Anda di halaman 1dari 22

TUGAS TAKE HOME MAHASISWA S1-FARMASI

MATA KULIAH : Farmasi Klinik

DOSEN PENGAMPU : Apt Latifah D, M.Farm

Disusun Oleh:
NAMA: Dwi Novita Sari

NPM: F420185056 / 4B FARMASI

KASUS 1

R/ Amoxycillin tab 500 No XV Kudus, 10 September 2020


S. 3 dd tab 1
R/ Mefinal tab mg 500 No.X

S. 3 dd tab 1 R/ Cataflam 25
S. 2 dd tab 1

Pro : Ny Yulia
Umur : 40 thn Ttd

Anamnesa

 Ny. Yulia (pasien, 40 thn) datang kedokter dan memeriksakan giginya


kemudian dicabut, terdapat luka namun tidak terlalu banyak
 Beberapa hari kemudian setelah menggunakan obat, Ny. Yulia
mengalami gangguan lambung. Karena pasien menganggap antibiotic
harus diminum rutin sampai habis maka Ny. Yulia melanjutkan
pemakaian obat, dan lambung Ny.Yulia semakin sakit. Sehingga
Ny.Yulia konsultasi kepada apoteker.
I. ASSESMENT
A. Menggali Riwayat Pasien
No. KOMPONEN KETERANGAN
1. Data Pasien Nama : Ny. Yulia
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : P
Alamat : -
No. HP : -
BB/TB : -
Pekerjaaan : -
Kondisi : Sakit gigi, setelah cabut gigi sedikit
berdarah,
setelah minum obat dari dokter muncul rasa
tidak enak
di lambung.
2. Riwayat Penyakit Penyakit yang pernah diderita : -
Keluhan sekarang : Sakit gigi dan nyeri di
lambung.
Data Laboratorium : -

Diagnosis : Sakit gigi setelah gigi dicabut dan


alergi
obat.
3. Riwayat Pengobatan Amoxycillin
Mefinal
Cataflam
4. Keadaan khusus pasien Nyeri lambung.

B. SKRINING RESEP
 Administrasi (kelengkapan Resep)
1. Kelengakpan Resep
- Nama dokter :-
- Alamat dokter : -
- Izin praktek :-
2. Tanggal penulisan resep : Ada
3. Tanda R/ : Ada
4. Nama obat, jumlah/ukuran : Ada
5. Perintah pembuatan resep : Ada (cataflam tidak ada)
6. Paraf dokter : Tidak ada
7. Signa resep : Ada
8. Nama, umur dan alamat pasien : Ada

Kesimpulan :
Resep tersebut tidak lengkap, karena tidak mencantumkan informasi
mengenai nama dokter, alamat dokter, izin dokter, tanda resep, jumlah
pembuatan cataflam, paraf dokter , dan alamat pasien.

C. PERTIMBANGAN KLINIS/DRP

No. Kriteria Permasalahan Pengatasan


1. Indikasi - -
2. Kontraindikasi Pasien mengalami nyeri Ganti terapi atau obat
lambung setelah yang dapat mengatasi
menggunakana obat, keluhan nyeri lambung
kemungkinan alergi oba atau obat yang dapat
atau reaksi obat tidak mengatasi efek samping
diinginkan atau efek obat.
samping obat.
3. Interaksi - -
4. Dupikasi/polifarmas - -
i
5. Alergi Kemungkinan pasien Tambahkan obat yang
alergi amoxicillin atau dapat mengatasi
golongan obat NSAID gangguan lambung atau
ganti dengan terapi
yang lain.
Antibiotik amoxicillin
dihentikan.
6. Fek samping Catflam (Kalium Diminum bersama
Diklofenak) : makan atau setelah
Efek samping yang makan, jangan
umum tejadi seperti berkendara/menjalankan
nyeri/kram perut, sakit mesin selama mum
kepala, diare, nausea, obat.
tukak lambung, pusing, Mengganti NSAID
ruam, pruritus (gangguan dengan paracetamol
lambung) dan Menambahkan terapi
mengantuk. untuk mengatasi
Mefinal (Asam keluhan lambung yaitu
mefenamat) : Polysilane dan
Pemberian asam spasmolitik Buscopan.
mefenamat dapat
memperburuk tukak
lambung yang diderita
oleh pasien (MIMS :
109).
7. Reaksi obat yang Cataflam (Kalium
merugikan diklofenak)
(ADR/Averse Drug Hati-hati penggunaan
Reaction) pada penderita
dekomposisi antung atau
hipertensi, karena
diklofenak dapat
menyebabkan retensi
cairan dan edema; hati-
hati penggunaan pada
penderita gangguan funsi
ginjal, jantung, hati,
penderita dengan luka
atau perdarahan pada
saluran pencernaan;
hindarkan penggunaan
pada penderita porfiria
hati; hati-hati
penggunaan selama
kehamilan karena
diklofenak dapat
menembus plasenta;
dikofenak tidak
dianjurkan untuk ibu
menyusui karena
diklofenak diekskresikan
melalui ASI.

D. KARAKTERISTIK OBAT DAN EFEK FARMAKOLOGI OBAT


1) Amoxicillin
- Komposisi :
Amoxicillin 500 mg
- Indikasi :
Infeksi saluran nafas, saluran genitor-urinaria, kulit dan jaringan lunak yang
disebabkan organisme gram positif dan negative yang peka terhadap obat ini.
- Dosis :
Dewasa 250-500 mg tiap 8 jam
- Pemberian obat :
Diberikan bersama makan agar diabsorbsi lebih baik dan untuk mengurangi rasa
tidak nyaman pada Gastrointestinal.
- Kontraindikasi :
Hipersesitif pada penicillin, infeksi mononucleosis
- Peringatan :
Hipersensitif terhadap sefalosporin, kerusaka ginjal, leukemia limfatik, superinfeksi
- Efek samping :
Reaksi hipersensitif, gangguan gastrointestinal
- Interaksi obat :
Probenesid meningkatkan waktu paro amoxicillin dalam plasma. Dengan
allopurinol timbul ruam kulit. Kontrasepsi oral efektivitasnya diturunkan oleh
amoxicillin.
- Kategori kehamilan :
D

2) Asam Mefenamat
- Komposisi :
Asam mefenamat 500 mg
- Indikasi :
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan
dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore prmer, termasuk nyeri karena trauma,
nyeri sendi, nyeri otot trauma dan tulang punggung, nyeri sehabis operasi, nyeri
pada persalinan, reumatik, nyeri paha, demam.
- Dosis :
Digunakan per oral, sebaiknya sewaktu makan.
Dewasa dan anak diatas 14 tahun :
Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dianjutkan 250 mg tiap 6 jam atau
500 mg 2-3 kali sehari. Anak <6 bulan : 6,5 mg/kg BB/6-8 jam.
- Pemberian obat :
Berikan segera sesudah makan.
- Kontraindikasi :
Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal,asma dan hipersensitif
terhadap asam mefenamat. Hati-hati pada penderita penyakit ginjal, hati dan
peradangan saluran cerna.
- Peringatan :
Gagal ginjal, penderita asma yang sesitif terhadap AINS, rhinitis alergi, urtikaria,
hamil, laktasi, anak < 14 tahun.
- Efek samping :
Dapat terjadi gangguan saluran cerna
- Interaksi obat :
Obat-obat antikoagulan oral seperti warfarin ;mempertinggi efek kumarin; asetosal
(aspirin) dan insulin
- Kategori kehamilan :
C, D pada trimester 3 atau menjelang persalinan.
- Mekanisme kerja :
Menghambat sintesis prostaglandin melalui penurunan aktivitas enzim,
siklooksigenase, yang menghasilkan penurunan precursor pembentuk prostaglandin.

3) Kalium Diklofenak
- Komposisi :
Kalium Diklofenak 50 mg.
- Indikasi :
Nyeri peradangan pasca trauma, inflamasi an nyeri pasca operasi, sebagai terapi
tambahan pada nyeri brat pada infeksi THT. Gejala nyeri pada kolumna vertebra,
reumatik non artikuler.
- Dosis :
Dosis awal 100-150 mg terbagi dalam 2-3 dosis.
Kasus ringan an anak >14 tahun 75-100 mg/hari
- Pemberian obat :
Berikan segera sesudah makan.
- Kontraindikasi :
Ulkus peptic
- Peringatan :
Riwayat penyakit gastrointestinal, gangguan fungsi hati, jantung, atau ginjal.
- Efek samping :
Kadang-kadang gangguan gastrointestinal, sakit kepala, pusing, vertigo dan ruam.
- Interaksi obat :
Meningkatkan kadar litium, metotreksat dan digoksin alam plasma. Dapat
mengurangi efek diuretic.
- Kategori kehamilan :
B, D pada trimester 3 atau menjelang persalinan. (MIMS, 2012 :137).

4) Polysilane

- Komposisi:
Per tablet polysilane Al(OH)3 200 mg, dimethicone 80 mg, Mg(OH)2 200 mg.
- Indikasi:
Rasa terbakar khususnya pada hernia hiatal, pirosis, gastritis, kembung.
- Dosis:
Dewasa 1-2 tablet/hari atau 1-2 sendok teh 3-4 kali/hari.
- Pemberian Obat:
Dapat diberikan bersama makan.
- Peringatan:
Kerusakan fungsi ginjal, penggunaan lama, dosis tinggi.
- Efek Samping:
Deplesi fosfat.
- Interaksi Obat:
Absorbsi dihambat dengan furosemid, indometasin, tetrasiklin, digoksin, INH,
antikolinergik.

5) Buscopan

- Komposisi:
Hyoscine-N-butylbromide.
- Indikasi:
Gangguan spastic pada Gastro Intestinal, kandungan empedu, saluran kemih,
dan saluran kelamin wanita.
- Dosis:
Drag 1-2 drag 4 kali/hari. Maksimum 100 mg/hari.
- Pemberian Obat:
Bersama makan atau tanpa makan.
- Kontra Indikasi:
Miastenia gravis, megakolon.
- Peringatan:
Glaukoma sudut sempit, penderita obstruksi saluran kemih dan usus kecil,
takiaritmia.
- Efek Samping:
Xerostomia, dishidrolis, takikardi, retensi urin, reaksi alergi, reaksi pada kulit,
dispneu (pada pasien dengan riwayat asma bronchial atau alergi).
- Interaksi Obat:
Meningkatkan efek antikolinergik dari antidepresan trisiklik, antihistamin, kuinidin,
amantadin, dan disopiramid. Meningkatkan efek takikardi dari B-adrenergik.
Antagonis dopamine menurunkan efek dalam saluran Gastro Intestinal.
- Kategori kehamilan:
C
(MIMS, 2012: 21)

Kesimpulan skrining resep dan hasil analisis DRP (Drug Related Problem)

Resep tidak lengkap secara administrasi, adanya efek samping terapi sehingga perlu
ditambahkan terapi.

Plan

Untuk mengatasi keluhan lambung yaitu Polysilene dan Buscopan. Kemudian


antibiotic amoksisilin dihentikan karena kemungkinan pasien alergi antibiotic
tersebut. Lagipula perdarahan gigi sangat sedikit jadi antibiotic dapat dihentikan.

E. EVALUASI

- Keberhasilan terapi: pasien sembuh atau tidak, gejala atau keluhan


hilang/tidak, pasien dapat beraktivitas seperti biasa.
- Ada/tidaknya gejala/keluhan dan penyakit lain yang timbul setelah/selama
pengobatan.

SARAN
a. Kepatuhan pasien minum obat
b. Segera konsultasi dengan dokter apabila terjadi alergi atau efek yang tidak
diinginkan
c. Makan makanan yang lunak. Menjaga kesehatan gigi dan mulut
yakni menyikat gigi dengan benar minimal 2 kali sehari, dapat
disempurnakan dengan moutwash setelah menyikat gigi.
d. Tidak berkendaraan/menjalankan mesin selama meminum obat,
hindari makan makanan yang terlalu asam, pedas, panas, dingin.
KASUS 2

Anamnesa (diagnosa)
Pasien dinyatakan diabetes mellitus , hipertensi, hiperkolesterolemia, ostheoartritis, dan
sindrom dispepsia.

Kudus , 17 September 2020

R/ Metformin 500 XLV


S. 3 dd 1
R/ Glibenklamide 5 XV
S. 1 dd 1
R/ Captopril 50 XLV
S. 3 dd 1
R/ furosemid X
S. . - 0 – 0
R/ Amlodipin 5 XV
S. 1 dd 1
R/ Voltadex 50 XXX
S. 0 – 0 - 1
Pro : Ny Ina
Umur : 56 th

Ttd
A. SKRINING RESEP
 Inscription
1. Nama dokter : Tidak ada
2. SIP dokter : Tidak ada
3. Alamat dokter : Tidak ada
4. Nomer Telepon : Tidak ada
5. Tempat dan tanggal penulisan resep : Ada
 Invocatio
Tanda R/ diawal penulisan resep : Ada
 Prescription
1. Nama obat : Ada
2. Kekuatan obat : Ada
3. Jumlah obat : Ada
 Signatura
1. Nama pasien : Ada
2. Jenis kelamin : Ada
3. Umur pasien : Ada
4. Berat badan : Tidak ada
5. Alamat pasien : Tidak ada
6. Aturan pakai obat : Ada
7. Iter/tanda lain : Tidak ada
 Subcriptio
Paraf dokter : Ada

Kesimpulan :
Resep tersebut tidak lengkap, karena tidak mencantumkan informasi mengenai
nama dokter, SIP dokter, alamat dokter, nomer telepon, alamat pasien, dan berat
badan pasien,
iter/tanda lain.
Cara pengatasan : Alamat dan berat badan pasien dapat ditanyakan langsung
kepada pasien/keluarga pasien.
B. SOAP
a) Menggali Riwayat Pasien (Subyektif)
No. KOMPONEN KETERANGAN
1. Data Pasien Nama Pasien : Ny. Ina
Umur : 56 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : -
No.Tlp : -
Pekerjaan : -
TB/BB : -
2. Riwayat Penyakit Tidak ada
3. Riwayat Pengobatan Tidak ada
4. Keadaan khusus pasien Tidak ada
5. Alergi Tidak ada

b) Menggali Kondisi Pasien (Objektif)


No. Kriteria Keterangan
1. Tekanan Darah Tidak ada
2. Nadi Tidak ada
3. Respiratory Rate (RR) Tidak ada
4. Suhu Tidak ada

c) Assesment
1. Hiperkolesterolemia belom ada terapi farmakologinya
2. Sindrom dispepsia belom ada terapi farmakologinya
d) Plan
No. Kriteria Plan
1. Hiperkolesterolemia belom Hiperkolesterolemia dapat diberikan
ada terapi farmakologinya obat simvastatin 10 mg dengan dosis
tunggal dan waktu konsumsi obat pada
malam hari dan pemberian vitamin B
kompleks, yang mengandung asam
nikotinat, akan membentu
menghambat pembentukan kolesterol
dan trigliserida, sehingga akan
membantu menekan kadar lipid dalam
darah.
2. Sindrom dyspepsia belom ada Pasien perlu diberi obat untuk
terapi farmakologinya mengatasi syndrome dispepsianya,
terlebih dalam resep tersebut terdapat
obat-obat yang menimbulkan efek-efek
yang tidak menyenangkan pada saluran
cerna, berupa iritasi lambung (natrium-
diklofenak), mual, muntah, diare
(metformin dan glibenklamid).
Ranitidine dan antiemetic seperti
domperidon atau metoklopramid
mungkin perlu diberikan.

C. DRP DAN EFEK FARMAKOLOGI


No. Kriteria Permasalahan (DRP) Pengatasan
1. Indikasi - -
2. Kontraindikasi Pasien mengalami nyeri Ganti terapi atau tambahkan
lambung setelah obat yang dapat mengatasi
menggunakan keluhan nyeri lambung atau
obat, kemungkinan akibat obat yang dapat mengatasi
alergi obat atau rekasi obat efek samping obat.
tidak diinginkan atau efek
samping obat
3. Interaksi - Amlodipin (pemblok kanal Kombinasi captopril,
kalsium) dan captopril (ACE furosemid, dan amlodipin,
inhibitor) yang digunakan perlu dipantau efeknya,
bersama-sama, cenderung ada baiknya dosis
berinteraksi menyebabkan captopril dikurangi
efek - Konsumsi captopril 1 jam
hipotensif, ACE inhibitor sebelum makan, untuk
juga menghindari interaksinya
akan bekerja pada sistem dengan makanan
kanal
kalsium, meski tidak secara
langsung, begitu pun dengan
furosemid.
- Captopril berinteraksi
dengan
makanan, dan menyebabkan
absorpsi captopril menurun.
(DIF)
4. Polifarmasi - -
5. Alergi - -
6. Efek samping Natrium-diklofenak : efek Tambahkan obat yang dapat
yang tidak menyenangkan mengatasi gangguan
pada saluran cerna, berupa lambung misalnya
iritasi lambung ranitidine
Metformin dan glibenklamid: dan antiemetic seperti
mual, muntah, diare domperidon atau
metoklopramid mungkin
perlu diberikan.
7. Reaksi obat Natrium Diklofenak Dilakukan pematauan atau
yang Hati-hati penggunaan pada monitoring saat terapi
merugikan penderita lansia dengan pengobatan berlangsung
gangguan ginjal, hati, juga
pada wanita hamil dan
menyusui dan penderita
asma.
Karena penggunaan natrium
diklofenak jangka panjang
atau
dosis tinggi dapat
meningkatkan resiko
serangan
jantung, infark miokard,
stroke, atau ganguan jantung

D. EVALUASI DAN ANALISA RESEP


Pada kasus resep Ny. Ina (56th) dinyatakan mengalami mengalami diabetes
mellitus, hipertensi, hiperkolesterolemia, ostheoartritis, dan sindrom dispepsia.
Pemberian kombinsai metformin dan glibenklamid pada kasus pasien diagnose lain
berupa hipertensi diperbolehkan. Dosis kombinasi kedua obat tersebut juga masih
dalam batas aman. Dimana dosis maksimum keduanya adalah 20 mg/hari untuk
glibenkalmid, dan 2000 mg/hari untuk metformin. (Dipiro; 1369, 1384, 1385).
Penanganan hipertensi dalam kasus ini digunakan kombinasi 3 antihipertensi,
yaitu captopril (ACE inhibitor), furosemid (loop diuretik), dan amlodipin (Pemblok
kanal kalsium). Kombinasi tersebut diperbolehkan. Dosis furosemid merupakan
dosis terendah yaitu 20 mg, dengan waktu pemberian yang tepat yaitu pada pagi
hari. Sedangkan dosis captopril merupakan dosis maksimum yaitu 150 mg/hari,
dalam dosis terbagi 3. Sedangkan amlodipin yang diberikan adalah dosis
menengah, yaitu 5 mg/hari, lazimnya 2,5-10 mg/hari. Perlu diperhatikan pasien
telah cukup lanjut usianya (56th), captopril diberikan pada dosis maksimum
dikombinasi dengan furosemid, dan amlodipin, akan berpotensi menimbulkan efek
hipotensi. Dengan pemberian furosemid, pasien akan mengalami diuresis, yang
berarti volume darah menurun dan menurun pula tekanan darahnya, sedangkan
pemberian ACE inhibitor dapat menyebabkan penurunan tekanan darah melalui
berbagai mekanisme yang terlibat dalam pengaturan sistem rennin- angiotensin-
aldosteron (RAAS), sehingga resiko hipotensinya semakin meningkat, terlebih pada
pasien yang telah lanjut usia, ditambah dengan kombinasi dengan amlodipin.
Tekanan darah harus senantiasa dipantau. (Dipiro: 233-234).
Meski ada kemungkinan lain, bahwa maksud penggunaan furosemid dalam
dosis rendah adalah untuk mengatasi resiko efek samping amlodipin, berupa udema
perifer. Amlodipin dapat menyebabkan terjadinya udema perifer, dengan
pemberian furosemid, maka aktivitas urinary meningkat, sehingga tidak terjadi
udema perifer.
Natrium diklofenak digunakan untuk mengobati gejala nyeri akibat
osteoarthritis. Diklofenak merupakan antiinflamasi nonsteroid (AINS) nonselektif.
Dosis yang diberikan adalah dosis tunggal pada malam hari sebesar 50 mg.
Sebagaimana AINS nonselektif lainnya, diklofenak dapat menginduksi terjadinya
ulkus peptikum, sedangkan dalam diagnosanya dokter telah menyatakan bahwa
pasien mengalami sindrom dispepsia. Meskipun efek buruk yang disebabkan
diklofenak pada saluran cerna tidak sekuat aspirin, namun pemilihan obat lain yang
lebih aman, perlu dipertimbangkan, mengingat pasien telah dinyatakan mengalami
sindrom dispepsia. (Dipiro; 1131). Dalam kasus ini, pasien telah didiagnose
sindrome dispepsia, dan mendapat terapi AINS yang dapat memperparah sindrom
tersebut, namun pasien tidak mendapat obat untuk indikasi ini. Tak ada obat yang
diberikan untuk mengobati sindrom dispepsianya.
Untuk terapi hiperkolesterolemia obat simvastatin dapat diberikan dengan
dosis tunggal pada malam hari 10 mg. Penggunaan simvastatin pada penderita
diabetes diperbolehkan. Dan penambahan pemberian vitamin B kompleks, yang
mengandung asam nikotinat, akan membentu menghambat pembentukan
kolesterol dan trigliserida, sehingga akan membantu menekan kadar lipid dalam
darah. (BNF 57; 539)

SARAN
- Kombinasi captopril, furosemid, dan amlodipin, perlu dipantau efeknya, ada
baiknya dosis captopril dikurang
- Konsumsi captopril 1 jam sebelum makan, untuk menghindari interaksinya
dengan makanan
- Pasien perlu diberi obat untuk mengatasi sindrome dispepsianya, terlebih
dalam resep tersebut terdapat obat-obat yang menimbulkan efek-efek yang
tidak menyenangkan pada saluran cerna, berupa iritasi lambung (natrium-
diklofenak), mual, muntah, diare (metformin dan glibenklamid). Ranitidine
dan antiemetic seperti domperidon atau metoklopramid mungkin perlu
diberikan.
- Pasien juga harus diingatkan untuk senantiasa melakukan terapi non
farmakologis, berupa diet makanan rendah karbohidrat, lemak, dan garam.
- Pasien juga harus menghindari konsumsi rokok dan atau alcohol
- Olah raga ringan secara teratur sangat dianjurkan.
KASUS 3

Pasien mengeluh merasakan sesak nafas, nyeri dada, dan nyeri lambung

Kudus, 7 September 2020

R/ Furosemid XV
S. 1-0-0
R/ Aspilet XV
S. 1 d d 1
R/ ISDN XV
S. 1 d d 1
R/ Lorazepam 2 XV
S. 0-0-1
R/ Ranitidin XXX
S. 2 d d 1
R/ Omeprazol X

S. 2 dd 1

R/ Ketorolac XLV
S 3 dd 1
R/ FA XLV
S 3 dd 1

Pro : Tn Amir
Umur : 60 th
SKRINNING RESEP
a. Persyaratan administrasi
1. Nama dokter : Tidak ada
2. SIP dokter : Tidak ada
3. Alamat dokter : Tidak ada
4. Tanggal penulisan resep : Ada
5. Tanda tangan/ paraf : Tidak ada
6. Nama pasien : Ada
7. Umur pasien : Ada
8. Berat badan pasien : Tidak ada
9. Alamat pasien : Tidak ada
10. Jenis kelamin : Ada

METODE SOAP
a. Subjective (S) : sesak nafas, nyeri dada, dan nyeri lambung
b. Objective (O) : Tidak ada
c. Assessment (A) : sebagai antiplatelet, dan sebagai antiinflamasi
nonselektif, aspilet dapat menginduksi terjadinya ulkus peptikum

ANALISA DRP BESERTA EFEK FARMAKOLOGINYA


Efek farmakologi masing-masing obat dalam resep :
1. Furosemide adalah salah satu loop diuretik.
2. Aspilet adalah sediaan branded dari asam asetil salisilat 80 mg/ tablet.
Asam asetil salisilat pada dasarnya adalah jenis dari antiinflamasi
nonsteroid yang juga sering digunakan sebagai antiplatelet.
3. ISDN 5 atau isosorbid dinitrat 5 mg/tablet, merupakan senyawa nitrat
kerja panjang yang sering digunakan pada penanganan kasus angina.
4. Ranitine, antihistamin H-2
5. Antasida, antasida merupakan sediaan obat basa yang bekerja
menetralkan asam lambung. Umumnya natasida adalah sediaan tablet
atau suspense yang mengandung Al(OH)3 atau Mg(OH)2.
6. FA/ folic acide atau asam folat merupakan suplemen makanan yang
berperan penting dalam pembentukan sel darah merah.
Furosemid merupakan merupakan golongan obat diuretik yang sering
digunakan dalam penanganan kasus hipertensi, namun dalam kasus ini pasien
menyatakan tidak menderita hipertensi. Dan pada dosis yang lebih tinggi
furosemide digunakan pada pasien dengan penurunan laju glomerular atau pun
pasien gagal hati. Dalam kasus ini pasien Tn. Amir yang telah berusia 60 tahun
menerima 8 item obat dalam rentang waktu satu kali pengobatan, hal ini sangat
memungkinkan terjadinya masalah penggunaan obat (DRP) dan interaksi serta
terjadinya reaksi obat merugikan (ROM), antar obat-obat tersebut, maupun dengan
makanan yang dapat menyebabkan tujuan terapi tidak tercapai secara optimum.
Berdasarkan keluhan yang disampaikan oleh pasien menyatakan sering sesak nafas,
nyeri dada dan nyeri ulu hati. Keluhan sesak nafas dan nyeri dada sering menjadi
indikator adanya gangguan jantung. Adanya dugaan gangguan jantung ini didukung
oleh adanya obat ISDN dan furosemid dalam resep dokter tersebut. Disamping
adanya gangguan lambung.
Aspilet merupakan AINS, yang memiliki efek lain sebagai antiplatelet, dan
sebagai antiinflamasi nonselektif, aspilet dapat menginduksi terjadinya ulkus
peptikum, karena adanya penghambatan pembentukan prostaglandin yang berperan
dalam melindungi dinding lambung. Dalam kasus ini pasien telah mengeluh nyeri
lambung. Maka pemberian aspilet dalam kasus ini kurang tepat, karena aspilet
dapat memperparah kondisi lambungnya, terlebih dengan adanya efek antiplatelet
obat tersebut, dapat memungkinkan terjadinya pendarahan lambung, apalagi
penggunaannya bersamaan dengan ketorolac, yang semakin meningkatkan resiko
nyeri dan pendarahan lambung. Walaupun dokter telah memberikan
kombinasi ranitidine dan antacida untuk mengatasi nyeri lambungnya, namun
mengganti obat yang dapat mengiritasi lambung dengan obat lain yang lebih aman
bagi lambung tetap lebih baik. Lorazepam diberikan untuk menghasilkan efek
penenang, sehingga dapat membantu mengurangi beban kerja jantung. Interaksi
obat dengan obat yang mungkin terjadi :
- Furosemide dapat berinteraksi dengan lorazepam (ansiolitik dan hipnotik), interaksi
ini memungkinkan terjadinya efek hipotensif. Namun dalam kasus ini
kemungkinan tersebut telah dapat dianulir,
- Aspilet dan ketorolac akan meningkatkan resiko pendarahan (meningkatkan
efek antikoagulan) (BNF).

EVALUASI DAN SARAN


- Penggunaan ketoprofen, sebaiknya dihindari, dari keluhan pasien, tidak ada
keluhan yang mengindikasikan perlunya penggunaan obat tersebut,
disamping kemungkinan interaksinya dengan aspilet, dapat meningkatkan
resiko perdarahan.
- Pasien juga tidak mengungkapkan keluhan yang mengindikasikan perlunya
penggunaan ranitidine dan antasida, sehingga kedua obat tersebut tidak
perlu digunakan

Anda mungkin juga menyukai