Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Derajat Kesehatan Masyarakat tergantung pada kondisi lingkungan.
Oleh sebab itu, apabila ada perubahan-perubahan terjadi pada lingkungan
disekitar manusia, akan terjadi pula perubahan-perubahan pada kondisi
kesehatan masyarakat dalam lingkungan masyarakat tersebut.
Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan bagi
masyarakat, menghasilkan limbah/bahan buangan dari kegiatan pelayanan
kesehatan yang dilakukannya. Limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit
memiliki kekhususan tersendiri yaitu limbah padat medis karena memerlukan
penanganan khusus.
Limbah padat medis yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pelayanan
medis dapat berupa limbah padat medis, cair dan gas, yang dalam
penanganannya memerlukan suatu tatalaksana dan teknologi pengelolaan
yang khusus. Hal ini dikarenakan limbah padat medis rumah sakit
mengandung bahan-bahan yang bersifat infeksius dan radioaktif, yang dapat
mencemari lingkungan sekitarnya dan berbahaya bagi kesehatan manusia
(tergolong limbah B3).
Sumber limbah rumah sakit antara lain berasal dari pelayanan medis
(Rawat Inap, Rawat Jalan/ Poliklinik, Rawat Intensif, Rawat Darurat,
Haemodialisa, Kamar Jenazah dan Kamar Operasi), penunjang medis, dan
dari perkantoran serta fasilitas sosial dan lain-lain.
Mengacu pada keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
86 tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 tahun 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dan atas dasar
pemikiran dan latar belakang diatas, maka dipandang perlu penyusunan suatu

pedoman dalam penatalaksanaan pengelolaan limbah padat dan cair di Rumah


Sakit Mitra Delima.
B.

Tujuan
Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan pengelolaan limbah padat
dan cair di Rumah Sakit Umum Restu Ibu.
Tujuan Khusus
1.

Menjadi pedoman dalam pengelolaan limbah padat dan cair di Rumah


Sakit Umum Restu Ibu.

2.

Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi petugas limbah


tentang teknologi pengolahan serta pemeliharaan limbah padat dan cair di
Rumah Sakit Umum Restu Ibu.

3.

Dapat meningkatkan pengetahuan bagi pihak manajemen Rumah Sakit


Umum Restu Ibu dalam pengambilan keputusan pada pemilihan teknologi
pengolahan limbah padat dan cair

4.

Dapat

meningkatkan

pengetahuan

mengenai

kesehatan

dan

keselamatan kerja bagi petugas pengelola limbah


C.

Manfaat
Pedoman penatalaksanaan limbah padat dan cair ini dibuat sebagai
tuntunan petugas Rumah Sakit Umum Restu Ibu dalam mengelola limbah
padat medis dan cair, dan digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan tugas
berkaitan dengan lingkup kerja dalam rangka upaya peningkatan mutu
pelayanan yang aman bagi manusia dan lingkungan.

D.

Ruang Lingkup
Lingkup pedoman pengelolaan limbah padat dan cair Rumah Sakit
Umum Reestu Ibu meliputi teknologi, pemeliharaan, pengawasan dan
tatalaksana pengolahan limbah padat dan cair. Dalam pedoman ini yang
dibahas hanya limbah padat medis saja, sedangkan limbah padat non medis

tidak dibahas karena tidak membahayakan. Limbah radioaktif, karena sifatsifatnya yang khas juga tidak dibahas.
E.

Pengertian
a.

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari


kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.

b.

Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang
berebntuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari
limbah padat medis dan non medis.

c.

Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis,

limbah

kimiawi,

limbah

radioaktif,

limbah

kantainer

bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.


d.

Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran,
taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada
teknologinya.

e.

Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal
dari

kegiatan

rumah

sakit

yang

kemungkinan

mengandung

mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif serta darah, yang


berbahaya bagi kesehatan.
f.

Limbah B3 adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya dan


beracun bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

g.

MSDS (Material Safety Data Sheet) atau LDKB (Lembar Data


Keselamatan Bahan) merupakan kumpulan data keselamatan dan petunjuk
dalam penggunaan bahan-bahan kimi berbahaya. Pembuatan LDKB
dimaksudkan sebagai informasi acuan bagi para pekerja dan supervisor
yang menangani langsung dan mengelola bahan kimia berbahaya.

F.

Dasar Hukum
1.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

2.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup

3.

Peraturan Pemerintah Nomor 40/1991 tentang penanggulangan


penyakit Menular

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 18/1999 jo Peraturan Pemerintah


Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan
Beracun

5.

Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 Tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Nomor 59 Tahun
1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838)

6.

Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan


Bahan Berbahaya dan Beracun

7.

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara
Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4161)

8.

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

875/Men.Kes/SK/VII/2001 Tentang Penyusunan Upaya pengelolaan


Lingkungan

dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Kegiatan

Bidang Kesehatan)
9.

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

876/Men.Kes/SK/VIII/2001 Tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak


Kesehatan Lingkungan
10.

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan


Rumah Sakit
11.

Keputusan

Menteri

Negara

Lingkungan

Hidup

Nomor

58/Men.LH/12/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan


Rumah Sakit

12.

Keputusan

Menteri

Negara

Lingkungan

Hidup

Nomor

86/Men.LH/10/2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan


Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
13.

Keputusan

Menteri

Negara

Lingkungan

Hidup

Nomor

112/Men.LH/7/2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik


14.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45/


Men.LH/4/2005 Tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).

BAB II
ORGANISASI PENGELOLA LIMBAH RUMAH SAKIT

Pelayanan sanitasi rumah sakit diselenggarakan dalam kaitan untuk


menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit yang bersih, nyaman, dan
mengutamakan faktor keselamatan pasien sebagai pendukung usaha penyembuhan
penderita, mencegah pemaparan terhadap bahaya-bahaya lingkungan rumah sakit
termasuk

mencegah

terjadinya

infeksi

nosokomial

dan

menghindarkan

pencemaran ke lingkungan luar rumah sakit.


