Anda di halaman 1dari 12

TUGAS SESI 6

Manajemen Fasilitas dan Keselamatan

Disusun Oleh
Mochammad Adam Eldi
NIM 20200309087
Kelas B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
TAHUN 2020
SOAL
1. Sebutkan dan jelaskan Langkah- Langkah PCRA

A. Definisi PCRA
Pre-Construction Risk Assesment (PCRA) adalah penilaian risiko yang digunakan untuk
menilai perkerjaan konstruksi dan renovasi bangunan. Kontruksi/pembangunan baru di sebuah
rumah sakit dapat berdampak pada setiap orang di rumah sakit dan pasien dengan kerentanan
tubuhnya dapat menderita dampak terbesar. Kebisingan dan getaran yang terkait dengan
kontruksi dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan pasien dan istirahat/tidur pasien dapat pula
terganggu. Debu konstruksi dan bau dapat mengubah kualitas udara yang dapat menimbulkan
ancaman khususnya bagi pasien dengan ganggungan pernapasan.
Karena itu, rumah sakit perlu melakukan asemen risiko setiap ada kegiatan kontruksi,
renovasi maupun demolisi/pembongkaran bangunan. Asesmen risiko harus sudah dilakukan
pada waktu perencanan atau sebelum pekerjaan kontruksi, renovasi, demolisi dilakukan,
sehingga pada waktu pelaksanaan, sudah ada upaya pengurangan risiko terhadap dampak dari
kontruksi, renovasi, demolis tersebut.
Dalam rangka melakukan asesmen risiko yang terkait dengan proyek konstruksi baru,
rumah sakit perlu melibatkan semua departemen/unit/instalasi pelayanan klinis yang terkena
dampak dari kontruksi baru tersebut, konsultan perencana atau manajer desain proyek, Komite
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS), Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI), Bagian Rumah Tangga/Bagian Umum, Bagian Teknologi Informasi, Bagian
Sarana Prasarana/UPSRS dan unit atau bagian lainnya yang diperlukan.
Risiko terhadap pasien, keluarga, staf, pengunjung, vendor, pekerja kontrak, dan entitas
diluar pelayanan dapat bervariasi tergantung pada sejauh mana kegiatan konstruksi dan
dampaknya terhadap infrastruktur dan utilitas. Sebagai tambahan, kedekatan pembangunan ke
area pelayanan pasien dapat berdampak pada meningkatnya tingkat risiko. Misalnya, jika
konstruksi melibatkan gedung baru yang terletak terpisah dari bangunan yang menyediakan
pelayanan saat ini, maka risiko untuk pasien dan pengunjung cenderung menjadi minimal.

B. Ruang Lingkup
Risiko dievaluasi dengan melakukan asesmen risiko pra-konstruksi, juga dikenal sebagai
PCRA (Pra-Contruction Risk Assessment). Asesmen risiko pra konstruksi secara komprehensif
dan proaktif digunakan untuk mengevaluasi risiko dan kemudian mengembangkan rencana agar
dapat meminimalkan dampak kontruksi, renovasi atau penghancuran (demolish) sehingga
pelayanan pasien tetap terjaga kualitas dan keamanannya.
Asesmen Risiko Pra Kontruksi (PCRA) meliputi area-area sebagai berikut:
1. Kualitas udara;
2. Pengendalian Infeksi (ICRA);
3. Utilitas;
4. Kebisingan;
5. Getaran;
6. Bahan berbahaya;
7. Bahaya lain yang mempengaruhi perawatan, pengobatan, dan layanan.
Selain itu, rumah sakit memastikan bahwa kepatuhan kontraktor dipantau, ditegakkan,
dan didokumentasikan. Sebagai bagian dari penilaian risiko, risiko pasien infeksi dari konstruksi
dievaluasi melalui asesmen risiko pengendalian infeksi yang juga dikenal sebagai ICRA
(infection control risk assessment) PCRA→ICRA plus.
Telah diketahui bahwa renovasi, konstruksi, dan beberapa kegiatan pemeliharaan dan
perbaikan memiliki potensi untuk mempengaruhi proses perawatan pasien dalam lingkungan
pelayanan. Tujuan dari proses penilaian risiko Pra-Konstruksi ini adalah untuk mengidentifikasi
potensi risiko yang bisa timbul dari kegiatan konstruksi dan untuk mengembangkan strategi
mitigasi risiko untuk meminimalkan risiko.
Pada akhir proses penilaian risiko seperangkat Rekomendasi Mitigasi Risiko (RMR)
akan dihasilkan. RMR ini akan ditinjau oleh individu atau pihak yang menyelesaikan pekerjaan
dan akan menjadi bagian dari dokumentasi proyek.

