Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KASUS :

CLOSED FRACTURE HUMERUS DEXTRA


Oleh:
Dr. Muna Nabila

DPJP:
Kolonel CKM dr. Edli Warman, Sp. OT(K) SPINE,
MARS

Dokter Pendamping:
dr. Vonny Veronica B.

INTERNSHIP PERIODE II MEI - SEPTEMBER


RS TK II. MOH. RIDWAN MEURAKSA
JAKARTA TIMUR
2021
BAB I
KASUS
IDENTITAS PASIEN

● Nama : Tn. H
● No. RM : 435659
● Jenis kelamin : Laki-laki
● Umur : 27 tahun
● Alamat : Asrama Paspampres Jl.Tanah Abang 2 No.6
● Agama : Islam
● Status Pernikahan : Menikah
● Pekerjaan, Pangkat : TNI, Pratu
● Jaminan Kesehatan : BPJS
● Tanggal Mulai Perawatan : 16 Mei 2021
● Tanggal Keluar Perawatan : 20 Mei 2021
A. DATA SUBJEKTIF
Anamnesis (Autoanamnesis) (16 – 05 – 2021 jam 14.40 di IGD RS Ridwan )

● Keluhan Utama : Nyeri lengan atas kanan sejak 5 jam SMRS.


● Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang post KLL (kecelakaan tunggal menggunakan motor) dengan keluhan nyeri
lengan atas kanan dan sulit digerakkan sejak 6 jam SMRS. Pasien mengatakan tidak ingat posisi
saat jatuh. Riwayat pingsan (+), sadar pukul 11.00 saat di rumah. Karena keluhannya pasien
dibawa ke IGD RS Ridwan. Keluhan disertai nyeri pada area luka di wajah, tangan, badan, dan
kaki. Kesemutan disangkal, mati rasa disangkal.
Riwayat vaksin Covid (+). Riwayat kontak dengan pasien positif Covid tidak diketahui.
Keluhan batuk (-), sesak napas (-), demam (-), indera penciuman dan perasa dikatakan normal.
A. DATA SUBJEKTIF
Riwayat Penyakit Dahulu

● Riwayat Hipertensi : disangkal


● Riwayat Diabetes : disangkal
● Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
● Riwayat Penyakit Paru : disangkal
● Riwayat Gangguan Pembekuan : disangkal
● Riwayat Asma : disangkal
● Riwayat Operasi : disangkal
● Riwayat Kelainan Bawaan : disangkal
● Riwayat Alergi : disangkal
● Riwayat Konsumsi Obat : disangkal
A. DATA SUBJEKTIF

● Riwayat Penyakit Keluarga : Disangkal


● Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien berobat menggunakan BPJS. Kesan ekonomi : cukup
B. DATA OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK (16 – 05 – 2021 jam 14.40 di IGD RS Ridwan )

● Keadaan umum : Sakit sedang, CM


● Riwayat Penyakit Sekarang :
1. Tekanan Darah : 126/78 mmHg
2. Nadi : 78 x/menit
3. Pernapasan : 20 x/menit
4. Suhu : 37,3 oC
5. Saturasi : 98% (udara ruangan)
6. Skala Nyeri : VAS 5
B. DATA OBJEKTIF
Primary Survey

1. Airway : bebas
2. Breathing : spontan
3. Circulation : perdarahan aktif (-)
4. Disability : GCS 15 (E4M6V5), lateralisasi (-/-)
5. Exposure : oedem (+) regio lengan atas kanan (lihat status lokalis)
B. DATA OBJEKTIF
Secondary Survey

● Status Gizi
1. Tinggi Badan : 164 cm
2. Berat Badan : 51 kg
3. BMI : 18,96 kg/m2 (normoweight Asia Pasifik)
4. Kesan gizi : Gizi cukup
B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Head to Toe