Di samping itu, dalam rangka pengembangan rujukan upaya kesehatan
khususnya rujukan medik, pemanfaatan berbagai disiplin ilmu merupakan suatu
keharusan. Pemecahan masalah medik untuk penyembuhan dan pemulihan
penderita tidak cukup hanya dengan pengobatan peralatan yang cermat saja, tetapi
juga memerlukan ilmu-ilmu lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka
sanitasi rumah sakit sebagai disiplin ilmu yang berinduk kepada ilmu teknik
penyehatan diantara berbagai disiplin ilmu merupakan bagian integral dari upaya
pelayanan rumah sakit.
Ruang lingkup sanitasi rumah sakit meliputi:
1. Aspek kerumah tanggaan (house keeping):
a. Kebersihan gedung secara keseluruhan.
b. Kebersihan dinding dan lantai.
c. Pemeriksaan karpet dan lantai.
d. Kebersihan kamar mandi dan fasilitas toilet.
e. Penghawaan dan pembersihan udara.
f. Gudang dan ruangan.
g. Pelayanan makanan dan minuman.
2. Aspek khusus sanitasi rumah sakit:
a. Penanganan sampah kering yang mudah terbakar.
b. Pembuangan sampah basah.
c. Pembuangan sampah kering tidak mudah terbakar.

d. Tipe insinerator rumah sakit.


e. Kesehatan kerja dan proses operasional.
f. Pencahayaan dan instalasi listrik.
g. Radiasi.
h. Sanitasi linen dan prosedur pencucian.
i. Teknik-teknik aseptic
j. Tempat cuci tangan.
k. Pakaian operasi.
l. Sistem isolasi (shielding) sempurna.
3. Aspek dekontaminasi, disinfeksi, dan sterilisasi.
4. Aspek pengendalian serangga dan binatang pengganggu.
5. Aspek pengawasan pasien dan pengunjung rumah sakit.
6. Aspek perundang-undangan di bidang sanitasi rumah sakit.
7. Aspek kesiap siagaan menghadapi dan menanggulangi bencana.
8. Aspek pengawasan kesehatan petugas laboratorium.
9. Aspek penanganan bahan-bahan radioaktif.
10. Aspek standarisasi sanitasi rumah sakit.
Organisasi

sebagai

wadah

kegiatan

merupakan

aspek

statis

penyelenggaraan usaha sanitasi rumah sakit, harus berpedoman kepada ketentuanketentuan yang ada termasuk struktur organisasi rumah sakit. Wadah secara
organisasi penyelenggaraan usaha sanitasi rumah sakit merupakan bentuk
pelembagaan formal untuk menyelenggarakan usaha sanitasi rumah sakit.
Pengorganisasian usaha sanitasi rumah sakit harus mencerminkan fungsi dinamis
dengan wadah kegiatan terdiri dari unsur:
1. Pimpinan layanan sanitasi rumah sakit
2. Teknis sanitasi
3. Penunjang layanan sanitasi
Tugas-tugas dalam sanitasi rumah sakit:
1. Mengembangkan prosedur rutin termasuk manual untuk pelaksanaannya.
2. Melatih dan mengawasi karyawan-karyawan tertentu termasuk petugas
cleaning service.

3. Membagi tugas dan tanggung jawab.


4. Melapor kepada atasan atau pimpinan rumah sakit.
Petugas yang berwenang dalam pelaksanaan usaha sanitasi rumah sakit
merupakan kunci dalam panitia/komite keamanan dan harus melaksanakan
tugasnya dalam pengawasan infeksi. Petugas harus melakukan suatu pengamatan
(surveilence) sanitasi yang efektif dan melaporkan pelaksanaan programnya
kepada pimpinan rumah sakit. Petugas sanitasi rumah sakit menentukan hasil
layanan yang paling dominan dalam usaha pelayanan sanitasi rumah sakit.
Petugas sebagai pemberi layanan kepada penderita dapat mempengaruhi proses
pengobatan. Hubungan psikobiososial penderita dengan petugas maupun dengan
penunjung dapat mempengaruhi hasil penyembuhan, lebih-lebih apabila interaksi
faktor biopsikososial ini berproses dalam suasana lingkungan yang bersih,
nyaman, dan asri.

BAB III
KATEGORI LIMBAH KLINIS

Dalam kaitan dengan pengelolaan limbah klinis, golongan limbah klinis


dapat dikategorikan menjadi lima jenis berikut :
A.

Golongan A
Terdiri dari: dressing bedah, swab, dan semua bahan yang bercampur dengan
bahan-bahan tersebut, bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi, serta
seluruh jaringan tubuh menusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai atau
jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab
dan dressing.
Pelaksanaan pengelolaan:
1. Dressing bedah yang kotor, swab, dan limbah lain yang terkontaminasi
deri ruang pengobatan hendaknya di tampung pada bak penampungan
limbah medis/ medis yang mudah dijangkau atau bak sampah yang
dilengkapi dengan pelapis pada tempat produksi sampah. Kantong pelapis
tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali atau bila tiga
perempat penuh. Kemudian diikat dengan kuat sebelum diangkut dan
ditampung sementara di bak sampah medis.
2. Prosedur yang digunakan untuk penyakit infeksi harus disetujui oleh
pimpinan yang bertanggung jawab. Kepala Instalasi Sanitasi dan Dinas
Kesehatan c/q. Sub Dinas PKL setempat.
3. Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada
bak limbah medis atau kantong lain yang tepat dan kemudian
dimusnahkan dengan insinerator. Kecuali bila terpaksa, jaringan tubuh
tidak boleh dicampur dengan sampah lain pada saat pengumpulan.
4. Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan dengan
insinerator. Insinerator yang digunakan merupakan milik pihak ketiga
yang melakukan kerjasama dengan rumah sakit menggunakan MoU.

B.

Golongan B
Terdiri dari: syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas, dan benda-benda
tajam lainnya.
Pelaksanaan pengelolaan :
Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup.
Sampah jenis ini hendaknya ditampung dalam safety box atau bak tahan benda
tajam yang bila telah penuh ditutup dan ditampung dalam bak sampah medis
sebelum diangkut dan dimusnahkan dengan insinerator.

C.

Golongan C
Terdiri dari: limbah dari ruang laboratorium dan post-partum kecuali yang
termsuk dalam golongan A.
Pelaksanaan pengelolaan :
Pembuangan sampah medis yang berasal dari Laboratorium patologi klinik,
haemotologi, dan transfusi darah, dibuat dalam kode pencegahan infeksi
dalam laboratorium medis dan ruang post-mortum dan publikasi lain.

D.

Golongan D
Terdiri dari: limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
Pelaksanaan pengelolaan:
Barang dari produk medis yang baru sebagian digunakan hendaknya
dikembalikan kepada petugas yang bertanggung jawab di bagian farmasi.

E.

Golongan E
Terdiri dari: pelapis bed-pan disposable, urinoir, incontinence-pad, dan
stamage bags.
Pelaksanaan pengelolaan:
Kecuali yang berasal dari ruang dengan risiko tinggi, isi dari sampah dari
golongan ini bisa dibuang melalui saluran air, WC atau unit pembuangan
untuk itu. Sampah yang tidak dapat dibuang melalui saluran air hendaknya
disimpan dalam bak sampah medis dan dimusnahkan dengan insinerator.

10

BAB IV
LIMBAH PADAT MEDIS DAN NON MEDIS

A.

Jenis dan asal limbah


Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang
dapat mengandung mikroorganisme patogen, bersifat infeksius, bahan kimia
beracun dan sebagian bersifat radioaktif. Untuk limbah yang berbentuk pasta
kadang agak sulit menggolongkan jenis limbah ini sebagai limbah padat atau
cair. Contoh limbah berbentuk pasta ini adalah salep atau oli bekas. Untuk
memudahkan pengolahannya, jenis limbah ini sebaiknya dicampur dengan
serbuk gergaji atau pasir dengan jumlah yang cukup sehingga setelah
dicampur dan diaduk secara merata, maka limbah ini dapat digolongkan
menjadi limbah padat.
Limbah dapat berasal dari unit kerja pelayanan medis, pelayanan
penunjang medis danpenunjang non medis. Unit kerja pelayanan medis
meliputi : rawat jalan, gawat darurat, rawat inap, rawat intensif, kamar
operasi, dan hemodialisa. Unit kerja pelayanan penunjang medis meliputi
laboratorium, farmasi, radiologi dan gizi. Unit kerja penunjang non medis
meliputi perkantoran dan administrasi, kantin, asrama pegawai dan rumah
dinas.
Berdasarkan bentuk fisiknya maka limbah rumah sakit dapat
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

limbah padat (medis dan non medis),

limbah cair dan

limbah gas.

11

B.

Karakteristik limbah
Limbah

rumah

sakit

bisa

mengandung

bermacam-macam

mikroorganisme, tergantung pada fasilitas yang dimiliki dan tingkat


pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang.
Limbah padat non medis dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang
dikelola oleh Pemerintah Daerah atau badan lain sesuai peraturanperundangan

yang

berlaku.

Limbah

padat

medis

sebagai

tempat

penampungan sementara harus diolah dengan Instalasi Pengolah Limbah


Padat (IPLP) selambat-lambatnya 24 jam.
Limbah cair menurut sumber/ kegiatan yang menghasilkan limbah cair
dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

pelayanan medis

pelayanan penunjang medis

administrasi dan fasilitas sosial

Adapun parameter limbah cair yang perlu diolah adalah :


-

BOD

COD

TSS

NH3 bebas

suhu

pH

PO4

sesuai dengan persyaratan Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah
Sakit,

Keputusan

Menteri

Negara

Kep.58/MENLH/12/1995.
C.

Persyaratan tatalaksana limbah


1. Limbah Padat Medis
a. Minimisasi limbah

12

Lingkungan

Hidup

Nomor

)1

Harus diupayakan melakukan reduksi limbah


dimulai dari sumber.

)2

Harus dilakukan pengelolaan dan pengawasan


penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun.

)3

Harus dilakukan pengelolaan stok bahan kimia


dan farmasi

)4

Setiap

peralatan

yang

digunakan

dalam

pengelolaan limbah medis, mulai dari pengumpulan, pengangkutan,


dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang
berwenang.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
)1

Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari


sumber yang menghasilkan limbah.

)2

Limbah yang akan dimanfaatkan kembali


harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.

)3

Limbah benda tajam harus dikumpulkan


dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau
tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak
mudah untuk dibuka sehingga orang tidak berkepentingan tidak
dpat membukanya.

)4

Limbah padat medis yang akan dimanfaatkan


kembali harus melalui proses sterilisasi sesuai tabel 1. Untuk
menguju efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus
stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes
Bacillus subtilis.

Tabel 1. Metode sterilisasi untuk limbah yang dimanfaatkan kembali


Metode sterilisasi

Sterilisasi dengan panas


o
Sterilisasi kering dalam

13

Suhu

Waktu
Kontak

160 0C
170 0C

120 menit
60 menit

oven Poupinel
o
Sterilisasi basah dalam
autoklaf
Sterilisasi dengan autoklaf
o
Ethylene oxide (gas)
o
Glutaraldehyde (cair)
5)

121 0C
50 -60 0C

30 menit
3-8 jam
30 menit

Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan


untuk dimanfaatkan kembali.

