Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS

OKTOBER 2020

FRAKTUR ALVEOLAR MAXILLA


DEXTRA, FRAKTUR ANGULUS
MANDIBULA DEXTRA, AVULSI REGIO
LABIALIS INFERIOR, AVULSI REGIO
MENTALIS SINISTRA
Oleh :
I Gede Anugrah Adiatmika, S.Ked
K1A1 13 022

Pembimbing :
dr. Saktrio Darmono Subarno, Sp.BP-RE

BAGIAN-SMF ILMU BEDAH


RSUD BAHTERAMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU
OLEO
IDENTITAS
Nama : An. Ridwan
Umur : 12 Tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Alamat : Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Masuk : Sabtu, 15 Agustus 2020
Ruangan : IGD RSU Bahteramas
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri pada wajah
Anamnesa Terpimpin : Sekitar 5 jam yang lalu akibat kecelakaan lalu lintas

Mekanisme terjadinya trauma :


Pasien dibonceng menggunakan motor oleh temannya dengan kecepatan sedang. Tidak menggunakan helm,
tiba-tiba motor yang dikendarai pasien mengerem mendadak sehingga pasien terjatuh dengan posisi wajah
membentur di aspal.

Riwayat terjadinya trauma :


Riwayat pingsan (+) kurang lebih selama 3 menit
Riwayat perdarahan dari mulut (+), hidung (-), telinga (-)
Riwayat mual (-), muntah (-)
Riwayat pengobatan (+) IVFD, perawatan luka, analgesik dan H2 receptor antagonist
PRIMARY SURVEY (14:20 WITA)

A :Clear, cervical spine under control


B : RR/ 24x/m, spontan, regular, tipe thoracoabdominal
C : BP/ 100/70 mmHg, HR/ 100x/m, reguler, kuat angkat
D : E4M6V5, pupil isokor 2,5 mm/2,5 mm, RCL/RCTL (+/+)
E : 36,4 C/axillar

SECONDARY SURVEY (14:22 WITA)


Status generalisata : composmentis, sakit sedang, gizi baik
Status Vital :
 TD : 100/70 mmHg
 Nadi : 100 x/m
 Pernapasan : 24x/m, regular, simetris
 Suhu : 36.5 oC/aksilar
Berat Badan : 36 kg
Tinggi Badan : 125 cm
Kepala • Bentuk normocephal

Wajah • Terlokalisir

• Perdarahan (-), Konj. anemis (-), sklera


Mata ikterik (-), pupil isokor (+/+)

Telinga • Perdarahan (-), sekret (-)

Hidung • Perdarahan (+), sekret (-)

• Perdarahan (+), bibir kering (+), pucat


Mulut (-)
• Eritem (-) , udem (-), emfisema
Leher subkutis (-)
THORAX

Inspeksi : Pergerakan dinding dada spontan, simetris kiri dengan kanan

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Perkusi : Sonor kiri dan kanan

Auskultasi : Vesikuler

ABDOMEN

Inspeksi : Cembung, ikut gerak nafas

Auskultasi : Peristaltik kesan normal

Perkusi : Timpani (+)

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Ekstremitas

Superior : Udem (-)


Inferior : Udem (-)
STATUS LOKALISATA

Regio Facialis
Inspeksi :Deformitas (+) pada regio mental, hematoma (+), swelling (+),
Wound (+)
Vulnus excoriatum regio frontalis sinistra ukuran 3,5 cm x 1,5 cm
Vulnus excoriatum regio frontalis sinistra ukuran 2,5 cm x 2 cm
Vulnus excoriatum regio zygomaticum sinistra ukuran 3 cm x 2 cm
Vulnus laceratum regio mentalis ukuran 3 cm x 0,2 cm
Palpasi : Nyeri tekan (+), krepitasi (-)
PEMERIKSAAN STEP OFF

Intra Oral Frontalis step off (-)

Inspeksi : Deformitas (+), hematoma (+), swelling (+), wound (+) Frontonasal step off (-)
Frontozygomatikum step off (-)
Vulnus laceratum regio labialis superior ukuran 1 cm x 0,2 cm, avulsi
Os. Maxillaris step off (+)
insisivus 1 dextra
Os. Mandibula step off (+)
Palpasi :Unstable maxilla (+) Unstable Maxilla (+)
Unstable mandibula (+) Unstable Mandibulla (+)
Maloklusi (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Darah Rutin dan Faktor Hemostasis (15/08/2020) 2. Pemeriksaan Foto Kepala AP/Lat

