OKTOBER 2020
Pembimbing :
dr. Saktrio Darmono Subarno, Sp.BP-RE
Wajah • Terlokalisir
Auskultasi : Vesikuler
ABDOMEN
Ekstremitas
Regio Facialis
Inspeksi :Deformitas (+) pada regio mental, hematoma (+), swelling (+),
Wound (+)
Vulnus excoriatum regio frontalis sinistra ukuran 3,5 cm x 1,5 cm
Vulnus excoriatum regio frontalis sinistra ukuran 2,5 cm x 2 cm
Vulnus excoriatum regio zygomaticum sinistra ukuran 3 cm x 2 cm
Vulnus laceratum regio mentalis ukuran 3 cm x 0,2 cm
Palpasi : Nyeri tekan (+), krepitasi (-)
PEMERIKSAAN STEP OFF
Inspeksi : Deformitas (+), hematoma (+), swelling (+), wound (+) Frontonasal step off (-)
Frontozygomatikum step off (-)
Vulnus laceratum regio labialis superior ukuran 1 cm x 0,2 cm, avulsi
Os. Maxillaris step off (+)
insisivus 1 dextra
Os. Mandibula step off (+)
Palpasi :Unstable maxilla (+) Unstable Maxilla (+)
Unstable mandibula (+) Unstable Mandibulla (+)
Maloklusi (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Rutin dan Faktor Hemostasis (15/08/2020) 2. Pemeriksaan Foto Kepala AP/Lat
3. X-Ray Thoraks AP
Kesan :
Farmakologi :
Nonfarmakologi:
• IVFD RL 15 tpm + Adonna + Asam
• Edukasi
Traneksamat + Vit. K + Vit.C
• Obervasi pendarahan
• Inj. Ceftriaxone 750 mg/12 jam /IV
• Konsul Dokter Bedah Plastik
• Inj. Ketorolac 3/4 ampul/8 jam /IV
Operatif :
Closed reduction maxilla et mandibulla
Advencement flap
PROGNOSIS
Foto saat Pre Op dan Intra Op di ruang operasi Foto Post Op di OK RSU Bahteramas
FOLLOW UP
kecelakaan industry
domestic violence
ETIOLOGI
Fraktur zygomaticum
■ Fraktur sering terjadi dekat atau pada sutura:
- Zygomaticofrontal
- Zygomaticomaxillary
- Zygomaticotemporal
■ Pengelolaan patah tulang zygoma terdiri atas reposisi dan fiksasi.
Fraktur Nasal
Fotopemerik
Fraktur
Pada rontgen
os dari
nasale
saan didapatkan
arah
pembengk
biasanya lateral
akan, dapat
epistaksis,
disebabkan
deviasi hidun g, nyeri tekan ,
oleh
krep trauma
menunjang
itasi dan teraba garis
langsung.
fraktur.
diagnosis.
Frak
tur
os
nasal
ini
haru
s
seger
a
direp
osisi
deng
an
anest
esia
lokal
dan
imob
ilisasi
dilak
ukan
deng
an
mem
asuk
kan
tamp
on ke
dala
m
luba
ng
hidu
ng
yang
diper
taha
nkan
sela
ma
tiga
hingg
a
empa
t
hari.
Fraktur maxilla
– Fraktur Le Fort I merupakan fraktur maxilla horizontal yang menyilangi aspek inferior maxilla dan memisahkan
procesus alveolar yang mengandung gigi maxilla dan palatum durum dari bagian lain maxilla. Fraktur meluas
melalui 1/3 bawah septum dan mecangkup sinus maxilla medial dan lateral meluas ke os palatum dan pterigoid
– Fraktur Le Fort II merupakan fraktur pyramidal yang dimulai dari os nasal dan meluas melalui os etmoid dan os
lacrimal, turun kebawah melalui sutura zygomaticofacial, berlanjut ke posterior dan lateral melalui maxilla, dibawah
zygomaticus dan kedalam pterigoid
– Fraktur Le Fort III atau disebut juga craniofacial dysjunction merupakan terpisahnya semua tulang muka dari basis
crania dengan fraktus simultan zygoma, maxilla, dan os nasal. Garis fraktur meluas ke posterolateral melaui os
etmoid, orbits, dan sutura pterygomaxilla samapi kedalam fossa sphenopalatina.
Fraktur Sepertiga Bagian Bawah Wajah
Fraktur mandibula
Dapat terjadi pada banyak lokasi disebabkan bentuknya
yang seperti huruf U dan lemahnya condylar neck. Fraktur
dapat terjadi bilateral pada tepat yang terpisah dari tempat
mengalami trauma langsung.
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
■ Bagaimana mekanisme cedera ?
■ Apakah pasien kehilangan kesadaran ?
■ Apakah ada gangguan penglihatan, pandangan kabur, nyeri, ada perubahan gerakan
mata ?
■ Apakah ada kesulitan bernapas melalui hidung, apakah ada manifestasi berdarah seperti
keluar darah dari hidung ?
■ Apakah ada kesulitan membuka mulut atau menutup mulut ?
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi :
• Laserasi, contusio, abrasi, vulnus, asimetris, edema
• Mata : Subconjunctival hemorrage, hematom periorbita, pemeriksaan visus, gerak bola mata, diplopia
• Depress frontonasal, deviasi septum nasi
• Malar edem, malar depress
• Bloody rhinorrhea, bloody otorrhea
• Intraoral : perdarahan aktif, maloklusi, avulsi gigi
Palpasi untuk cedera tulang, krepitasi terutama didaerah pinggiran supraorbital dan infraorbital, tulang frontal,
lengkungan zygomatik dan pada artikulasi zygoma dengan frontal, temporal dan maxila
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Skull
Foto Skull Panorami CT-Scan
Water’s
AP/LAT c View Kepala
View
PENATALAKSANAAN
Pada kasus ini, Trauma wajah merupakan kasus yang sering terjadi,
diketahui: menimbulkan masalah pada medis dan kehidupan sosial.