C. Langkah-Langkah PCRA
Langkah awal dari seluruh kegiatan adalah mengidentifikasi elemen penilaian yang
digunakan untuk menilai proses pre construction. Pada akhir proses penilaian risiko akan
menghasilkan Rekomendasi Mitigasi Risiko (RMR). RMR ini akan ditinjau oleh individu atau
pihak yang menyelesaikan pekerjaan dan akan menjadi bagian dari dokumentasi proyek.
Penanggungjawab dari proses ini adalah :
1. Tim Pelaksana
2. Tim Pengawas
3. Tim Perencana
4. Tim Teknis Rumah Sakit
5. Tim PPK Rumah Sakit
6. Komite K3RS dan Tim Pelaksana
7. Komite PPI
8. Bagian Sanitasi dan Unit Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
9. Unit Kerja yang terkena dampak proses konstruksi

 ELEMEN RISIKO PENILAIAN


1. Kualitas Udara
Lakukan evaluasi terhadap kualitas udara selama proses konstruksi, renovasi, atau
pembongkaran dilakukan. Perhatikan hal-hal berikut:
a. Seberapa besar jumlah debu yang dihasilkan dari kegiatan, serta buat rencana
penutupan area dan pemasangan barier debu.
b. Mekanisme pembuangan serpihan atau sampah konstruksi.
c. Apakah pekerjaan dilakukan di area steril dan bagaimana cara menjaga udara tetap
steril di area kerja dan area keluar masuk lokasi.
d. Area konstruksi/renovasi harus bertekanan negative disbanding area sekitar.
e. Lakukan pengukuran kualitas udara di unit sekitar yang terkena dampak renovasi/
konstruksi.