6)

Pewadahan

limbah

padat

medis

harus

memenuhi ketentuan sesuai tabel 2.


Tabel 2. Jenis wadah dan label limbah padat medis sesuai kategorinya
No

Kategori

Radioaktif

Sangat
infeksius

Kuning

Limbah
infeksius
dan
patologi
anatomi
Sitotoksis

Kuning

4
5

Warna
kontainer /
kantong
Merah

Lambang

Keterangan
Kantong boks timbal
dengan simbol radioaktif
Kantong plastik kuat,
anti
bocor,
atau
kontainer yang dapat
disterilisasi
dengan
autoklaf
Plastik kuat dan anti
bocor atau kontainer

Ungu
Kontainer plastik kuat
dan anti bocor
Kantong plastik atau
kontainer

Coklat

Limbah
kimia dan
farmasi
7)

Daur ulang tidak bisa dilakukan kecuali


untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.

8)

Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam


wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label bertuliskan Limbah
Sitotoksis.

c.

Pengumpulan, pengangkutan, dan penyimpanan limbah padat


medis di lingkungan rumah sakit

14

1)

Pengumpulan limbah padat medis dari setiap ruangan


penghasil limbah menggunakan troli khusus yang tertutup.

2)

Penyimpanan limbah padat medis harus sesuai iklim,


yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam, dan pada musim
kemarau paling lama 24 jam.

d.

Pengumpulan, pengemasan dan pengangkutan ke luar rumah


sakit
1)

Pengelola

harus

mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat.


2)

Pengangkutan ke luar rumah


sakit menggunakan kendaraan khusus.

e.

Pengolahan dan pemusnahan


1)

Limbah padat medis tidak diperbolehkan dibuang


langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum
aman bagi kesehatan.

2)

Cara dan teknologi pengolahan limbah padat medis sesuai


dengan ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit Mitra Delima.

2.

Limbah padat non medis


a. Pemilihan dan pewadahan
1)

Pewadahan limbah padat non medis harus dipisahkan dari limbah


medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.

2)

Tempat pewadahan
- Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong
plastik warna hitam sebagai pembungkus limbah.
- Bila kepadatan lalat di sekitar tempat limbah melebihi 2 (dua)
ekor per-block grill, perlu dilakukan pengendalian.

b. Pengumpulan, Penyimpanan dan Pengangkutan

15

1)

Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat


lebih dari 20 ekor per-block grill atau tikus terlihat pada siang hari,
harus dilakukan pengendalian.

2)

Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan


binatang pengganggu yang lain minimal 1 (satu) bulan sekali.

c. Pengolahan dan Pemusnahan


Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non medis harus dilakukan
sesuai persyaratan kesehatan.

D.

Tatalaksana limbah
1. Limbah padat medis
a.

Minimisasi limbah
1)

Pilih

bahan-bahan

yang

kurang

menghasilkan limbah sebelum pembelian.


2)

Gunakan sedikit mungkin bahan kimia.

3)

Utamakan metode pembersihan secara fisik


daripada kimiawi.

4)

Cegah bahan-bahan yang dapat menjadi


limbah, seperti dalam kegiatan perawatan dan kebersihan.

5)

Monitor alur penggunaan bahan kimia dari


bahan baku sampai menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun.

6)

Pesan

bahan-bahan

sesuai

dengan

kebutuhan.
7)

Gunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih


awal untuk menghindari kadaluarsa.

8)

Habiskan bahan dari setiap kemasan (isi


kemasan harus habis digunakan sebelum kemasannya dibuang).

9)

Cek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada


saat penerimaan.

16

b.

Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali


dan daur ulang
1)

Lakukan pemilahan jenis limbah padat


medis mulai dari sumber yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sititoksis,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan
dan limbah dengan kandungan logam berat tinggi.

2)

Tempat pewadahan limbah padat medis :


a.

Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan


karat, kedap air, dan mempunyai permukaan yang halus pada
bagian dalamnya, misalnya fiberglass.

b.

Pada setiap sumber penghasil limbah padat medis


harus tersedia tempat pewadahan yang terpisah dengan limbah
padat non medis.

c.

Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang


dari dari sehari apabila 2/3 bagian telah terisi limbah.

d.

Untuk benda-benda tajam ditampung pada tempat


khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman.

e.

Tempat pewadahan limpah padat infeksius dan


sitotoksik yang tidak langsung kontak dengan limbah harus
segera dibersihkan dengan larutan disinfektan apabila akan
digunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah
dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh
digunakan kembali.

3)

Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan


kembali setelah melalui sterilisasi meliputi botol gelas dan
kontainer.

c.

Tempat penampungan sementara


Limbah padat medis dimusnahkan melalui kerjasama dengan RS
Sulianti Saroso. Pemusnahan dilakukan selambat-lambatnya 24 jam
apabila disimpan pada suhu ruang.

17

d.

Transportasi
1)

Kantong limbah

padat medis

sebelum

dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam


kontainer yang kuat dan tertutup.
2)

Kantong limbah medis padat harus aman


dari jangkauan manusia maupun binatang.

3)

Petugas harus menggunakan alat pelindung


diri (APD) yang terdiri dari:
a)

Topi/helm;

b)

Masker;

c)

Pelindung mata;

d)

Pakaian panjang (coverall)

e)

Apron untuk industri;

f)

Pelindung kaki/sepatu boot; dan

g)

Sarung tangan khusus (disposable glove atau heavy


duty gloves)

e.

