Anda di halaman 1dari 43

Presentasi Kasus

SEORANG PRIA USIA 33 TAHUN DENGAN


SEVERE HEAD INJURY, MULTIPLE VL R.
OCCIPITAL (dx) et FRONTALIS (sin), CF
MAXILLA (sin)
Oleh:
dr. Andreas Peter Patar Beresman

RSUD TAMAN SARI


JAKARTA BARAT
2018
STATUS PASIEN
I. ANAMNESIS

Identitas
pasien
• Nama : Tn. W
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Tambora Raya
No. RM : 00.68.24
Tgl. MRS : 2 April 2018
Tgl. Periksa : 2 April 2018
•Luka di kepala post Kecelakaan Lalu
Keluhan utama Lintas

Riwayat penyakit sekarang

Pasien sedang Pasien tidak sadar


Pasien datang
mengendarai motor. (+), muntah-muntah
dengan penurunan
Saat kecelakaan (+), luka pada
kesadaran setelah
pasien tidak kepala belakang,
kecelakaan lalu
mengenakan helm. dahi sebelah kiri
lintas (ditabrak
Kepala pasien dengan perdarahan
mobil).
terbentur ke aspal. aktif.
• Riwayat keluhan serupa : (-)
Riwayat penyakit • Riwayat tekanan darah tinggi: (-)
dahulu • Riwayat DM: (-)

• Riwayat keluhan serupa: disangkal


Riwayat Penyakit • Riwayat darah tinggi, sakit gula, sakit
Keluarga ginjal, sakit jantung, asma, alergi :
disangkal
II. PEMERIKSAAN FISIK
• Primary Survey
• Airway : snoring (+), tampak darah keluar dari mulut,
cervical injury (-)
• Breathing :
– Inspeksi : frekuensi pernafasan 22 x/menit, pengembangan
dada kanan = kiri
– Palpasi : fremitus taktil kanan = kiri
– Perkusi : sonor/sonor
– Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
• Circulation : TD 150/76 mmHg, nadi 98x/menit, reguler,
equal (+/+)
• Disability : GCS E4V1M3, refleks cahaya (-/-), pupil isokor
3mm/3mm
• Exposure : suhu 36,4˚C, jejas (+) lihat status lokalis
STATUS LOKALIS

Tgl 02/04/2018 (IGD) R. Frontalis (sin):


Tampak vulnus terbuka
R. Occipital (dx): dengan uk. ± 1x3 cm, tepi
Tampak vulnus terbuka tajam, dasar jaringan,
dengan uk. ± 3x3 cm, tepi perdarahan aktif (+)
tajam, dasar jaringan tampak
mendesak keluar,
perdarahan aktif (+) R. Maxillaris (sin):

Look: swelling (+), angulasi


(+), vulnus terbuka (-)
Feel: krepitasi (+), NT (sde)
III. PX. PENUNJANG

Hasil Laboratorium
tgl 08/09/2017 (IGD)

Hb : 13,8 ↓
AL : 7,44
Ht : 40,0 ↓
AE : 4,50 ↓
AT : 248
Na : 141
K : 4,0
Cl : 105
PT : 13,8
APTT : 36,3
Ur : 39
Cr : 0,64 ↓
GDS : 185 ↑
HBsAg : non-reaktif
• ASSESMENT
– Severe Head Injury dengan susp. Intra Cranial
Hemmorhage
– Multiple VL r. Occipital (dx) et Frontal (sin)
– Susp. Close Fracture Maxilla (sin)

• PLANNING
– O2 NRM 12 lpm, suction berkala
– Infus RL loading 500 cc  20 tpm
– Injeksi Ceftriaxone 1 gram iv.
– Injeksi Asam Tranexamat 500 mg iv.
– Injeksi Ketorolac 30 mg iv.
– Injeksi Ranitidine 50 mg iv.
– Hecting luka, wound treatment
– Pro Rujuk  craniotomy
Hasil EKG
tgl 08/09/2017 (IGD)

