Anda di halaman 1dari 27

Clinical Science

Session
M. FACHRI AUZAN
MUNA NABILA
RAHMA KHAERUNNISA
Definisi

Gagal jantung adalah suatu kondisi patofiologi, dimana terdapat


kegagalan jantung memompa darah yang sesuai dengan kebutuhan
jaringan. (PAPDI Edisi VI)

Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana


seorang pasien harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung;
tanda retensi; adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi
jantung saat istirahat atau selama tekanan. (European Society of
Cardiology)
Definisi
Kumpulan gejala klinis pasien dengan tampilan:
1. Gejala khas jantung : sesak nafas (aktivitas/istirahat), kelelahan, edema
tungkai, dan/atau
2. Tanda khas jantung: takikardia, takipneu, ronki paru, efusi pleura, peningkatan
jvp, edema perifer, hepatomegaly, dan/atau
3. Tanda objektif gangguan jantung saat istirahat, kardiomegali, suara jantung
ketiga, murmur jantung, abnormal ekg, NP meningkat
Etiologi

 Kelainan myokardium
Ischemic heart disease: Myocardial scar,
endothelial dysfunction
Toxic damage: Recreational substance
abuse, medication
Inflamasi: Infeksi, non infeksi
(autoimun)
Infiltrasi: Malignansi (metastasis),
non malignansi
Gangguan metabolis: Hormonal (thyroid
disease, DM), nutritional
Genetik: HCM, DCM

Sumber : ESC 2016


Etiologi
 Kondisi loading abnormal
Hipertensi

Kerusakan struktural Kongenital ; Didapat

Patologis pericardial Perikardial (pericarditis


dan endomyocardial konstriktif, efusi
perikardium);
endomyocardial
(Hypereosinolhilic
syndrome,
endomyocardial
fibrosis)
Output tinggi Anemia berat, sepsis

Volume overload Gagal ginjal


Sumber : ESC 2016
Etiologi

 Arrhythmia

Takiaritmia Atrial, ventricular


arrhytmia
Bradiaritmia Disfungsi sinus node,
disorder konduksi

Sumber : ESC 2016


Manifestasi klinis

Sumber : ESC 2016


Manifestasi Klinis

Sumber : ESC 2016


Klasifikasi

Berdasarkan LVEF (Left Ventricle Ejection Fraction)

1. HFpEF (Heart Failure with preserved Ejection Fraction)  LVEF >= 50%

2. HFmrEF (Heart Failure with mid-range Ejection Fraction)  LVEF >=40

– 49% *

3. HFrEF (Heart Failure with reduced Ejection Fraction)  LVEF < 40%

Sumber : ESC 2016


Klasifikasi

* Dengan kadar NP meningkat (BNP >35 pg/mL and/or >NT-proBNP 125


pg/mL) dan/atau (1) kelainan struktur jantung; (2) gangguan fungsi
diastolik

Sumber : ESC 2016


Klasifikasi

Berdasarkan timeline penyakit

 De Novo HF = “baru”

 Chronic HF : Stable, Decompensated


De Novo Chronic Advance

 Advance HF = dengan gejala parah

Sumber : ESC 2016


Klasifikasi

Sumber PERKI 2015


Diagnosis

Sumber PERKI 2015


Sumber : ESC 2016
Temuan Umum

 EKG (high sensitivity, low specificity): sinus takikardi, sinus


bradikardia, atrial takikardia/fluter/fibrilasi, aritmia ventrikel,
iskemia/infark, gelombang Q, hipertrofi ventrikel kiri, blok
atriventrikular, mikrovoltase, durasi QRS> 0,12 s + morfologi LBB

 Foto thorax: kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura.

Sumber PERKI 2015


Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan darah rutin (Hb, leukosit, trombosit)
 Elektrolit
 Ureum, Kreatinin (karena hipoperfusi renal, edema)
 GFR
 Glukosa
 Tes fungsi hati
 Urinalisis
Algoritma
tatalaksana

Sumber : ESC 2016


Sumber : ESC 2016
ACUTE HEART FAILURE
 Sebuah keadaan dimana terjadi perburukan pada
pasien gagal jantung. Kondisi tersebut dapat
mengancam jiwa dan diperlukan penanganan khusus di
rumah sakit.
 AHF dapat muncul pada saat pertama kali (de novo)
atau dapat mengalami acute decompensated heart
failure.
DIURETIK
 Tujuan  mencapai tingkat euvolemia dengan dosis serendah
mungkin dan bisa diatur berdasarkan compliance pasien untuk
menghindari dehidrasi.
 Pemberian diuretik pada pasien heart failure perlu
mempertimbangkan indikator-indikator yang dibutuhkan:
1. Pengecekan fungsi ginjal (ureum & kreatinin) dan serum elektrolit
(K +, Ca 2+, Mg 2+).
2. Pemberian diuretik pada perut kosong
3. Kebanyakan pasien diberi loop diuretik dibandingkan dengan
thiazide karena diuresis dan natriuresisnya lebih tinggi pada loop
diuretik.
DIURETIK
dosis diuretik yang diberikan pada heart failure

diuretik dosis awal(mg) dosis harian(mg)

