Anda di halaman 1dari 32

JURNAL AKREDITASI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

1. WILLITA WILIANAS ( PBB200047 )


2. SELVIANTI ( PBB200049 )
3. SURIANI ( PBB200054 )
4. HILDA NURUL AMARKANI ASLAN ( PBB200066 )
5. NONONG TRIANJANI ( PBB200067 )
6. BAMBANG SUMANTO ( PBB200077 )
Topik Pembahasan

ANALISIS KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM


01 MEDIS MENURUT STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT
MKI 19.1 VERSI KARS 2012 DI RUMAH SAKIT UMUM
IMELDA PEKERJA INDONESIA (RSU IPI) MEDAN TAHUN
2018

02 DAMPAK AKREDITASI RUMAH SAKIT DENGAN


KESELAMATAN PASIEN

LEADERSHIP CHALLENGES TO ATTAINING HOSPITAL


ACCREDITATION:AN INDIAN PERSPECTIVE ON
MANAGING HEALTHCARE QUALITY
ANALISIS KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS
MENURUT STANDAR AKREDITASI
RUMAH SAKIT MKI 19.1 VERSI KARS 2012
DI RUMAH SAKIT UMUM IMELDA PEKERJA INDONESIA (RSU IPI)
MEDAN TAHUN 2018

ABSTRAK
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,jalan dan
gawat darurat. Salah satu meningkatkan mutu pelayanan dirumah sakit bisa dilihat dari
kelengkapan pengisian berkas rekam medis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis ketidaklengkapan dokumen rekam medis menurut standar akreditasi KARS versi
2012 pada MKI 19.1 di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Juni 2018 dengan menggunakan teknik metode random samplingdimana populasi dipilih
secara acak sebagai sampel.
LANJUT....
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 440 berkas rekam medis pasien pulang, dan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini 81 berkas rekam medis pasien pulang dengan
kelengkapan 66,67% pada fomulir dokumen pemeriksaan dan fomulir ketidaklengkapan
69,14% pada identifikasi pasien.Kesimpulan dari penelitian ini adalah ketidaklengkapan
dokumen rekam medis pasien pulang yang tidak memenuhi standar MKI 19.1 terdapat pada
fomulir mengidentifikasi pasien dan saran dalam penelitian ini agar petugas lebih
meningkatkan evaluasi pada bagian monitoring dan assembling untuk melengkapi
ketidaklengkapan dokumen rekam medis pada pasien pulangMeningkatkan evaluasi pada
bagian assembling untuk melengkapi ketidaklengkapan dokumen rekam medis pada pasien
pulang. Memberi sanksi apabila petugas belum lengkap mengisi dokumen rekam medis
pasien pulang. Memberi Reward kepada petugas yang sudah melengkapi pengisian dokumen
rekam medis dengan tepat waktu.
METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitan deskriptif yaitu


diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta- fakta, atau kejadian
kejadian secara sistem medis dan akurat, mengenai sifat sifat populasi
atau daerah tertentu (Saryono,2013). Populasi dalam penelitian ini
adalah dokumen rekam medis pasien pulang pada bulan Mei 2018
sebanyak 81 berkas
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang
ketidaklengkapan dokumen rekam medis menurut standar akreditasi rumah sakit di
Rumah Sakit Umum Imelda pekerja Indonesia Medan 2018, data yang
diperoleh dari dokumen rekam medis pasien pulang sebanyak 81 berkas.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Analisis Ketidaklengkapan Dokumen Rekam Medis
Menurut Standar Akreditasi Rumah Sakit Kars 2012 MKI 19.1 di Rumah Sakit
Umum Imelda Pekerja Indonesia Tahun 2018

Kelengkapan

Tidak
Berkas Rekam Medik Lengkap Lengkap Total
F % F % F %
Identitas Pasien 25 30,86 56 69,14 81 100
Dokumen pemeriksaan 27 66,67 54 33,33 81 100
Diadnosa pendukung 26 32,10 55 67,90 81 100
Hasil pengobatan 43 53,08 38 46,92 81 100
Justifikasi pengobatan 30 37,04 51 62,96 81 100
LANJUT...