2. Pengendalian Infeksi
a. Langkah pertama:
TIPE KONSTRUKSI
TIPE A TIPE B
Proses Inspeksi (non-invasif). Pekejaan dengan skala kecil, kegiatan
Termasuk kegiatan yang tidak durasi pendek, yang hanya akan
menghasilkan debu atau pekerjaan yang membuat debu minimal.Termasuk,
tidak memerlukan pemotongan dinding, namun tidak terbatas pada :
pengeboran, pengamplasan atau akses ke a. Pemasangan instalasi telepon dan
langit-langit selain untuk inspeksi visual jaringan komputer
seperti: b. Melakukan pembongkaran dinding
a. Memindahkan plafon untuk atau langit – langit dimana debu
inspeksi visual (batasan < 5 m2) masih dapat dikontrol
b. Pengecatan (bukan pengamplasan) c. Memperbaiki area kecil pada dinding
c. Pekerjaan jaringan elektrik d. Pekerjaan pipa air (memutus
d. Pekerjaan pipa air (memutus sementarasuplai air ≤ 30 menit
sementara pipa air ≤ 15 menit di area dilebih dari 1 area perawatan)
tertentu) e. Maksimal 4 plafon pengganti
e. Perbaikan pipa kecil tanpa solder dan genteng dalam 50 kaki persegi
bor f. Melakukan pemotongan/
f. Kegiatan yang tidak menghasilkan pengelasandengan durasi pendek,
debu atau membutuhkan pengeboran, atau pengamplasan dari
pembongkaran dinding atau langit – daerah yang sangat kecil di mana
langit selain untuk inspeksi visual dapat menciptakan debu kecil dan
g. Kerja dengan kebutuhan listrik kecil dapat dikendalikan
h. Perbaikan Hardware pintu dan jendela g. Perbaikan mekanik kecil.
i. Perbaikan penggantian
j. Melukis dinding
TIPE KONSTRUKSI
TIPE C TIPE D
Setiap pekerjaan yang Kegiatan yang menghasilkan banyak
menghasilkan tingkat debu dengan debu dan termasuk juga kegiatan
jumlah sedang - banyak. Dan setiap pembongkaran besar / re-konstruksi
pekerjaan yang membutuhkan serta konstruksi mayor. Termasuk
pembongkaran atau penghapusan pekerjaan :
komponen bangunan tetap atau rakitan, a. Kegiatan yang membutuhkan
pekerjaan dengan perekat, cat, pelarut, pekerjaan shift berturut – turut (lebih
pengencer dan pembersih yang kuat, dari 1 sift)
pekerjaan yang mengambil lebih dari b. Membutuhkan pembongkaran berat
satu shift (8 jam perhari) untuk c. Memindahkan seluruh area langit
menyelesaikan. Termasuk, jenis – langit / plafon
pekerjaan : d. Pekerjaan pipa air (memutus
a. Pengamplasan dinding sementara suplai air > 1 jam dan
untuk pengecatan dinding dilebih dari 1 area perawatan pasien)
b. Pembongkaran ubin pada lantai dan e. Pembongkaran Major
langit – langit ruangan dengan luas f. Konstruksi mayor yang
20% dari total luas membutuhkan waktu selama
c. Pembangunan dinding, lantai dan beberapa hari
langit – langit yang baru g. Konstruksi baru
d. Pekerjaan elektrik diatas langit –
langit (minor) dan pekerjaan
pemasangan kabel (mayor).
e. Pekerjaan pipa air (memutus
sementara suplai air 30 – 60 menit di
lebih dari 1 area perawatan)
f. Setiap pekerjaan pengeboran dengan
waktu yang lama
g. Setiap proses pengelasan atau
pemotongan di ruang area perawatan

b. Langkah kedua:
Identifikasi kelompok risiko pasien yang akan terpengaruh. Apabila lebih dari 1
kelompok, pilih kelompok dengan risiko terbesar.
AREA KONSTRUKSI BEDASARKAN TINGKAT RISIKO
GROUP 1 – GROUP 2 – GROUP 3 – GROUP 4 –
Risiko Rendah Risiko Medium Risiko Medium- Risiko tertinggi
tinggi
 Area  Unit  Unit IGD  Area perawatan
perkantoran administras  Reang bersali pasien
 Area non klinis  Area rawat  R. perawatan immunocompr
jalan  R. rawat anak omised
 Area persiapan  Farmasi  Pelayanan
makanan  Patologi klinis sterilisasi dan
 Radiologi  KBBL penyimpanan
 Kedokteran  Laboratorium alat-alat steril
nuklir  Poloklinik  Ruang operasi
 MRI  Unit bedah  Ruang isolasi
 Unit endoskopi  Unit  CSSD
 Unit rehabilitasi
medis
c. Langkah ketiga:
Cocokkan antara kelompok risiko pasien dengan tipe proyek konstruksi untuk
menentukan tindakan yang diperlukan untuk pencegahan infeksi.

Kelompok Risiko Tipe Konstruksi


Pasien Type A Type B Type C Type D
Group 1 Class I Class II Class II Class III/IV
Group 2 Class I Class II Class III Class IV
Group 3 Class I Class II Class III/IV Class IV
Group 4 Class III Class III/IV Class III/IV Class IV
Note: Persetujuan Komite PPI diperlukan saat tipe konstruksi membutuhkan
prosedur pencegahan infeksi kelas III atau kelas IV.

d. Langkah keempat:
Lakukan tindakan yang diperlukan untuk pencegahan infeksi
KELAS I
PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
Sebelum Pekerjaan Saat Pekerjaan Saat Pekerjaan Selesai
Berlangsung Berlangsung
1. PCM (Pre 1. Melakukan pekerjaan 1. Membersihkan area
Construction Meeting) dengan meminimalisir konstruksi dari sisa
untuk adanya debu selama material atau
mengkomunikasikan konstruksi berjalan pembongkaran
langkah pekerjaan secara 2. Segera menutup kembali 2. Menghilangkan debu
detail plafon atau langit – yang masih tersisa selama
2. Menutup lokasi langit setelah dilakukan proses konstruksi
proyek dengan pembatas pembongkaran sebelum meninggalkan
sehingga menghindari 3. Akses keluar masuk area konstruksi
kontaminasi debu pekerja bebas dari puing –
3. Memberi tanda puing bangunan
petunjuk / peringatan 4. Alat angkut material
yang jelas harus tertutup
4. Rute transportasi 5. Pintu keluar masuk
barang bersih tidak dekat proyek selalu tertutup
dengan material yang 6. Mempertahankan
terkontaminasi lingkungan pekerjaan
tetap kering
7. Memastikan barang –
barang yang mendukung
pertumbuhan kuman
tidak digunakan
KELAS II
PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
Sebelum Pekerjaan Saat Pekerjaan Saat Pekerjaan Selesai
Berlangsung Berlangsung
1. PCM (Pre 1. Ketika sedang proses 1. Mengelap permukaan
Construction Meeting) pemotongan, semprotkan dengan desinfektan.
untuk sedikit air agar debu tidak 2. Membersihkan
mengkomunikasikan berterbangan permukaan dengan kain
langkah pekerjaan secara 2. Ketika mengangkut pel basah atau vacuum
detail material dan sampah sisa sebelum meninggalkan
2. Menutup pintu, jendela pembangunan area konstruksi
dan ventilasi yang tidak menggunakan container 3. Membuka kembali
digunakan untuk yang tertutup ventilasi, jendela dan
menghindari debu 3. Segera menutup kembali pintu yang sebelumnya
3. Menutup lokasi proyek plafon atau langit – tertutup
dengan langit setelah dilakukan
pembatas sehingga pembongkaran
menghindari 4. Akses keluar masuk
kontaminasi debu pekerja bebas dari puing –
4. Menyediakan filtrasi puing bangunan
pada local exhaust 5. Pintu keluar masuk
5. Menggunakan isolasi proyek selalu tertutup
system HVAC di area 6. Bagian kebersihan, harus
konstruksi melakukan pembersihan
untukmencegah lebih sering disekitar
kontaminasi pada sistem area yang
salurannya berdekatandengan area
6. memasang unit udara konstruksi
negative portable, yang 7. Memonitoring filter
harus dioperasikan selama konstruksi
selama masa konstruksi berlangsung
7. memperhatikan akses
untuk pekerja proyek
dengan material dan sisa
pembongkaran,
sebaiknya dibedakan
8. membedakan akses
antara pekerja proyek
dengan pasien dan
pekerja rumah sakit
9. Memberi tanda
petunjuk / peringatan
yang jelas
10. Rute transportasi
barang bersih tidak dekat
dengan material
yang terkontaminasi
KELAS III (tambahan dari kelas I dan II)
PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
Sebelum Pekerjaan Saat Pekerjaan Saat Pekerjaan Selesai
Berlangsung Berlangsung
1. PCM (Pre 1. Ketika sedang 1. Sistem ventilasi harus
Construction Meeting) proses pemotongan, dibersihkan
untuk semprotkan sedikit air setelah konstruksi selesai
mengkomunikasikan agar debu tidak 2. Mengalirkan air di area
langkah pekerjaan secara berterbangan konstruksi dan sekitarnya
detail 2. Udara didalam gedung sebelum ditempati
2. Menutup pintu, yang dilakukan renovasi 3. Mengecek ulang suhu
jendela dan ventilasi akan disirkulasikan keluar sebelum ditempati
yang tidak digunakan secara berkala dengan 4. Jangan melepas
untuk menghindari debu sistem HEPA Filter penghalang debu terlebih
3. Menutup lokasi proyek 3. Ada sumber listrik dahulu sebelum pekerjaan
dengan pembatas alternatif yang dapat proyek selesai dan
minimal 2 lapis atau digunakan apabila terjadi dilakukan pembersihan
menggunakan papan listrik mati area proyek secara
hingga langit - langit 4. Kontraktor menyeluruh dan siap
sehingga menghindari wajib mengirimkan untuk digunakan.
kontaminasi debu lembar kerja ICRA, daftar 5. Meninjau ulang kondisi
4. Menyediakan filtrasi kontrol dan kontak area proyek dengan Tim
pada local exhaust informasi di tempat kerja PPI sebelum melepas
5. Membuat isolasi system 5. Mempertahankan pengahalang debu
HVAC di area tekanan udara negatif di 6. Melepaskan penghalang
konstruksi untuk tempat kerja minimal 0,01 debu dengan hati – hati
mencegah kontaminasi "WG untuk meminimalkan
pada system salurannya 6. Ketika mengangkut debu dan kotoran dari
6. memasang unit udara material dan sampah sisa pekerjaan konstruksi
negative portable, yang pembangunan
harus dioperasikan menggunakan container
selama masa konstruksi yang tertutup
7. memperhatikan akses 7. Akses keluar masuk
untuk pekerja proyek pekerja bebas dari puing –
dengan material dan sisa puing bangunan
pembongkaran, 8. Frekuensi penggantian
sebaiknya dibedakan filter udara ditingkatkan
8. Membedakan akses 9. Pintu keluar masuk
antara pekerja proyek proyek selalu tertutup
dengan pasien dan 10. Segera menutup
pekerja rumah sakit kembali plafon atau langit
9. Memberi tanda – langit setelah dilakukan
petunjuk / peringatan pembongkaran
yang jelas 11. Bagian kebersihan,
10. Rute transportasi harus melakukan
barang bersih tidak dekat pembersihan lebih sering
dengan material yang disekitar area yang
terkontaminasi berdekatandengan area
11. Terdapat anteroom konstruksi
12. Membersihkan
sampah sisa konstruksi
sebelum meninggalkan
area konstruksi
13. Melakukan
monitoring tekanan
negative di area
konstruksi dan
mendokumentasikan
setiap hari
14. Melakukan
pemeriksaan terhadap
pengahalang debu setiap
hari dan
mendokumentasikan
hasilnya
15. Sistem ventilasi
yang baruharus
dilindungi dari debu
konstruksi sampai
pekerjaan konstruksi
selesai

KELAS IV (Tambahan dari kelas I, II dan III)


PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
Sebelum Pekerjaan Saat Pekerjaan Saat Pekerjaan Selesai
Berlangsung Berlangsung
1. Memberikan fasilitas
anteroom dan meminta
untuk setaip pekerja
yang masuk dan keluar
area proyek melewati
anteroom. Anteroom
tersebut berguna untuk
sebagai ruang antara area
proyek dengan area non
proyek, atau daerah
sekitar proyek
2. Pekerja konstruksi
akan membersihkan area
anteroom sebelum
pekerjaan konstruksi
diserah terimakan ke
pihak rumah sakit
3. Pekerja menggunakan
apron atau baju khusus
ketika memasuki area
proyek dan melepasnya
ketika meninggalkan
area proyek
4. Setiap pekerja yang
masuk area proyek wajib
menggunakan penutup
sepatu.

e. Langkah kelima:
Tentukan risiko dari daerah disekitar lokasi pembangunan identifikasi hal-hal lain
terkait proyek konstruksi, antara lain:
1) Identiikasi sekeliling area proyek, kaji potensi akibat yang dapat timbul dari
proyek konstruksi
No Kategori Unit Nama Unit Potensi Risiko
1 Unit dibawah (isi dengan nama
kelompok)
2 Unit diatas
3 Samping kanan
4 Samping kiri
5 Belakang
6 Depan

2) Identifikasi kegiatan ditempat spesifik, contoh kamar pasien, ruang obat, dll
3) Identifikasi masalah yang berkaitan dengan ventilasi, pipa air, dan instalasi
listrik dengan kemungkinan terjadinya pemadaman listrik
4) Identifikasi penghalang yang diperlukan dengan menggunakan pengkajian
pencegahan infeksi sebelumnya. Tipe penghalang apa yang diperlukan (plastic,
triplek, tembok, dll) perlukah penggunaan HEPA filter? (catatan : area
renovasi/ konstruksi harus diisolasidari area sekitarnya dan merupakan area
negarif terhadap area sekitarnya)
5) Pertimbangkan potensial risiko kerusakan akibat air. Apakah ada risiko terkait
dengan ketahanan struktur (dinding, atap, langit-langit)
6) Jam kerja : apakah pekerjaan konstruksi dikerjakan diluar jam pelayanan
pasien
7) Lakukan perencanaan terkait kebutuhan jumlah kamara isolasi atau kamar
dengan tekanan udara negative yang memadai
8) Apakah perencanaan memungkinkan jumlah dan jenis tempat untuk cuci
tangan?
9) Apakah komite PPI setuju dengan jumlah minimal tempat cuci tangan pada
proyek ini?
10) Apakah komite PPI setuju dengan rencana pembersihan area kerja
11) Lakukan perencanaan pembuangan limbah konstruksi dengan tim proyek,
seperti jalur keluar masuk, pembersihan, pembuangan debris, dll

3. Utilitas
Lakukan evaluasi terhadap kemungkinan terjadinya gangguan tidak terduga pada sistem
utilitas diarea manapun diluar area kerja selama proyek berlangsung, seperti sistem:
a. Pasokan air bersih
b. Kelistrikan
c. Sistem pentilasi
d. Alaram kebakaran
e. Jalur oksigen
f. Saluran air limbah
g. Gangguan integritas struktur bangunan (lantai, atap, langit-langit, jika terdapat
sistem yang diprediksikan mengalami gangguan, buat rencana atau langkah yang
harus dilakukan untuk mengurangi dampak gangguan)

4. Kebisingan dan getaran


Identifikasi jenis pekerjaan yang menghasilkan kebisingan dan atau getaran selama
proses renovasi / konstruksi berlangsung. Identifikasi unit/ area yang akan terpengaruh
bahaya kebisingan dan getaran. Buata rencana untuk menurunkan intensitas bising dan
getaran serta buat pemberitahuan kepada petugas unit yang terpengaruh.

5. Bahan berbahaya dan beracun


Lakukan identifikasi bahan berbahaya dan beracun yang digunakan selama proyek
berlangsung. Perhatikan hal-hal berikut:
a. Mintalah daftar bahan berbahaya yang digunakan dan minta MSDS jika dibutuhkan
b. Apakah pekerjaan cenderung menghasilkan uap atau bau yang berbahaya atau tidak
biasa dan bagai mana cara meminimalkan dampaknya (contoh: bau furne yang
timbul saat pekerjaan gerinda atau mengelas)

6. Layanan darurat
Penilaian terhadap layanan darurat seperti keselamatan kebakaran perlu dilakukan
untuk menentukan langkah yang perlu dikembangkan untuk menjamin keselamatan.
Perhatikan hal-hal berikut:
a. Apakah proyek konstruksi/ renovasi mempengaruhi jalur keluar yang diperlukan
dan tidak dapat digunakan oleh orang lain selain pekerja konstruksi? Bagaimana
langkah alternative untuk meminimalisir dampak?
b. Apakah kegiatan proyek memiliki potensi untuk menghalangi akses bila terjadi
keadaan darurat
c. Apakan kegiatan proyek mempengaruhi sistem deteksi dan pencegahan kebakaran?
d. Adakah area kegiatan yang memerlukan APAR?
e. Adakah kegiatan proyek memerlukan staf dilatih terhadap respon kebakaran?
f. Apakah proyek memerlukan peningkatan inspeksi pengawasan bahaya?
g. Apakah terhadap pekerja panas (hot work) seperti mengelas atau gerinda selama
proyek berlangsung?
h. Buatkan langkah-langkah yang harus diambil untuk meminimalisir dampak dari
hal-hal yang telah disebutkan diatas

7. Bahaya lain yang mempengaruhi perawatan, pengobatan, dan layanan.


Identifikasi bahaya lain yang dapat mempengaruhi pelayanan selama proyek
berlangsung seperti sistem pembuangan sampah konstruksi, alur transportasi, material,
pembersihan lokasi proyek dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai