Disusun Oleh
Mochammad Adam Eldi
NIM 20200309087
Kelas B
200
Se = x
250
100% = 80%
600
Sp = x 100% = 85,71%
700
Para ahli menyatakan suatu alat bias digunakan untuk screening yaitu validitas nya tinggi
maka nilai-nilai Se dan Sp harus relative seimbang. Anjurannya bahwa jumlah nilai Se dan Sp
harus lebih besar dari 1.5 atau 150% dan selisih antara Se dan Sp harus lebih kecil dari 0.15
atau 15%.
Kesimpulan : skrining dengan ‘rectal toucher’ dapat dilakukan untuk memprediksi seseorang
menderita Ca-prostat.
2. Kemampuan suatu fasilitas penyaringan dapat memproses 1000 orang perminggu. Dengan
asumsi bahwa prevalensi suatu penyakit sebesar 4 %, saudara diminta mencoba meng-uji suatu
alat yang dinyatakan mempunyai sensifitas 95% dan spesifisitas 90%. Hitung: a. Jumlah orang
yang betul2 positif (true positive) b. Jumlah orang termasuk positif palsu (false positif) c. Jumlah
orang yang betul2 negatif (true negatif) d. Jumlah orang yang negatif palsu (false negatif)
Se = 95% = 0,95
Sp = 90% = 0,9
Tp
a. True positif = = 0,95
40
=40 x 0,95
= 38 orang
b. False positif = 1- 0.95
= 0.5 / 5%
= 2 orang
Tn
c. True negatif = = 0,9
960
= 960 x 0,9
= 864 orang
d. False negatif = 1- 0.9
= 0.1 / 10%
= 96 orang
3. Dari 130 orang yang diperiksa dengan Benedict test, sebanyak 60 orang diduga menderita
Diabetes Mellitus. Untuk memastikan apakah orang-orang tersebut menderita DM dilakukan
penegakan diagnosa dengan melakukan pemeriksaan Gula darah puasa dan 2 jam sesudah
makan. Dari 130 orang tersebut ternyata 67 orang dinyatakan TIDAK menderita DM, dimana 5
orang diantaranya dinyatakan positive DM menurut pemeriksaan dengan menggunakan
Benedict Test. a. Berapa nilai Sensitivitas b. Berapa nilai Specificity c. Berapa nilai false positive d.
Berapa nilai false negative
5
a. Se = x 100% = 7,94%
63
12
b. Sp = x 100% = 17,91%
67
c. Fp = 100 % - 7,94 % = 92,06%
d. Fn = 100% - 17,91 % = 82,09%
4. Isilah dengan S bila jawabannya screening dan D bila jawabannya diagnosa standard
1. Dilakukan pada orang-orang yang rupanya sehat (S )
Digunakan sebagai suatu dasar untuk pengobatan (D )
2. Bukan suatu dasar bagi pengobatan (S )
Dilakukan pada orang2 dengan penemuan2 sugestif (D )
3. Secara relatif mahal (S )
Dapat diterima pasien (D )
4 Secara relatif tidak mahal (D )
Diberikan/dilakukan oleh para tehnisi (S )
a. Konsistensi hubungan
b. Kekuatan hubungan
c. Kespesifikan hubungan
d. Urutan waktu hubungan
e. Biologik hubungan
a. Salah satu kriteria dalam tes skrining/penapisan adalah akurat dan realibilitas. Akurat
menunjukkan sejauh mana hasil skrining/penapisan sesuai dengan kenyataannya.
Sedangkan reliabilitas berhubungan dengan standardisasi perangkat pengujian atau test
konfirmasi. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi alat pengukuran, jika
pengukuran dilakukan berulang kali, hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda.
b. Ukuran yang digunakan untuk menilai kekuatan hubungan paparan dengan penyakit
adalah Resiko Relatif (RR) atau Rasio Odds(OR). Makin kuat hubungan paparan dengan
penyakit, makin kuat pula keyakinan bahwa hubungan tersebut bersifat kausal. Asosiasi
kuat dapat saja non kausal dan hanya merupakan hasil yang terdistorsi oleh pengaruh
factor resiko lain yang berkorelasi kuat dengan paparan yang diteliti.
c. Menurut konsep model klasik (Pure Determinsm Model) hubungan kausal adalah suatu
hubungan sebab akibat murni, yang konstan, unik dan dapat di prediksi secara sempurna.
Keadaan tersebut digambarkan sebagai hubungan antara dua faktor yaitu faktor X sebagai
faktor penyebabdan faktor Y sebagai faktor akibat. Faktor X dikatakan akan menjadi
penyebab Y jika dalam suatu kondisi yang stabil, setiap perubahan atau manipulasi pada
faktor X akan selalu diikuti oleh perubahan pada Y. Yang dimaksud dengan kondisi stabil
adalah stabil yang semua faktor penyebab lain dalam keadaan statis dan terikat sempurna.
Dengan demikian definisi hubungan kausal memiliki dua kriteria, yaitu kausa spesifik dan
efek spesifik. Faktor X dikatakan kausa spesifik jika dia merupakan satu-satunya
penyebab faktor Y. Sebaliknya faktor Y dinyatakan sebagai efek spesifisitik jika faktor Y
merupakan satu- satunya akibat yang ditimbulkan oleh faktor X.
e. Hubungan Biologik adalah salah satu komponen dari metode penalaran yang dapat
membangun hubungan sebab-akibat antara faktor biologis dan penyakit tertentu atau
kejadian buruk. Ini juga merupakan bagian penting dari proses mengevaluasi apakah
terapi yang diusulkan (obat, vaksin, prosedur pembedahan, dll.) Memiliki manfaat
nyata bagi pasien. Konsep ini diterapkan pada banyak perdebatan urusan publik yang
kontroversial, seperti tentang penyebab hasil vaksinasi yang merugikan . Hubungan
biologik merupakan elemen penting dari latar belakang intelektual epidemiologi.