Pengolahan,

pemusnahan

dan

pembuangan

akhir limbah padat


1)

Limbah infeksius dan benda tajam


a) Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan
agen infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan
pengolahan panas dan basah seperti dalam autoclave sedini
mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan cara
disinfeksi.
b) Benda

tajam

harus

diolah

dengan

insinerator

bila

memungkinkan dan dapat dolah bersama dengan bahan


infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam.
c) Setelah insinerasi atau disinfeksi, residunya dapat dibuang ke
tempat pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya
sudah aman.

18

2.

Limbah padat non medis


a. Pemilahan limbah padat non medis
1)

Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah yang


dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan
kembali.

2)

Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah basah


dan limbah kering

b. Tempat pewadahan limbah padat non medis


1)

Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air
dan mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian
dalamnya, misalnya fiberglass.

2)

Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori


tangan.

3)

Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai


dengan kebutuhan.

4)

Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3x24 jam


atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka
harus diangkut supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit
atau binatang pengganggu.

c. Pengangkutan
Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke tempat
penampungan sementara menggunakan troli tutup.
d. Tempat penampungan limbah padat non medis sementara
1)

Tersedia tempat penampungan limbah padat non medis sementara


dipisahkan antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah
yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. Tempat tersebut tidak
merupakan sumber bau dan lalat bagi lingkungan sekitarnya
dilengkapi saluran untuk cairan lindi.

2)

Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air,


bertutup dan selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi
serta mudah dibersihkan.

19

3)

Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut


limbah padat.

4)

Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1x24 jam.

e. Pengolahan limbah padat


Upaya

untuk

mengurangi

volume,

mengubah

bentuk

atau

memusnahkan limbah padat dilakukan pada sumbernya. Limbah yang


masih dapat dimanfaatkan hendaknya dimanfaatkan kembali untuk
limbah padat organik dapat diolah menjadi pupuk.
f. Lokasi pembuangan limbah padat akhir
Limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir
yang dikelola oleh pemerintah daerah (Pemda) atau badan lain sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.

20

BAB V
PENATALAKSANAAN PENGOLAHAN LIMBAH

A.

Limbah Padat
Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang
berbentuk padat sebagai akibat dari kegiatan rumah sakit yang terdiri dari
limbah padat medis dan non medis.
Limbah padat medis merupakan limbah yang sifatnya infeksius,
sangat infeksius atau sitotoksis. Jumlah limbah padat medis suatu rumah sakit
tidak hanya bergantung dari jumlah tempat tidurnya saja akan tetapi juga
sangat dipengaruhi oleh jumlah pasien dan jenis penyakit yang dideritanya.
Untuk limbah padat non medis penaganannya tidak memerlukan pengolahan
yang khusus seperti limbah padat medis.
1. Proses Pengolahan Limbah Padat
Rumah Sakit Mitra Delima tidak mempunyai tempat untuk Instalasi
Pengolahan Limbah Padat (IPLP) karena itu Rumah Sakit Mitra Delima
tidak mengolah sendiri untuk limbah padat medisnya, namun melakukan
kerjasama dengan Instalasi Pengolahan Limbah Padat (IPLP) Rumah Sakit
Sulianti Suroso.
Sebelum diangkut untuk dimusnahkan limbah yang telah diambil
dari unit masingmasing Rumah Sakit Mitra Delima dipilah-pilah dahulu,
dimana limbah padat medis dan non medis dipisahkan dengan memberi
identitas yang berbeda. Untuk limbah padat medis identitasnya dengan
kantong warna kuning, dan jarum suntik dimasukkan kedalam derigent
atau wadah yang tidak bisa tembus. Sedangkan limbah padat non medis
penanganannya tidak memerlukan pengolahan yang khusus seperti limbah
padat medis dan diberi identitas kantong warna hitam. Limbah padat medis
dan non medis diangkut dengan menggunakan troly pengangkut sampah
oleh petugas dengan memakai alat pengaman dan kemudian disimpan
ditempat penampungan limbah padat medis sementara yang ada di

21

belakang Rumah Sakit Mitra Delima sampai penuh. Setelah limbah padat
medis penuh barulah ditimbang oleh petugas IPLP Rumah Sakit Sulianti
Suroso dan dibawa dengan mobil khusus pengangkut limbah.
B.

Limbah Cair
Limbah Cair rumah sakit adalah semua air buangan termasuk tinja
yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung
mikro-organisme, bahan kimia beracun dan radioaktif serta darah yang
berbahaya bagi kesehatan.
1.

Sumber Limbah Cair


Limbah

cair

rumah

sakit

menurut

sumber/kegiatan

yang

menghasilkan limbah cair dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:


pelayanan medik, penunjang medik, administrasi dan fasilitas sosial.
Adapun parameter limbah cair yang perlu diolah adalah BOD, COD, TSS,
NH3 bebas, suhu, PH dan PO4, sesuai dengan persyaratan Baku Mutu
Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit, Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No : Kep. 58/MENLH/12/1995
2.

Tujuan Pengolahan
Prinsip dasar pengolahan limbah cair adalah menghilangkan atau
mengurangi kontaminan yang terdapat didalam limbah cair sehingga hasil
olahan limbah dapat dimanfaatkan kembali atau tidak mengganggu
lingkungan apabila dibuang ke tanah atau ke badan air penerima.

3.

Proses Pengolahan Limbah Cair


Proses pengolahan limbah cair yang di gunakan oleh Rumah Sakit
Mitra Delima adalah mengggunakan proses aerob. Salah satu contoh
proses aerob yang dikenal adalah reaktor biologis tipe film (fixed Film
Aerobic). Reaktor ini banyak dipergunakan karena mempunyai banyak
kelebihan dibanding reaktor yang tidak menggunakan media (suspended
growth).
Kelebihan utama dari sistem ini ialah mikroorganisme yang
menempel pada media tidak tergusur/terbuang akibat beban hidraulik yang
terlalu tinggi, sehingga pemeliharaannya menjadi mudah.

