Anda di halaman 1dari 9

PERTANYAAN DAN DISKUSI PRESENTASI KELOMPOK III

TOPIK: INDIKATOR MUTU DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN

Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Manajemen Mutu


Dosen Pengampu:
drg. Nining Handayani, Sp.Pros, M.M., CIQnR., CIQaR.

dibuat oleh:

KELOMPOK III
Ketua:
drg. Felicia Hardinata 71220100
Sekretaris:
dr. Ni Made Ratih Purnama Dewi 71220143
Anggota:
dr. Arif Rahmat 71220083
dr. Karunia Meilani Nurftika 71220119
dr. Venda Happy Pinesa 71220165

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


KONSENTRASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA (ARS UNIVERSITY)
BANDUNG
2023
PERTANYAAN DAN DISKUSI OLEH KELOMPOK III

1. Pertanyaan dari kelompok V oleh Tegar Pamungkas


Tiap RS wajib menjamin mutu dengan berpedoman pada indikator mutu nasional
yg ditetapkan pemerintah. Implementasi yg dilakukan rs dalam memenuhi
indikator mutu tersebut?

Jawaban:
Dalam upaya memenuhi dan meningkatkan mutu layanannya, RS mempunyai
Komite/Tim Penyelenggara Mutu yang kompeten untuk mengelola kegiatan
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Rumah sakit membuat program peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang akan
diterapkan pada semua unit setiap tahun. Program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien rumah sakit meliputi tapi tidak terbatas pada:
(a) Pengukuran mutu indikator termasuk indikator nasional mutu (INM), indikator
mutu prioritas rumah sakit (IMP RS) dan indikator mutu prioritas unit (IMP Unit).
(b) Meningkatkan perbaikan mutu dan mempertahankan perbaikan berkelanjutan.
(c) Mengurangi varian dalam praktek klinis dengan menerapkan
PPK/Algoritme/Protokol dan melakukan pengukuran dengan clinical pathway.
(d) Mengukur dampak efisiensi dan efektivitas prioritas perbaikan terhadap keuangan
dan sumber daya misalnya SDM.
(e) Pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasien.
(f) Penerapan sasaran keselamatan pasien.
(g) Evaluasi kontrak klinis dan kontrak manajemen.
(h) Pelatihan semua staf sesuai perannya dalam program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
(i) Mengkomunikasikan hasil pengukuran mutu meliputi masalah mutu dan capaian
data kepada staf.

2. Pertanyaan dari kelompok VII oleh Indah Yuliarni


Dari indikator mutu nasional yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini
melalui PERMENKES, indikator tersebut dikembangkan menjadi indikator mutu
prioritas dan indikator mutu unit, dapatkah menjelaskan bagaimana menetapkan
indikator mutu prioritas rumah sakit dan indikator mutu unit tersebut?

Jawaban:
Pemilihan indikator mutu prioritas rumah sakit adalah tanggung jawab pimpinan dengan
mempertimbangkan prioritas untuk pengukuran yang berdampak luas/ menyeluruh di
rumah sakit.
Sedangkan kepala unit memilih indikator mutu prioritas di unit kerjanya. Semua unit
klinis dan non klinis memilih indikator terkait dengan prioritasnya. Di rumah sakit yang
besar harus diantisipasi jika ada indikator yang sama yang diukur di lebih dari satu unit.
Misalnya, Unit Farmasi dan Komite/Tim PPI memilih prioritas pengukurannya adalah
penurunan angka penggunaan antibiotik di rumah sakit. Program mutu dan keselamatan
pasien berperan penting dalam membantu unit melakukan pengukuran indikator yang
ditetapkan. Komite/Tim Penyelenggara Mutu juga bertugas untuk mengintegrasikan
semua kegiatan pengukuran di rumah sakit, termasuk pengukuran budaya keselamatan
dan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien. Integrasi semua pengukuran ini akan
menghasilkan solusi dan perbaikan yang terintegrasi.

3. Pertanyaan dari kelompok II oleh Taufan Hermansyah


Apa peran pasien dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan?

