BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
c. Agar tidak terjadi bahaya maut atau cacat terhadap korban/penderita yang
ditolong, maka pertolongan darurat di lapangan harus diberikan secara segera, tepat
dan akurat oleh personel kesehatan TNI AD di daerah garis depan.
a. Maksud. Naskah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu
bahan ajaran bagi Dikjurba Kes Abit Dikmaba TNI AD.
a. Pendahuluan.
b. Pedoman Umum Longdarlap.
c. Cara melakukan Longdarlap pada berbagai kasus.
8) Korban Tenggelam.
9) Korban dengan Luka Bakar.
10) Korban Ledakan. (Blast Injury)
11) Korban Multiple Injury.
d. Penutup.
4. Pengertian.
b. Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
BAB II
PEDOMAN UMUM LONGDARLAP
f. Mengurangi Rasa Sakit. Pada korban dengan patah tulang pembidaian dan
imobilisasi yang tepat akan mengurangi pergerakan tulang yang patah dan akan
mengurangi rasa sakit yang ditimbulkannya.
a. Bersikaplah dan bertindaklah dengan tenang dan percaya diri. Sikap panik dan
tidak percaya diri akan memperburuk kondisi kejiwaan korban dan prajurit lainnya
serta menyebabkan tindakan pertolongan tidak dapat berlangsung dengan baik.
1) Tempat kejadian.
2) Kemungkinan.
3) Keadaan cuaca dan medan.
4) Suasana di sekitar tempat kejadian.
1) Bagaimana kesadarannya ?
2) Bagaimana jalan nafasnya ?
3) Bagaimana pernafasannya ?
4) Bagaimana sirkulasi darahnya dan apakah ada perdarahan ?
5) Apakah ada cedera dan patah tulang ?
e. Buat perencanaan pertolongan secara cepat sesuai hasil penilaian korban dan
segera lakukan pertolongan darurat secara tepat dan cepat sesuai perencanaan
tersebut.
f. Apakah korban memerlukan pertolongan lanjutan oleh tenaga yang lebih ahli,
segera meminta bantuan. Sambil menunggu bantuan dan tenaga yang lebih ahli
segera lakukan tindakan Longdarlap.
g. Semua tindakan medis dalam rangka Longdarlap harus dicatat dan dilaporkan
ke penolong selanjutnya. Bila Longdarlap dilakukan di daerah operasi maka
4
pencatatan dan pelaporan kegiatan Longdarlap dilakukan dengan mengisi kartu luka
serta menyelipkan kartu yang telah diisi tersebut di kantong baju korban sebelah kiri.
h. Setelah selesai memberikan pertolongan isilah kartu luka dan ikatkan atau
masukkan dalam saku kiri baju penderita. Beri tanda kedudukan korban sehingga
dapat terlihat dari jarak sekurang-kurangnya 30–50 meter. Kirim berita ke belakang
(misal ke Poslongyon) melalui alat komunikasi yang tersedia.
i. Korban dengan luka ringan dan dapat berjalan sendiri, cukup diberikan petunjuk
untuk pergi ke Poslongyon (setelah ditolong seperlumya).
8. Teknik Penilaian Korban. Penilaian korban akibat cedera atau trauma didapat
dari pemeriksaan korban yang secara umum dibagi menjadi dua langkah :
a) Keamanan diri/penolong.
b) Keamanan lokasi kejadian.
c) Keamanan pasien/korban.
a) A = Alert/sadar.
Korban dikatakan alert/sadar apabila korban dapat berorientasi
terhadap tempat, waktu dan orang.
Gambar 1 : Tengadahkan Kepala ( head tilt ) sambil mengangkat dagu ( chin lift )
b) Kulit.
(b) Leher. Pada daerah leher terdapat arteri besar dan tulang servical.
Periksalah dengan seksama dan hati–hati terutama pada pasien yang
dicurigai fraktur tulang leher, kesalahan pada pemeriksaan servical dapat
menyebabkan kematian atau kecacatan.
2) Observasi Tanda – tanda Vital yang terdiri dari : tekanan darah, respirasi,
nadi dan suhu badan.