22

Di dalam IPAL mula-mula air limbah melewati Fine Screening atau


saringan, ini bertujuan untuk menyaring partikel tersuspensi kasar/kotoran
yang besar (lebih besar dari 1 cm) yang terbawa dalam air limbah agar
tidak masuk menuju ke IPAL, air limbah kemudian dimasukkan ke dalam
Bak Equalisasi.
Bak Equalisasi berfungsi sebagai penampung fluktuasi debit air
limbah yang masuk dan penampung macam-macam karakteristik/sifat air
limbah yang berbeda-beda seperti : pH tinggi dari laundri/cucian, lemak
dari dapur ataupun kamar mandi. Dengan adanya bak equalisasi beban air
limbah dapat dihomogenasikan (disetarakan) baik secara kualitas maupun
kuantitas, sehingga sistem dapat berjalan dengan efisien tinggi dan
optimal. Di dalam bak equalisasi juga dibantu dengan Submersible Aerator
untuk membantu proses aerasi.
Dari bak equalisasi air limbah dipompa menuju Clarifer Tank yang
bertujuan untuk mengendapkan padatan-padatan yang tidak tersaring pada
screen. Dari Clarifer air limbah secara visual suadah lebih bersih tetapi
beban polutannya masi diatas ambang batas, seperti BOD, COD dll masih
hampir sama seperti waktu air limbah masuk. Dari Clarifer ini air
kemudian masuk ke Biodetox. Sedangkan endapan yang terkumpul di
dalam Clarifer akan dialirkan secara otomatis ke dalam Sludge Tank.
FBK-Bioreactor (Biodetox) merupakan sistem pengolahan limbah
secara aerobik dengan menggunakan sistim Fixed Bed Cascade yang
merupakan paten dari jerman. Sistem ini merupakan alih teknologi dari
Jerman karena sistem ini mempunyai keunikan dalam aliran air dan desain
rumah bakteri. Sistem ini terdiri dari sebuah reaktor dan didalamnya
terdapat elemen fixed bed atau media film yang berfungsi sebagai tempat
bekembangbiaknya mikroorganisme. Dengan sistem ini mikroorganisme
pembentuk film akan melekat, tumbuh dan berkembang pada permukaan
elemen tersebut. Dengan adanya media tersebut mikroorganisme dapat
ditumbuhkan dengan spektrum yang amat luas seperti : Bakteri Lipolitic
untuk pemakan lemak, Proteolitik untuk pemakan protein, bakteri

23

pemakan detergent, bakteri warna dan lain sebagainya. Pada sistem ini
aerasi dibutuhkan karena mikroorganisme yang digunakan adalah
mikroorganisme aerob.
Di dalam Biodetox air limbah diproses secara aerobik dengan
effisiensi yang tinggi. BOD dan COD yang terkandung dalam air limbah
akan mengalami proses penurunan antara 90-98 %. Dari biodetox, air
limbah yang keluar sudah memenuhi baku mutu dari segi BOD dan COD
tetapi kadang masih terlihat padata-padatan yang terbawa dan masih perlu
desinfeksi, sehingga Khlorinasi masih diperlukan. Air limbah yang sudah
diproses secara overflow akan mengalir menuju Polishing Tank.
Air yang keluar dari Polishing Tank sudah memenuhi syarat yang
ditentukan oleh pihak KPPL seperti parameter BOD, COD, TSS,dll. Air
hasil ini sudah layak/dapat dibuang kesaluran umum. Air hasil keluaran ini
perlu ditest/diuji parameternya yang dipersyaratkan ke instansi yang
berwenang seperti : KPPL, Sucofindo atau Laboratorium rujukan.
Untuk limbah cair hasil proses pencucian film di unit Radiologi
mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun (Fixer & Developer),
limbahnya tidak dibuang ke IPAL Rumah Sakit Mitra Delima tapi
limbahnya dikirim ke instansi pengolahan limbah B3 yakni kerjasama
dengan PT. Sheryn Fajar Abadi. Sebelum limbah diangkut oleh petugas
PT. Sheryn Fajar Abadi limbah tersebut sementara ditampung kedalam
derigent dan diberi label.

24

BAB VI
PERALATAN, PENGOPERASIAN DAN ALAT KONTROL

A.

Fine Screening/ Bar screen


Fine Screening (saringan) terbuat dari bahan stainless steel dengan
jarak kerenggangan saringan 1 cm. Berfungsi untuk menyaring sampah
yang terikut ke dalam IPAL. Sampah-sampah yang akan tersaring dalam hal
ini adalah sisa-sisa kotoran, plastik, sisa makanan, sisa pembungkus, kertas
tissue, dll. Sampah harus dipisahkan dari air limbah supaya pengolahan air
limbah (terutama pompa-pompa) tidak terganggu dan dapat berlangsung lebih
efisien. Secara periodik saringan ini harus diangkat dan diambil kotoran
padatnya.
Cara mengangkat atau membersihkan kotoran:
-

Matikan pompa Sump Pit, dengan cara meletakkan posisi


Selector Swich pada kontrol panel di posisi OFF.

Buka pipa inlet, kemudian angkat saringan dan masukkan


padatan ke dalam kantung plastik yang telah disediakan, Bersihkan
saringan semprotan air sampai bersih.

Setelah selesai, kembalikan ke posisi semula, dan jangan lupa


kedua Selector Swich untuk Pompa Sump Pit dikembalikan pada posisi
AUTO.

B.

Equalisasi
Bak Equalisasi berfungsi sebagai :
-

Penampung fluktasi debit air limbah yang masuk

Penampung macam-macam karakteristik/sifat air limbah yang


berbeda beda.