DIURETIK LOOP

Furosemide 20-40mg 40-240mg

Butenamide 0.5-1mg 1-5mg

Torasemide 5-10mg 10-20mg

TIAZIDE

Hidrochlortiazide 25mg 12.5 – 100

Metolazone 2.5mg 2.5 – 10

Indapamide 2.5mg 2.5 – 5

DIURETIK HEMAT KALIUM

(+ACEI/ARB) 12.5 - 25 mg (+ACEI/ARB) 50mg


Spironolactone
(- ACEI/ARB) 50 mg (- ACEI/ARB) 100 – 200mg
DOSIS DIURETIK

 Mulai dengan dosis kecil dan tingkatkan sampai perbaikan gejala


dan tanda kongesti
 Dosis harus disesuaikan, terutama setelah tercapai berat badan
kering (tanpa retensi cairan), untuk mencegah risiko gangguan
ginjal dan dehidrasi. Tujuan terapi adalah mempertahankan berat
badan kering dengan dosis diuretik minimal
 Pada pasien rawat jalan, edukasi diberikan agar pasien dapat
mengatur dosis diuretik sesuai kebutuhan berdasarkan pengukuran
berat badan harian dan tanda-tanda klinis dari retensi cairan
TERAPI NON-FARMAKO NON BEDAH

ICD (Implantable Cardioinverter Defibrilator)


 direkomendasikan pada pasien dengan aritmia ventrikuler yang
menyebabkan hemodinamik menjadi tidak stabil, yang diharapkan
untuk dapat hidup dalam status fungsional yang baik selama > 1
tahun lagi, untuk menurunkan risiko kematian mendadak dan pada
pasien dengan gagal jantung simtomatik (NYHA II – III) dan EF < 35%
walaupun sudah mendapat terapi optimal lebih dari 3 bulan, yang
diharapkan untuk dapat hidup dalam status fungsional yang baik
selama > 1 tahun lagi, untuk menurunkan risiko kematian
mendadak.
CRT (Cardiac Resynchronization Therapy)
 Pada pasien dengan irama sinus NYHA II,III dan IV dan EF yang
rendah, walaupun mendapat terapi gagal jantung yang optimal.
TERAPI FARMAKO BEDAH

CABG (Coronary Artery Bypass Graft)


 direkomendasikan pada pasien dengan angina dan stenosis
cabang utama arteri koronaria kiri yang signifikan dan pada pasien
dengan angina dan dengan penyakit koroner pada 2 atau 3
pembuluh darah, termasuk cabang desenden arteri koronaria kiri,
yang memang memenuhi syarat untuk menjalani pembedahan
dan diharapkan untuk tetap dalam keadaan status fungsional yang
baik selama > 1 tahun mendatang, untuk menurunkan risiko
rehospitalisai dan kematian mendadak akibat kardiovaskular
PCI (Percutaneous Coronary Intervention)
 sebagai alternative tindakan BPAK pada pasien yang tidak
memenuhi persyaratan pembedahan
MANAJEMEN PERAWATAN MANDIRI

 Ketaatan pasien berobat menurunkan morbiditas, mortalitas dan kualitas hidup


pasien.
 Pemantauan berat badan mandiri Pasien harus memantau berat badan rutin
setap hari
 Asupan cairan Restriksi cairan 1,5 - 2 Liter/hari dipertimbangkan terutama pada
pasien dengan gejala berat yang disertai hiponatremia.
 Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2) dengan gagal
jantung dipertimbangkan untuk mencegah perburukan gagal jantung.
 Kehilangan berat badan tanpa rencana Malnutrisi klinis atau subklinis umum
dijumpai pada gagal jantung berat.Kaheksia jantung (cardiac cachexia)
merupakan prediktor penurunan angka kelangsungan hidup.Jika selama 6
bulan terakhir berat badan > 6 % dari berat badan stabil sebelumnya tanpa
disertai retensi cairan, pasien didefinisikan sebagai kaheksia.
 Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung kronik
stabil.
KOMORBIDITAS
 ANGINA
 HIPERTENSI
 DIABETES
 PENYAKIT GINJAL KRONIS
 ASMA
 HIPERLIPIDEMIA
 HIPERURISEMIA

Anda mungkin juga menyukai