PENDAHULUAN
termasuk rumah sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan,
paripurna (Depkes RI, 2014a). Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu
kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan dan merupakan bagian
tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien dan penyediaan obat yang bermutu (Depkes RI, 2004).
merupakan revenue center utama. Hal tersebut mengingat bahwa lebih dari 90 %
kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan habis pakai, alat kedokteran, dan gas
1
medik), dan 50 % dari seluruh pemasukan RS berasal dari pengelolaan perbekalan
farmasi. Untuk itu, jika masalah perbekalan farmasi tidak dikelola secara cermat dan
mengalami penurunan.
RS. Krakatau Medika Cilegon adalah rumah sakit yang mampu menerima
rujukan dari rumah sakit-rumah sakit lain di sekitarnya, terutama bagi layanan-
kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat. Demikian juga
RS. Krakatau Medika Cilegon sejak 1 Januari 2014 ikut serta dalam
penyelenggaraan JKN.
penyakit (Depkes RI, 2014). Sistem pembayaran klaim ini menuntut adanya
obatan BPJS.
agar jenis dan jumlah persediaan cukup dan dapat menghindari kekosongan serta
2
menumpuknya persediaan. Upaya mempertahankan tingkat persediaan pada suatu
daya yang tersedia secara optimal yang bertujuan untuk mencapai efisiensi dalam
kendali biaya. Tujuannya adalah untuk memastikan persediaan yang memadai dari
penyimpanan juga meningkatkan biaya, diantaranya adalah biaya simpan dan biaya
JKN menuntut suatu pengelolaan persediaan farmasi yang efisien. Pelaksanaan JKN
pedoman pengobatan JKN dan bertambahnya pasien peserta JKN Karena adanya
kewajiban menggunakan BPJS bagi para pekerja dan masyarakat pada tahun 2015
pertambahan jumlah kunjungan pasien per bulan pada JKN pada Januari 2014
adalah 1.798 pasien, terus meningkat menjadi 22.457 pasien pada Januari 2017.
Pengelolaan obat JKN di RS. Krakatau Medika Cilegon terpisah dengan obat
regular. Obat-obat JKN memiliki daftar tersendiri dan dikhususkan hanya untuk
pasien JKN. Sampai saat ini belum ada evaluasi terhadap sistem manajemen
3
Menurut Permenkes No.58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai
mulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, juga penyesuaian antara
masalah yang terkait dengan manajemen pengadaan obat JKN. Ketersediaan obat-
obatan kelompok A (fast moving) melebihi standar berdasarkan kriteria ABC nilai pakai
yaitu sebesar 63,22% sehingga terdapat kelebihan stok obat-obat kelompok A yang
pengadaan tidak terencana sehingga biaya yang harus dikeluarkan untuk pemesanan
tidak dapat diprediksi dan seringkali terjadi stock out untuk obat-obat kelompok
Pasien yang tidak dapat terlayani juga harus mencari apotek lain yang melayani
pasien JKN.
Analisis ABC atau Pareto adalah suatu analisis yang dapat digunakan
dalam mengontrol stok obat-obatan yang perlu kontrol ketat untuk menghindari
4
stock-out dan memperbesar manfaat dari dana yang tersedia (Devnanietal,2010).
ABC indeks kritis adalah kombinasi analisis ABC yang meliputi analisis ABC nilai
pakai, analisis ABC nilai investasi, dan analisis VEN yang digunakan untuk
pengadaan obat JKN di RS. Krakatau Medika Cilegon selama ini, sangat penting
disusun suatu penelitian untuk menganalisis sistem pengadaan obat JKN di RS.
Krakatau Medika Cilegon dengan menggunakan analisis ABC indeks kritis untuk
Apakah sistem pengelolaan obat JKN di RS. Krakatau Medika Cilegon sudah sesuai
I.3Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menganalisis sistem pengadaan obat JKN
Tujuan khusus
5
Krakatau Medika Cilegon selama ini menurut Peraturan Menteri Kesehatan
I.4 Manfaat
Hasil dari makalah ini dapat digunakan untuk mengembangkan teori terkait
perencanaan, peramalan, dan pengadaan obat JKN di rumah sakit. Penelitian yang
6
BAB II
LANDASANTEORI
terhadap ekonomi dan biaya operasional rumah sakit karena bagian ini merupakan
bagian di rumah sakit yang bertanggung jawab penuh atas pengelolaan dan
rumah sakit (Siregar, 2003). Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan
bahan habis pakai di rumah sakit harus dilakukan oleh instalasi farmasi melalui
sistem satu pintu, yaitu bahwa rumah sakit hanya memiliki satu kebijakan
alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai yang bertujuan untuk
farmasi klinik dan kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan kegiatan pelayanan
farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia,
sarana, dan peralatan. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,dan bahan medis
menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya
pencapaian hasil positif bagi seluruh penderita. Misi ini dicapai melalui terapi
7
kemanfaatan, keamanan mutu tinggi, dan rasio-efektif biaya yang paling tinggi.
Selain bagi penderita, instalasi farmasi rumah sakit juga memiliki tujuan untuk
member manfaat kepada rumah sakit dan sejawat profesi kesehatan. Manfaat ini
Peserta JKN terdiri dari Warga Negara Indonesia dan warga negara asing
yang bekerja di Indonesia paling singkat enam bulan dan anggota keluarganya.