Normal Sinus Rythm


IV. ASSESMENT

Tindakan Dan
Diagnosa di IGD Konsul Sp.B
Terapi
• Hernia • IVFD RL 20 • ACC Op. Cito
Inguinalis tpm
Lateralis • Inj. Ceftriaxone
Dextra Residif 1 gram i.v
Inkarserata • Inj. Ketorolac
30 mg i.v
• Inj. Ranitidin
50 mg i.v
• Bed rest posisi
trendelenburg
Laporan Operasi
Tanggal : 08/09/2017
Tindakan : herniorepair, adhesiolisis

Dx pre op : HIL (D) Residif inkarserata

• Pasien diposisikan supine dalam stadium


anestesi
• Insisi dilakukan diatas luka lama,
diperdalam
• Adhesiolisis, identifikasi funikulus dan
kantong hernia
• Kantong hernia dibuka  isi 1 loop usus
viable
• Herniorepair
• Dilakukan pemasangan mesh
• Jahit luka operasi
• Operasi selesai

Dx post op: HIL (D) Residif inkarserata


V. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
08/09/17 Post operasi, KU/ Kes: Post herniorepair Instruksi pasca
12.00 pindah sedang/compos mentis operasi:
e.c HIL (D) Residif
bangsal TD: 140/90 • IVFD RL : Futrolit
N: 84 x/mnt Inkarserata H-0 20 tpm
RR: 20 x/mnt • Inj. Ceftriaxone 1
S: 36,5 C gram/12 jam
• Inj. Ranitidin 1
Status Generalis amp/12 jam
Mata: CA (-/-) SI (-/-) • Inj. Ketorolac 30
Thoraks: mg/8 jam
P/ SD ves +/+, ST -/- • Inj. Asam
C/ S1>S2, reg, ST - Tranexamat 250
Abdomen: mg/6 jam
Tampak luka bekas • Diet biasa
operasi tertutup • Tirah baring 24
verban, rembes (-) jam
Status GE:
terpasang DC, urin (+)
jernih
Tanggal S O A P
08/09/17 Nyeri luka KU/ Kes: Post herniorepair Terapi lanjut
17.15 bekas sedang/compos mentis
e.c HIL (D) Residif
operasi, TD: 140/80
mual (-), N: 88 x/mnt Inkarserata H-0
kentut (-) RR: 20 x/mnt
S: 36,5 C
NPS: 4-5
Status Generalis
Mata: CA (-/-) SI (-/-)
Thoraks:
P/ SD ves +/+, ST -/-
C/ S1>S2, reg, ST -
Abdomen:
Tampak luka bekas
operasi tertutup
verban, rembes (-)
Status GE:
terpasang DC, urin (+)
jernih
Tanggal S O A P
09/09/17 Tidak ada KU/ Kes: Post herniorepair Terapi lanjut
12.00 keluhan sedang/compos mentis
e.c HIL (D) Residif
TD: 130/80
N: 88 x/mnt Inkarserata H-1
RR: 20 x/mnt
S: 37,2 C

Status Generalis
Mata: CA (-/-) SI (-/-)
Thoraks:
P/ SD ves +/+, ST -/-
C/ S1>S2, reg, ST -
Abdomen:
Tampak luka bekas
operasi tertutup
verban, rembes (-)
Status GE:
terpasang DC, urin (+)
jernih
Tanggal S O A P
10/09/17 Tidak ada KU/ Kes: Post herniorepair Terapi lanjut
11.00 keluhan sedang/compos mentis
e.c HIL (D) Residif
TD: 120/80
N: 80 x/mnt Inkarserata H-2
RR: 20 x/mnt
S: 36,2 C

Status Generalis
Mata: CA (-/-) SI (-/-)
Thoraks:
P/ SD ves +/+, ST -/-
C/ S1>S2, reg, ST -
Abdomen:
Tampak luka bekas
operasi tertutup
verban, rembes (-)
Status GE:
terpasang DC, urin (+)
jernih
Tanggal S O A P
11/09/17 Tidak ada KU/ Kes: Post herniorepair • Terapi lanjut
09.30 keluhan sedang/compos mentis • Bladder training
e.c HIL (D) Residif
TD: 130/80  Aff DC
N: 80 x/mnt Inkarserata H-3
RR: 20 x/mnt
S: 36,2 C