BAB III
CARA MELAKUKAN LONGDARLAP PADA BERBAGAI KASUS
a. Luka di kepala. Ada tiga macam luka di kepala yang perlu diperhatikan,
yaitu : luka kepala di luar tengkorak (extra cranial), luka ini hanya mengenai kulit
kepala saja sampai mengenai tulang kepala (tengkorak). Luka semacam ini selalu
8
3) Luka tengkorak terbuka (Open cranic crebral wound). Disini kecuali kulit
kepala terbuka, tengkorak pun pecah terbuka, dan jaringan otak tampak
dengan nyata dan perdarahan banyak.
b. Luka pada mata. Luka pada mata, selalu harus kita anggap penting. Sebab-
sebabnya: trauma oleh benda tajam atau benda tumpul trauma oleh benda keras
oleh bahan-bahan kimia, dan lain-lain
2) Bila kita melihat pada mata korban ada lukanya, penglihatan kabur atau
berkurang, gerakan mata tidak ada lagi, keluar cairan dari mata, maka hal ini
tergolong pada luka mata yang berat.
c. Luka pada rahang. Luka pada rahang dan muka, merupakan luka yang
perlu mendapatkan perhatian khusus, karena letaknya berdekatan dengan jalan
pernafasan bagian atas. Kerusakan jaringan di sini mudah menyumbat jalan
pernafasan tersebut, sehingga korban dapat meninggal karena tidak dapat bernafas.
5) Morphin dapat disuntikkan dengan syarat tidak ada luka di kepala atau di
dada.
1) Bila mengalami luka yang hebat pada leher, maka biasanya korban
mudah atau segera meninggal, karena luka di leher ini akan terkena jaringan
penting yang lain, yaitu sum-sum tulang leher dan kerongkongan.
a. Rongga dada berisi alat yang sangat penting yaitu jantung, pembuluh darah
yang besar dan paru-paru, sehingga bila terdapat luka berat pada dada, tentu
akibatnya fatal (mematikan)
b. Paru-paru dilapisi oleh dua lapisan (pleura), yang satu melapisi langsung paru-
parunya, dan yang satu lagi terletak dekat dinding dada sebelah dalam, dan ruangan
yang terdapat di antara kedua lapisan itu disebut ruangan pleura yang mempunyai
tekanan udara negatif. Dengan adanya tekanan negatif itu, maka paru-paru akan
mudah mengembang dan mengempis pada waktu pernafasan. Bila tekanan yang
terdapat di ruangan pleura itu berubah, maka akan terjadi kesukaran bernafas.
Akibat dari pada luka pada dada antara lain adalah masuknya udara kedalam
ruangan pleura (disebut dengan pneumotohorax), dengan akibatnya terjadi
kesukaran dalam pernafasan.
c. Sebab-sebabnya : Luka tembak, luka tusuk, benturan yang keras pada daerah
dada
e. Bila masuknya udara ke dalam ruangan pleura tadi begitu banyak, maka paru-
paru menjadi tertekan, sehingga korban akan kekurangan oksigen, makanya akan
kelihatan kebiru-biruan. Pertolongannya :
2) Cegah secepat mungkin, agar udara tidak masuk ke dalam pleura melalui
luka pada dada tersebut dengan memberikan pembalut plester atau kain kasa
vaselin (melolin) pada luka dada itu.
a. Luka pada perut merupakan luka yang penting diperhatikan, karena di dalam
rongga perut ini terdapat alat dan jaringan yang penting, antara lain pembuluh darah
yang besar, lambung, usus, hati, limpa dan sebgainya, karenanya bila ada luka pada
perut akan mudah terjadi perdarahan di dalam rongga perut, yang sukar diatasi
dengan longdarlap, serta perdarahan di dalam rongga perut mudah menimbulkan
sobek. Di samping itu, luka pada perut ini mudah mengalami infeksi, bila usus ikut
luka, bagian ada selaput rongga perut (disebut peritoneum) sangat peka terhadap
timbulnya infeksi dengan segala akibatnya. Luka pada perut ini dapat disebabkan
oleh benda tajam maupun benda tumpul.
c. Gejala-gejalanya : Ada luka pada daerah perut, usus mungkin terburai keluar,
korban pucat, mungkin sobek karena ada perdarahan di dalam.
1) Ring verband.
2) Mangkuk yang bersih, atau rantang nasi korban.
3) Helm korban.