Jawaban:
Peran pasien sangat penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, antara lain:
a. Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan: Pasien dapat berpartisipasi aktif dalam
pengambilan keputusan terkait perawatan mereka. Ini mencakup memahami opsi
pengobatan, risiko, manfaat, dan efek samping yang mungkin terjadi.
b. Komunikasi Terbuka: Berkomunikasi secara terbuka dengan tenaga medis mengenai
kondisi kesehatan, gejala, serta perubahan yang dialami pasien sangat penting. Hal
ini membantu tenaga medis memahami kondisi pasien dengan lebih baik dan
memberikan perawatan yang sesuai.
c. Pengelolaan Informasi Kesehatan Pribadi: Pasien dapat berkontribusi dalam
pengelolaan informasi kesehatan mereka, seperti mengingat dan berbagi riwayat
penyakit, alergi, dan obat-obatan yang pernah digunakan.
d. Pengawasan dan Keamanan: Pasien memiliki peran dalam mengawasi pemberian
perawatan, termasuk memastikan bahwa tindakan medis yang dilakukan sesuai
dengan standar dan protokol yang ditetapkan.
e. Pemberian Umpan Balik dan Evaluasi: Memberikan umpan balik mengenai
pengalaman pelayanan yang diterima, termasuk memberikan keluhan atau saran
untuk perbaikan, dapat membantu fasilitas kesehatan meningkatkan kualitas
pelayanannya.
f. Kepatuhan terhadap Pengobatan dan Pencegahan: Pasien memiliki tanggung jawab
untuk mematuhi instruksi pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh tenaga
medis. Selain itu, pasien juga dapat berperan dalam menerapkan langkah-langkah
pencegahan penyakit dan gaya hidup sehat.

4. Pertanyaan dari kelompok I oleh Indri Agustiany


Bagaimana indikator mutu dapat mempengaruhi keputusan pemilik atau pimpinan
RS dalam mengambil keputusan strategis dalam pengelolaan RS? Tolong berikan
contohnya!

Jawaban:
Tim PMKP melakukan pengumpulan data mutu dan melakukan analisa data. Analisis
data dilaporkan kepada Direktur dan reprentasi pemilik/dewan pengawas sebagai bagian
dari program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
Program mutu dan keselamatan pasien mencakup analisis dampak prioritas perbaikan
yang didukung oleh pimpinan. Contohnya: terdapat bukti yang mendukung pernyataan
bahwa penggunaan panduan praktik klinis (PPK) untuk menstandarkan perawatan
memberikan dampak yang bermakna pada efisiensi perawatan dan pemendekan lama
rawat, yang pada akhirnya menurunkan biaya. Tim PMKP mengembangkan instrumen
untuk mengevaluasi penggunaan sumber daya untuk proses yang berjalan, kemudian
untuk mengevaluasi kembali penggunaan sumber daya untuk proses yang telah
diperbaiki. Sumber daya dapat berupa sumber daya manusia (misalnya, waktu yang
digunakan untuk setiap langkah dalam suatu proses) atau melibatkan penggunaan
teknologi dan sumber daya lainnya. Analisis ini akan memberikan informasi yang
berguna terkait perbaikan yang memberikan dampak efisiensi dan biaya.
Tujuan analisis data mutu pelayanan adalah untuk dapat membandingkan rumah sakit
dengan empat cara. Perbandingan tersebut membantu pimpinan rumah sakit dalam
memahami sumber dan penyebab perubahan yang tidak diinginkan dan membantu
memfokuskan upaya perbaikan:
(a) Dengan rumah sakit sendiri dari waktu ke waktu, misalnya dari bulan ke bulan, dari
tahun ke tahun.
(b) Dengan rumah sakit setara, seperti melalui database referensi.
(c) Dengan standar-standar, seperti yang ditentukan olehbadan akreditasi atau organisasi
profesional ataupun standar-standar yang ditentukan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(d) Dengan praktik-praktik terbaik yang diakui dan menggolongkan praktik tersebut
sebagai best practice (praktik terbaik) atau better practice (praktik yang lebih
baik) atau practice guidelines (pedoman praktik).