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kelengkapan dokumen rekam


medis yang lengkap terbanyak terdapat pada Dokumen Pemeriksaan sebanyak
66,67% dengan 81 berkas rekam medis pasien pulang, sedangkan
ketidaklengkapan terbanyak terdapat pada Identitas Paisen sebanyak 69,14 %
dengan jumlah 81 berkas rekam medis pasien pulang.
2. Proses Pemantauan Pengisian Lembar Rekam Medis Di Rumah Sakit
Umum Imelda Pekerja Indonesia
( RSU IPI) Medan Tahun 2018
Pemantauan pengisian berkas rekam medis pasien pulang yang dilakukan
oleh petugas rekam medis dan perawat ruang perawatan masih kurang
efektif dilakukan karena dalam pemantauan tersebut baik perawat
maupun dokter masih sering lupa untuk mengisi berkas rekam medis
secara lengkap seperti halnya dalam pengisian formuliri dentifikasi
pasien karena banyaknya pasien yang dirawat dan kesibukan dokter
serta perawat dalam menangani pasien
3 Analisis Ketidaklengkapan Dokumen Rekam Medis Menurut Standar Akreditasi
Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia (RSU IPI) Medan
Tahun 2018
Setiap berkas rekam medis yang kembali dari ruang perawatan wajib diperiksa
kelengkapannya oleh petugas monitoring dan assembling sebelum berkas diserahkan kepetugas
pelaporan. Berkasrekam medis dikembalikan kebagian rekam medis dalam kurun waktu 2x24 jam
sejak pasien pulang. Apabila saat dilakukan pemeriksaan kelengkapan ditemukan berkas rekam
medis yang tidaklengkap, petugas wajib mengembalikan rekam medis pasien keruang perawatan
untuk dilengkapi oleh dokter dan perawat yang memberikan pelayanan kesehatan.
Berkas rekam medis yang kembali dari ruang perawat tidak langsung diperiksa
kelengkapannya dikarenakan petugas monitoring dan assembling hanya satu orang jadi perawat
yang bertugas diruang rawat diminta untuk melengkapi terlebih dahulu berkas rekam medis .
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang berjudul “Analisis
Ketidaklengkapan Dokumen Rekam Medis Menurut Standar Akreditasi
Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia (RSU IPI)
Medan Tahun 2018” maka penulis menyimpulkan bahwasannya
ketidaklengkapan dokumen rekam medis yang tidak sesuai dengan standar
akreditasi rumah sakit MKI 19.1 pada KARS Versi 2012 dari 81pada
berkas rekam medis pasien pulang terdapat pada Identifikasi Pasien
dengan jumlah 69,14%.
Saran

1. Meningkatkan evaluasi pada bagian assembling untuk melengkapi


ketidaklengkapan dokumen rekam medis pada pasien pulang.
2. Memberi sanksi apabila petugas belum lengkap mengisi dokumen rekam
medis pasien pulang.
Dampak Akreditasi Rumah
Sakit Dengan Keselamatan Pasien
 ABSTRAK

Latar belakang : Kementerian kesehatan menyatakan akreditasi adalah langkah untuk menjamin rumah sakit
agar mengutamakan pelayanan, keselamatan dan perlindungan masyarakat, sehingga akreditasi wajib bagi pelayanan
kesehatan. Tujuan : Tujuan penulisan ini yaitu mengidenifikasi hubungan penerapan sistem manajemen k3
dengan motivasi kerja dan stres kerja pada perawat di rumah sakit. Metode : Metode yang digunakan merupakan
literatur review atau suatu perbandingan atau analisis antara satu jurnal dengan jurnal lainnya dari berbagai
sumber seperti referensi jurnal, buku teks dan e-book. Hasil : Hasil dari analisis ini menyatakan Responden
akreditasi penting dilaksanakan. Dampak positif akreditasi adalah peningkatan kepedulian perawat pada indikator
keselamatan pasien, yaitu pebaikan pada alur pelaporan masalah, kepatuhan terhadap standar operasional prosedur,
komunikasi antar pertugas kesehatan, pendokumentasian, fasilitas pelayanan, pendidikan kesehatan, lingkungan
kerja dan adanya pendidikan berkelanjutan. Kesimpulan : pandangan positif terhadap kegiatan akreditasi menjadi
awal yang baik bagi rumah sakit untuk melanjutkan langkah perbaikan kualitas pelayanan. Karena hal utama dalam
pelayanan adalah kualitas pelayanan yang dinilai dari indikator klinis pelayanan, bukan kelengkapan dokumentasi.
Kata Kunci : Dampak, akreditasi, rumah sakit , keselamatan pasien.
Metode Penelitian