Status Generalis
Mata: CA (-/-) SI (-/-)
Thoraks:
P/ SD ves +/+, ST -/-
C/ S1>S2, reg, ST -
Abdomen:
Tampak luka bekas
operasi tertutup
verban, rembes (-)
Status GE:
terpasang DC, urin (+)
jernih
VI. PEMBAHASAN

Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik
Benjolan di perut, menetap
keadaan umum sedang
Mual muntah

nyeri tajam NPS: 8 (nyeri sedang-berat)

Riwayat pekerjaan  kuli


panggul Benjolan di r. Inguinalis
dextra, transluminasi (-),
Riw. Operasi hernia 15 th yll. Bising usus (+)
Terapi Evaluasi Prognosis

Atasi nyeri Ad vitam: bonam

Nyeri pasca
operasi, tanda-
Reposisi (posisi tanda infeksi,
Ad sanam: bonam
trendelenburg) perdarahan,
tanda-tanda
obstruksi
Herniorepair  Ad fungsionam:
Cito bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Protusi atau penonjolan


Hernia abdomen 
isi suatu rongga melalui
defek lapisan muskulo-
defek atau bagian yang
aponeurotik dinding
lemah dari dinding
perut
rongga bersangkutan

Terdiri dari cincin,


kantong, dan isi hernia
KLASIFIKASI

Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan


kejadian klinis arah hernia
• Hernia • Hernia • Hernia
kongenital Reponibilis eksterna
• Hernia • Hernia • Hernia
akuisata Irreponibilis interna
• Hernia
Strangulata
• Hernia
Inkarserata
KLASIFIKASI

Hernia reponibilis
• Isi hernia dapat keluar masuk
• Tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
• Dapat direposisi tanpa operasi.
Hernia ireponibilis
• Isi hernia tidak dapat kembali ke cavum abdominal.
• Tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
• Jika perlekatan organ  hernia akreta.
Hernia strangulata
• gangguan vaskularisasi isi hernia.
• tingkat gangguan: bendungan  nekrosis.
Hernia inkarserata
• isi hernia tidak dapat kembali ke cavum abdominal.
• disertai tanda-tanda obstruksi usus.
KLASIFIKASI

Hernia eksterna
• Hernia inguinalis medialis
(15%) dan lateralis (60%)
• Hernia femoralis
• Hernia umbilicalis
• Hernia epigastrica
• Hernia lumbalis
• Hernia obturatoria
• Hernia semilunaris
• Hernia parietalis
• Hernia ischiadica
HERNIA INGUINALIS

Hernia • Hernia Inguinalis Indirek


inguinalis • Timbul karena adanya kelemahan anulus
intenus.
lateralis • Isi hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis
 benjolan di lipat paha sampai skrotum.
(HIL)

Hernia • Hernia Inguinalis Direk


• Timbul karena adanya kelemahan dinding
inguinalis perut.
medialis • Biasanya terjadi pada Trigonum Hasselbach.
Kanalis Inguinalis
• Batas Craniomedial  annulus
internus, bagian terbuka dari
fascia transversalis dan
apponeurosis m. transverses
abdominis.
• Batas medial bawah (diatas
tuberculum pubicum) 
annulus inguinalis externus,
bagian terbuka dari aponeurosis
m. Obliges eksternus.
• Atap  aponeurosis m. Obliges
eksternus, dasar  ligamentum
inguinale
• Isi  funiculus spermatikus
(pria), ligamentum rotundum
(wanita)
Trigonum Hasselbach
ETIOLOGI
Peningkatan tekanan
Gangguan obliterasi
intraabdominal 
pada processus Pria lebih banyak dari
sering mengejan,
vaginalis peritonei  wanita
mengangkat beban
kelainan kongenital
berat

Kegemukan 
preperitoneal fat
Riwayat batuk kronis Trauma
membebani jaringan
ikat di perut

Riwayat pembedahan
Usia lanjut pada dinding abdomen
sebelumnya
DIAGNOSIS

Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

• Benjolan pada dinding • Tampak benjolan di • Leukositosis (pada


perut, terutama saat dinding perut, batas ganggren/nekrosis
berdiri, mengejan, tidak tegas pada strangulata)
batuk, bersin • Bising usus (+) • Herniografi
• Benjolan hilang  • Transluminasi (-)
berbaring/dimasukkan • Test valsava
dengan tangan
• Finger test, Ziemen
(manual)
test, Thumb test
• Nyeri hebat
• Mual, muntah (pada
inkarserata)
DIAGNOSIS

Gejala/tanda Obstruksi usus pada Nekrosis/gangren


hernia inkarserata pada hernia
strangulata
Nyeri Kolik Menetap
Suhu badan Normal Normal/meninggi
Denyut nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
Leukosit Normal Leukositosis
Rangsang peritoneum Tidak ada Jelas
Sakit Sedang/berat Berat sekali/toksik
DIAGNOSIS

Finger Ziemen
test test

Thumb
test
DIAGNOSIS

Finger test
• Menggunakan jari ke 2
atau jari ke 5.
• Dimasukkan lewat
skrortum melalui anulus
eksternus ke kanal
inguinal.
• Penderita disuruh batuk:
• Bila impuls diujung jari
berarti Hernia Inguinalis
Lateralis.
• Bila impuls disamping jari
Hernia Inguinalis Medialis.
DIAGNOSIS

Ziemen test
• Posisi berbaring, bila ada
benjolan masukkan dulu
(biasanya oleh penderita).
• Hernia kanan diperiksa
dengan tangan kanan.
• Penderita disuruh batuk,
bila rangsangan pada :
• jari ke 2: Hernia Inguinalis
Lateralis.
• jari ke 3: Hernia Inguinalis
Medialis.
• Jari ke 4: Hernia Femoralis.
DIAGNOSIS

Thumb test
• Anulus internus ditekan
dengan ibu jari dan
penderita disuruh
mengejan
• Bila keluar benjolan
berarti Hernia Inguinalis
medialis.
• Bila tidak keluar benjolan
berarti Hernia Inguinalis
Lateralis.
DIAGNOSIS BANDING

Hernia Limfadenitis
Femoralis pada inguinal

Lipoma Hidrocele
TERAPI

Konservatif Operatif
Terapi Konservatif

Reposisi
• memasukkan/mengembalikan
isi hernia ke dalam cavum
peritoneum.
• Pada hernia reponible 
dengan kedua jari tangan
• Pada hernia ireponible yg
menolak op.  pemberian
sedatif dan kompres dingin di
hernia sebelum reposisi
• Posisi pasien trendelenburg
Terapi Konservatif

Sabuk hernia (sabuk


Truss)
• Pada pasien dengan pintu
hernia yang rnasih kecil dan
menolak dilakukan operasi
• hanya bertujuan menahan
hernia yang telah direposisi,
tidak menyembuhkan
• Pemakaian seumur hidup 
tidak efektif
• komplikasi,  merusak kulit
dan tonus otot dinding perut
di daerah yang tertekan
Terapi operatif
Satu-satunya terapi definitif pada pasien hernia.

Indikasi:
• Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)
• Hernia Irreponabilis (urgent, 2x24 jam)
• Hernia Reponabilis yang mengalami inkarserasi
Tahapan
• Herniotomy  membuka dan memotong kantong hernia serta
mengembalikan isi ke cavum abdominalis.
• Hernioraphy  mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon
• Hernioplasty  penguatan pada dinding perut dan menghilangkan
locus minnoris resistentiae
Terapi operatif

Teknik hernioplasty
• Ferguson
• Bassini
• Halstedt
• Shouldice
• Lichtenstein tension-free
KOMPLIKASI

Bergantung pada keadaan isi hernia (usus,


omentum, organ ekstraperitoneal, hernia akreta)

Jepitan cincin hernia  gangguan perfusi jaringan


isi hernia  nekrosis jaringan

Isi hernia usus  perforasi  peritonitis


PROGNOSIS

Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera


ditangani

Angka kekambuhan (residif) pasca pembedahan kurang


dari 3%

Faktor-faktor residif:

• Usia
• Tekanan intra abdominal yang meningkat karena aktifitas pasca
pembedahan
• Prosedur operasi dan perawatan pasca operasi

Anda mungkin juga menyukai