Anda di halaman 1dari 7

Sistem Informasi Perencanaan Dan Pengadaan Obat Terhadap Quality Assurance Di RS

ABSTRAK

Obat memegang peran yang penting dalam pelayanan kesehatan karena obat merupakan
salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan. Pelayanan Kefarmasian adalah tolok
ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian. Beberapa kegiatan dalam manajemen adalah perencanaan dan pengadaan
obat yang terkait dengan quality assurance kefarmasian. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perencanaan dan pengadaan obat dalam manajemen serta sistem yang mampu
menghasilkan informasi yang dapat mendukung quality assurance kefarmasian di RS. Penelitian
dilakukan di Instalasi Farmasi RS dengan teknik analisis data yaitu menggunakan analisis
univariat, bivariat dan multivariat. Juga menggunakan sistem SDLC (System Development Live
Cycle).

Kata Kunci : Informasi, Perencanaan, Pengadaan, Quality Assurance Kefarmasian


Obat memegang peran yang penting dalam pelayanan kesehatan karena obat merupakan salah
satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan. Obat merupakan salah satu komponen
penting dalam pelayanan kesehatan sehingga ketersediaannya harus terjamin dalam jumlah dan
jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan, secara tepat waktu, merata, dan berkesinambungan.
Biaya obat merupakan bagian terbesar dari anggaran kesehatan. Di beberapa negara maju
berkisar antara 10% - 15% dari anggaran kesehatan dan di negara berkembang biaya ini lebih
besar lagi antara 35% - 66%. Aspek terpenting dari pelayanan farmasi adalah mengoptimalkan
penggunaan obat. Ini harus termasuk perencanaan untuk menjamin ketersediaan, keamanan, dan
keefektifan penggunaan obat (Rahmawatie, Erni., Santosa Stefanus. (2015). Sistem Informasi
Perencanaan Pengandaan Obat Di Dinas Kesehatan Kaupaten Boyolali. Jurnal Pseudocode,
Volume 2 Nomor 1, hal. 45)

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang
pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 1333 / Menkes/ SK / XII / 1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang
menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan
obat yang bermutu (Depkes RI,1999).

Salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit dapat dilakukan
dengan penggunaan obat-obatan yang rasional dan berorientasi kepada pelayananan pasien,
penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Aldehide. (2018)
. Manajemen pengelolaan obat terhadap ketersediaan obat di instalasi farmasi RSUD Kudungga
Sangatta Kabupaten Kutai Timur, hal. 1).

Manajemen kefarmasian adalah manajemen dan pengendalian barang-barang, layanan dan


perlengkapan mulai dari akuisisi sampai disposisi. Manajemen logistik terdiri dari elemen
penting yaitu strategi terpadu untuk menjamin bahwa bahan barang, jasa dan perlengkapan dibeli
dengan biaya total terendah, strategi terkait untuk menjamin bahwa persediaan dan biaya simpan
dipantau dan dikendalikan secara agresif (Sjaaf, Wahyutomo. (2019). Hubungan Perencanaan
Dan Pengadaan Obat Terhadap Quality Assurance Kefarmasian Di RSUD Banten. Jurnal
Bidang Ilmu Kesehatan, Vol. 9 No. 1, hal. 109).
Quality Assurance atau menjaga mutu pelayanan suatu program berlanjut yang disusun secara
objektif dan sistematik memantau dan menilai mutu dari kewajaran asuhan terhadap pasien,
menggunakan peluang untuk meningkatkan asuhan pasien dan memecahkan masalah-masalah
yang terungkap (Sabarguna, 2011 : 80).

Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan penunjang dan sekaligus revenue center
utama di dalam rumah sakit. Hal tersebut mengingat bahwa lebih dari 90% pelayanan kesehatan
di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi (obatobatan, bahan kimia, bahan radiologi,
bahan alat kesehatan habis pakai, alat kedokteran dan gas medik). Oleh karena itu, jika terjadi
masalah pada persediaan perbekalan farmasi karena tidak dikelola secara cermat dan penuh
tanggung jawab maka akan terjadi penurunan dalam hal pendapatan rumah sakit (Suciati dan
Adisasmito, 2006).

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan
farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, sehingga untuk menghindari
ketidaksesuaian kekosongan obat dapat digunakan metode yang tepat. Pengadaan merupakan
perealisasian kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian, baik secara
langsung maupun tender dari distributor, produksi/pembuatan sediaan farmasi baik steril maupun
non steril, dan juga yang berasal dari sumbangan/hibah (Astuty, Widya., Sondakh, Firra
Fitrianingsih., Uneputty, Jonly. (2015). Analisi perencanaan dan pengandaan obat antibiotik
berdasarkan indeks kritis diinstalasi farmasi RSU Monompia Kotamobagu. Jurnal Ilmiah
Farmasi-UNSRAT Vol.7 No.4, hal. 42)

Pengadaan barang dan jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian
/ Lembaga / Satuan Kerja Perangkat Daerah / Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa.
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan
disetujui melalui pembelian, produksi atau pembuatan sediaan farmasi, dan sumbangan atau
hibah.

Quality Assurance atau menjaga mutu pelayanan suatu program berlanjut yang disusun secara
objektif dan sistematik memantau dan menilai mutu dari kewajaran asuhan terhadap pasien,
mengunakan peluang untuk meningkatkan asuhan pasien dan memecahkan masalahmasalah
yang terungkap (Sabarguna, 2011 : 80)
METODE

Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis univariat, analisis bivariate
dan analisis univariat. Analisis Univariat dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian, karena
data pada penelitian ini merupakan data numerik maka digunakan analisis Tendensi Sentral yang
menghasilkan distribusi mean, median, standar deviasi dan persentase dari tiap variabel.

Analisis univariat dalam penelitian ini terdiri dari variabel perencanaan, pengadaan dan quality
assurance. Analisis bivariat adalah analisis data yang dilakukan untuk mencari hubungan antara
kedua variable, mengukur kekuatan hubungan dan besar pengaruh variabel perencanaan terhadap
quality assurance kefarmasian dan mengukur kekuatan hubungan dan besar pengaruh variabel
pengadaan terhadap quality assurance kefarmasian.

Analisis multivariat dilakukan untuk melakukan uji analisis dua variabel atau lebih. Analisis
multivariat bertujuan untuk mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap
variabel terikat. (Sjaaf, Wahyutomo. (2019). Hubungan Perencanaan Dan Pengadaan Obat
Terhadap Quality Assurance Kefarmasian Di RSUD Banten. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan,
Vol. 9 No. 1, hal. 113).

Metode perencanaan pengadaan obat terdiri dari metode konsumsi dan epidemiologi. Adapun
Data yang dibutuhkan dalam perhitungan kebutuhan dengan metode epidemiologi adalah :

1. Kasus penyakit
2. Jumlah setiap kasus periode sebelumnya
3. Standar diagnosa dan terapi
4. Jenis obat yang digunakan
5. Dosis obat yang digunakan
6. Lamanya pengobatan
7. Formularium

Langkah-langkah Perhitungan Metode Epidemiologi:


1. Buat format data penyakit
2. Hitung jumlah penggunaan obat
3. Hitung jumlah kebutuhan
 Jumlah Obat yang digunakan (jumlah obat yang digunakan)
 Hitung jumlah pemakaian rata – rata = jumlah obat yang digunakan / jumlah hari
kerja
 Stok pengamanan obat yang selalu harus tersedia bila terjadi peningkatan pasien,
biasanya stok pengaman berkisar 10 – 20 %. diambil saja 10 % jadi stok pengaman
adalah Stok Pengaman = 10% * jml pemakaian obat
 Waktu tunggu yang digunakan adalah 2 – 3 hari, jadi kalau diambil 3 hari tunggu
maka waktu tunggu = 3 * jumlah pemakaian rata – rata
 Hitung Jumlah kebutuhan periode kedepan dengan memperhatikan kenaikan
kunjungan = (Jumlah Obat yang digunakan + Stok Pengaman + waktu tunggu ) –
Sisa Stok.
4. Hitung jumlah pesanan = jumlah kebutuhan - (Sisa - obat rusak). Data yang diperlukan
dalam perhitungan Kebutuhan dengan metode konsumsi:
a) Buku defakta ( buku catatan logistik yang tidak dapat dipenuhi)
b) Permintaan dari bagian
c) Standar (Formularium/DEON)
d) Catatan jumlah kunjungan pasien minimal 2 periode sebelumnya

5. Catatan lead time (waktu pemesanan dibandingkan dengan waktu barang datang)
6. Catatan barang rusak dari setiap item logistik.
7. Catatan barang yang kadarluarsa dari setiap item logistik
8. Catatan stok pengaman Langkah Perhitungan metode konsumsi adalah:
a) Tentukan periode perencanaan
b) Buat dan isi format mutasi barang
c) Hitung jumlah kebutuhan (sama dengan perhitungan jumlah kebutuhan pada metode
epidemiologi di atas)
d) Hitung jumlah pesanan: Jumlah pesanan = jumlah kebutuhan - (Sisa - yang rusak).
(Rahmawatie, Erni., Santosa Stefanus. (2015). Sistem Informasi Perencanaan Pengandaan Obat
Di Dinas Kesehatan Kaupaten Boyolali. Jurnal Pseudocode, Volume 2 Nomor 1, hal. 49-50)

Anda mungkin juga menyukai