Metode yang digunakan merupakan literatur review atau


suatu perbandingan atau analisis antara satu jurnal dengan
jurnal lainnya dari berbagai sumber seperti referensi jurnal,
buku teks dan e-book.
HASIL & PEMBAHASAN
Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perawat memiliki persepsi positif terhadap
pelaksanaan akreditasi rumah sakit. Perawat berpendapat bahwa akreditasi mendorong perawat untuk
lebih memperhatikan upaya keselamatan pasien di rumah sakit, diantaranya penerapan standar opeasional
prosedur yang lebih baik dalam upaya pencegahan infeksi, mobilisasi pasien, dan asuhan keperawatan.
Selain itu akreditasi juga mendorong perawat melakukan pendokumentasian secara lengkap,
mendorong perawat melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga secara intensif serta
mendorong dokumentasi yang terintegrasi sehingga menimbulkan komunikasi antar tim kesehatan yang
merawat pasien. Adanya komunikasi yang baik antar petugas medis ini sangat bermanfaat dalam pelayanan
keperawatan, karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa komunikasi perawat dengan dokter beum
cukup baik dan akibat dari hal ini adalah pelayanan kepasien menjadi tidak optimal. Akibat persepsi bahwa
akreditasi rumah sakit di Indonesia sangat bersih adalah adanya perbaikan fasilitas dan lingkungan rumah
sakit.
Lanjut.....
Hal ini tercermin dalam hasil wawancara perawat yang menyatakan bahwa dengan
akreditasi fasilitas menjadi lebih lengkap dan aturan kawasan bebas merokok di
rumah sakit benar-benar diterapkan. Selain persepsi postif terhadap akreditasi,
perawat di RSUD Setjonegoro dalam penelitian ini juga menganggap akreditai
sebagai ujian yang harus dihadapi untuk mendapatkan sertifikat pengakuan. Pesepsi
akreditasi sebagai ujian karena akreditasi rumah sakit di Indonesia masih bersifat
menilai belum membina.Tim asesor akreditasi akan datang 3 hari untuk menilai
dokumen, kemudian mendatangi petugas kesehatan yang sedang bertugas
KESIMPULAN & SARAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa perawat memiliki persepsi posiif terhadap
pelaksanaan akreditasi di RSUD Setjonegoro Wonosobo. Dampak positif dari
pelaksanaan akreditasi bagi pelayanan keperawatan adalah meningkatnya
usaha keselamatan pasien yag dilakukan oleh perawat. Selain itu akreditasi
juga memberikan dampak pada perbaikan fasilitas dan lingkungan kerja.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menilai dampak akreditasi
terhadap mutu pelayanan klinis perawat.
Tantangan Kepemimpinan untuk Mencapai Rumah Sakit Akreditasi: Sebuah
Perspektif India tentang Mengelola
Kualitas Pelayanan Kesehatan

Abstrak:
Tujuan: Untuk mempelajari peran yang dimainkan oleh para pemimpin dan tantangan yang
dihadapi oleh mereka untuk membangun dan mempertahankan standar kualitas untuk mencapai
akreditasi rumah sakit di India. Metode: Studi ini didasarkan pada eksplorasi tantangan yang
dihadapi oleh para pemimpin untuk mencapai kualitas standar rumah sakit dalam rangka
memenuhi target berbagai akreditasi nasional dan internasional. Penelitian ini melakukan analisis
literatur secara rinci tentang berbagai tantangan yang dihadapi pimpinan dalam mengelola mutu
untuk mencapai akreditasi rumah sakit. Hasil: Tantangan potensial diidentifikasi sebagai fasilitas
infrastruktur yang tidak memadai, kendala keuangan, kepatuhan terhadap semua persyaratan
peraturan dan profesional, sumber daya manusia yang tidak memadai sumber daya, kurangnya
pelatihan, kompleksitas dalam dokumentasi, dan adopsi teknologi informasi diidentifikasi sebagai
tantangan utama yang dihadapi oleh kepemimpinan perawatan kesehatan dalam mengelola
kualitas & akreditasi Rumah Sakit India.
Metode Pelitian