5. Pertanyaan dari kelompok VI oleh Poppy Putri Pratiwi


Bagaimana cara mengukur indikator mutu untuk menjamin mutu pelayanan
kesehatan?

Jawaban:
Mengukur indikator mutu dalam pelayanan kesehatan merupakan langkah yang penting
untuk memastikan bahwa standar tertentu terpenuhi dan pelayanan yang diberikan
memenuhi harapan pasien serta standar medis yang ditetapkan.
Berikut adalah langkah-langkah umum yang dapat diambil untuk mengukur indikator
mutu dalam pelayanan kesehatan:
1. Identifikasi Indikator Mutu: Pertama-tama, tentukan indikator-indikator mutu yang
relevan dengan jenis pelayanan kesehatan yang diberikan. Contohnya termasuk
angka kejadian infeksi pascaoperasi, waktu tunggu pasien, tingkat kepuasan pasien,
persentase pasien yang mendapatkan pemeriksaan rutin, dan lain-lain.
2. Pengumpulan Data: Kumpulkan data yang diperlukan untuk mengukur indikator
mutu. Data ini bisa berasal dari catatan medis pasien, survei kepuasan pasien,
laporan statistik internal, dan sumber data lainnya yang relevan.
3. Pengolahan Data: Analisis data yang telah dikumpulkan untuk menghitung indikator
mutu. Gunakan metode statistik yang sesuai untuk menganalisis data dan
menghasilkan angka-angka yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja
pelayanan.
4. Perbandingan dengan Standar: Bandingkan hasil pengukuran dengan standar mutu
yang telah ditetapkan. Standar ini dapat berasal dari panduan medis, peraturan
pemerintah, atau pedoman intern organisasi kesehatan.
5. Identifikasi Perbedaan dan Perbaikan: Jika terdapat perbedaan antara hasil
pengukuran dan standar mutu yang ditetapkan, identifikasi penyebabnya dan cari
solusi untuk perbaikan. Ini bisa melibatkan perubahan dalam prosedur kerja,
peningkatan pelatihan staf, atau peningkatan fasilitas.
6. Pemantauan Berkelanjutan: Teruskan pemantauan dan pengukuran indikator mutu
secara berkala. Hal ini penting untuk memastikan bahwa perbaikan yang
diimplementasikan efektif dan pelayanan terus ditingkatkan.
7. Partisipasi Staf: Melibatkan staf kesehatan dalam proses pengukuran mutu sangat
penting. Mereka dapat memberikan wawasan berharga tentang masalah-masalah
yang ada dan memberikan kontribusi dalam merancang solusi perbaikan.
8. Keterlibatan Pasien: Juga penting untuk melibatkan pasien dalam proses evaluasi
mutu. Umpan balik dari pasien dapat memberikan pandangan yang berharga tentang
pengalaman mereka dalam menerima pelayanan kesehatan.
9. Penggunaan Teknologi: Manfaatkan teknologi informasi dan sistem manajemen
pelayanan kesehatan untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis data
mutu dengan lebih efisien dan akurat.
Mengukur indikator mutu adalah proses berkelanjutan yang berkontribusi pada
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan secara keseluruhan.

6. Pertanyaan dari kelompok IV oleh Willy Johan


Salah satu indikator mutu dalam pelayanan Puskesmas dan RS adalah kepuasan
pelanggan. Apa saja indikator mengukur kepuasan pelanggan?

Jawaban:
Model SERVQUAL (service quality) yang dikembangkan Zeithalm dan Parasuraman
banyak dipakai sebagai landasan konsep penelitian tentang kepuasan pasien di banyak
tempat. Model ini menyebutkan bahwa pertanyaan mendasar yang cukup sensitif untuk
mengukur pengalaman konsumen mendapatkan pelayanan tercakup dalam lima dimensi
kualitas pelayanan yaitu:
a) reliability (kehandalan): kemampuan untuk menampilkan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera dan akurat,
b) responsiveness (ketanggapan atau kepedulian): kemampuan untuk membantu
konsumen dan meningkatkan kecepatan pelayanan,
c) assurance (jaminan kepastian): kompetensi yang dimiliki sehingga memberikan
rasa aman, bebas dari bahaya, risiko atau keraguan dan kepastian yang mencakup
pengetahuan, perilaku dan sifat yang dapat dipercaya,
d) empathy (perhatian): sifat dan kemampuan untuk memberikan perhatian penuh
kepada pasien, kemudahan melakukan kontak dan komunikasi yang baik,
e) tangibles (wujud nyata): penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, sarana
informasi atau komunikasi dan petugas atau pegawai.