Parameter Hasil Nilai Rujukan


WBC 15,82 x103/ul 4.00-10.0
HGB 9,9 g/dL 12.0-16.0
PLT 368 x103/ul 150-400
Clotting time 2’13 ≤ 3 menit
Bleding time 6’18 6-12 menit

Kesan :Area lusen linear pada angulus mandibula kanan,


curiga fraktur.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

3. X-Ray Thoraks AP

Kesan :

Cor dan pulmo tak tampak kelainan


RESUME
Anak laki-laki usia 12 tahun dengan nyeri pada wajah setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.
Riwayat perdarahan di mulut dan riwayat pingsan kurang lebih 3 menit.
Primary Survey : Airway : clear, Breathing 24x menit, spontan, simetris kiri dan kanan,Circulation BP:
100/70 mmHg, HR : 100 x/menit Reguler, Disability GCS : 15, Pupil Bulat, Isokor, diameter 2,5 mm /
2,5 mm, refleks cahaya langsung / tak langsung +/+, Enviroment T : 36,6oc (Axilla).
Pemeriksaan Fisik didapatkan Regio facialis deformitas (+) Wound (+) Vulnus Eskoriatum pada Regio
frontalis sinistra, zygomaticum sinistra dan vulnus laseratum pada regio labialis superior dan regio
mentalis. Palpasi : Nyeri tekan (+).
Pada pemeriksaan step off pasien didapatkan unstable maxilla (+), unstable mandibulla (+), maloklusi
(+).
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan sel leukosit, pemeriksaan foto x-ray skull
didapatkan kesan area lusen linear pada angulus mandibula kanan, curiga fraktur dan pada x-ray thoraks
tidak ditemukan kelainan.
DIAGNOSIS

Fraktur alveolar maxilla dextra, fraktur angulus mandibula dextra, Avulsi


regio labialis inferior, Avulsi regio mentalis sinistra
TATALAKSANA

Farmakologi :
Nonfarmakologi:
• IVFD RL 15 tpm + Adonna + Asam
• Edukasi
Traneksamat + Vit. K + Vit.C
• Obervasi pendarahan
• Inj. Ceftriaxone 750 mg/12 jam /IV
• Konsul Dokter Bedah Plastik
• Inj. Ketorolac 3/4 ampul/8 jam /IV

Operatif :
Closed reduction maxilla et mandibulla
Advencement flap
PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam


Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam
DOKUMENTASI
KLINIS

Foto saat Pre Op dan Intra Op di ruang operasi Foto Post Op di OK RSU Bahteramas
FOLLOW UP

Hari/tanggal Perjalanan penyakit Planning


Sabtu, S :Nyeri pada wajah T:
15/08/ 2020 O: - IVFD RL 15 tpm
TD : 100/70 mmHg - Drips Asam tranexamat + Adona + Vit. C + Vit. K dalam IVFD RL
N :100 x/ menit - Inj. Ceftriaxone 750 mg/12j/iv
P :24 x / menit - Inj. Ketorolac ¾ ampul /8j/iv
S : 36,6 ºC
A :PH1 trauma maxillofacial
Minggu, S :Nyeri pada wajah T:
16/08/2020 O: - IVFD RL 15 tpm
TD : 100/70 mmHg - Inj. Ceftriaxone 750 mg/12j/iv
N :92 x/ menit - Inj. Ketorolac ¾ ampul /8j/iv
P :22 x / menit
S : 36,8 ºC
A :PH2 trauma maxillofacial
Hari/tanggal Perjalanan penyakit Planning

Senin S :Nyeri pada wajah T:


17/08/2020 O: - IVFD RL 15 tpm
TD : 90/60 mmHg - Inj. Ceftriaxone 750 mg/12j/iv
N :84 x/ menit - Inj. Ketorolac ¾ ampul /8j
P :22 x / menit
S : 36,5 ºC

Selasa, S :Nyeri pada wajah T


18/08/2020 O: - IVFD RL 15 tpm
TD : 90/60 mmHg - Inj. Ceftriaxone 750 mg/12j/iv
N :85 x/ menit - Inj. Ketorolac ¾ ampul /8j/iv
P :23 x / menit - Rencana Operasi
S : 36,7 ºC
A :PH4 trauma maxillofacial
Hari/tanggal Perjalanan penyakit Planning

Rabu, S : Nyeri post Op T


19/08/2020 O: - IVFD RL 15 tpm
TD : 90/60 mmHg - Inj. Ceftriaxone 750 mg/12j/iv
N :88 x/ menit - Inj. Ketorolac ¾ ampul /8j/iv
P :22 x / menit - Diet Cair TKTP
S : 36,8 ºC
A :PH5 trauma maxillofacial

Kamis, S :Nyeri post Op T


20/08/2020 O: - IVFD RL 15 tpm
TD : 90/60 mmHg - Inj. Ceftriaxone 750 mg/12j/iv
N :88 x/ menit - Inj. Ketorolac ¾ ampul /8j/iv
P :22 x / menit - Diet Cair TKTP
S : 36,8 ºC
A :POH1 trauma maxillofacial
Hari/tanggal Perjalanan penyakit Planning

Jumat, S :Nyeri post Op T


21/08/2020 O: - IVFD RL 15 tpm
TD : 90/60 mmHg - Inj. Ceftriaxone 750 mg/12j/iv
N :88 x/ menit - Inj. Ketorolac ¾ ampul /8j/iv
P :22 x / menit - Diet Cair TKTP
S : 36,5 ºC
A :POH2 trauma maxillofacial

Sabtu, S : Nyeri post OP T


22/08/2020 O: - IVFD RL 15 tpm
TD : 90/70 mmHg - Inj. Ceftriaxone 750 mg/12j/iv
N :88 x/ menit - Inj. Ketorolac ¾ ampul /8j/iv
P :22 x / menit - Diet Cair TKTP
S : 36,8 ºC
A :POH 3 trauma maxillofacial
Hari/tanggal Perjalanan penyakit Planning

Minggu, S :Nyeri post OP T


23/08/2020 O: - Cefixime 2 x 1 caps.100mg
TD : 100/70 mmHg - Natrium diclofenac 3x1 Tab. 25 mg
N :83 x/ menit - Diet makanan lunak
P :22 x / menit - Pasien boleh pulang
S : 36,6 ºC
A :POH 4 trauma maxillofacial
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

■ Trauma maksilofasial sekitar 6% dari seluruh trauma


■ Trauma maksilofasial melibatkan tulang-tulang penyusun wajah atau
tengkorak bagian depan
■ Trauma maksilofasial bisa terjadi hanya pada satu tempat ataupun
kompleks
ANATOMI WAJAH
ANATOMI MANDIBULA
Perkelahian Kecelakaan
kendaraan

kecelakaan industry
domestic violence
ETIOLOGI

kekerasan pada anak trauma penetrasi (luka pisau


dan orang tua atau luka tembak)
Fraktur Sepertiga Atas Wajah

■ Fraktur sepertiga atas wajah mengenai tulang


frontalis, regio supra orbita, rima orbita dan
sinus frontalis.
■ Fraktur pada tulang Frontal dan Fraktur Sinus
Frontalis.
■ Fraktur Orbital Blow-out fractures pada dinding
dasar orbita. Blow-out fractures disebabkan
karena terjadinya trauma penekanan yang
mendadak pada bagian periorbita, mengenai
bola mata dan jaringan lunak intraorbital. Blow-
out fractures dapat disertai dengan peningkatan
tekanan orbital yang terjadi secara mendadak.
Fraktur Sepertiga Bagian Tengah Wajah

Fraktur zygomaticum
■ Fraktur sering terjadi dekat atau pada sutura:
- Zygomaticofrontal
- Zygomaticomaxillary
- Zygomaticotemporal
■ Pengelolaan patah tulang zygoma terdiri atas reposisi dan fiksasi.
Fraktur Nasal
Fotopemerik
Fraktur
Pada rontgen
os dari
nasale
saan didapatkan
arah
pembengk
biasanya lateral
akan, dapat
epistaksis,
disebabkan
deviasi hidun g, nyeri tekan ,
oleh
krep trauma
menunjang
itasi dan teraba garis
langsung.
fraktur.
diagnosis.

Frak
tur
os
nasal
ini
haru
s
seger
a
direp
osisi
deng
an
anest
esia
lokal
dan
imob
ilisasi
dilak
ukan
deng
an
mem
asuk
kan
tamp
on ke
dala
m
luba
ng
hidu
ng
yang
diper
taha
nkan
sela
ma
tiga
hingg
a
empa
t
hari.
Fraktur maxilla

– Fraktur Le Fort I merupakan fraktur maxilla horizontal yang menyilangi aspek inferior  maxilla dan memisahkan
procesus alveolar yang mengandung gigi maxilla dan  palatum durum dari bagian lain maxilla. Fraktur meluas
melalui 1/3 bawah septum dan mecangkup sinus maxilla medial dan lateral meluas ke os palatum dan pterigoid
– Fraktur Le Fort II merupakan fraktur pyramidal yang dimulai dari os nasal dan meluas melalui os etmoid dan os
lacrimal, turun kebawah melalui sutura zygomaticofacial, berlanjut ke posterior dan lateral melalui maxilla, dibawah
zygomaticus dan kedalam pterigoid
– Fraktur Le Fort III atau disebut juga craniofacial dysjunction  merupakan terpisahnya semua tulang muka dari basis
crania dengan fraktus simultan zygoma, maxilla, dan os nasal. Garis fraktur meluas ke posterolateral melaui os
etmoid, orbits, dan sutura pterygomaxilla samapi kedalam fossa sphenopalatina.
Fraktur Sepertiga Bagian Bawah Wajah
Fraktur mandibula
Dapat terjadi pada banyak lokasi disebabkan bentuknya
yang seperti huruf U dan lemahnya  condylar neck. Fraktur
dapat terjadi bilateral pada tepat yang terpisah dari tempat
mengalami trauma langsung.
DIAGNOSIS

ANAMNESIS
■ Bagaimana mekanisme cedera ?
■ Apakah pasien kehilangan kesadaran ?
■ Apakah ada gangguan penglihatan, pandangan kabur, nyeri, ada perubahan gerakan
mata ?
■ Apakah ada kesulitan bernapas melalui hidung, apakah ada manifestasi berdarah seperti
keluar darah dari hidung ?
■ Apakah ada kesulitan membuka mulut atau menutup mulut ?
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi :
• Laserasi, contusio, abrasi, vulnus, asimetris, edema
• Mata : Subconjunctival hemorrage, hematom periorbita, pemeriksaan visus, gerak bola mata, diplopia
• Depress frontonasal, deviasi septum nasi
• Malar edem, malar depress
• Bloody rhinorrhea, bloody otorrhea
• Intraoral : perdarahan aktif, maloklusi, avulsi gigi

Palpasi untuk cedera tulang, krepitasi terutama didaerah pinggiran supraorbital dan infraorbital, tulang frontal,
lengkungan zygomatik dan pada artikulasi zygoma dengan frontal, temporal dan maxila
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Skull
Foto Skull Panorami CT-Scan
Water’s
AP/LAT c View Kepala
View
PENATALAKSANAAN

Tatalaksana Fraktur pada maksilofasial


■ Penanganan pertama dengan primary survey, resusitasi dan secondary survey
■ Terapi definitif
■ Medikamentosa bertujuan untuk mengurangi mordibitas pada pasien dengan pemberian
analgesik, antibiotik, anti perdarahan dan antiemetik
■ Prinsip penanganan fraktur maksilofasial sama dengan penanganan fraktur yang lain
yaitu reposisi, fiksasi, imobilisasi dan rehabilitasi
ANALISIS KASUS
PEMBAHASAN
KASUS TEORI

Pada kasus ini,  Trauma wajah merupakan kasus yang sering terjadi,
diketahui: menimbulkan masalah pada medis dan kehidupan sosial.
Pasien mengalami Meningkatnya kejadian tersebut disebabkan bertambahnya
kecelakaan kendaraan jumlah kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan
bermotor
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Trauma maksilofasial
Pasien dibonceng
menggunakan motor merupakan trauma yang mengenai wajah. Dimana wajah
dengan kecepatan terdiri dari jaringan lunak dan Os fasialis dan os cranium
sedang. yang tidak membatasi otak, yaitu os nasal, os
Tidak menggunakan zygomatikum os maxilla dan os mandibula.
helm  Trauma maksilofasial bisa terjadi hanya pada satu tempat
ataupun kompleks
Riwayat pingsan (+)
Riwayat perdarahan dari mulut (+),
hidung (-), telinga (-)
Riwayat mual (-), muntah (-)
Riwayat pengobatan (+) IVFD,
PEMBAHASAN
KASUS TEORI
• Sebagian besar tulang tengah wajah dibentuk oleh tulang maksila,
Frontalis step off (-) tulang palatina, dan tulang nasal. Tulang-tulang maksila
Frontonasal step off (-) membantu dalam pembentukan tiga rongga utama wajah : bagian
atas rongga mulut dan nasal dan juga fosa orbital. Rongga lainnya
Frontozygomatikum step off (-) ialah sinus maksila. Sinus maksila membesar sesuai dengan
Os. Maxillaris step off (+) perkembangan maksila orang dewasa. Banyaknya rongga di
sepertiga tengah wajah ini menyebabkan regio ini sangat rentan
Os. Mandibula step off (+) terkena fraktur. Fraktur tulang sepertiga tengah wajah berdasarkan
Unstable Maxilla (+) klasifikasi Le Fort.
• Fraktur Le Fort tipe I (Guerin’s) merupakan jenis fraktur yang
Unstable Mandibulla (+) paling sering terjadi, dan menyebabkan terpisahnya prosesus
Maloklusi (+) alveolaris dan palatum durum. Fraktur ini menyebabkan rahang
atas mengalami pergerakan yang disebut floating jaw
• Fraktur Le Fort tipe II biasa juga disebut dengan fraktur piramidal.
Manifestasi dari fraktur ini ialah edema di kedua periorbital,
disertai juga dengan ekimosis, yang terlihat seperti racoon sign.
• Fraktur Le Fort III Fraktur ini disebut juga fraktur transversal.
Fraktur Le Fort III menggambarkan adanya diskontuinitas
kraniofasial. Tanda yang terjadi pada kasus fraktur ini ialah
remuknya wajah serta adanya mobilitas tulang zygomatikomaksila
kompleks, disertai pula dengan keluarnya cairan serebrospinal,
edema, dan ekimosis periorbital
PEMBAHASAN
KASUS TEORI
Trauma dentoalveolar dapat menyebabkan fraktur, pergeseran
 Pada pasien ditemukan fraktur
dan hilangnya gigi depan yang mengakibatkan perubahan
alveolar maxila dekxtra dan fungsi, estetis, gangguan berbicara, dan efek psikologis yang
fraktur angulus mandibula dextra dapat mengurangi kualitas hidup. Tanda-tanda klinis dari
fraktur dentoalveolar adalah kegoyahan dan pergeseran pada
beberapa gigi dalam satu segmen, luka pada gingiva serta
pembengkakan pada dagu.