4) Daun pisang atau daun-daun yang masih kuncup dan dihangatkan
terlebih dahulu. Kemudian balut dengan kain segitiga (mitella) harus
diperhatikan : usus yang sudah keluar dari perut tidak boleh dimasukkan
kembali ke dalam rongga perut, karena bisa menimbulkan infeksi dan
mengganggu gerakan (peristaltik) usus tersebut. Korban dilarang minum atau
makan.
12
a. Trauma Ekstremitas yang sering terjadi yaitu patah tulang. Pengertian patah
tulang itu sendiri adalah kerusakan pada tulang, sehingga tulang itu tidak utuh lagi.
e. Pertolongannya :
2) Patah tulang tertutup, kerjakan pembidaian, bila rasa sakit hebat, berikan
Antalgin 2 tablet, anggota badan yang mengalami patah tulang ditinggikan.
2) Patah tulang rahang. Gigi tidak dapat dikatupkan dengan sempurna, dan
tidak dapat emnean atau berbicara, dan tidak tampak perdarahan dari rongga
mulut. Bila terjadi patah tulang dari kedua rahang, maka jaringan di dalam
rongga mulut dapat tertarik ke belakang dan bisa menyumbat kerongkongan
korban.
3) Patah tulang selangka. Ujung tulang yang patah biasanya dapat diraba
di bawah kulit, dan bahu yang bersangkutan kelihatan lebih rendah dari yang
sebelah, korban tidak dapat mengangkat lengan pada sisi yang sakit.
4) Patah tulang iga. Korban merasa sakit pada waktu menarik nafas atau
pada saat batuk, ujung tulang yang patah kadang-kadang dapat diraba di
bawah kulit, dan bila iga yang patah ini melukai jaringan paru-paru, maka
korban akan batuk darah yang berwarna merah muda. Hal ini sangat
berbahaya.
5) Patah tulang panggul. Korban tidak dapat berdiri atau berjalan, dan
merasa sakit pada darah panggul. Bila ginjal atau kandung kencing ikut
terkena, maka korban akan kencing darah (hematuria), petunjuk penting pada
pertolongan patah tulang anggota badan tertentu, langkah pertama, dengan
cepat melihat seberapa hebat dan luas luka yang dideritanya., bila keadaan
membahayakan jiwa korban seperti : henti nafas, henti jantung, perdarahan
yang hebat, maka tindakan pertama harus mengatasi keadaan yang mem
bahayakan jiwa korban tersebut, misalnya dengan tindakan Resusitasi, setelah
tindakan di atas, barulah diadakan pertolongan terhadap patah tulangnya. Bila
terdapat tanda-tanda syok, segera atasi. Dalam hal-hal tertentu, dapat
diberikan morphin untuk menghilangkan rasa sakit yang hebat. Prinsip
pertolongan patah tulang. Lakukan pembidaian di tempat anggota badan yang
mengalami cedera.
14
2) Untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut, tulang yang patah harus
segera diistirahatkan (immobilisasi), yaitu dengan melakukan pembidaian yang
meliputi dua sendi daripada tulang yang patah tersebut.
3) Bidai yang akan dipakai itu dibalut dulu dengan perban sebelum
digunakan, yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, dan mencegah
kerusakan pada kulit, serta mencegah terganggunya peredaran darah. Di
lapangan, bila tidak ada perban, maka dapat dipergunakan daun-daun, rumput-
rumput sebagai pembalut bidai, dan harus diingat agar jangan terlalu erat
mengikatkan bidai pada anggota badan sampai ikatan itu berubah kerjanya
menjadi terikat.
(a) Alat yang dibutuhkan : Tiga buah bidai, dua bidai yang panjangnya
dari ketiak sampai ujung kaki korban, satu bidai yang lain panjangnya dari
sela paha sampai ujung kaki korban.
(b) Tujuh buah kain segitiga (mitella) untuk mengikat : 2 buah untuk
mengikat bagian atas dan bagian bawah dari tulang yang patah, 2 buah
untuk mengikat pada bagian tungkai bawah, 2 buah untuk mengikat pada
bagian dada dan pinggang, 1 buah untuk mengikat di bagian tumit
(menyatukan kedua kaki korban)
(a) Alat yang dibutuhkan : dua buah bidai yang panjangnya dari pangkal
paha sampai tumit dan satu buah bidai yang panjangnya dari sela – sela
paha sampai dengan tumit.