Di dalam bak equalisasi terdapat pompa equalisasi yang berfungsi untuk


membantu proses aerasi. Pompa Equalisasi di design dengan kapasitas yang

25

lebih besar dari kapasitas air limbah yang masuk, maka ada sebagian air
limbah yang disirkulasikan kembali ke dalam Bak Equalisasi.
Cara pengoperasian Pompa Equalisasi :
-

Dari dalam panel kontrol, tempatkan Selector Swich untuk


Pompa 1 & 2 pada posisi AUTO.

Otomatis pompa akan beroperasi jika level kontrol (radar) telah


mencapai titik atas

Level Kontrol (radar)


-

Di dalam Bak Equalisasi telah dilengkapi dengan 3 (tiga) unit


level kontrol yang berfungsi untuk mengatur operasi kedua pompa dan
alarm jika terjadi kenaikan air sampai batas yang telah ditentukan

Level kontrol pertama akan mengatur pompa 1 & 2 bekerja


secara bergantian

Level kontrol kedua akan mengatur pompa 1 & 2 berjalan


bersamaan

C. Clarifier
Clarifier berfungsi sebagai unit pemisah anatara partikel-partikel atau
padatan dengan air agar air yang keluar dari Clarifier terpisah antara air dan
padatannya. Padatan yang terkumpul dalam bentuk lumpur akan turun ke
dasar Clarifier yang berbentuk kerucut.
Clarifier dilengkapi dengan Tube Settler yang berguna untuk
mempercepat proses pembentukan endapan. Lumpur yang terkumpul secara
kontinyu dikembalikan lagi ke Grit Chamber dengan sitem Air Lift
D. Biodetox
FBK- Bioreactor (Biodetox) merupakan sistim pengolah limbah
secara aerobik dengan menggunakan sistim Fixed Bed Cascade. Sistem ini
terdiri dari sebuah reaktor dan di dalamnya terdapat elemen fixed bed yang
berfungsi

sebagai

tempat

berkembang

26

biaknya

mikroorganisme.

Mikroorganisme pembentuk film akan melekat, tumbuh dan berkembang


pada permukaan elemen tersebut. Kemudian dari sisi bawah elemen fixed bed
terebut diaerasi dengan menggunakan Blower untuk menciptakan suasana
aerobik. Pada saaat start-up, FBK-Bioreactor (Biodetox) ditambahkan
cairan

mikroorganisme.

NOGGIES,

yang

Organisme
merupakan

yang

ditambahkan

mikroorganisme

adalah

jenis

pembentuk

film.

Mikroorganisme yang dimasukkan dalam reaktor akan tumbuh dalam waktu


beberapa hari setelah ditambahkan makanan tambahan selama limbah belum
dimasukkan, kemudian mikroorganisme tersebut akan membentuk lapisan
film pada fixed bed elemen dan menyebar keseluruh permukaan fixed bed
sesuai dengan spesifikasi makanannya. Keberhasilan start-up ini bisa dilihat
secara visual maupun laboratorium.
Pengamatan secara visual :
-

Timbulnya warna coklat muda pada media Biodetox

Jika media Biodetox dipegang maka pada permukaannya


terdapat lendir

Pengujian Laboratorium :
Dilakukan uji secara kimia dan fisika, yaitu perbandingan kualitas air limbah
yang masuk dan keluar dari proses. Hasil yang benar ditunjukkan dengan
adanya penurunan kadar polutan (BOD,COD,dll).
E. Blower
Blower yang digunakan untuk proses aerasi adalah typemaintenance free
yang tidak memerlukan penambahan oli dan gemuk (grease), hanya
diperlukan pengggantian bearing (laher) dalam waktu yang telah ditentukan.
Cara pengoperasian Blower :
Dari dalam panel kontrol, tempatkan Selector Swich Blower pada posisi
AUTO
F. Dosing Pump

27

Berfungsi untuk menginjeksi kaporit setelah Biodetox untuk


mematikan bakteri-bakteri yang ada.
Cara pengoperasian Pompa Dosing :
-

Dari dalam panel kontrol, tempatkan Selector Swich untuk


pompa Dosing posisi AUTO

Otomatis pompa akan beroperasi apabila Pompa Equalisasi


Jjuga dalam kondisi operasi

G. Polishing Tank
Polishing Tank berfungsi sebagai bak pengendapan terakhir dan bak
khlorinasi sebelum masuk ke Treated Water Tank. Di dalam Treated Water
Tank terdapat Pompa Sprayer yang berfungsi untuk memotong busa di
dalam Biodetox. Pompa Sprayer hanya difungsikan apabila terdapat busa di
dalam Biodetox.
Cara pengoperasian Pompa Sprayer
-

Dari dalam panel kontrol, tempatkan Selector Swich untuk


Pompa Sprayer posisi AUTO

Otomatis pompa sejalan dengan pengoperasian Blower dan


tidak akan beroperasi apabila tidak ada di dalam Polishing Tank

H. Panel Kontrol
Pandangan instrument pada panel kontrol pada Unit Instalasi Air Limbah
adalah sebagai berikut:
Lampu Indikator Fase R,S,T:
Sebagai indikator tegangan untuk fase R,S,T (dengan warna merah, hijau,
kuning) yang masuk ke panel IPAL. Jika salah satu lampu indikatornya tidak
bekerja, kemungkinan ada salah satu tegangan yang hilang atau lampu
indikator putus.
Voltmeter