Pada anak, fraktur mandibular ditemukan sekitar 21,5%.


Pertumbuhan mandibula terjadi dalam arah lateral dan
anterior, pelebaran dan pemanjangan wajah. Pusat
pertumbuhan kondilar adalah koordinator utama dari
pertumbuhan mandibula, karena itu setiap trauma yang terjadi
pada daerah ini dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan mandibula, asimetri wajah, deviasi mandibula,
dan maloklusi.

Insiden fraktur mandibula sesuai dengan lokasi anatominya;


prosesus kondiloideus (29,1%), angulus mandibula (24%),
simfisis mandibula (22%), korpus mandibula (16%), alveolus
(3,1%), ramus (1,7%), prosesus koronoideus (1,3%).
PEMBAHAS
AN

KASUS TEORI
Tatalaksana • Diberikan tampon epinefrin dengan perbandingan 1 : 100.000 untuk
Nonfarmakologi: menghentikan perdarahan dengan cara vasokonstriksi dari pembuluh darah
• Edukasi perifer.
• Obervasi pendarahan dan Wound Care • Diberikan cocktail berisi anti perdarahan untuk mengevaluasi dan
• Konsul Dokter Bedah Plastik mempercepat faktor pembekuan darah terbentuk.
• Pemberian antiobiotik sebagai profilaksis. Diberikan antibiotic golongan
Farmakologi : cephalosporin generasi III dengan sifat broad spektrum namun lebih
• IVFD RL 15 tpm + Adonna + Asam sensitive pada bakteri gram negative.
Traneksamat + Vit. K + Vit. C • Pemberian NSAID sebagain analgesic untuk mengurangi rasa nyeri yang
• Inj. Ceftriaxone 750 mg/12 jam /IV dirasakan dari pasien
• Inj. Ketorolac 3/4 ampul/8 jam /IV
PEMBAHASAN KASUS TEORI
• Penatalaksanaan pada pasien •Fiksasi Maksilomandibular. Teknik ini merupakan langkah
ini yaitu rekonstruksi-reposisi pertama dalam treatment fraktur maksila untuk
dengan menggunakan teknik memungkinkan restorasi hubungan oklusal yang tepat dengan
Closed reduction maxilla et aplikasi arch bars serta kawat interdental pada arkus dental
mandibulla dan Advencement atas dan bawah. Prosedur ini memerlukan anestesi umum
flap. yang diberikan melalui nasotracheal tube.
•Manajemen pada fraktur mandibula, reposisi fiksasi
sebaiknya dikerjakan sebelum hari ketujuh bila lebih lambat
konsolidasi telah terjadi sehingga akan susah untuk
melakukan reposisi. Reposisi dan fiksasi yang sederhana
cukup dengan mengikat rahang atas dan bawah, dalam
kedudukan seperti sebelum operasi.

Anda mungkin juga menyukai