(b) Lima buah kain segitiga (mitella) untuk mengikat : 2 buah untuk
mengikat di bagian atas dan bagian bawah dari tulang yang patah, 1 buah
untuk mengikat di bagian paha, 1 buah untuk mengikat di bagian tumit
dan 1 buah untuk menyatukan kedua kaki korban.
(a) Alat yang dibutuhkan : Satu bidai yang panjangnya dari siku sampai
ke pergelangan tangan korban.
(b) Empat buah mitella untuk mengikat : 2 buah untuk mengikat di atas
dan bawah dari tulang yang patah.1 buah untuk mengikat di ujung jari
(telapak tangan),1 buah untuk menggendong, lengan bawah yang patah
setelah selesai dengan pembidaian, kemudian digendong.
16
(a) Alat yang dibutuhkan : Dua buah bidai yang meliputi dari siku
sampai ke bahu.
(b) Tiga buah mitella untuk mengikat : 2 buah untuk mengikat di bagian
atas dan bawah dari tulang yang patah,1 buah untuk menggendong
lengan lengan atas yang patah tersebut tidak bergerak karena digendong.
i. Pembidaian.
1) Pengertian. Bidai atau spalk adalah suatu alat dari kayu, anyaman
kawat atau bahan lain yang pada prinsipnya harus kuat tetapi ringan, yang
digunakan untuk menahan atau menjaga agar kedua bagian tulang yang patah
tidak dapat bergerak (tetap pada tempatnya). Prinsip Pembidaian, tindakan
yang harus dilakukan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan dengan
patah tulang adalah melakukan pembidaian dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut : lakukan pembidaian, di tempat dimana anggota badan mendapatkan
cedera, sehingga korban jangan diangkat atau dipindahkan. Lakukan
pembidaian meliputi persendian di atas dan di bawah tempat cedera yang
diperkirakan patah tulang, agar tulang yang patah tidak dapat
bergerak/bergeser.
2) Syarat-syarat pembidaian :
(b) Bidai harus melewati dua sendi dari tulang yang patah, dan sebelum
dipasang, diukur terlebih dahulu pada anggota badan penderita yang tidak
sakit.
(c) Ikatan jangan teralu kencang dan jangan pula terlalu kendor.
(e) Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah
tempat yang patah.
3) Tujuan pembidaian.
a. Bila disertai dengan luka, rawat luka terebih dahulu, tidurkan korban dengan
posisi tengkurap, dengan memberikan bantal/alas pada dada dan perut bagian
bawah.
b. Segera evakuasi untuk pertolongan lebih lanjut. Bila tidak disertai luka : korban
ditidurkan dengan posisi terlentang, kepala diberikan bantal yang tipis.
c. Di bawah pinggang diberikan ganjal dengan bantal yang tipis. Dengan posisi
seperti ini, ujung tulang belakang yang patah tidak akan merusak/menusuk sumsum
tulang belakang lebih besar lagi.
2) Gunakan tandu dari papan dengan ukuran selebar dan sepanjang tubuh
korban.
3) Di lapangan untuk tandu dapat digunakan daun pintu, atau tandu biasa
yang dialasi dengan papan.
18
a. Berat atau ringannya luka tembak tergantung pada : lokasi luka, Jarak
tembakan, jenis peluru dan arah peluru.
c. Gejala-gejalanya :
1) Terdapat luka tembak termasuk peluru, dan mungkin juga luka tembak
keluar.
1) Jantung
2) Pembuluh darah arteri (pembuluh darah nadi)
3) Pembuluh darah rambut (Kapiler)
4) Pembuluh darah balik (Vena)
Peredaran darah ini merupakan sistem yang tertutup, darah dialirkan dan
diedarkan oleh karena adanya denyut jantung. Dengan demikian terjadi pembagian
jumlah darah yang merata di seluruh tubuh (jaringan). Bila terjadi perdarahan,
volume darah akan berkurang, maka seluruh jaringan tubuh termasuk otak akan
kekurangan oksigen dan makanan, sehingga bisa terjadi syok, yang bila tidak segera
diatasi dapat mengakibatkan kematian. Tergantung daripada pembuluh darah yang
rusak, maka dapat terjadi :
b. Macam-macam Perdarahan.
19
e. Pertolongan.
1) Jumlah darah yang terdapat dalam tubuh, sesuai dengan kebutuhan faal
tubuh manusia, maka kehilangan darah akan merugikan tubuh. Bila jumlah
darah yang hilang itu sedikit, maka hal ini tidak akan seketika merugikan tubuh,
karena darah yang hilang itu dapat diganti oleh tubuh dengan pembuatan
darah yang baru dalam sum-sum tulang. Tetapi bila darah yang menghilang itu
20
berjumlah besar (15% atau lebih), maka tanpa pertolongan dengan segera
dapat menyebabkan kematian. Akibat kehilangan darah, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
(5) Harus juga pada kartu luka korban, jam berapa penasat darah
tersebut dipasang dan jam berapa telah dikendorkannya.
(1) Bagian atau anggota badan yang luka ditinggikan, bila tidak
terjadi patah tulang.
(2) Pasang segera pembalut penekan yang bersih.
(3) Dengan tindakan ini saja, perdarahan biasanya sudah dapat
diselesaikan.
4) Pertolongan pada perdarahan di dalam/ke dalam tubuh
a. Korban tenggelam. Apabila seseorang jatuh kedalam air yang dalam (seperti
sungai, kolam renang, danau atau laut), dan tidak dapat menguasai keadaan, atau
tidak bisa berenang, maka dia akan tenggelam. Biasanya akan terlihat : Korban
timbul tenggelam dan tangan meraih-raih, korban tidak timbul kembali ke permukaan
air dalam aktu yang relatif lama.
b. Penyebab :
1) Terjatuhnya ke dalam air dan tidak dapat berenang.
23
c. Pertolongannya :
1) Kalau korban sedang timbul tenggelam : lemparkan tali atau bambu yang
panjang ke arah korban. Setelah tali atau bambu terpegang oleh korban, baru
ditarik ke pinggir.
2) Kalau korban tidak muncul lagi ke permukaan air : kalau korban tidak
muncul lagi, maka penolongnya harus segera masuk ke dalam air untuk
menolongnya. Pegang leher bajunya atau rambutnya dari arah belakang,
kemudian korban ditarik keluar dari air. Kalau sudah sampai di darat, tindakan
yang harus segera dikerjakan adalah :
4) Apabila korban tidak sadar, henti nafas dan henti jantung, segera
dilaksanakan pertolongan resusitasi jantung paru (RJP) oleh satu atau dua
orang penolong. Catatan : menolong orang tenggelam ada bahayanya bagi
penlong, karena korban mungkin merangkul penolong tanpa disadari, sehingga
penolong tidak dapat bergerak dan mungkin akan ikut tenggelam bersama
korban. Untuk pengamanannya, si penolong harus diikat pinggangnya sewaktu
mendekati korban, dan harus memegang korban dari arah belakang pada leher
baju atau rambutnya.
6) Jangan berontak atau menjadi panik apabila tertangkap oleh arus bawah
yang deras, karena dengan kekuatan arus itu sendiri orang dapat tertolong ke
permukaan air kembali.
7) Jangan terjun ke dalam air, sedangkan belum diketahui berapa dalam air
tersebut, dan apakah dalam air itu ada batu yang asing membentur ke kepala
sehingga bisa menimbulkan pingsan.
a. Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan karena suhu
tinggi. Tiap persentuhan yang intensif dan cukup lama antara kulit dengan benda
panas (lebih dari 600 Celcius) atau bahan kimia yang menimbulkan panas dapat
menyebabkan luka bakar.
c. Gejala-gejalanya :
2) Tingkat Dua. Pembakaran terjadi sampai pada rasa nyeri, dan terjadi
gelembung yang berisi cairan kuning jernih. Gelembung itu disebut melepuh
atau bullae.
3) Tingkat Tiga. Pembakaran sampai pada kulit jangat atau lebih dalam, dan
terjadi luka hitam keputih putihan yang disebut Escharotica. Bila hebat sekali
bias terjadi luka hitam mengarang yang disebut Carbonisation.
e. Akibat luka bakar. Luka bakar mengakibatkan syok, karena pada kerusakan
kulit terjadi juga kehilangan plasma (cairan darah) serta nyeri yang hebat. Infeksi,
kulit yang rusak mudah sekali dimasuki kuman. Pada umumnya luka bakar tingkat I
tidak begitu membahayakan daripada luka bakar tingkat II dan III, namun hal ini
tergantung juga dari luas permukaan tubuh yang terkena.
1) Bila lebih dari 10% permukaan tubuh terkena luka bakar maka hal ini
dapat membahayakan jiwa penderita. Bila lebih dari 40% yang terkena, maka
angka kematian bias mencapai sampai 50%.
2) Bila yang terkena luka bakar lebih luas lagi, maka angka kematian dapat
mencapai 100%.
3) Mereka yang sembuh dari luka bakar, akan mengalami cacat kulit untuk
seama-lamanya, bahkan mereka yang telah tertolong dari bahaya maut karena
luka bakar yang berat harus mengaami masa penyembuhan yang lama
(berbulan-bulan), bahkan sampai bertahun-tahun.
26
19. Korban Trauma Ledakan (Blast Injury). Ledakan terjadi sebagai hasil perubahan
yang sangat cepat dari suatu bahan dengan volume yang relatif kecil, baik padat, cair
atau gas, menjadi produk–produk gas. Produk gas ini yang secara cepat berkembang dan
menempati suatu volume yang jauh lebih besar dari pada volume bahan aslinya.
Bilamana tidak ada rintangan, pengembangan gas yang cepat ini akan menghasilkan
sesuatu gelombang tekanan.
3) Trauma ledak tertier. Terjadi bila orang disekitar ledakan terlempar dan
kemudian membentur suatu objek atau tanah. Trauma ledak sekunder dan
tertier dapat mengakibatkan trauma baik tembus maupun tumpul secara
bersamaan.
b. Pertolongan pada korban ledakan. Secara sederhana hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan prinsip triase, yaitu:
1) Hijau. Bila korban masih sadar, mengalami cedera sangat ringan, serta
masih dapat berjalan, maka korban tersebut ada pada kelompok hijau. Untuk
kelompok ini, Anda cukup memintanya untuk pindah ke tempat yang aman dan
menenangkan dirinya.
RAHASIA
27
3) Merah. Kelompok ini adalah korban yang mengalami cedera cukup berat
dan memerlukan pertolongan medis segera, karena nyawanya sedang
terancam. Sebagai contoh, korban dengan luka terbuka di kaki hingga tampak
patahan tulang, atau korban dengan cedera kepala berat, korban dengan
trauma inhalasi yang tampak sesak nafas. Apabila tampak luka yang terbuka,
sebisa mungkin jangan lakukan tindakan terlalu banyak karena dapat
berpotensi memperburuk kondisi.
1) Pada kondisi korban yang patah tulang, Anda dapat membantu pasien
untuk tetap pada posisinya agar tidak memperburuk kondisi patahan.
2) Bila terdapat benda asing yang tertancap pada korban, seperti serpihan
logam, besi dan sebagainya, jangan mencabut benda tersebut. Tindakan
pencabutan dapat menyebabkan perdarahan.
2) Pada korban luka bakar, tutup tubuhnya dengan selimut atau kain apa
pun yang Anda temukan di sekitar. Luka akibat suhu tinggi dapat menyebabkan
korban kehilangan cairan dan dehidrasi. Menutup tubuhnya dapat mengurangi
pengeluaran cairan.
20. Korban Multiple Injury. Multiple injury atau politrauma adalah suatu istilah yang
biasa digunakan untuk menggambarkan pasien yang mengalami suatu cedera berat yang
diikuti dengan cedera yang lain, misalnya dua atau lebih cedera berat yang dialami pada
minimal dua area tubuh. Dalam sistem kesehatan yang canggih, korban dibawa ke rumah
sakit terdekat kemudian dilakukan manajemen komprehensif di instalasi gawat darurat.
Pengobatan berpusat pada evaluasi, resusitasi dan stabilisasi. Fase ini menyatu ke
perawatan definitif dalam operasi, dengan kontrol jalan nafas, ventilasi, dan bedah
(pengelolaan perdarahan). Cedera muskuloskeletal pada awalnya stabil, diikuti oleh
pengobatan definitif. Level 2 atau 3 perawatan kritis mungkin diperlukan untuk
meminimalkan komplikasi dan mencegah kematian, dan rehabilitasi berkepanjangan
mungkin diperlukan untuk memenuhi kebutuhan korban dengan cedera otak dan
kerusakan muskuloskeletal kompleks.
28
BAB IV
PENUTUP
21. Penutup. Demikian Naskah ini disusun sebagai bahan ajaran untuk pedoman
Gadik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar Pertolongan Darurat di Lapangan
untuk Pendidikan Bintara TNI AD.
RAHASIA