Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

CLOSED FRACTURE OS HUMERUS DEXTRA

Oleh :
dr. Muna Nabila

DPJP :
Kolonel CKM dr. Edli Warman, Sp. OT(K) SPINE, MARS

Dokter Pendamping :
dr. Vonny Veronica B.

INTERNSHIP PERIODE II MEI - SEPTEMBER


RS TK II. MOH. RIDWAN MEURAKSA
JAKARTA TIMUR
2021
BAB I
KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
No. RM : 435659
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 27 tahun
Alamat :Asrama Paspampres Jl.Tanah Abang 2 No.6
Agama : Islam
Status Pernikahan :-
Pekerjaan, Pangkat : TNI, Pratu
Jaminan Kesehatan : BPJS
Tanggal Mulai Perawatan : 16 Mei 2021
Tanggal Keluar Perawatan : 20 Mei 2021

DATA DASAR
A. DATA SUBJEKTIF
ANAMNESIS
Autoanamnesis (tanggal 16 – 05 – 2021 jam 14.40 di IGD RS Ridwan )
Keluhan utama :
Nyeri lengan atas kanan sejak 5 jam SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang post KLL (kecelakaan tunggal menggunakan motor) dengan
keluhan nyeri lengan atas kanan dan sulit digerakkan sejak 6 jam SMRS. Pasien
mengatakan tidak ingat posisi saat jatuh. Riwayat pingsan (+), sadar pukul 11.00
saat di rumah. Karena keluhannya pasien dibawa ke IGD RS Ridwan. Keluhan
disertai nyeri pada area luka di wajah, tangan, badan, dan kaki. Kesemutan
disangkal, mati rasa disangkal.
Riwayat vaksin Covid (+). Riwayat kontak dengan pasien positif Covid
tidak diketahui. Keluhan batuk (-), sesak napas (-), demam (-), indera
penciuman dan perasa dikatakan normal.

Riwayat Penyakit Dahulu :


1. Riwayat Hipertensi : disangkal
2. Riwayat Diabetes : disangkal
3. Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
4. Riwayat Penyakit Paru : disangkal
5. Riwayat Gangguan Pembekuan : disangkal
6. Riwayat Asma : disangkal
7. Riwayat Operasi : disangkal
8. Riwayat Kelainan Bawaan : disangkal
9. Riwayat Alergi : disangkal
10. Riwayat Konsumsi Obat : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga : Disangkal


Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien berobat menggunakan BPJS. Kesan ekonomi : cukup

B. DATA OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 16 – 05 – 2021 pukul 14.40)
Keadaan umum: Sakit sedang, CM
1. Tekanan Darah : 126/78 mmHg
2. Nadi : 78 x/menit
3. Pernapasan : 20 x/menit
4. Suhu : 37,3 oC
5. Saturasi : 98% (udara ruangan)
6. Skala Nyeri : VAS 5
Primary Survey
1. Airway : bebas
2. Breathing : spontan
3. Circulation : perdarahan aktif (-)
4. Disability : GCS 15 (E4M6V5), lateralisasi (-/-)
5. Exposure : oedem (+) regio lengan atas kanan (lihat status lokalis)

Secondary Survey
Status Gizi
 Tinggi Badan : 164 cm
 Berat Badan : 51 kg
 BMI : 18,96 kg/m2 (normoweight Asia Pasifik)
 Kesan gizi : Gizi cukup

Pemeriksaan Head to Toe

1. Kepala :

 Multiple vulnus excoriatum tertutup krusta at regio fasialis, ukuran: 2 cm


& 3 cm

 Multiple vulnus laceratum a/r mental ukuran: 2 x 0,3 x 0,3 cm & 2 x 0,2 x
0,1 cm

 Oedem (+) a/r temporal sinistra

2. Mata : hematom periorbita (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-),


oedem (-/-), conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor
(3mm/3mm), refleks cahaya direk (+/+), RC indirek (+/+)
3. Telinga : sekret (-), darah (-)

4. Hidung : bentuk simetris, nafas cuping hidung (-), sekret (-), darah (-)

5. Mulut : jejas (-), gigi goyang (-), gigi tanggal (-)

6. Leher : jejas (-), pembesaran KGB (-)


7. Thorax :

 Simetris, retraksi (-), jejas (-), nyeri tekan (-), sonor/sonor, VBS (+/+), Rh
(-/-), Wh (-/-)

 S1S2 normal regular, murmur (-), pulsus deficit (-)


8. Abdomen : datar lembut, BU (+) normal, timpani, nyeri tekan (-), defans
muskular (-)

9. Pelvis : vulnus excoriatum a/r pelvis sinistra, ukuran: 4 cm

10. Ekstremitas :

 Vulnus excoriatum a/r genu sinistra, ukuran: 3 cm, tertutup krusta

 Vulnus excoriatum a/r genu dextra, ukuran: 2 cm

 Vulnus excoriatum a/r manus sinistra, ukuran: 2 cm, tertutup krusta

 Vulnus excoriatum a/r manus dextra, ukuran: 2 cm, tertutup krusta

 Nyeri (+) at regio brachii dextra. Lihat status lokalis.

Status Lokalis a/r Brachii (D)

 Look : Kulit intak (+), oedem (+), deformitas (+)

 Feel : Nyeri tekan (+), krepitasi (+)

 Move : ROM terbatas, nyeri (+)


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Lab di IGD (16/05/2021)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Rujukan
RUTIN
Hemoglobin 13,5 g/dL 13,2 – 17,3
Leukosit 14,8 10^3/uL 3,8 – 10,6
Hematokrit 38 % 40 – 52
Trombosit 327 10^3/uL 150 – 440
Diff (Hitung Jenis)
Basofil 0 % <1
Eosinofil 0 % <3
Batang 2 % <6
Segmen 87 % 50 – 70
Limfosit 6 % 20 – 40
Monosit 5 % <8
Glukosa
GDS 98 mg/dL < 140

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Foto Brachii Dextra (16/05/2021)

Interpretasi :

Kesan :

Closed Fracture Humerus Dextra


Foto Thorax (16/05/2021)

Hasil EKG (16/05/2021)

C. DIAGNOSIS KERJA
 Closed Fracture Humerus Dextra
 Multiple vulnus laceratum et vulnus excoriatum
D. TATALAKSANA
 Imobilisasi : Pemasangan spalk pada regio brachii dextra
 Hecting vulnus laceratum di regio mental
 Pain management:
o Inj. Ketorolac 1x1 amp
o Inj. Ranitidine 1x1 amp
 Rencana PCR 17/5/21
 Konsul dr. Edli, Sp.OT (K), advis:
o Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr
o Inj. Ketorolac 1 x 1 amp
o Inj. Ranitidine 1x1 amp
 Pro ORIF
 Konsul dr. Ardhesturo, SpJP, jawaban:
o Acc operasi toleransi cardiac risk low
 Konsul Anestesi:
o Acc operasi dengan GA-ETT ASA II
 Puasa 6 jam pre-op
 Rawat Inap PUI Sudarto

E. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

Follow Up Perawatan IGDRuangan


16/05/2021
15.00 S : nyeri bahu kanan (+)
O : KU sakit sedang, CM
TD: 126/78 mmHg, N: 78x/m, R: 20 x/ m,
S: 37,3 oC
P:
- Imobilisasi brachii dextra
- Hecting vulnus laceratum
- Pain management
- Rencana PCR (17/5/21)
23.30 Konsul dr. Edli, Sp.OT (K), advis:
- Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr
- Inj. Ketorolac 1 x 1 amp
- Inj. Ranitidine 1x1 amp
17/05/2021
07.00 S : nyeri bahu kanan (+)
O : KU sakit sedang, CM
TD: 120/80 mmHg, N: 80x/m, R: 18 x/ m,
S: 36,5 oC
P:
Swab PCR
18/05/2021
07.14 Konsul dr. Ardhesturo, SpJP, jawaban:
- Acc operasi toleransi cardiac risk low
Laporan Operasi
09.30 Mulai OP : 09.30 Pasien dilakukan ORIF di OK
Selesai OP : 12.30 dengan operator dr. Edli, Sp.OT(K)
Perdarahan :
Dx Pre-OP : CF Humerus (D) pro ORIF
Dx Post-OP : post ORIF Humerus (D)
Jalannya Operasi
Pre-operasi
1. Pasien terbaring tersedasi dalam
posisi lateral
2. Scrubbing : Membersihkan area
operasi (brachii dextra), proses aseptik antiseptik
3. Draping : Pasang duk steril
Operasi
1. Melakukan insisi pada posterior regio brachii (D)
2. Insisi lapis demi lapis hingga terekspos os humerus
(D). Kontrol perdarahan.
3. Tampak fraktur os humerus (D)
4. Dx: Fracture humerus (D), laserasi otot
5. Dilakukan traksi dan reduksi pada fraktur (ORIF)
dan pemasangan plate
6. Otot dijahit
7. Luka dirawat dan dicuci dengan NaCl
8. Tutup medan operasi dengan dijahit lapis demi
lapis dari mukosa, subkutis, hingga kulit. Kontrol
perdarahan. Pemasangan drain.
9. Operasi selesai
Post Operasi: Instruksi Post OP :
KU baik, Kesadaran meningkat Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr
13.00 TD: 121/76 mmHg, N: 81x/m, R: 20x/m, Inj. Ketorolac 2 x 1 amp
S: 36,5 oC Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
Foto Humerus (D) post op
Bila pasien sadar penuh -> latihan
mobilisasi perlahan
BU(+) & flatus (+) -> boleh makan
minum
13.33 Foto Humerus (D) AP Lat Post OP Interpretasi :
(18/5/2021) - Terpasang plate and screw pada
1/3 tengah os humerus (D), posisi
stabil
- Masih tampak fraktur pada 1/3
tengah os humerus (D)
- Belum tampak pertumbuhan
kalus
- Tampak drain pada 1/3 tengah os
humerus
- Tidak tampak gambaran
osteomielitis
Kesan :
Closed Fracture Humerus (D)
post ORIF
17.00 S : Pasien sadar penuh, nyeri luka OP (+) Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr
O : KU baik, CM Inj. Ketorolac 2 x 1 amp
TD: 119/80 mmHg, N: 84x/m RR 22x/m, Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
S: 36 oC Latihan mobilisasi perlahan
Luka op tertutup perban. Boleh makan minum
BU(+) & flatus (+) Jika keluhan (-) -> besok BLPL

19/05/2021
07.00 S : nyeri luka post op (+) Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr
O : KU baik, CM Inj. Ketorolac 2 x 1 amp
TD: 120/80 mmHg, N: 84x/m, R: 22x/m, Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
S: 36,1 oC + salep kalmicetine
Luka op tertutup perban Sore aff drain
ROM brachii membaik, Sensibilitas: normal Tangan elevasi (pakai arm sling)
A: POD I CF Humerus (D)

20/05/2021
07.00 S : nyeri luka post op berkurang BLPL, terapi pulang:
O : KU baik, CM Ciprofloxacin 2 x 500 mg (5 hari)
TD: 120/80 mmHg, N: 80x/m, R: 20x/m, Meloxicam 2 x 1
S: 36 oC Ranitidine 2 x 1
Arm sling sudah terpakai
ROM brachii membaik, Sensibilitas: normal
A: POD II CF Humerus (D)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fraktur Clavicula
1. Epidemiologi
Pada anak-anak, klavikula mudah mengalami fraktur, namun hampir
selalu terjadi union dengan cepat dan tanpa komplikasi. Pada orang dewasa,
fraktur klavikula merupakan injuri yang lebih sulit. Fraktur klavikula pada
orang dewasa sering terjadi, insidensinya 2,6-4% dari semua fraktur dan
kurang lebih 35% merupakan cedera dari gelang bahu. Fraktur pada
midshaft merupakan yang terbanyak 69-82%, fraktur lateral 21-28%, dan
fraktur medial yang paling jarang 2-3%.1