1. Kepala :
• Multiple vulnus excoriatum tertutup krusta at regio fasialis, ukuran: 2 cm & 3 cm
• Multiple vulnus laceratum a/r mental ukuran: 2 x 0,3 x 0,3 cm & 2 x 0,2 x 0,1 cm
• Oedem (+) a/r temporal sinistra
2. Mata : Hematom periorbita (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-), oedem (-/-),
conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor (3mm/3mm), refleks cahaya
direk (+/+), RC indirek (+/+)

3. Telinga : Sekret (-), darah (-)


4. Hidung : Bentuk simetris, nafas cuping hidung (-), sekret (-), darah (-)
5. Mulut : Jejas (-), gigi goyang (-), gigi tanggal (-)
B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Head to Toe

6. Leher: Jejas (-), pembesaran KGB (-)


7. Thorax :
• Simetris, retraksi (-), jejas (-), nyeri tekan (-), sonor/sonor, VBS (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
• S1S2 normal regular, murmur (-), pulsus deficit (-)

8. Abdomen : Datar lembut, BU (+) normal, timpani, nyeri tekan (-), defans muskular (-)
9. Pelvis : Vulnus excoriatum a/r pelvis sinistra, ukuran: 4 cm
10. Extremitas :
• Vulnus excoriatum a/r genu sinistra, ukuran: 3 cm, tertutup krusta
• Vulnus excoriatum a/r genu dextra, ukuran: 2 cm
• Vulnus excoriatum a/r manus sinistra, ukuran: 2 cm, tertutup krusta
• Vulnus excoriatum a/r manus dextra, ukuran: 2 cm, tertutup krusta.
• Nyeri (+) at regio brachii dextra. Lihat status lokalis.
B. DATA OBJEKTIF
Status Lokalis a/r Brachii (D)

● Look : Kulit intak (+), oedem (+), deformitas (+)


● Feel : Nyeri tekan (+), krepitasi (+)
● Move: ROM terbatas, nyeri (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Lab di IGD (16/05/2021)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


RUTIN
Hemoglobin 13,5 g/dL 13,2 – 17,3
Leukosit 14,8 103/uL 3,8 – 10,6
Hematokrit 38 % 40 – 52
Trombosit 327 10 /uL
3
150 – 440
Diff Count (Hitung Jenis)
Basofil 0 % <1
Eosinofil 0 % <3
Batang 2 % <6
Segmen 87 % 50 – 70
Limfosit 6 % 20 – 40
Monosit 5 % <8
Glukosa
GDS 98 mg/dL < 140
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Foto Brachii Dextra (16/05/2021)

Kesan :
● Closed Fracture Humerus Dextra
C. DIAGNOSIS KERJA

● Closed Fracture Humerus Dextra


● Multiple vulnus laceratum et vulnus excoriatum

D. TATALAKSANA
● Imobilisasi : Pemasangan spalk pada regio brachii dextra
● Hecting vulnus laceratum di regio mental
● Manajemen nyeri, profilaxis
○ Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr
○ Inj. Ketorolac 1x1 amp
○ Inj. Ranitidine 1x1 amp
● Pro ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
Prognosis

● Ad Vitam : Dubia ad bonam

● Ad Functionam : Dubia ad bonam

● Ad Sanationam : Dubia ad bonam


Follow Up Perawatan IGD  Ruangan
16/05/2021
15.00 S : nyeri bahu kanan (+)  P :
- Imobilisasi brachii dextra
  O : KU sakit sedang, CM Hecting vulnus laceratum
-
TD: 126/78 mmHg, N: 78x/m, R: 20 x/ m, S: 37,3 oC - Pain management
- Rencana PCR (17/5/21)

23.30 Konsul dr. Edli, Sp.OT (K), advis:  


- Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr
- Inj. Ketorolac 1 x 1 amp
- Inj. Ranitidine 1 x 1 amp

17/05/2021
07.00 S : nyeri bahu kanan (+) P:
- Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr
O : KU sakit sedang, CM
- Inj. Ketorolac 1 x 1 amp
TD: 120/80 mmHg, N: 80x/m, R: 18 x/ m, S: 36,5 oC - Inj. Ranitidine 1 x 1 amp
- Swab PCR

