana yang paling tepat diakukan perbaikan.
Secara khusus, analisis intensif dimulai jika tingkat, pola atau kecenderungan
berbeda secara signifikan dengan :
Apa yang diharapkan
Rumah sakit lain
Standar yang ditetapkan
Jika diketemukan atau diduga adanya perubahan dari apa yang diharapkan segera
dilakukan anlisis data secara intensif untuk menentukan dimana paling baik untuk
melakukan perbaikan. Secara khusus, analisis secara intensif dilakukan jika tingkat, pola
atau kecenderungan menyimpang signifikan dari :
Apa yang menjadi harapan
Organisasi lain
28
Standar yang diakui
BAB VII
PENCATATAN & PELAPORAN.
1. PENCATATAN
29
a. Pencatatan dan pelaporan program PMKP dilaksanakan setiap bulan dari setaip unit ke
Komite Mutu, dan tiap triwulan pelaporan kegiatan dilaporkan kepada Pimpinan Rumah
Sakit dan Dewan Perkumpulan Rs Graha Hermine Batam oleh Komite Mutu
b. Pencatatan Indikator mutu , sensus harian dilakukan oleh unit masing – masing.
c. Laporan bulanan oleh unit tentang pencapaian pemantauan indikator klinis, indikator
manajemen, indikator sasaran keselamatan pasien, dilaporkan kepada Komite Mutu
untuk direkap dan dilaporkan ke atasan
d. Pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien :
Setiap terjadi insiden keselamatan pasien unit langsung membuat laporan insiden
untuk dilaporkan kepada Komite Mutu , kemudian dilakukan analisis akar masalah
oleh Komite Mutu dan dilakukan pembahasan dengan Komite KPRS dan Manajemen
Konsep P-D-S-A tersebut merupakan pedoman bagi setiap manajer untuk proses
perbaikan kualitas (quality improvement) secara terus menerus tanpa berhenti tetapi
meningkat ke keadaaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian organisasi,
seperti tampak pada gambar 1
Plan
(1)
Menentukan
Action (6) Tujuan dan insiden
Mengambil
tindakan
(2)
yang tepat
Menetapkan
Metode untuk
Mencapai tujuan
Menyelenggarakan
(5)
Pendidikan dan
Memeriksa akibat
latihan
pelaksanaan
Study
(4)
(3)
Melaksanakan
pekerjaan Do
Study : data sebelum dan setelah perubahan dan merefleksikan apa yang telah dipelajari
Perubahan apa yang dapat kita buat yang akan menghasilkan perbaikan?
Ada banyak potensi perubahan yang bisa kita laksanakan di Tim kita .Namun, bukti dari
literatur ilmiah dan program perbaikan sebelumnya menunjukkan bahwa ada sejumlah kecil
perubahan yang paling mungkin untuk menghasilkan perbaikan.Ada kemungkinan bahwa
siklus PDSA beberapa berjalan berurutan (gambar 2), atau bahkan secara bersamaan
gambar 2
gambar 3
Tujuan dan insiden yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan.
Penetapan insiden tersebut ditentukan oleh Direktur rumah sakit.Penetapan insiden didasarkan
pada data pendukung dan analisis informasi.
Insiden ditetapkan secara konkret dalam bentuk insiden, harus pula diungkapkan dengan
maksud tertentu dan disebarkan kepada semua karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan
yang hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci informasi.
32
Penetapan tujuan dan insiden dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa
disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus rasional, berlaku
untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk menggunakannya. Oleh karena
itu dalam menetapkan metode yang akan digunakan perlu pula diikuti dengan penetapan
standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh semua karyawan.
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat
dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk memahami
standar kerja dan program yang ditetapkan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan standar
kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah. Oleh karena itu,
ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal dasar untuk mengatasi
masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena ketidaksempurnaan standar kerja
yang telah ditetapkan.
Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan dengan baik atau
tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan mengikuti
standar kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat diabaikan. Hal yang harus disampaikan kepada
karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan itu dilakukan. Agar dapat dibedakan manakah
penyimpangan dan manakah yang bukan penyimpangan, maka kebijakan dasar, tujuan, metode
(standar kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan jelas baik oleh karyawan maupun oleh
manajer. Untuk mengetahui penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang timbul dari
pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat dari penyebabnya.
Konsep P-D-S-A dengan keenam langkah tersebut merupakan sistem yang efektif untuk
meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang akan dicapai
diperlukan partisipasi semua karyawan, semua bagian dan semua proses. Partisipasi semua
karyawan dalam pengendalian kualitas pelayanan diperlukan kesungguhan (sincerety), yaitu
sikap yang menolak adanya tujuan yang semata-mata hanya berguna bagi diri sendiri atau
menolak cara berfikir dan berbuat yang semata-mata bersifat pragmatis. Dalam sikap
kesungguhan tersebut yang dipentingkan bukan hanya insiden yang akan dicapai, melainkan
juga cara bertindak seseorang untuk mencapai insiden tersebut.
33
Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualitas pelayanan mencakup semua jenis
kelompok karyawan yang secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas kualitas
pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam pengendalian kualitas
pelayanan dimaksudkan adalah pengendalian tidak hanya terhadap output, tetapi terhadap hasil
setiap proses. Proses pelayanan akan menghasilkan suatu pelayanan berkualitas tinggi, hanya
mungkin dapat dicapai jika terdapat pengendalian kualitas dalam setiap tahapan dari proses.
Dimana dalam setiap tahapan proses dapat dijamin adanya keterpaduan, kerjasama yang baik
antara kelompok karyawan dengan manajemen, sebagai tanggung jawab bersama untuk
menghasilkan kualitas hasil kerja dari kelompok, sebagai mata rantai dari suatu proses.
4. SASARAN.
a. Area klinis
b. Area manajemen
34
lainnya
diklat PMKP
program
PMKP di
unit kerja
pencatatan
dan
pelaporan
monitoring
dan evaluasi
kegiatan
PMKP
BAB VIII
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN & PELAPORANNYA.
35
a. Harian (laporan dari IRNA).
b. Mingguan (laporanmanajer)
c. Rapat kerjamanajer.
d. Rapat kerjabulanan.
e. Rapat kerjadireksi.
h. Rapatkoordinasi.
BAB IX
PENUTUP.
Demikian telah disusun program kerja peningkatan mutu dan keselamatan pasien RS.
36
Graha Hermine. Diharapkan dengan program kerja ini dapat dipakai sebagai pedoman kerja
dalam meningkatkan mutu pelayanan.
37