28

Sebagai penunjuk tegangan sesuai pilihan yang ditentukan pada Voltmeter


Swich. Tegangan normal untuk tiga fase adalah 380 V (misalnya R-S),
dengan toleransi 10 20 % dan 220 V untuk satu fase (misalnya R-N).
Voltmeter Swich
Sebagai saklar pemilih untuk mengetahui tegangan yang ditampilkan. Ada 7
(tujuh) posisi saklar untuk menunjukkan tegangan antar fase dan tegangan
fase dengan netral.
Amperemeter
Sebagai penunjuk arus/beban dipakai oleh peralatan-peralatan yang sedang
beroperasi.
Amperemeter Swich
Sebagai saklar pemilih arus beban untuk masing-masing fase.
Selector Swich
Sebagai saklar pemilih untuk memilih kondisi operasi masing-masing
peralatan. Ada 3 (tiga) pilihan :
-

MAN, untuk posisi operasi Manual (posisi ini tidak disarankan)

OFF, untuk posisi OFF (berhenti) atau me-nonaktifkan


peralatan

AUTO, untuk posisi AUTO (otomatis), posisi ini sangat


disarankan karena pada posisi ini semua peralatan telah dirancang dalam
segi fungsi dan keamanan peralatan

Lampu Indikator Operasi


Sebagai indikator atau petunjuk bahwa peralatan yang bersangkutan sedang
beroperasi. Lampu indikator ini berwarna hijau.

29

BAB VII
PENGECEKAN AWAL SEBELUM PENGOPERASIAN

A. Pengecekan Pompa Submersible (Celup)


Setelah instalasi (baik mekanikal maupun elektrikal), lakukan pengecekan
sebagai berikut:
Hidupkan pompa (pada posisi manual) sebentar, check aliran air yang keluar
dari pipa.
B. Pengecekan Blower
Setelah instalasi (baik mekanikal maupun elektrikal), lakukan pengecekan
sebagai berikut:
Hidupkan Blower (pada posisi manual) sebentar, check putaran blower, harus
sesuai dengan arah putaran yang pada motor Blower, dan apabila terbalik,
lakukan perubahan fase tegangan (misalnya dari S ke R).
C. Pengecekan Pompa Sprayer
Setelah instalasi (baik mekanikal maupun elektrikal), lakukan pengecekan
sebagai berikut :
-

Lakukan pengisian air pada sisi inlet pompa melalui baut


pengisian pompa sampai airnya keluar dari lubang baut. Perhatikan apa

30

permukaan air turun, apabila tidak tutup Kembali lubang tsb. Jika
berkurang, berarti ada sambungan atau foot valve yang bocor
-

Hidupkan pompa (pada posisi manual) sebentar, check air yang


keluar dari pipa

D. Pengecekan Pompa Dosing


Setelah instalasi (baik mekanikal maupun elektrikal), lakukan pengecekan
sebagai berikut :
Lakukan pengisian air pada sisi inlet pompa dengan cara mengisi slang
dengan air sampai penuh. Jalankan pompa dosing (secara manual) dengan
penyetelan Speed & Stroke pada posisi maksimal sampai airnya keluar dari
sisi outlet.
E. Pengecekan Level Kontrol
Lakukan pengecekan level kontrol untuk mengetahui fungsi otomatis pompa
dan alarm untuk :
Bak Equalisasi
-

Angkat level kontrol pertama (yang paling dalam), otomatis


salah satu pompa Equalisasi

Angkat level kontrol kedua (posisi tengah), otomatis kedua


pompa Equalisasi akan beroperasi

* Perlakuan yang sama dilakukan untuk pompa effluent

31

BAB VIII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PETUGAS PENGELOLA LIMBAH

A. Kesehatan Kerja Limbah


Setiap melakukan pembersihan yang berhubungan dengan limbah harus
menggunakan :
-

Sarung tangan karet

Masker hidung dan mulut

Cuci tangan, kaki atau bagian tubuh yang terkena air limbah
dengan air bersih dan sabun antiseptic

B. Keselamatan Kerja Limbah


1. Peralatan listrik
Setiap pengecekan atau perbaikan

peralatan listrik lakukan prosedur

sebagai berikut :
-

Pengecekan dan perbaikan hanya dilakukan oleh teknisi yang


berpengalaman

32

Aliran listrik pada panel kontrol harus selalu dimatikan selama


pekerjaan dilakukan

Kunci panel kontrol dan tempelkan catatan Sedang dalam


perbaikan, Jangan dinyalakan. Bila perlu ruang panel dikunci

Harus menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang.


Ujung baju dan celana harus dikancingkan / diikat sehingga tidak ada
bagian dari pakaian yang menjulur keluar

Harus menggunakan sarung tangan karet dan sepatu yang


bersol karet dan tidak berpaku (sebagai isolator) dan semuanya harus
selalu dalam keadaan kering

Tidak bersandar dan tangan tidak menyentuh apapun selain


bagian yang dikerjakan

Menggunakan peralatan (obeng, tang, dll) yang berlapis karet


atau plastik

Lakukan pengetesan tegangan listrik dengan testpen untuk


menyakinkan sebelum pekerjaan dimulai

Listrik hanya boleh dinyalakan kembali oleh teknisi yang


bersangkutan

2. Peralatan Mekanik
Peralatan mekanik yang dapat membahayakan adalah blower dan pompa.
-

Karena semua peralatan mekanik menggunakan listrik sebagai


sumber daya maka seluruh prosedur pada PERALATAN LISTRIK
harus dipenuhi

Menggunakan kacamata pelindung pada saat bekerja dekat


bagian yang berputar

Bila pekerjaan diperkirakan akan memakan waktu cukup lama


maka harus dipertimbangkan akan terjadinya banjir karena pompapompa tidak bekerja. Dalam hal ini sebaiknya kabel sumber daya

33

peralatan yang akan dikerjakan dilepaskan dari panel kontrol agar


panel kontrol dapat dinyalakan kembali
-

Memasang kembali semua tutup pelindung

34

Anda mungkin juga menyukai