18/05/2021
07.14 Konsul dr. Ardhesturo, SpJP, jawaban:
- Acc operasi toleransi cardiac risk low
Laporan Operasi (18/05/2021)
09.30 Mulai OP : 09.30 Pasien dilakukan ORIF di OK
Selesai OP : 12.30 dengan operator dr. Edli,
Dx Pre-OP : CF Humerus (D) pro ORIF Sp.OT(K)
Dx Post-OP : post ORIF Humerus (D)
Jalannya Operasi
Pre-operasi
1. Pasien terbaring tersedasi dalam posisi lateral
2. Scrubbing : Membersihkan area operasi (brachii dextra), proses aseptik antiseptik
3. Draping : Pasang duk steril
Operasi
1. Melakukan insisi pada posterior regio brachii (D)
2. Insisi lapis demi lapis hingga terekspos os humerus (D). Kontrol perdarahan.
3. Tampak fraktur os humerus (D)
4. Dx: Fracture humerus (D), laserasi otot
Laporan Operasi (18/05/2021)
5. Dilakukan traksi dan reduksi pada fraktur (ORIF) dan pemasangan plate
6. Otot dijahit
7. Luka dirawat dan dicuci dengan NaCl
8. Tutup medan operasi dengan dijahit lapis demi lapis dari mukosa, subkutis,
hingga kulit. Kontrol perdarahan. Pemasangan drain.
9. Operasi selesai
13.33 Foto Humerus (D) AP Lat Post Op (18/5/2021) Interpretasi :
- Terpasang plate and screw pada 1/3 tengah
os humerus (D), posisi stabil
- Masih tampak fraktur pada 1/3 tengah os
humerus (D)
- Belum tampak pertumbuhan kalus
- Tampak drain pada 1/3 tengah os humerus
- Tidak tampak gambaran osteomielitis
Kesan :
Closed Fracture Humerus (D) post ORIF
17.00 S : Nyeri luka OP (+)  P :
O : KU baik, CM - Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr
TD: 119/80 mmHg, N: 84x/m RR 22x/m, S: 36 oC - Inj. Ketorolac 2 x 1 amp
Luka op tertutup perban. - Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
BU(+) & flatus (+)
19/05/2021
07.00 S : nyeri luka post op (+) P:
O : KU baik, CM - Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr
TD: 120/80 mmHg, N: 84x/m, R: 22x/m, S: 36,1 oC - Inj. Ketorolac 2 x 1 amp
Luka op tertutup perban - Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
ROM brachii membaik, Sensibilitas: normal - + salep kalmicetine
A: POD I CF Humerus (D) - Sore aff drain
- Tangan elevasi (pakai arm sling)

20/05/2021
07.00 S : nyeri luka post op (+) P : BLPL, terapi pulang:
O : KU baik, CM - Ciprofloxacin 2 x 500 mg (5 hari)
TD: 120/80 mmHg, N: 80x/m, R: 20x/m, S: 36 oC - Meloxicam 2 x 1
Arm sling sudah terpakai - Ranitidine 2 x 1
ROM brachii membaik, Sensibilitas: normal
A: POD II CF Humerus (D)
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Fraktur
1. Definisi

● Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh trauma.2

2. Anatomi
● Tulang terbesar pada extremitas atas tubuh, berartikulasi dengan scapula pada
sendi glenohumeral, dan dengan radius dan ulna pada sendi siku.3
● Memanjang dari insersi otot pectoralis major hingga ke supracondylar ridge.
● Vaskularisasi ke diafisis humerus berasal dari perforating branches dari arteri
brachialis.2
2. Anatomi
3. Epidemiologi

● Trauma yang umum terjadi, 3 – 5% dari seluruh fraktur.