Peserta JKN juga dibedakan menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan
peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (nonPBI). Peserta PBI adalah orang yang
tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu. Peserta non PBI adalah para
pekerja penerima upah dan anggota keluarganya (Pegawai Negeri Sipil, anggota
TNI, anggota polri, pejabat negara, pegawai pemerintah non pegawai negeri,
pegawai swasta, dan lain-lain), para pekerja bukan penerima upah dan anggota
keluarganya (pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan lain-lain
pekerja bukan penerima upah), dan bukan pekerja beserta keluarganya (investor,
bahan medis habis pakai. Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang dibutuhkan pasien peserta JKN diberikan sesuai dengan indikasi
medis. Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai pada fasilitas
ditagihkan tersendiri kepada BPJS Kesehatan serta tidak dapat dibebankan kepada
peserta. Obat yang dibutuhkan sesuai indikasi medis pada fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjutan yang tidak tercantum dalam Formularium Nasional, dapat
(FKRTL). Untuk FKTP, standar tarif yang berlaku adalah Tarif Kapitasi dan
Tarif Non Kapitasi. Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran per bulan yang
klaim oleh BPJS Kesehatan kepada FKTP berdasarkan jenis dan jumlah
pelayanan kesehatan yang diberikan. Untuk FKRTL, tarif yang berlaku adalah
klaim oleh BPJS Kesehatan atas paket layanan yang didasarkan pada
regional dan kelas rumah sakit. Sebagai contoh Tarif INA-CBG’s untuk
9
Tabel2.1:Contoh Tarif INA-CBG2014 Regional 1 Rumah Sakit
Kelas B Rawat Inap
Tarif Tarif Tarif
Kode DeskripsiKodeINA-CBG
Kelas 3 Kelas 2 Kelas 1
I-4-17-I Hipertensi ringan 3.502.000 4.202.400 4.902.800
I-4-17-II Hipertensi sedang 4.747.500 5.697.000 6.646.500
I-4-17-III Hipertensi berat 5.761.900 6.914.300 8.066.700
I-4-20-I Angina pektoris dan nyeri dada ringan 4.026.000 4.831.200 5.636.400
I-4-20-II Angina pektoris dan nyeri dada sedang 4.626.800 5.552.200 6.477.500
I-4-20-III Angina pektoris dan nyeri dada berat 6.148.200 7.377.800 8.607.400
Sumber:Permenkes Nomor 59 Tahun 2014
ini. Obat untuk penyakit kronis di FKRTL diberikan maksimum untuk 1(satu)
bulan sesuai indikasi medis. Obat yang menjadi bagian dari paket INA-CBG’s,
pengobatan, obat diberikan terpisah diluar paket INA-CBG’s dan obat yang
(PPOK), epilepsi, gangguan kesehatan jiwa kronik, stroke, dan Sistemik Lupus
Eritematosus (SLE) dan penyakit kronis lain yang ditetapkan oleh Menteri
2. Formularium Nasional
bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan jumlah yang cukup.Untuk tujuan
dalam pelaksanaan JKN. Obat yang dibutuhkan yang tidak tercantum dalam
masing kelas terapi dibagi menjadi subkelas terapi beserta nama generik obat,
sediaan, kekuatan, dan restriksi penggunaan, serta fasilitas kesehatan yang harus
menyediakannya.
secara elektronik. Sistem ini diatur dalam Permenkes Nomor 48 tahun 2013
sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan
bahan dengan benar. Masalah yang terjadi pada logistik akan menjadi masalah
dalam pelayanan (Ghianietal, 2013). Dalam suatu rumah sakit logistik adalah bagian
yang bertanggung jawab pada pembelian sesuai dengan kebutuhan aktual rumah
nilai produk. Biaya logistik adalah sumber keuangan yang dikonsumsi perusahaan
dengan adanya aktivitas logistik. Biaya dalam aktivitas logistik terdiri dari biaya
transportasi, dan biaya gedung serta peralatan (Ghianietal, 2013). Dengan demikian
pengadaan dan penyimpanan barang memerlukan biaya besar. Biaya yang paling
besar adalah nilai persediaan dan biaya penyimpanannya. Biaya penyimpanan ini
setiap tahun umumnya sekitar 20-40% dari harga barang (Indrajit dan Djokopranoto,
2003). Untuk persediaan farmasi, biaya penyimpanan adalah sekitar 30-40% dari
pesanan atau kontrak pembelian. Biaya pemesanan tidak tergantung dari jumlah
barang yang dipesan, tetapi tergantung dari jumlah surat pesanan yang
dikeluarkan. Biaya persediaan atau penyimpanan terdiri dari biaya bunga, biaya
operasi gudang, biaya karyawan gudang, biaya asuransi, biaya administrasi, biaya
pengawetan, risiko kehilangan, dan risiko persedian mati atau tinggal guna (Indrajit
12
dan Djokopranoto, 2003).
II.4 Pengadaan
Pengadaan adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan agar sediaan farmasi
tersedia dengan jumlah dan jenis yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Proses
Pengadaan yang efektif adalah suatu proses yang mengatur berbagai cara,
teknik, dan kebijakan yang ada untuk membuat suatu keputusan mengenai obat-
obatan yang diadakan, baik jumlah maupun sumbernya. Pengadaan dilakukan untuk
harus menjamin juga ketersediaan dalam jenis dan jumlah yang tepat, serta harga
dari teknis pengadaan yang merupakan penentu utama dari ketersediaan obat dan
II.5 Persediaan
meningkat karena banyaknya jenis dan tingginya nilai produk farmasi. Hal ini
yang terlalu banyak menyebabkan juga banyaknya nilai uang yang tidak bergerak.