Pasien mengalami Meningkatnya kejadian tersebut disebabkan bertambahnya
kecelakaan kendaraan jumlah kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan
bermotor
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Trauma maksilofasial
Pasien dibonceng
menggunakan motor merupakan trauma yang mengenai wajah. Dimana wajah
dengan kecepatan terdiri dari jaringan lunak dan Os fasialis dan os cranium
sedang. yang tidak membatasi otak, yaitu os nasal, os
Tidak menggunakan zygomatikum os maxilla dan os mandibula.
helm Trauma maksilofasial bisa terjadi hanya pada satu tempat
ataupun kompleks
Riwayat pingsan (+)
Riwayat perdarahan dari mulut (+),
hidung (-), telinga (-)
Riwayat mual (-), muntah (-)
Riwayat pengobatan (+) IVFD,
PEMBAHASAN
KASUS TEORI
• Sebagian besar tulang tengah wajah dibentuk oleh tulang maksila,
Frontalis step off (-) tulang palatina, dan tulang nasal. Tulang-tulang maksila
Frontonasal step off (-) membantu dalam pembentukan tiga rongga utama wajah : bagian
atas rongga mulut dan nasal dan juga fosa orbital. Rongga lainnya
Frontozygomatikum step off (-) ialah sinus maksila. Sinus maksila membesar sesuai dengan
Os. Maxillaris step off (+) perkembangan maksila orang dewasa. Banyaknya rongga di
sepertiga tengah wajah ini menyebabkan regio ini sangat rentan
Os. Mandibula step off (+) terkena fraktur. Fraktur tulang sepertiga tengah wajah berdasarkan
Unstable Maxilla (+) klasifikasi Le Fort.
• Fraktur Le Fort tipe I (Guerin’s) merupakan jenis fraktur yang
Unstable Mandibulla (+) paling sering terjadi, dan menyebabkan terpisahnya prosesus
Maloklusi (+) alveolaris dan palatum durum. Fraktur ini menyebabkan rahang
atas mengalami pergerakan yang disebut floating jaw
• Fraktur Le Fort tipe II biasa juga disebut dengan fraktur piramidal.
Manifestasi dari fraktur ini ialah edema di kedua periorbital,
disertai juga dengan ekimosis, yang terlihat seperti racoon sign.
• Fraktur Le Fort III Fraktur ini disebut juga fraktur transversal.
Fraktur Le Fort III menggambarkan adanya diskontuinitas
kraniofasial. Tanda yang terjadi pada kasus fraktur ini ialah
remuknya wajah serta adanya mobilitas tulang zygomatikomaksila
kompleks, disertai pula dengan keluarnya cairan serebrospinal,
edema, dan ekimosis periorbital
PEMBAHASAN
KASUS TEORI
Trauma dentoalveolar dapat menyebabkan fraktur, pergeseran
Pada pasien ditemukan fraktur
dan hilangnya gigi depan yang mengakibatkan perubahan
alveolar maxila dekxtra dan fungsi, estetis, gangguan berbicara, dan efek psikologis yang
fraktur angulus mandibula dextra dapat mengurangi kualitas hidup. Tanda-tanda klinis dari
fraktur dentoalveolar adalah kegoyahan dan pergeseran pada
beberapa gigi dalam satu segmen, luka pada gingiva serta
pembengkakan pada dagu.
KASUS TEORI
Tatalaksana • Diberikan tampon epinefrin dengan perbandingan 1 : 100.000 untuk
Nonfarmakologi: menghentikan perdarahan dengan cara vasokonstriksi dari pembuluh darah
• Edukasi perifer.
• Obervasi pendarahan dan Wound Care • Diberikan cocktail berisi anti perdarahan untuk mengevaluasi dan
• Konsul Dokter Bedah Plastik mempercepat faktor pembekuan darah terbentuk.
• Pemberian antiobiotik sebagai profilaksis. Diberikan antibiotic golongan
Farmakologi : cephalosporin generasi III dengan sifat broad spektrum namun lebih
• IVFD RL 15 tpm + Adonna + Asam sensitive pada bakteri gram negative.
Traneksamat + Vit. K + Vit. C • Pemberian NSAID sebagain analgesic untuk mengurangi rasa nyeri yang
• Inj. Ceftriaxone 750 mg/12 jam /IV dirasakan dari pasien
• Inj. Ketorolac 3/4 ampul/8 jam /IV
PEMBAHASAN KASUS TEORI
• Penatalaksanaan pada pasien •Fiksasi Maksilomandibular. Teknik ini merupakan langkah
ini yaitu rekonstruksi-reposisi pertama dalam treatment fraktur maksila untuk
dengan menggunakan teknik memungkinkan restorasi hubungan oklusal yang tepat dengan
Closed reduction maxilla et aplikasi arch bars serta kawat interdental pada arkus dental
mandibulla dan Advencement atas dan bawah. Prosedur ini memerlukan anestesi umum
flap. yang diberikan melalui nasotracheal tube.
•Manajemen pada fraktur mandibula, reposisi fiksasi
sebaiknya dikerjakan sebelum hari ketujuh bila lebih lambat
konsolidasi telah terjadi sehingga akan susah untuk
melakukan reposisi. Reposisi dan fiksasi yang sederhana
cukup dengan mengikat rahang atas dan bawah, dalam
kedudukan seperti sebelum operasi.