● Insidensi = 14.5:100.000 /tahun.
● Kebanyakan merupakan fraktur tertutup, hanya 2 – 10%nya fraktur terbuka.2
● Banyak terjadi pada laki-laki usia muda, dan disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas.
● Lebih umum terjadi pada orang dewasa, sedangkan pada anak-anak lebih jarang.
● Paling banyak terjadi pada proximal 79%, shaft 13%, dan distal 8%.4, 5
4. Mekanisme Trauma
Direct/Langsung
● Paling umum terjadi
● Biasanya oleh pukulan atau kecelakaan lalu lintas yang mengenai lengan,
biasanya menyebabkan fraktur transverse/kominutif.
Indirect/Tidak langsung
● Biasanya karena terjatuh dengan posisi lengan terulur/ekstensi, menyebabkan
fraktur spiral/oblique, terutama pada usia lanjut. Gerakan melempar dengan
kontraksi otot ekstrem dan gulat juga dapat menyebabkan fraktur humerus.
● Pada pasien lanjut usia lebih sering karena proses metastasis.2, 1
5. Gambaran Klinis
● Lengan penderita nyeri, bengkak, memar, deformitas, pemendekan lengan yang
terkena fraktur, pergerakan menjadi terbatas, dan dapat ditemukan krepitasi.
● Penting untuk melakukan pemeriksaan fungsi nervus radialis setelah kejadian
trauma, intra-operasi, hingga post-operasi.2
6. Pemeriksaan Penunjang
● Minimal : rontgen
● dengan two-rules : 2 proyeksi; AP dan lateral, 2
sendi; yaitu siku dan bahu.2
● Dapat menilai: Lokasi fraktur, garisnya (tranverse,
spiral atau kominutif) dan setiap
displacement/pergeseran.1
● Pemeriksaan penunjang lain : CT scan, bone scan,
MRI jarang dilakukan kecuali pada kasus fraktur
patologis.2
7. Klasifikasi2
a.
Mendeskripsikan fraktur
● Terbuka atau tertutup
● Lokasi : proximal, middle, distal
● Displacement/pergeseran : non displaced, displaced
● Bentuk garis : transverse, oblique, spiral, segmental, kominutif
● Kondisi intrinsik tulang : normal, osteopenic, patologis
● Ekstensi artikular
7. Klasifikasi2
a.
Mendeskripsikan fraktur
● Terbuka atau tertutup
● Lokasi : proximal, middle, distal
● Displacement/pergeseran : non displaced, displaced
● Bentuk garis : transverse, oblique, spiral, segmental, kominutif
● Kondisi intrinsik tulang : normal, osteopenic, patologis
● Ekstensi artikular

b. Berdasarkan garis fraktur


● Fraktur complete : Dibagi menjadi dua atau lebih fragmen. bila garis patah
melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.
● Fraktur incomplete : bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
a. Buckle fracture/ Torus fracture
b. Greenstick fracture
c. Berdasarkan bentuk garis fraktur

● Fraktur transversal : Garis patahnya tegak lurus


terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur
semacam ini, segmen-segmen tulang yang
patah direposisi/ direduksi kembali ke
tempatnya semula
● Fraktur oblique : Garis patahnya membentuk
sudut
● Fraktur spiral : Akibat trauma rotasi. Garis
patah tulang membentuk spiral
● Fraktur kominutif : Garis patah lebih dari satu
dan saling berhubungan
● Fraktur segmental : Garis patah lebih dari satu
tetapi tidak saling berhubungan
d. Berdasarkan ada atau tidaknya pergeseran/displacement

● Fraktur undisplaced : garis patah komplit


tetapi kedua fragmen tidak bergeser
● Fraktur displaced : terjadi pergeseran
fragmen-fragmen fraktur
○ Translation/shift : berpindah
○ Angulasi : membentuk sudut
○ Shortening : pemendekan
○ Rotasi : berputar
e. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar

● Fraktur tertutup : Kulit di area fraktur tetap intak sehingga tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan udara luar atau bagian eksternal
tubuh.
● Fraktur terbuka : Kulit di area fraktur mengalami luka terbuka sehingga
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar

f. Klasifikasi fraktur diafisis


● Tipe A (simple)
● Tipe B (wedge)
● Tipe C (multisegment)
Tipe A (simple) Tipe B (wedge) Tipe C (multisegment)
g. Derajat fraktur tertutup menurut Scherne