7. Pertanyaan dari kelompok VI oleh Indah Yuliarni


Bagaimana Upaya Di Puskesmas Dalam Memenuhi Indikator Mutu Nasional?

Jawaban:
Menurut ketetapan dalam Permenkes nomor 43 tahun 2019 tentang Puskesmas (pasal
57), dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Puskesmas wajib dilakukan akreditasi
secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/165/2023 Tentang Standar
Akreditasi Puskesmas menyebutkan bahwa kegiatan Peningkatan Mutu Puskesmas
terdiri dari 5 standar yaitu;
(1) Peningkatan mutu berkesinambungan.
(2) Program manajemen risiko.
(3) Sasaran keselamatan pasien.
(4) Pelaporan insiden keselamatan pasien dan pengembangan budaya
keselamatan.
(5) Program pencegahan dan pengendalian infeksi.
Puskesmas melakukan pengukuran indikator mutu yang terdiri atas:
(1) Indikator Nasional Mutu (INM)
Indikator ini merupakan indikator yang wajib diukur dan dilaporkan oleh seluruh
Puskesmas.
(2) Indikator Mutu Prioritas Puskesmas (IMPP)
Indikator ini dirumuskan berdasarkan prioritas masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas yang upaya perbaikannya harus didukung oleh Kepemimpinan dan
Manajemen Puskesmas (KMP), Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) serta Upaya
Kesehatan Perseorangan (UKP), laboratorium, dan kefarmasian.
Contoh:
Masalah di tingkat Puskesmas yang ditetapkan sesuai dengan permasalahan
kesehatan di wilayah kerja adalah tingginya prevalensi tuberculosis (TBC) maka
dilakukan upaya perbaikan pada kegiatan UKP yang terkait dengan penyediaan
pelayanan klinis untuk mengatasi masalah tuberkulosis, dilakukan upaya perbaikan
kinerja pelayanan UKM untuk menurunkan prevalensi tuberkulosis, dan diperlukan
dukungan manajemen untuk mengatasi masalah tuberkulosis.
(3) Indikator Mutu Prioritas Pelayanan (IMPEL)
Indikator ini dirumuskan berdasarkan prioritas masalah kesehatan di unit masing-
masing pelayanan.
DOKUMENTASI DISKUSI KELOMPK III
KAMIS, 14 SEPTEMBER 2023
DAFTAR PUSTAKA

Australian Commission on Safety and Quality in Health Care. (2012). Patient-centred care:
Improving quality and safety through partnerships with patients and consumers.
Diakses dari
https://www.safetyandquality.gov.au/sites/default/files/migrated/PCC_Paper2.pdf
Centre for Patient Safety and Service Quality. 2016. Healthcare Researce and Quality –
Patient Safety Network. Diakses 8 Agustus 2023 :
https://psnet.ahrq.gov/issue/centre-patient-safety-and-service-quality
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1128 Tahun 2022 Tentang Standar Akreditasi Rumah
Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/165/2023
tentang STANDAR AKREDITASI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
Peraturan Menteri Keshatan RI nomor 30 tahun 2022 tentang Indikator Nasional Mutu
Pelayanan Kesehatan Tempat Praktik Mandiri Dokter Dan Dokter Gigi, Klinik,
Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit, Laboratorium Kesehatan, Dan Unit
Transfusi Darah.
Permenkes 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Suryawati , C. (2004). Kepuasan Pasien Rumah Sakit (Tinjauan Teoritis Dan Penerapannya
Pada Penelitian). Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan vol.7 (04): 189-240.
World Health Organization (WHO). (2019). Patient engagement: Technical series on safer
primary care. Diakses dari https://www.who.int/patientsafety/topics/primary-
care/technical_series/en/

Anda mungkin juga menyukai