2. Mekanisme Trauma
Mekanisme trauma dari fraktur klavikula terjadi karena penderita jatuh
pada bahu, biasanya tangan dalam keadaan terulur. Bila gelang bahu
mendapat trauma kompresi dari sisi lateral, penopang utama untuk
mempertahankan posisi adalah klavikula dan artikulasinya. Bila traumanya
melebihi kapasitas struktur ini untuk menahan, terjadi kegagalan melalui 3
cara, Artikulasi akromioklavikular akan rusak, klavikula akan patah, atau
sendi sternoklavikular akan mengalami dislokasi. Trauma pada sendi
sternoklavikular jarang terjadi dan biasanya berhubungn dengan trauma
langsung ke klavikula bagian medial dengan arah lebih posterior (dislokasi
posterior) atau trauma dari arah posterior yang langsung mengenai gelang
bahu (menyebabkan dislokasi proksimal klavikula ke anterior).
Pada fraktur midshaft, fragmen lateral tertarik ke bawah karena berat
lengan, fragmen medial tertarik oleh muskulus sternocleidomastoideus. Pada
fraktur 1/3 lateral, bila ligamen intak, ada sedikit pergeseran; namun bila
terjadi robekan ligamen korakoklavikula, atau bila garis fraktur terletak
medial dari ligamen ini, pergeseran yang terjadi mungkin lebih berat dan
tindakan reduksi tertutup tidak mungkin dilakukan. Klavikula juga
merupakan bagian yang sering mengalami fraktur patologis.1,2
3. Gambaran Klinis
Anamnesis harus bisa menggambarkan semua aspek agar penanganan
pasien dapat optimal. Selain data demografik standar, mekanisme trauma
juga penting untuk diketahui. Fraktur klavikula yang disebabkan oleh
trauma ringan biasanya tidak menyebabkan cedera organ lainnya atau
trauma intra toraks. Namun, pada kecelakaan lalu lintas dan jatuh dari
ketinggian, harus dicari cedera lainnya.
Lengan pasien biasanya didekatkan ke dada untuk mencegah
pergerakan. Biasanya dapat terlihat adanyan penonjolan pada subkutan dan
kadang-kadang ada fragmen tulang yang melukai kulit. Adanya deformitas
pada gelang bahu paling baik diperiksa saat pasien berdiri. Bila terjadi
fraktur midshaft dengan pergeseran besar, tampak gambaran shoulder ptosis.
Meskipun komplikasi pada vaskular jarang terjadi, perabaan pulsasi vaskular
di leher sebaiknya dikerjakan. Adanya perlukaan ada sendi
akromioklavikular sering terlewatkan pada fraktur 1/3 lateral. 1,2,3

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis yang diperlukan minimal adalah rontgen dengan
proyeksi anterior dan kemiringan 30 derajat sefalik. Biasanya didapatkan
fraktur pada 1/3 tengah dari tulang, fragmen bagian luar biasanya terletak
lebih rendah dari fragmen bagian dalam. Fraktur pada 1/3 lateral dapat
terlewatkan, atau perkiraan derajat pergeserannya dapat lebih rendah,
kecuali jika rontgen proyeksi bahu juga dikerjakan. Rontgen sendi
sternoclavicular pada fraktur 1/3 medial juga lebih baik dikerjakan. Saat
menilai kemajuan klinis, harus diingat bahwa ‘clinical’ union biasanya
mendahului ‘radiological’ union beberapa minggu sebelumnya.1,2
CT scan dengan rekonstruksi tiga dimensi mungkin diperlukan untuk
menentukan derajat pemendekan secara akurat atau untuk mendiagnosis
fraktur dislokasi sternoklavikula dan untuk meyakinkan union dari sebuah
fraktur.1
5. Klasifikasi
Fraktur klavikula biasanya diklasifikasikan berdasarkan posisi dari
fraktur oleh Allman menjadi proximal (Group I), middle (Group II), dan
distal (Group III) third fractures. Pembagian secara general berhubungan
dengan pendekatan klinis yang akan dikerjakan.
Klasifikasi yang lebih detail untuk fraktur midshaft dibuat oleh
Robinson, yang berguna untuk pengolahan data dan membandingkan
hasil klinis.1,2,3
6. Penatalaksanaan
a. Fraktur Klavikula 1/3 Tengah
Terdapat kesepakatan bahwa fraktur klavikula 1/3 tengah non
displaced seharusnya diterapi secara non operatif. Sebagian besar akan
berlanjut dengan union yang baik, dengan kemungkinan non union di
bawah 5% dan kembali ke fungsi normal.1,2.4
Manajemen non operatif meliputi pemakaian simple sling untuk
kenyamanan. Sling dilepas setelah nyeri hilang (setelah 1-3 minggu) dan
pasien disarankan untuk mulai menggerakkan lengannya. Tidak ada
bukti yang menyatakan bahwa penggunaan figure-of-eight bandage
memberikan manfaat dan dapat berisiko terjadinya peningkatan insidens
terjadinya luka akibat penekanan pada bagian fraktur dan mencederai
struktur saraf; bahkan akan meningkatkan risiko terjadinya non-union.1
Terdapat lebih sedikit kesepakatan mengenai manajemen fraktur 1/3
tengah. Penggunaan simple splintage pada fraktur dengan pemendekan lebih
dari 2 cm dipercaya menyebabkkan risiko terjadinya malunion simptomatik
– terutama nyeri dan tidak adanya tenaga saat pergerakan bahu – dan
peningkatan insidens terjadinya non-union.1 Sehingga dikembangkan teknik
fiksasi internal pada fraktur klavikula akut yang mengalami pergeseran
berat, fragmentasi, atau pemendekan. Metode yang dikerjakan berupa
pemasangan plat (terdapat plat dengan kontur yang spesifik) dan fiksasi
intramedular.1

b. Fraktur Clavicula 1/3 Distal


Fraktur klavikula 1/3 distal displaced berhubungan dengan robeknya
ligamentum korakoklavikula dan merupakan injuri yang tidak stabil.
Banyak studi menyebutkan fraktur ini mempunyai tingkat non-union
yang tinggi bila ditatalaksana secara non operatif. Pembedahan untuk
stabilisasi fraktur sering direkomendasikan.1 Teknik operasi
menggunakan plate dan screw korakoklavikular, fiksasi plat hook,
penjahitan dan sling techniques dengan graft ligamen Dacron dan yang
terbaru adalah locking plates klavikula.1,2
c. Fraktur Clavicula 1/3 Proximal
Sebagian besar fraktur yang jarang terjadi ini adalah ekstra-artikular.
Penatalaksanaan yang dilakukan sebagian besar adalah non operatif
kecuali jika pergeseran fraktur mengancam struktur mediastinal. Fiksasi
pada fraktur berhubungan dengan komplikasi yang mungkin terjadi
seperti migrasi dari implan ke mediastinum, terutama pada penggunaan
K-wire. Metode stabilisasi lain yang digunakan yaitu penjahitan dan
teknik graft, dan yang terbaru locking plates.1

d. Perawatan Post Operasi


Tahap I (hari pertama pasca operasi)
Setelah operasi, mobilisasi maksimal dari sendi-sendi lain penting
dilakukan untuk mengurangi pembengkakan lengan dan mencegah
kekakuan sendi. Latihan yang dilakukan berupa fleksi dan ekstensi siku,
menggerakan pergelangan tangan fleksi, ekstensi, dan rotasi, serta
menggenggam bola.
Tahap 2 (2-6 minggu pasca operasi)
Latihan gerakan pendulum dan latihan range of motion sendi
bahu secara pasif dan aktif, serta latihan fleksi lengan di atas meja.
Tahap 3 (6-12 minggu pasca operasi)
Evaluasi klinis dan radiologis terakhir yang dikerjakan.
Penggunaan beban dan strengthening exercises sudah dapat dimulai.
Pasien dapat kembali ke aktivitas semula bila fraktur sudah union dan
kekuatan ekstremitas sudah kembali. Bila tidak ada perbaikan dalam
rontgen serial dalam 3 bulan, maka mungkin terjadi delayed atau
impaired healing. Bila tidak terjadi union setelah 9 bulan pasca operasi,
intervensi pembedahan dapat dipertimbangkan.
7. Komplikasi
a. Awal
Meskipun klavikula bagian proksimal terletak dekat dengan
struktur vital, kejadian pneumotoraks, ruptur pembuluh darah
subklavia, dan cedera pleksus brachialis jarang terjadi.1,2
b. Lanjut
Non-union
Pada fraktur shaft yang mengalami pergeseran, non-union
terjadi pada 1-15% kasus. Fraktur risiko meliputi usia yang
bertambah tua, besar pergeseran, komunitif fraktur, dan pasien
perempuan, namun prediksi akurat mengenai fraktur yang akan
mengalami non-union sulit dikerjakan.
Non-union yang simptomatik diterapi dengan fiksasi plat dan
graft tulang jika diperlukan. Tindakan ini biasanya memuaskan dan
memiliki tingkat union yang tinggi. Fraktur klavikula 1/3 lateral
mempunyai tingkat non-union yang tinggi (11,5-40%). Pilihan terapi
untuk non-union simptomatik adalah eksisi bagian lateral dari
klavikula (bila fragmen kecil dan ligamentum korakoklavikular
intak) atau reduksi terbuka, fiksasi interna dan graft tulang bila
fragmen besar. Implan yang digunakan adalah locking plates and
hooked plates.1,2
Malunion
Semua fraktur yang mengalami pergeseran akan sembuh dengan
posisi non-anatomis dengan pemendekan dan angulasi, meskipun
tidak menunjukkan gejala. Beberapa akan mengalami nyeri
periskapular, yang biasanya terjadi pada pemendekan lebih dari 1,5
cm. Pada kasus ini, operasi osteotomi korektif dan pemasangan plat
dapat dipertimbangkan.1,2
Kekakuan bahu
Hal ini sering terjadi namun biasanya hanya sementara.1
Diskusi Kasus
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi,
menetapkan diagnosis kerja closed fracture clavicula dextra 1/3 medial allman
group I yang disebabkan trauma jatuh.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien riwayat jatuh 3 hari yang lalu dari
tangga dengan posisi bahu kanan menopang tubuh. Hal tersebut adalah faktor
resiko yang tinggi untuk terjadinya fraktur clavicula. Pada anamnesis juga
didapatkan riwayat dibawa sangkal putung dan dilakukan pijat tulang. Hal
tersebut merupakan tindakan manipulasi fraktur yang berbahaya dan berisiko
menimbulkan komplikasi seperti malunion.
Dari hasil pemeriksaan rontgen clavicula didapatkan dikonstinuitas tulang
pada 1/3 medial clavicula dextra. Diagnosis pun ditegakkan menjadi closed
fracture clavicula dextra 1/3 medial.
Penatalaksanaan
Tatalaksana awal di IGD adalah dengan pain managemen dan imobilisasi.
Pasien diberi analgesik berupa ketorolac 1 x 30mg injeksi. Pasien juga diberikan
antibiotik profilaksis berupa ceftriaxon 2x1g.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan skin tenting pada clavicula kanan. Hal
tersebut menandakan adanya impending open fracture. Dari anamnesis pasien
mengaku ingin mendaftar ABRI. Berdasarkan tersebut, pasien diputuskan untuk
menjalani operasi ORIF.
Selanjutnya, penatalaksanaan post operatif, antara lain:
1. Latihan mobilisasi perlahan sendi-sendi besar seperti elbow kemudian
bertahap ke shoulder
2. Latihan ROM aktif pasif sendi shoulder
3. Evaluasi klinis dan radiologis 6 minggu post operasi

Selain penatalaksanaan yang telah dibahas di atas diberikan pula edukasi


penyakit kepada pasien. Pasien sementara harus menghindari membawa beban
berat dan aktivitas olahraga berat yang melibatkan tangan kanan. Pasien juga
diedukasi untuk tidak melakukan manipulasi fraktur.
DAFTAR PUSTAKA

1. Blom A, Warwick D, Whitehouse MR, editors. Apley & Solomon’s System of


Orthopaedics and Trauma (10th edition). New York: CRC Press, 2018
2. Court-Brown CM, Heckman JD, McQueen MM, Ricci WM, Tornetta III P,
editors. Rockwood and Green’s Fracture in Adults (8th edition). Philadelphia:
Wolters Kluwer, 2015
3. Canale ST, Beaty SH, editors. Campbell’s Operative Orthopedics (13th
edition). Tennessee: Elsevier, 2016
4. Paladini P, Pellegrini A, Merolla G, Campi F, Porcellini G. Treatment of
Clavicle Fracture. Translational Medicine @ UniSa 2012; 2(6):47-58

Anda mungkin juga menyukai