● Grade 0 : fraktur sederhana tanpa / disertai dengan sedikit kerusakan jaringan lunak
● Grade 1 : fraktur yang disertai dengan abrasi superfisial atau luka memar pada kulit dan
jaringan subkutan
● Grade 2 : fraktur yang lebih berat dibanding derajat 1 yang disertai dengan deep soft-
tissue contusion and swelling
● Grade 3 : fraktur berat yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
terdapat ancaman terjadinya compartment syndrome (5P)
Penatalaksanaan

● Tujuan dari tatalaksana ini adalah menyatunya fraktur dan kembali ke fungsi sebelum
cedera.
● Faktor dalam memilih tatalaksana,, yaitu usia pasien dan level fungsional, karakteristik dan
pola fraktur, dan status jaringan lunak di sekitarnya.2
● Fraktur shaft humerus (>90%) dapat sembuh dengan tatalaksana non-operatif.
● Tatalaksana non-operatif memerlukan; postural dan gaya otot yang terkontrol, supervise
dan follow-up berkala, pasien kooperatif dan mobile, fraktur dapat direduksi, otot masih
tersuplai inervasi saraf dengan baik (brachial plexus utuh). 2
Penatalaksanaan

Treatment pada fraktur terdiri dari manipulasi, splintage, dan joint movement. Penyembuhan
fraktur dibantu oleh loading bone  objectives : REDUCE, HOLD, EXERCISE

Open Reduction
REDUCTION
Indikasi :
Bengkak >12jam  sulit reduksi • Gagal closed reduction
Tidak diperlukan pada kondisi : • Fragmen articular besar
• Tidak ada displacement • Traksi fraktur avulsi
• Ketika displacement kecil
• Ketika reduksi tidak mungkin dilakukan
Closed reduction

a. Traksi in-line
b. Reposisi
c. Adjusted
Efektif ketika periosteum dan otot masih intak, fraktur displaced
minimal, fraktur pada anak-anak

Hold reduction
• Continuous traction
• Cast splintage
• Functional bracing
• Internal fixation
• External fixation
Continuous Traction

• Diaplikasikan pada ekstremitas distal


dari fraktur  tarikan sepanjang sumbu
tulang (harus disertai counterforce)
• Berguna untuk fraktur pada shaft tipe
oblique atau spiral
• Jenis :
• Traksi dengan gravitasi
• Skin traction
• Skeletal traction
Cast Splintage

• Digunakan pada fraktur distal limb,


fraktur pada anak-anak
• Hal yang harus diperhatikan : cast
terlalu ketat, pressure sore, abrasi kulit
• Dapat terjadi kekakuan sendi.
Pencegahan : delayed splintage ,
mengganti dengan functional brace
Functional Bracing

• Segmen cast diatas shaft, tanpa menutupi


sendi, dihubungkan dengan kawat besi
atau plastik  functional
• Digunakan untuk fraktur femur atau tibia
• Penggunaan setelah fraktur unite (3-6
minggu setelah traksi atau conventional
cast)
• Fraktur held (kompresi jaringan
lunakproliferasi vaskuler dan callus),
sendi moved, fraktur menyatu dengan
normal speed, metode safe.
Internal Fixation

Fragmen fraktur difiksasi secara aman menggunakan metode screw, metal plate held by screw,
intramedullary rod or nail, circumferential band.

Indikasi :
• Fraktur tidak bisa direposisi kecuali operasi
• Fraktur tidak stabil dan cenderung displace setelah reduksi (co. midshaft fracture of
forearm), dan berlawanan dengan gerak otot (co. transverse fracture of patella).
• Fraktur yang lama dan sulit menyatu (co. femoral neck fracture)
• Fraktur patologis
• Fraktur multipel
• Penderita dengan asuhan keperawatan sulit (co. geriatric, paraplegia)
a. Screw
b. Plate and screw
c. Intramedullary nail
d. Simple K-wire
Internal Fixation

Fragmen fraktur difiksasi secara aman menggunakan metode screw, metal plate held by screw,
intramedullary rod or nail, circumferential band.