Studi ini meninjau literatur tentang bidang fungsional yang berbeda dari proses
akreditasi, yang mencakup tantangan yang dihadapi oleh kepemimpinan di berbagai
bidang manajemen mutu dan akreditasi dalam pengaturan perawatan kesehatan India.
Tantangan tersebut terdiri dari masalah yang terkait dengan masalah hukum dan tata
kelola, implikasi keuangan, budaya organisasi lembaga, keterlibatan dan kewajiban
pimpinan terhadap akreditasi, administrasi dan hal-hal manajerial, manajemen sumber
daya manusia, pelatihan dan pengembangan, infrastruktur,dokumentasi dan pengarsipan,
manajemen data, manajemen obat dan farmasi, penelitian dan pendidikan kedokteran
berkelanjutan dan terakhir, kontribusi dan hubungan masyarakat.
Pembahasan
1. Masalah Hukum Dan Tata Kelola
Komisi Gabungan Internasional, bekerja menuju akreditasi rumah sakit dan lembaga kesehatan
lainnya, menjelaskan bahwa rumah sakit harus memiliki sistem tata kelola yang baik dengan
ketentuan otoritas hukum dan tanggung jawab untuk keselamatan pasien dan perawatan pasien
dengan kualitas terbaik. Lebih lanjut, badan akreditasi India, NABH, juga mendorong praktik
terbaik untuk memiliki tata kelola rumah sakit yang baik secara profesional dan etis.
Selanjutnya, tanggung jawab manajemen didefinisikan dengan baik, dan menjelaskan praktik
terbaik dalam menangani kasus-kasus mediko-legal yang potensial. NABH juga menyatakan
bahwa untuk memenuhi standarnya, organisasi perawatan kesehatan harus memiliki
pendekatan berbasis proses dalam semua aspek operasinya – mulai dari tampilan layanan,
pendaftaran, penerimaan, pra operasi, periode perioperatif, dan protokol pasca operasi, keluar
dari rumah sakit. sampai tindak lanjut dengan rumah sakit setelah keluar.
Lanjut....
Tantangan kepemimpinan adalah untuk mematuhi semua kebijakan dan peraturan
yang ditetapkan oleh NABH dan membimbing tim kesehatan untuk mematuhi
standar dan membangun sistem yang sesuai, yang membutuhkan upaya dan waktu
kepemimpinan. Fischer dkk.Menunjukkan bahwa kepemimpinan inklusif dapat
membantu untuk mengembangkan kompetensi dan kinerja pegawai dengan
memberikan dukungan klinis dan teknologi dengan menerapkan kualitas
peningkatan filosofi dan koherensi tenaga kerja
2. Masalah Keuangan
Masalah keuangan adalah salah satu perhatian utama manajemen rumah sakit, yang
membangun sebagai penghalang di depan para pemimpin sambil menyiapkan sistem untuk
mematuhi NABH standar. Kekhawatiran ini tidak terbatas pada biaya terus menerus manajemen
mutu, tetapi biaya sertifikasi dan yang terkait biaya yang dikeluarkan dari biaya pendaftaran,
pelatihan, biaya konsultasi dan biaya administrasi lainnya. Kurangnya tunjangan yang cukup
selalu menjadi kendala bagi manajemen mutu dan penerapan mutu sistem. Meskipun ada studi
tentang tantangan dihadapi oleh para pemimpin, sebagian besar kesimpulan mereka tidak
dilaporkan konteks intervensi dan implikasi biaya. Ini mungkin sebuahalasan untuk tidak menilai
tantangan kompleks intervensi heterogen seperti akreditasi dan pejabat pengakuan .
Lanjut..
Sebuah tinjauan menyatakan bahwa biaya tambahan untuk melaksanakan standar akreditasi layanan
kesehatan bervariasi dari 0,2% hingga 1,7% dari biaya operasional bila dirata-ratakan di seluruh proses
akreditasi . Menurut sebuah penelitian, yang terbesar hambatan untuk memperkenalkan akreditasi di
sumber daya yang buruk pengaturan, seperti India, adalah bagaimana membiayai proses . Namun,
pemerintah India mendorong rumah sakit untuk memiliki langkah-langkah kualitas dan keselamatan pasien
dengan menawarkannya dengan lebih banyak dana untuk memberikan perawatan di bawah mengumumkan
skema asuransi kesehatan yang komprehensif, 'the Modcare'. Jika mereka mengatasi tantangan keuangan
akreditasi, Otoritas Pengembangan Regulasi Asuransi (IRDA) telah mengeluarkan pemberitahuan kepada
entitas kesehatan untuk pertimbangkan akreditasi tingkat pemula NABH untuk ketersediaan manfaat
penggantian dari penyedia asuransi.
4.Budaya Organisasi
Budaya kerja terkait dengan visi, misi, nilai, norma, sistem yang dianut dalam
organisasi, kepercayaan,dan kebiasaan diikuti . Lingkungan kerja, oleh dan besar,
membujuk tenaga kerja, dan sebaliknya, secara psikologis memanipulasi karyawan,
yang mengarah ke motivasi untuk mencapai tujuan bersama . Lebih tepatnya,
organisasi budaya adalah "cara melakukan sesuatu di sekitar sini" . NS lingkungan
kerja dan budaya kerja dibentuk oleh pemimpin yang menyambut tanggung jawab
mereka dalam mempertahankan dan mengembangkan budaya kerja institusi .

5. Masalah Administratif Dan Manajerial


Kurangnya motivasi dan dukungan dari pimpinan, kurang memprioritaskan
penjaminan mutu dan sertifikasi, kurang memadainya rencana strategis, kurangnya
komitmen pimpinan dalam memantau proses akreditasi, serta tidak berfungsinya
proses administrasi merupakan faktor signifikan yang menghambat proses manajemen
mutu dan akreditasi rumah sakit
5. Manajemen Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah elemen inti dari pelayanan kesehatan dan komponen penting dari
sistem kesehatan .Kegagalan untuk mempertahankan sumber daya manusia untuk kesehatan
dapat menyebabkan biaya perawatan kesehatan yang lebih tinggi dan peningkatan lebih lanjut
dalam pengeluaran saku, peningkatan waktu pemberian layanan, penurunan kualitas dan
cakupan layanan, peningkatan biaya perekrutan dan pelatihan dan penurunan motivasi.

6. Pelatihan Dan Pengembangan


Pengembangan profesional adalah kunci di mana para pemimpin layanan kesehatan harus
mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menilai, mengembangkan, dan
menyempurnakan keterampilan pribadi & profesional karyawan mereka agar tetap mahir
7. Infrastruktur
Tantangan infrastruktur adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi kualitas Rumah Sakit India.
Infrastruktur yang tidak memadai ada di sektor kesehatan masyarakat, karena pemberian layanan terhambat
oleh beberapa kebijakan dan kendala manajemen [36]. Secara khusus, masalah seperti staf yang tidak
mencukupi, sistem referensi yang lemah, kurangnya akuntabilitas untuk kualitas perawatan dan, sistem
manajemen logistik yang lemah merupakan tantangan nyata bagi para pemimpin layanan kesehatan.

8. Dokumentasi Dan Pengarsipan


Mendaftarkan kegiatan dan pencatatan oleh orang yang bertanggung jawab merupakan komponen
integral dari pengaturan rumah sakit, yang memupuk kualitas dan perawatan berkelanjutan.
Berbagai kegiatan termasuk dalam domain ini, yang berkisar dari pencatatan waktu pengobatan,
demografi pasien, pengobatan informasi, suhu pendinginan, komunikasi berbagai disiplin ilmu,
kegiatan keuangan hingga dukungan pasien yang berkelanjutan
9. Manajemen Data
Salah satu tantangan signifikan yang dihadapi oleh kepemimpinan layanan kesehatan
adalah mengumpulkan data yang benar dari berbagai spesialisasi rumah sakit secara
teratur. Dalam pengaturan perawatan kesehatan apa pun, mengelola data dan informasi
harus dipertimbangkan sebagai indikator kualitas kualitas perawatan kesehatan berbasis
bukti dan keselamatan pasien

10. Manajemen Obat Dan Farmasi


Beberapa tantangan umum yang dihadapi manajemen obat dan farmasi di rumah sakit India
adalah untuk mengurangi kesalahan pengobatan, mengoptimalkan pengeluaran obat tepat
waktu, dan mempekerjakan / mengelola apoteker yang memenuhi syarat untuk menawarkan
layanan berkualitas tinggi kepada komunitas pasien. Kesalahan medis terjadi ketika penyedia
layanan kesehatan memilih metode perawatan yang tidak tepat dan sering digambarkan
sebagai kesalahan manusia dalam perawatan kesehatan
11. Penelitian Dan Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan
Penelitian layanan kesehatan menghasilkan pengetahuan tentang kinerja sistem perawatan
medis, dan analisis kebijakan menerapkan pengetahuan ini dalam mendefinisikan masalah
dan mengevaluasi alternatif kebijakan . Salah satu tantangan paling menonjol yang dihadapi
para pemimpin rumah sakit adalah memfasilitasi tenaga kerja terampilnya untuk terlibat
dalam penelitian dan dengan demikian berkontribusi pada peningkatan kualitas layanan
perawatan pasien

12. Kontribusi Dan Hubungan Masyarakat


Pada akhirnya semua upaya yang diambil oleh kepemimpinan adalah untuk kemajuan masyarakat di
mana ia melayani, dan itu adalah tanggung jawab sosial dari organisasi perawatan kesehatan.
Sayangnya, ada sedikit informasi tentang kontribusi komunitas dari organisasi kesehatan di India.
Namun, di India, adalah fakta bahwa banyak organisasi kesehatan nirlaba berada di garis depan
dalam pelayanan masyarakat. Sebuah studi tentang kontribusi dan keuntungan masyarakat rumah
sakit menggambarkan bahwa manajemen rumah sakit harus sejalan dengan kepemimpinan dan
perencana kebijakan, untuk mencapai konsensus tentang standar yang dapat diterima bersama
tentang tingkat kontribusi dan layanan masyarakat
Gambar 1: Konstruksi tercakup dalam tinjauan literatur berfokus pada
tantangan yang dihadapi oleh kepemimpinan kesehatan di bidang manajemen mutu
dan akreditasi
KESIMPULAN
Berdasarkan temuan penelitian, penulis menunjukkan tantangan signifikan yang
menghambat para pemimpin dalam perjalanan mereka terhadap akreditasi rumah sakit.
Tantangan yang teridentifikasi adalah:
1) Kurangnya tata kelola yang baik dengan ketentuan hukum wewenang dan tanggung jawab
2) Alokasi keuangan yang tidak proporsional
3) Budaya kerja yang tidak efisien
4) Kurangnya komitmen kepemimpinan dengan tidak seimbang memprioritaskan area yang
perlu ditingkatkan untuk jaminan kualitas di tengah rencana strategis yang tidak memadai
Lanjut ....
5) Kegagalan manajemen administrasi

6) Retensi sumber daya manusia yang berpengalaman dan terampil serta biaya rekrutmen yang
tidak terduga
7) Kurangnya pengembangan profesional yang tepat waktu dan infrastruktur yang tidak memada
8. Sistem pengarsipan dan tindak lanjut yang tidak efisien
8) Sistem data dan informasi yang usang
9) Kesalahan pengobatan yang lebih tinggi dan waktu pemberian obat yang lebih tinggi
10) Ketidakpatuhan persaudaraan medis untuk penelitian berkelanjutan
11) Tantangan menjangkau masyarakat untuk membangun hubungan timbal balik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai