Anda di halaman 1dari 12

STEP 5 : DEFINE LEARNING OBJECTIVE

A. Visum et repertum
1. Definisi
Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter
atas permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis
terhadap seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari
tubuh manusia, berupa temuan dan interpretasinya, dibawah sumpah dan
untuk kepentingan peradilan.
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah
sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHP. Visum et repertum turut
berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap
kesehatan dan jiwa manusia, dimana VeR menguraikan segala sesuatu
tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian
pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang
bukti.

2. Dasar hukum
Menurut Budiyanto et al, dasar hukum Visum et Repertum adalah sebagai
berikut :
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena
peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan
tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat.

Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan penyidik, dapat dikenakan


sanki pidana :
Pasal 216 KUHP :
Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan
yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya
mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian
pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana
demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalangi atau
menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling
banyak sembilan ribu rupiah.
3. Prosedur

4. Bagian dan jenis


a. Visum et repertum untuk orang hidup, jenis ini dibedakan lagi dalam :
1. Visum et repertum biasa. Visum et repertum ini diberikan kepada
pihak peminta (penyidik) untuk korban yang tidak memerlukan
perawatan lebih lanjut.
2. Visum et repertum sementara. Visum et repertum sementara
diberikan apabila korban memerlukan perawatan lebih lanjut
karena belum dapat membuat diagnosis dan derajat lukanya.
Apabila sembuh dibuatkan visum et repertum lanjutan.
3. Visum et repertum lanjutan. Dalam hal ini korban tidak
memerlukan perawatan lebih lanjut karena sudah sembuh, pindah
dirawat dokter lain, atau meninggal dunia
b. Visum et repertum untuk orang mati (jenazah). Pada pembuatan visum
et repertum ini, dalam hal korban mati maka penyidik mengajukan
permintaan tertulis kepada pihak Kedokteran Forensik untuk
dilakukan bedah mayat (outopsi).
c. Visum et repertum Tempat Kejadian Perkara (TKP). Visum ini dibuat
setelah dokter selesai melaksanakan pemeriksaan di TKP.
d. Visum et repertum penggalian jenazah. Visum ini dibuat setelah
dokter selesai melaksanakan penggalian jenazah.
e. Visum et repertum psikiatri yaitu visum pada terdakwa yang pada saat
pemeriksaan di sidang pengadilan menunjukkan gejala-gejala penyakit
jiwa.
f. Visum et repertum barang bukti, misalnya visum terhadap barang
bukti yang ditemukan yang ada hubungannya dengan tindak pidana,
contohnya darah, bercak mani, selongsong peluru, pisau.

B. Saksi ahli
C. Jenis-jenis kekerasan dan mekanisme trauma
 Jenis-jenis kekerasan
1. Kekerasan fisik :
Contohnya adalah: menampar, menimpuk, menginjak kaki, menjegal,
meludahi, memalak, melempar dengan barang, dll.
2. Kekerasan non fisik
Kekerasan non fisik ini dibagi menjadi dua, yaitu;
a. Kekerasan verbal : kekerasan yang dilakukan lewat kata-kata.
Contohnya : membentak, memaki, menghina, menjuluki,
meneriaki, memfitnah, menyebar gosip, menuduh, menolak dengan
kata-kata kasar, mempermalukan di depan umum
dengan lisan, dll.
b. Kekerasan psikologis/psikis : kekerasan yang dilakukan lewat
bahasa tubuh,
Contohnya : memandang sinis, memandang penuh ancaman,
mempermalukan, mendiamkan, mengucilkan, memandang yang
merendahkan, mencibir & memelototi.
 Mekanisme trauma
Mekanisme trauma dapat diklasifikasikan sebagai berikut : tumpul,
kompresi , ledakan dan tembus.
1. Trauma Tumpul
Penyebab terbanyak dari trauma tumpul adalah kecelakaan lalu lintas.
misalnya tabrakan mobil, maka penderita akan mengalami beberapa
benturan (collision) sebagai berikut :
a. Primary Collision
Tabrakan dapat terjadi dengan cara : Tabrakan depan (frontal),
Tabrakan samping (T-Bone), Tabrakan dari belakang, Terbalik (roll
over)
b. Secondary Collision
Setelah terjadi tabrakan penderita menabrak bagian dalam mobil
(atau sabuk pengaman). Perlukaan yang mungkin timbul akibat
benturan akan sangat tergantung dari arah tabrakan.
c. Tertiary Collision
Setelah penderita menabrak bagian dalam mobil, organ tubuh akan
melaju kearah depan dan mungkin akan mengalami perlukaan
langsung ataupun terlepas (robek) dari alat pengikatnya dalam
rongga tubuh tersebut.
d. Subsidary Collision
Kejadian berikutnya adalah kemungkinan penumpang mobil yang
mengalami tabrakan terpental kedepan atau keluar dari mobil.
Selain itu barang-barang yang berada dalam mobil turut terpental
dan menambah cedera pada penderita.
2. Trauma kompresi
Trauma kompresi terjadi bila bagian depan dari badan berhenti
bergerak, sedangkan bagian dalam tetap bergerak kedepan. Mekanisme
trauma yang terjadi pada pengendara sepeda motor meliputi :
a. Benturan frontal
b. Benturan lateral
c. Laying the bike down
d. Helm (helmets
3. Trauma ledakan (Blast Injury)
Ledakan terjadi sebagai hasil perubahan yang sangat cepat dari suatu
bahan dengan volume yang relatif kecil, baik padat, cairan atau gas,
menjadi produk-produk gas.
Trauma ledakan dapat diklasifikasikan dalam 3 mekanisme kejadian
trauma yaitu :
a. Primer
Trauma ledak primer Merupakan hasil dari efek langsung
gelombang tekanan dan paling peka terhadap organ –organ yang
berisi gas.
b. Sekunder & Tersier
Trauma ledak sekuder dan tertier dapat mengakibatkan trauma baik
tembus maupun tumpul secara bersamaan. Cedera LedakTersier
4. Trauma Tembus (Penetrating Injury)
a. Senjata dengan energi rendah (Low Energy)
Contoh senjata dengan energi rendah adalah pisau dan alat pemecah
es.
b. Senjata dengan energi menengah dan tinggi (medium and high
energy). Senjata dengan energi menengah contohnya adalah pistol,
sedangkan senjata dengan energi tinggi seperti senjata militer dan
senjata untuk berburu.

D. Penilaian derajat luka dan deskripsi luka


 Deskripsi luka
1. Jumlah luka.
2. Lokasi luka, meliputi :
a. Lokasi berdasarkan regio anatomiknya.
b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian1bagian
tertentu dari tubuh.
3. Bentuk luka, meliputi :
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam
bentuk panjang 4 lebar 4 tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.
E. Cara penentuan kematian

F. Tanda-tanda pasti kematian


Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai perubahan-perubahan tubuh (sebagai
tanda kematian yang pasti), berupa :
1. Penurunan suhu tubuh
Penurunan suhu pada saat-saat pertama kematian sangat lamban
karena masih adanya proses gilogenolisis, tetapi beberapa saat
kemudian suhu tubuh menurun dengan cepat. Setelah mendekati suhu
lingkungan penurunan suhu tubuh lambat lagi. Penurunan ini
disebabkan oleh adanya proses radiasi, konduksi dan pancaran panas.
2. Lebam mayat
Lebam mayat adalah perubahan warna kulit berupa warna biru
kemerahan akibat terkumpulnya darah di dalam vena kapiler yang
dipengaruhioleh gaya gravitasi di bagian tubuh yang lebih rendah di
sepanjang penghentian sirkulasi.
Lebam mayat mulai terbentuk 30 menit sampai 1 jam setelah
kematian somatis dan intensitas maksimal setelah 8-12 jam
postmortem. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih dapat berpindah-
pindah jika posisi mayat diubah. Setelah 8-12 jam postmortem lebam
mayaat tidak akan menghilang dan dalam waktu 3-4 hari lebam masih
dapat berubah.
3. Kaku mayat ( Rigor Mortis )
Rigor mortis adalah tanda kematian yang dapat dikenali berupa
kekakuan otot yang irreversible yang terjadi pada mayat.
Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin
bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam postmortem.
Kemudian berangsur-angsur akan menghilang sesuai dengan
kemunculannya. Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam
postmortem) rigor mortis menghilang.
Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukan tanda pasti
kematian. Faktor yang mempengaruhi rigor mortis antara lain :
1. Suhu lingkungan
2. Derajat aktifitas otot sebelum mati
3. Umur
4. Kelembapan
4. Pembusukan
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat
autolisis dan kerja bakteri.
5. Mumifikasi
Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yg cukup cepat
sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat
menghentikan pembusukan. Jaringan menjadi keras, kering, gelap &
berkeriput.
Terjadi bila : suhu hangat,kelembaban rendah, aliran udara yg baik,
tubuh yg dehidrasi & waktu yg lama (12-14 minggu).
6. Adiposere.
Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak
atau berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak
tubuh post mortem.

G. Teknik pemeriksaan jenazah


Langkah pertama kali adalah melakukan prosedur medikolegal dan
memastikan bahwa mayat yang akan diperiksa sesuai dengan permintaan
visum et repertum. Kumpulkan keterangan tentang kejadian dan hal-hal yang
terkait pada penyidik dan/atau keluarga. Selanjutnya lakukan pemeriksaan
sebagai berikut :
1. Tulislah nama pemeriksa, tanggal dan jam mulai dilakukan pemeriksaan.
2. Catatlah nomor surat permintaan visum et repertum dalam lembar
obduksi (rekam medis).
3. Catatlah identitas mayat sesuai dengan data yang tertera dalam surat
permintaan visum et repertum.
4. Periksa label mayat ada atau tidak.
Contoh : Label mayat terikat pada ibu jari kaki kanan, terbuat dari karton
berwarna merah jambu dengan meterai bertuliskan (tuliskan isi label
tersebut).
5. Periksa tutup atau bungkus mayat.
Contoh : Penutup mayat Kantong berwarna kuning yang bertuliskan
“Kantong Jenazah”
6. Periksa perhiasan mayat.
Contoh :
- Terdapat dua buah cincin terbuat dari logam pada jari manis
tangan kiri berwarna putih dengan bahan besi dan tidak terdapat
tulisan.
- Terdapat ikat pinggang berwarna hitam, kepala ikat pinggang
berwarna putih terbuat dari bahan logam.
7. Periksa pakaian mayat (sebutkan dengan lengkap, jenis pakaian, warna
dasar, corak, adanya robekan, bercak, dsb).
Contoh :
- Satu buah baju lengan pendek berbahan kaos berwarna coklat dengan
merk “Ocean Bali”.
- Satu buah celana panjang kain katun bewarna coklat. Pada celana
terdapat robekan di belakang celana di samping kiri dan kanan
kantong celana kanan, masing-masing dengan ukuran tiga dan
sembilan sentimeter.
- Satu buah celana dalam kain berwarna biru merk “crocodel” dengan
ukuran XL.
8. Periksa benda di samping mayat.
Contoh : Kain panjang bermotif batik dengan ukuran dua ratus enam
belas kali seratus enam belas sentimeter.
9. Periksa kaku mayat dan lebam mayat.
Contoh : Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh dan sukar dilawan.
Lebam mayat terdapat pada lengan bagian dalam dan pada bagian
belakang tubuh warna merah keunguan dan tidak hilang pada penekanan.
10. Periksa jenis kelamin, ras, perkiraan usia, tinggi badan, warna kulit dan
apabila laki-laki periksalah apakah zakar disunat atau tidak.
Contoh : Mayat adalah seorang perempuan, berumur sepuluh tahun, kulit
berwarna sawo matang, gizi baik, panjang tubuh seratus empat puluh
enam sentimeter.
11. Periksa identitas khusus (cacat bawaan, tattoo, jaringan parut)
Contoh : Tepat pada lutut kanan terdapat jaringan parut berukuran dua
kali dua sentimeter.
12. Periksa rambut, alis mata, bulu mata (wrana, tumbuhnya dan panjangnya)
kalau laki-laki periksa juga kumis dan jenggot.
Contoh : Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lebat, ikal, panjang
lima puluh sentimeter. Alis mata berwarna hitam, tumbuh lebat, lurus,
panjang satu sentimeter. Bulu mata berwarna hitam, tumbuh lebat,
panjang nol koma tujuh sentimeter.
13. Periksa keadaan mata kanan maupun kiri :
apakah terbuka atau tertutup, kornea (selaput bening mata), pupil (teleng
mata), warna iris (tirai mata), selaput bola mata, selaput kelopak mata.
Contoh : Mata kanan dan mata kiri tertutup. Pada mata kanan dan mata
kiri, selaput bening mata berwarna keruh, teleng mata bulat dengan garis
tengah lima millimeter, tirai mata berwarna kelabu, selaput bola mata dan
selaput kelopak mata berwarna pucat.
14. Periksa keadaan hidung, telinga, mulut dan lidah.
Contoh : Hidung berbentuk sedang. Kedua daun telinga berbentuk oval.
Mulut terbuka nol koma lima sentimeter dan lidah tidak terjulur.
15. Periksa gigi geligi.
Contoh : Gigi geligi berjumlah tiga puluh satu buah, dengan gigi geligi
seri satu kanan bawah hilang.
16. Periksa ada tidaknya cairan / darah / materi yang keluar dari lubang
mulut, lubang hidung, kedua lubang telinga, lubang kemaluan dan lubang
pelepasan.
Contoh : Dari lubang mulut tidak keluar apa-apa. Dari kedua lubang
hidung keluar buih bercampur cairan berwarna kemerahan. Dari telinga
kanan, telinga kiri, lubang kemaluan dan lubang pelepasan tidak keluar
apa-apa.
17. Periksa luka-luka.
Deskripsi luka secara umum sama dengan deskripsi luka pada korban
hidup. Di bawah ini akan dicontohkan beberapa luka yang memerlukan
deskripsi khusus.
18. Periksa ada tidaknya patah tulang.
Contoh : Teraba patah tulang lengan kiri atas sepertiga tengah.
Terlihat patah tulang kering kanan pada sepertiga bawah tungkai kanan
bawah.
19. Periksa kondisi lain-lain seperti golongan darah, tanda-tanda
pembusukan, perubahan warna jaringan di bawah kuku.
Contoh :
Lain-lain :
- Kuku jari tangan berwarna kebiruan.
- Mayat dalam keadaan membusuk lanjut, kulit berwarna kehijauan
dengan pelebaran pembuluh darah balik.
- Daerah wajah berwarna lebih kehitaman.
- Lubang kemaluan tampak hancur dengan pinggir yang tidak beraturan
sampai ke dalam liang kemaluan.
H. Laboratorium forensic sederhana
1. Darah
Pengambilan sampel : v.femoralis & v.illiaca
Alternatif : v.aksilaris
Pemeriksaan darah :
1. Mikroskopik
2. Kimiawi :
- Reaksi teichman
- Reaksi wegener
- Luminol
- Tes benzidine
3. Golongan darah
2. Sperma
Dalam keadaan normal volume cairan mani 3-5ml pada 1 kali ejakulasi
dengan pH 7,2-7,6

3. Rambut
4. Air liur

5. Sidik jari

6. Pemeriksaan organ spesifik


I. Identifikasi forensic dan barang bukti

Anda mungkin juga menyukai