Persediaan baru dapat menjadi uang tunai ketika persediaan tersebut terjual kepada
signifikan pada pengelolaan keuangan dan operasional rumah sakit yang optimal
13
(Desseleand Zgarrick, 2009).
esensial berlebihan yang menyebabkan kadaluarsa. Akibat yang lebih luas sebagai
penyimpanan dan pembelian, serta biaya jika terjadi kekurangan pasokan. Untuk
sistem manajemen persediaan berfungsi dan tipe pencatatan stok dan laporan
persediaan yang diperlukan. Pertimbangan juga meliputi seleksi obat yang akan
system klasifikasi produk seperti analisis ABC dan analisis VEN (Quicketal, 2012).
1. Pengendalian persediaan
perbekalan sediaan farmasi dan alat kesehatan agar memiliki persediaan dalam
jenis dan jumlah yang cukup untuk menghindari kekosongan barang atau
14
mempertahankan tingkat persediaan dengan mengendalikan arus barang yang
(Mashuda, 2011).
2. Teknik pengendalian
a. Analisis ABC
Metode ABC atau Analisis ABC juga dikenal dengan nama analisis
Pareto. Analisis ABC adalah analisis tahunan yang digunakan dalam sistem
konsumsi untuk semua jenis obat. Analisis ABC (Always, Better, Control)
Metode ini cenderung bersifat profit oriented product karena berdasar pada
15
Gambar 2.1. Grafik logistik obat berdasarkan analisis ABC
A (Always)
biaya persediaan. Hal ini berarti persediaan memiliki nilai jual yang tinggi
B (Better)
Kelas B, 20-40% item obat di rumah sakit dengan alokasi dana 15-20% dari
1997).
C (Control)
16
Obat mempunyai nilai yang rendah, yaitu sekitar 5-15% namun jumlah obat
sangat banyak, yaitu mencapai 60%. Karena obat selalu tersedia maka
pakai dan analisis nilai investasi. Analisis nilai pakai adalah analisis untuk
berdasarkan nilai investasi dari setiap item obat (Suciati dan Adisasmito,
2006).
17
Manfaat analisis ABC diantaranya sebagai berikut:
produksi
b. Analisis VEN
18
aktivitas rutin)
Efek obat -Kuratif -Preventif -Paliatif
-Kuratif -Pengobatan
gejala ringan
Manfaat terapi efektif Mungkin efektif -Mungkin efektif
-tidak diketahui
1. Vital (V) adalah kelompok jenis obat yang sangat esensial (vital), yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain : obat penyelamat (life saving
termasuk jenis obat Vital adalah adrenalin, antitoksin, insulin, obat jantung,
19
2. Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk kelompok vital
3. Standar pengobatan
sebagian besar pemakainya atau bagi satu atau dua pemakai dan memiliki
analisis VEN (Vital, Esensial, Non Esensial) yang dibuat dalam suatu matriks
20
sehingga analisa menjadi lebih tajam. Matriks ABC – VEN adalah sebagai
berikut:
Analisis V E N
A (VA) (EA) (NA)
B (VB) (EB) (NB)
C (VC) (EC) (NC)
yang bersifat vital (VA, VB, VC) merupakan pilihan utama untuk dibeli atau
gudang penyimpanan.
e. Safety Stock
Safety stock adalah jumlah stok yang harus tetap ada dalam persediaan.
Jumlah ini harus ada selama tidak ada suplai dari pemasok atau saat ada
21
dikembangkan dalam manajemen persediaan. Model ini banyak digunakan
dalam perusahaan yang melakukan pembelian terus menerus. Ide dasar EOQ
adalah jumlah pesanan yang ideal untuk setiap item obat, yang optimal dan
EOQ secara periodik untuk item dengan penggunaan dan investasi tinggi
stock dapat menjadi bagian dari stok minimal untuk melindungi dari variasi
3. Peramalan Persediaan
22
(Baroto, 2002).
memperkirakan atau memproyeksikan data dimasa yang akan datang. Ada dua
Metode kualitatif digunakan jika tidak ada atau hanya ada sedikit data yang
untuk meramalkan permintaan masa depan dengan dasar suatu set data
menjadi metode serial waktu (time series) dan metode non time series (Baroto,
2002).
Metode time series adalah metode yang paling banyak digunakan dalam
Djokopranoto, 2003).
23
BAB III
restrukturisasi PT Krakatau Steel (Persero) pada tahun 1996. Saat itu, PT. Krakatau Steel
(Persero) melepaskan unit-unit penunjang yang tidak terkait langsung dengan core
Steel (Persero). Di atas lahan seluas 13,5 hektare, didirikanlah Krakatau Medika Hospital
(KM Hospital) yang sebelumnya dikenal dengan nama Rumah Sakit Krakatau Steel
(RSKS).
24
HK.07.06/III/2210/09. Pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
umum swasta dengan klasifikasi utama setara dengan Kelas B dan Surat Keputusan Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Provinsi Banten tertanggal
Hospital telah terserifikasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) sebagai badan
independen yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang menjaga
Saat ini Krakatau Medika Hospital (KM Hospital) memiliki kapasitas 237 tempat
sertifikat dari Indonesian Quality Award (IQA) Foundation pada 25 November 2009. Pada
21 Agustus 2008, mendapatkan sertifikat ISO 9001: 2000 dari TÜV NORD (certificate
Memiliki tenaga medis, paramedis serta karyawan non medis yang profesional dan
penuh dedikasi. Layanan bermutu menjadi bagian utama dari operasional Krakatau Medika
pasien – tenaga medis tidak hanya terjadi pada saat konsultasi saja, akan tetapi dapat
Visi
Menjadi Penyedia Jasa yang Berstandar Internasional dalam Bidang Kesehatan dengan
25
Misi
• Melakukan sinergi dengan rumah sakit lain baik tingkat nasional maupun Global
pelayanan dan kepuasan bagi pelanggan dalam bidang jasa pelayanan kesehatan.
Manajemen dan Karyawan telah merumuskan suatu nilai budaya yang diperlukan untuk
melayani para pelanggan, kami telah sepakat dengan menggali segala potensi yang ada
maka terbentuklah suatu budaya perusahaan yang kami sebut dengan KERIS.
singkatan dari Komitmen, Empati, Ramah, Ikhlas, Sigap. Dengan nilai budaya itu, setiap
insan yang bekerja di PT Krakatau Medika senantiasa memberikan yang terbaik kepada
Fasilitas pelayanan rawat jalan yang tersedia di RS. Krakatau Medika Cilegon
memiliki lingkup pelayanan yang cukup luas, yang meliputi pelayanan poliklinik umum,
profesionalisme sumber daya manusia dan keasrian lingkungan di RS. Krakatau Medika
Cilegon, kami rumah sakit yang selalu mendahulukan kepentingan pelanggannya siap
masyarakat.
26
Gambar 3.2. Fasilitas-fasilitas RS. Krakatau Medika Cilegon
Fasilitas yang dimiliki RS. Krakatau Medika Cilegon antara lain sebagai berikut :
Poliklinik Umum
Poliklinik Gigi
Poliklinik Spesialistik
- Spesialis Penyakit Dalam - Spesialis Rehabilitasi Medis
- Spesialis Bedah Umum - Spesialis Saraf
- Spesialis Kesehatan Anak - Spesialis Kesehatan Jiwa
- Spesialis Kebidanan & Penyakit - Spesialis Kulit & Kelamin
Kandungan - Spesialis Bedah Mulut
- Spesialis Jantung & Pembuluh - Spesialis Orthodonti
Darah - Spesialis Konservasi Gigi
- Spesialis Bedah Saraf - Spesialis Radiologi
- Spesialis Bedah Orthopedi - Spesialis Anesthesi
- Spesialis Paru - Spesialis Pathologi Klinik
- Spesialis Mata - Spesialis Andrologi
- Spesialis THT - Bedah Digestif
- Spesialis Urologi
- Spesialis Periodontie
Konsultasi Psikologi
Home Care
Diabetes Center Point
27
Klinik Edukasi Diabetes Melitus
Konsultasi Gizi
Konsultasi Kesehatan Kerja & Pencegahan
Medical Check Up
Klinik Kecantikan Kulit
Klinik Rehabilitasi Medik
- Fisioterapi
- Okupasi Terapi- Terapi Wicara
Endoscopy Center
- Endoscopy- Colonoscopy- EUS - Double Baloon Endoscopy- ERCP (Endoscopy
(Endoscopy Ultrasonography) Retrograde Cholangio Panceography)- Bronoscopy
Sebagai rumah sakit yang berlokasi di perlintasan pulau Jawa dan pulau Sumatera,
- Haemodialisa - Echocardiography
A. Struktur Organisasi
Instalasi Farmasi di pimpin oleh seorang Kepala Bidang Farmasi dimana kepala
bidang ini secara struktural berkedudukan di bawah Manager Penunjang Medis dan
28
Gambar 3.3. Instalasi Farmasi RS.Krakatau Medika Cilegon (Loket A)
dibantu oleh 2 (dua) orang Apoteker sebagai Kepala unit dan 10 (Sepuluh) orang
Asisten Apoteker dan 2 (dua) orang pekarya farmasi serta 1 (satu) orang pekarya gudang
29
farmasi.
Direktur RS
Manager
Penunjang
Medis
Kepala Bidang
Farmasi
Asisten
Asisten
Apoteker
Apoteker
Gudang Farmasi
Pekarya Gudang
Pekarya Farmasi
Farmasi
Gambar 3.5. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RS. Krakatau Medika Cilegon
B. Manajemen Farmasi
Sesuai struktur organisasi maka kepala bidang Farmasi bertanggung jawab kepada
Manager Penunjang Medis yang dalam pelaksanaan tugasnya berkoordinasi dengan bagian
Purchasing. Unit farmasi mengelola barang-barang yaitu obat, alat kesehatan dan bahan
habis pakai.
RS. Krakatu Medika Cilegon mempunyai Komite Farmasi dan Terapi yang
berkoordinasi dengan manajemen rumah sakit, bertugas membuat daftar obat rumah sakit
berdasarkan analisis Pareto-VEN, yang selanjutnya dipakai oleh panitia standardisasi obat
dan alat-alat kesehatan rumah sakit untuk menentukan dan membuat daftar obat dan alkes
rumah sakit. Daftar standar obat dan alkes ini merupakan pedoman bagi seluruh unit terkait
di rumah sakit dalam melaksanakan tugasnya masing-masing tim dokter dan pengadaan.
30
Gambar 3.6. Alur Pelayanan Resep Rawat Jalan
Namun pada kenyataannya komite ini belum bekerja secara optimal, formularium
yang telah dibuat tidak berjalan dengan semestinya yang berimbas banyak varian obat yang
31
ada sehinga mengakibatkan pembelanjaan obat yang besar.
Posisi dan kondisi sumber daya manusia yang ada di Instalasi farmasi saat ini adalah:
Dari hasil survei yang dilakukan pada bulan November 2017 di Instalasi Farmasi RS.
Krakatau Medika Cilegon, ternyata banyak hal yang harus dibenahi di semua poin-poin
32
1. Sistem Informasi RS (SIRS) memadai, dengan menggunakan E-precribing yang
bertujuan untuk memudahkan monitoring persediaan dan rencana pengadaan stok obat
dan alkes, namun masih ada beberapa staf medis senior yang melakukan peresepan
secara manual, sehingga ada beberapa golongan obat yang penghitungan dan
ditingkatkan.
3. Jumlah obat yang beredar terlalu banyak baik jumlah dan jenisnya, sehingga terdapat
33
BAB IV
PEMBAHASAN
meningkat sejak pertama kali dibuka kerja sama dengan Badan Penyelanggara Jaminan
Sosial (BPJS). Data jumlah kunjungan total rawat jalan dan rawat inap pasien JKN pada
Januari 2014 adalah 1.798 pasien, terus meningkat menjadi 22.457 pasien pada Januari
2017. Pada instalasi rawat jalan, pasien JKN sebanyak 12% dari total pasien pada
triwulan pertama 2014 menjadi 87,5% pada triwulan pertama 2017. Sementara pada
instalasi rawat inap, pasien JKN pada triwulan pertama 2014 sebanyak 18% menjadi
80,1% dari jumlah total pasien rawat inap pada triwulan pertama 2017. Jumlah
kunjungan total rawat jalan dan rawat inap meningkat dari 8% pada triwulan pertama
2014 menjadi 89% dari jumlah total pasien pada triwulan pertama 2017.
Mulai 1 Januari 2014 RS. Krakatau Medika Cilegon beralih dari penyedia
Di RS. Krakatau Medika Cilegon, sampai dengan Februari 2017 terdapat 1425
item obat JKN. Sebanyak 15% dari obat JKN tersebut adalah obat generik, dan 85%
adalah obat paten. Persentase obat-obatan JKN ini berubah-ubah sesuai dengan obat-
obatan yang dapat diperoleh. Saat obat generik tidak berhasil didapatkan, maka dapat
dilakukan alternatif dengan memesan obat paten yang diperuntukkan bagi pasien JKN.
34
Misalnya untuk sediaan candesartan tablet, ketika obat generik tidak didapatkan karena
obat JKN dengan persentase terbanyak di RS. Krakatau Medika Cilegon adalah 25%
golongan obat kardiovaskuler, 10% golongan obat hormonal, endokrin dan kontrasepsi,
obat analgesik. Selebihnya sebanyak 36% terdiri dari golongan antineoplastik, obat
saluran napas, obat saluran cerna, obat yang mempengaruhi darah, psikofarmaka, obat-
unit logistik pergudangan farmasi. Unit logistik bertanggung jawab dalam pengelolaan
sediaan farmasi, yang ditujukan agar didapatkan sediaan farmasi yang aman, bermutu,
sistem satu pintu (Depkes RI, 2014a). Unit logistik di RS. Krakatau Medika Cilegon
merupakan bagian dari instalasi farmasi. Kondisi ini sudah sesuai dengan sistem satu
pintu, dimana unit logistik merupakan bagian dari instalasi farmasi, sehingga
kebutuhan serta penanggulangan permasalahan yang terjadi dapat lebih cepat, tepat,
35
2014a). Salah satu bagian dari proses pengadaan obat, yaitu proses pemesanan,
dilakukan menurut Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan obat untuk instalasi
obat-obat JKN di RS. Krakatau Medika Cilegon adalah metode konsumsi dan
identifikasi dan analisis kontrol biaya manajemen persediaan (Quicketal,2012). Saat ini
RS. Krakatau Medika Cilegon sudah melakukan analisis Pareto atau analisis ABC-
VEN dalam perencanaan pengadaan dan diadakan pemetaan obat dalam golongan
vital, esensial, dan non esensial. Perencanaan kebutuhan obat (RKO) dilakukan
anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, sisa persediaan, data pemakaian periode
sebelumnya, waktu tunggu pemesanan, dan rencana pengembangan (Depkes RI, 2014a).
menggunakan E- Catalogue, namun ada beberapa jenis obat JKN yang masih dipesan
lamanya pengajuan obat-obat JKN jenis tertentu. Pada umumnya obat JKN dapat
dipesan secara manual melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang menyediakan obat
JKN dengan cara yang sama seperti pemesanan obat reguler sehingga waktu
pemesanan dapat mencapai satu minggu bahkan satu bulan. Dengan demikian waktu
pemesanan tiap obat dapat berbeda satu dengan yang lain. Jumlah pesanan obat tanpa
36
lain dalam proses pemesanan adalah jenis obat, apakah obat tersebut merupakan obat
yang vital atau bersifat life saving. Proses perencanaan pengadaan obat JKN ini
dilakukan untuk melaksanakan prinsip kendali biaya dan kendali mutu agar pelayanan
perencanaan (Depkes RI, 2014a). Unit logistik bekerja sama dengan instalasi farmasi
membuat Rencana Kebutuhan Obat (RKO) untuk obat-obatan JKN yang dikirimkan ke
Dinas Kesehatan. RKO ini menjadi dasar kebutuhan rumah sakit untuk obat-obatan
JKN dalam E-Catalogue untuk RS. Krakatau Medika Cilegon. Jenis obat yang akan
dipesan ditentukan oleh kebutuhan instalasi. Pemesanan dilakukan oleh staf gudang
farmasi ketika sudah pada jumlah stok minimal. Pemesanan dilakukan oleh staf
pembelian dengan persetujuan dari kepala seksi pergudangan farmasi atau kepala
bidang logistik.
untuk memantau obat macet atau obat kadaluarsa. Unit logistik juga bekerja sama
dengan instalasi farmasi untuk memantau obat-obat JKN yang berhenti di jumlah stok
tertentu atau tidak ada mutasi sama sekali selama tiga bulan (stagnan). Untuk obat-obat
37
persediaannya, atau apakah perlu tidak disediakan sama sekali. Logistik RS. Krakatau
Medika Cilegon sudah melakukan analisis ABC yang sangat penting untuk membuat
cepat (fast moving), pergerakannya sedikit (slow moving) atau tidak sama sekali
stok kategori A dilakukan tiga atau empat kali setahun, kelompok B dua kali setahun,
dan kelompok C sekali setahun sesuai pemetaan pengelompokan obat dan kemudian
elektronik (E-Prescribing) sejak awal tahun 2016 yang sangat membantu dalam
perkiraan kebutuhan dan perhitungan stok di unit logistik. RSKM Cilegon juga sudah
online dalam melakukan pemesanan dapat login dengan mudah ke sistem E-Catalogue.
Proses perencanaan dan pengadaan obat JKN di RS. Krakatau Medika Cilegon
mengalami beberapa kendala. Kendala yang utama adalah sistem E-Prescribing belum
dimanfaatkan secara optimal oleh seluruh staf medis di RS. Krakatau Medika Cilegon,
terutama oleh staf-staf medis senior yang kesulitan dalam menginput obat-obatan yang
Akibatnya, masih ada beberapa golongan obat yang dipesan secara manual
menyebabkan waktu pemesanan menjadi lebih lama. Tidak semua Pedagang Besar
Farmasi (PBF) melayani pemesanan obat JKN secara manual. Kendala lainnya ialah
kekosongnya persediaan obat E- Catalogue yang mempengaruhi stok obat JKN di RS.
38
Krakatau Medika Cilegon. Kekosongan ini terjadi karena obat-obat E-Catalogue habis
dipesan oleh rumah sakit penyedia layanan JKN yang semakin meningkat jumlahnya akhir-
akhir ini, sehingga dalam menyongsong universal coverage oleh BPJS pada tahun 2019
Selama ini bagian logistik RS. Krakatau Medika Cilegon menangani kendala
kekosongan obat JKN sesuai dengan SPO penanganan obat kosong. Langkah pertama
yang dilakukan untuk mencari pengganti obat JKN adalah mencari sediaan ASKES,
jika masih ada PBF yang menyediakan. Langkah kedua adalah mencari sediaan
generiknya atau sediaan generik reguler. Namun, untuk penggantian obat JKN,
dipertimbangkan juga faktor harga karena proses klaim BPJS berdasarkan paket INA-
CBGs. Jika ada beberapa pilihan, dibuat prioritas harga, mulai dari sediaan ASKES,
sediaan generik, sediaan paten dalam formularium rumah sakit,dan sediaan paten di
luar formularium. Kemudian dipilih obat dengan harga yang paling rendah dengan
tetap memperhatikan kualitas obat. Jika pilihan jatuh pada sediaan di luar formularium,
maka dilakukan pengajuan pengadaan kepada direksi. Hal ini juga dilakukan sebagai
upaya kendali biaya dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan
kebutuhan dan harga yang sesuai (PP RI, 2009), serta dalam upaya menjamin
ketersediaan obat yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau (DepkesRI, 2014a).
IV.2 Perkiraan Kebutuhan Obat JKN Kelompok A Indeks Kritis Untuk Feb 2016–
Februari 2017
obat berdasarkan ABC nilai pakai dan ABC nilai investasi. Pengelompokan
39
pengelompokkan ABC nilai pakai, nilai investasi, dan nilai kritis obat.
Melalui analisis pada data penggunaan obat JKN selama Februari 2016–Februari
Tabel 4.1. Pengelompokan obat JKN berdasarkan analisis ABC nilai pakai
Kelompok Jumlah Persentase Jumlah Persentase Item
Pemakaian Pemakaian Item Obat
A 911.936 80% Ob
901 63,22%
B 170.988 15% at
270 18,94%
C 56.996 5% 25 17,84%
Jumlah 1.139.920 100% 4
1425 100%
jumlah pemakaiannya. Hal ini tidak sesuai dengan komposisi persediaan pada
umumnya dimana kelompok A terdiri dari 10–20% item obat tetapi nilainya
mencakup 70–80% dari total penggunaan obat. Kelompok B dengan 20-40% dari
jumlah item obat mencakup 15–20% total penggunaan obat dan kelompok C
dengan 60–80% dari total jumlah item obat namun hanya mencakup 5–10%
penggunaan obat (Quicketal, 2012). Dari tabel 4.1. nampak bahwa persentase obat
kelompok B sebanyak 20-40% dari seluruh total item. Sedangkan persentase obat
seharusnya jumlah item obat-obat kelompok C sebanyak 60-80% dari seluruh total
40
item. Komposisi obat RS. Krakatau Medika Cilegon periode Februari 2016-
penetapan prioritas, sisa persediaan, dan data pemakaian obat pada tahun-tahun
persentase terbesar dalam kelompok A nilai pakai, yaitu 41%. Hal ini
konstrasepsi, serta obat golongan saluran cerna yang memiliki persentase kedua
dan ketiga dalam kelompok A nilai pakai, yaitu sebesar 16% dan 8%.
total item mencakup 17,84% dari seluruh item obat. Hal ini menandakan ada
kelompok C nilai pakai terdapat beberapa golongan obat yang memiliki persentase
yang berarti tidak ada penggunaan sama sekali (stagnan). Beberapa golongan obat
tersebut antara lain golongan psikofarmaka (3%), golongan anestetik dan obat
41
diuretik dan hipertrofi prostat, vitamin dan mineral masing-masing sebesar 1%,
mempengaruhi sistem imun, serta produk darah dan pengganti plasma. Dengan
demikian persediaan untuk obat-obat dengan pergerakan yang sangat rendah ini
juga perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi penumpukan yang berisiko
dalam kategori vital atau bersifat life saving yang penggunaannya tidak selalu
Adanya analisis Pareto ini dapat digunakan untuk menyeleksi item obat
mana saja yang benar-benar perlu diadakan dan mana yang tidak perlu diadakan
kembali karena terlalu banyak item obat dengan pergerakan yang rendah/lambat
Melalui analisis pada data penggunaan obat JKN selama bulan Januari–
Juni 2015, didapatkan pengelompokan ABC nilai investasi adalah sebagai berikut:
Tabel4.2. Pengelompokan Obat JKN Berdasarkan Analisis ABC Nilai Investasi Periode
Februari 2016 – Februari 2017
Kelompok Jumlah Investasi Persentase Jumla Persentase
(Rupiah) Investasi h Item Obat
A 56.639.911.546 80% Item
901 63,22%
B 10.619.983.415 15% Obat
270 18,94%
C 3.539.994.471 5% 2 17,84%
Jumlah 70.799.889.432 100% 14255 100%
4
42
adalah 63,22% item obat, menyerap 80% investasi, kelompok B adalah sebesar
18,94% item obat menyerap investasi sebesar 15%, sementara kelompok C dengan
17,84% dari jumlah total item obat hanya menyerap sebesar 5% investasi. Hal ini
tidak terjadi penumpukan stok karena obat-obat dengan nilai investasi tinggi
Namun perlu diperhatikan pula agar tidak terjadi stock out karena biaya pembelian
di luar perencanaan juga menjadi tinggi karena tinggi nya nilai obat (Quick et al,
2012).
Golongan obat ini dalam analisis ABC nilai pakai, sebagian besar masuk dalam
analisis ABC nilai investasi masuk dalam semua kelompok dengan persentase
yang tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa golongan obat antineoplastik dan
yang dalam analisis ABC nilai pakai masuk dalam kelompok A. Dengan demikian
khusus. Karena memiliki nilai investasi sangat tinggi, perlu upaya agar tidak
terjadi stok berlebih, namun tetap dapat memenuhi permintaan. Tingginya biaya
43
tersebut terjadi penumpukan stok.
harga yang tinggi. Analisis nilai investasi ini menunjukkan ada banyak jenis obat
demikian perlu dilakukan evaluasi terhadap jenis- jenis obat antineoplastik dan
imunosupresan yang sekarang ada, apakah perlu tetap diadakan atau dapat diatur
pengadaannya hanya menurut pesanan, sehingga tidak perlu ada persediaan yang
Melalui analisis nilai pakai, analisis nilai investasi, dan analisis indeks
kritis pada data penggunaan obat JKN selama Februari 2016-Februari 2017,
Tabel 4.3. :Pengelompokan Obat JKN Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis
Periode Februari 2016 – Februari 2017
Kelompok NIK Jumlah Item Persentase
A 9,5–12 26 1,82%
B 6,5–9,4 60 4,21%
C 4–6,4 1339 93,96%
TOTAL -- 1425 100%
berikut:
44
Tabel 4.4. Obat-Obat Kelompok ABC Indeks Kritis Di RSKM Periode Februari 2016-
Februari 2016
Nilai Nilai
No. NamaObat NIK Golongan
Pakai Investasi
1. Hyperil 3 3 11,23 A
2. Adalat 30 mg tab 3 3 11,12 A
3. Micardic tab 3 3 11,09 A
4. Ramipril 5mg tab 3 3 11,01 A
5. Cedocard 250 mg Retard 3 3 10,96 A
6. Irvask 150 mg tab 3 3 10,88 A
7. Bisoprolol 3 2 10,84 A
8. clopidogrel 3 3 10,66 A
9. Harnal 0,2 mg 3 3 10,28 A
10 Harnal OCAS 3 3 10,28 A
11 valsartan 80 mg 3 3 10,22 A
12 valsartan 160 mg 3 3 10,22 A
13 irbesartan 300mg 3 2 9,76 A
14 candesartan 8 mg 3 2 9,66 A
15 Tensicap 12,5 mg tab 2 2 9,64 A
16 Tensicap 25 mg tab 2 2 9,61 A
17 Angintriz MR tab 2 2 9,60 A
18 Catapres inj 2 2 9,59 A
19 Digoxin Indofarma 0,25 2 3 9,59 A
20 Captopril 12mg tab 2 2 9,59 A
21 Captopril 25mg tab 2 2 9,54 A
22 Cordarone 150mg/3ml 2 2 9,53 A
23 Cordila SR tab 2 3 9,52 A
24 Tanapress 5mg 2 2 9,51 A
25 Norepinefrin inj 2 3 9,50 A
26 Acetosal 100mg generik 2 3 9,50 A
obat (1,82%) yang termasuk kelompok A dengan indeks kritis 9,5-12 yang terdiri
golongan obat kardiovaskuler. Enam belas item ini termasuk obat yang perlu
mendapat perhatian dalam pengadaan karena memiliki nilai pakai dan nilai
45
investasi tinggi, dan juga memiliki tingkat kekritisan tinggi karena
indeks kritis (9,5-12) ini perlu dilakukan dengan ketat agar pasien bisa
demikian pada analisis ABC nilai kritis nilai yang paling tinggi adalah pada obat
golongan kardiovaskuler. Hal ini menunjukkan nilai kritis obat memiliki nilai yang
lebih tinggi dibandingkan nilai investasi. Rumus analisis ABC nilai kritis
menunjukkan bahwa nilai kritis obat memiliki nilai dua kali lebih tinggi daripada
nilai pakai dan nilai investasi. Dengan kata lain prioritas pengadaan obat bukan
didasarkan pada nilai investasinya atau nilai pakainya, tetapi lebih pada seberapa
tingkat kekritisan paling tinggi karena nilai pakai yang tinggi, walaupun bukan
termasuk golongan obat yang nilai investasinya paling tinggi. Nilai pakai obat
kardiovaskuler tinggi karena obat-obat tersebut adalah obat yang terus menerus
46
secara rutin harus dikonsumsi oleh para pasien dengan gangguan kardiovaskuler
dan obat-obat golongan ini termasuk obat yang penggunaannya tidak dapat
4. Peramalan Tiap Item Obat JKN Kelompok A Indeks Kritis Untuk Juli–
Desember 2017
menunjukkan adanya penggunaan yang tidak stabil dari bulan ke bulan. Hal ini
47
disebabkan adanya kekosongan obat sehingga tidak ada data penggunaan obat.
smoothing didapatkan peramalan penggunaan obat yang lebih stabil dengan trend
naik, kecuali pada bisoprolol yang menunjukkan trend turun. Data peramalan yang
48
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang sekaligus revenue center utama bagi
sebuah rumah sakit, sehingga harus dikelola dengan cermat. Salah satu bentuk pengelolaan
misalnya pasokan obat yang berlebih dapat menjadi penyebab pemborosan finansial karena
banyaknya nilai uang yang tidak bergerak, juga mengakibatkan penumpukan obat dan
terjadi kadaluarsa, namun jika terjadi kekurangan terutama pada obat-obat yang esensial
dapat menyebabkan penurunan kualitas perawatan pasien. Perencanaan obat dibuat dengan
epidemiologi, atau kombinasi. Perencanaan yang telah dibuat harus dilakukan koreksi
dengan metode analisis nilai ABC untuk koreksi terhadap aspek ekonomis, metode VEN
untuk koreksi terhadap aspek terapi, atau gabungan keduanya. Sementara analisis ABC
indeks kritis dapat digunakan untuk analisis efisiensi penggunaan dana dengan
pengelompokan obat berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan. Adapun nilai kritis obat
memiliki nilai dua kali lebih tinggi daripada nilai pakai dan nilai investasi sehingga
prioritas pengadaan obat bukan didasarkan pada nilai investasinya atau nilai pakainya,
tetapi lebih pada seberapa penting obat tersebut memiliki nilai penting berdasarkan efek
farmakologinya.
RS. Krakatau Medika Cilegon sudah melakukan analisis ABC-VEN dalam perencanaan
49
lain, yaitu konsumsi, epidemiologi, pertimbangan anggaran, penetapan prioritas, sisa
persediaan, dan data pemakaian obat pada tahun-tahun sebelumnya, sehingga dapat kita
lihat bahwa hasil perhitungan analisis ABC nilai pakai menunjukkan komposisi persentase
item obat kelompok A, B, dan C tidak sama persis dengan analisis ABC melainkan
V.2 Saran
-Tingkat persediaan obat-obat fast moving sebagai aset yang menguntungkan rumah sakit
-Untuk obat-obatan dengan biaya investasi tinggi dilakukan pemesanan berkala dalam
jumlah kecil untuk mencegah penumpukan stok, namun perlu diperhatikan juga agar tidak
sampai terjadi stock out karena biaya pembelian di luar perencanaan dapat meningkatkan
-Analisis ABC, VEN, nilai indeks kritis obat diperlukan sebagai alat bantu dalam
memperhatikan kondisi real di lapangan, yaitu pola konsumsi, epidemiologi, serta data-
-Mengevaluasi ulang obat-obat yang slow moving dan stagnan, serta kurang berdampak
bagi kesehatan, terutama jika bernilai investasi cukup tinggi, sehingga tidak
50
MANAJEMEN FARMASI RS
ANALISIS ABC-VEN RS. KRAKATAU MEDIKA CILEGON
Pembimbing:
Linerin 20160309007
51
52