Indikasi :
• Fraktur tidak bisa direposisi kecuali operasi
• Fraktur tidak stabil dan cenderung displace setelah reduksi (co. midshaft fracture of
forearm), dan berlawanan dengan gerak otot (co. transverse fracture of patella).
• Fraktur yang lama dan sulit menyatu (co. femoral neck fracture)
• Fraktur patologis
• Fraktur multipel
• Penderita dengan asuhan keperawatan sulit (co. geriatric, paraplegia)
Exercise

Tujuan :
• Mengurangi edema

• Dapat menyebabkan kulit regang, bula, dan kekakuan sendi

• Elevasi + exercise sesegera mungkin sesuai toleransi pasien


• Mempertahankan gerakan sendi

• Gentle assistance
• Mengembalikan kekuatan otot

• Semakin pasien bisa mobile, semakin tinggi intensitas program aktivitas (berjalan,
bangun dari tempat tidur, mandi, berpakaian, makan)
Komplikasi
Diskusi Kasus

● Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi,


menetapkan diagnosis kerja closed fracture humerus dextra yang
disebabkan trauma post KLL (kecelakaan tunggal menggunakan motor).
● Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluhkan nyeri lengan atas
kanan dan sulit digerakkan setelah terjatuh dari motor, namun pasien tidak
ingat posisi jatuh. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa pada region
lengan atas kanan tampak kulit intak (+), eodem (+), deformitas (+), nyeri
tekan (+), krepitasi (+), ROM terbatas, nyeri (+).
● Dari hasil pemeriksaan rontgen region brachii dextra, didapatkan
diskontinuitas tulang humerus dextra. Diagnosis pun ditegakkan menjadi
closed fracture humerus dextra.
Tatalaksana

● Tatalaksana awal di IGD adalah dengan imobilisasi dan pain management.


Imobilisasi dengan melakukan pemasangan spalk pada regio brachii dextra.
Pasien diberi analgesik berupa Ketorolac 1 x 30 mg IV. Pasien juga diberikan
antibiotik profilaksis berupa ceftriaxon 2 x 1 gr. Kemudian diputuskan untuk
menjalani operasi ORIF.
● Selanjutnya, penatalaksanaan post operatif, antara lain latihan mobilisasi
perlahan sendi bahu dan siku, evaluasi klinis dan radiologis.
● Selain penatalaksanaan yang telah dibahas di atas diberikan pula edukasi
penyakit kepada pasien. Pasien semsentara harus menghindari membawa
beban berat dan aktivitas olahraga berat yang melibatkan tangan kanan.
Pasien juga diedukasi untuk tidak melakukan manipulasi fraktur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s System of Orthopaedics and
Fractures. 9th ed. London: Hodder Arnold; 2010.
2. Egol KA, Koval KJ, Zuckerman JD. Handbook of fractures. 5th ed.
Philadelphia: Wolters Kluwer; 2015.
3. Keith L. Moore MS, Ph.D., D.Sc. (Hon), F.I.A.C., F.R.S.M., F.A.A.A., Arthur F.
Dalley II PD, Anne M. R. Agur BSO, M.Sc., Ph.D. Moore’s Clinically Oriented
Anatomy. 7th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2014.
4. Bergdahl C, Ekholm C, Wennergren D, Nilsson F, Möller M. Epidemiology
and patho-anatomical pattern of 2,011 humeral fractures: data from the
Swedish Fracture Register. BMC Musculoskeletal Disorders. 2011(17):159.
5. Tsai C-H, Fong Y-C, Chen Y-H, Hsu C-J, Chang C-H, Hsu H-C. The
epidemiology of traumatic humeral shaft fractures in Taiwan. International
Orthopaedics (SICOT). 2008(33):463-7.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai