Anda di halaman 1dari 26

RAHASIA

1
Lampiran IIl Keputusan Danpusdikkes
KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT
Nomor Kep / 54 / X / 2014
PUSAT PENDIDIKAN KESEHATAN
Tanggal 31 Oktober 2014

PERTOLONGAN DARURAT DI LAPANGAN


(LONGDARLAP)

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Pertolongan Darurat di Lapangan (Longdarlap). Adalah pertolongan yang


diberikan oleh personil Kesehatan di lapangan atau merupakan pertolongan lanjutan
dari pertolongan pertama di lapangan yang telah dilaksanakan sendiri oleh Prajurit
TNI Angkatan Darat.

b. Agar tidak terjadi bahaya maut atau cacat terhadap korban/penderita yang
ditolong, maka pertolongan darurat di lapangan harus diberikan secara segera, tepat
dan akurat oleh Personel Kesehatan TNI AD di daerah garis depan.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah Departemen ini disusun untuk dijadikan pedoman bagi


Gadik dan Serdik Dikmaba TNI AD Tahap II Kecabangan Kesehatan dalam
memberikan dan menerima materi tentang Pertolongan Darurat di Lapangan.

b. Tujuan. Tujuan dari penyusunan Naskah Departemen ini untuk digunakan


sebagai salah satu referensi agar Basis memahami dan mampu memberikan
pertolongan darurat terhadap korban dilapangan .

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang Lingkup. Meliputi pertolongan darurat terhadap korban / penderita


di lapangan agar tidak terjadi bahaya maut atau cacat, baik akibat luka tempur
maupun akibat kecelakan, keracunan yang menimpa korban.

b. Tata Urut. Naskah Departemen ini di susun dengan tata urut sebagai
berikut :

1) Pendahuluan.
2) Pedoman Umum Longdarlap.
3) Cara melakukan Longdarlap pada berbagai kasus.

a) Korban Trauma kepala dan leher.


b) Korban Trauma dada.
c) Korban Trauma abdomen.
d) Korban Trauma ekstremitas.
e) Korban Trauma spinal.
f) Korban dengan luka tembak.
RAHASIA
2

g) Korban dengan perdarahan.


h) Korban tenggelam.
i) Korban dengan luka bakar.
j) Korban ledakan.
k) Korban multiple injury.

4) Evaluasi.
5) Penutup.

4. Referensi.

a. Naskah Departemen tentang Longdarlap untuk Pendidikan Pertama Bintara


TNI AD Tahap. II Kecabangan Kesehatan nomor : 33 – 07 – A2 – A 0116 disahkan
dengan Keputusan Danpusdikkes Kodiklat TNI AD Nomor SKEP / 37 / IX / 2013
tanggal 18 September 2013.
b. Basic Trauma Life Support terbitan PT. Pro Emergency cetakan kedua tahun
2011.
c. Bujuknik tentang penanggulangan kegawatdaruratan di lapangan nomor : Skep
/ 551 / XII / 2005 tanggal 29 Desember 2005.

BAB II
PEDOMAN UMUM LONGDARLAP

5. Umum.

a. Pertolongan Darurat Lapangan merupakan tindakan awal yang harus


segera diberikan pada korban yang mengalami masalah kegawatdaruratan akibat
Kecelakaan atau insiden gawat darurat ataupun oleh penyakit mendadak sebelum
datangnya ambulans, dokter atau petugas terkait lainnya. Masalah
kegawatdaruratan dapat menimpa siapa saja, dimana saja dan kapan saja, insiden
gawat darurat kadang tak dapat terelakkan. Keadaan gawat darurat dapat
disebabkan oleh kecelakaan, penyakit, kimiawi, kebakaran ataupun faktor
kesengajaan.

b. Pada waktu melakukan penilaian terhadap korban, penolong harus dengan


cepat mencari informasi dari saksi kejadian tentang penyebab, tentang apa yang
telihat pada korban dan apa yang dikatakan oleh korban. Namun perkiraan cedera
utamanya tidak boleh dibuat hanya dengan menyimpulkan keterangan saksi dan dari
apa yang dilihat dari korban. perkiraan cedera utama tetap harus ditentukan
berdasarkan pemeriksaan fisik dengan cepat dan benar. Pada saat memindahkan
korban/penderita sebelum diketahui dengan jelas penyebab cedera atau sakitnya
dan melakukan longdarlap. Ketentuan tersebut tidak berlaku jika terjadi di daerah
pertempuran atau berada di area yang berbahaya bagi penolong dan korban.

6. Tujuan Longdarlap.

a. Mencegah Kematian. Pada banyak kasus penyebab kematian sering kali


disebabkan oleh kerusakan-kerusakan organ tubuh yang secara langsung tidak
3

terkena trauma. Contoh kerusakan sel otak yang mengakibatkan kematian akibat
kekurangan oksigen karena perdarahan hebat pada patah tulang terbuka paha.

b. Mencegah Kecacatan. Kerusakan bagian tubuh yang permanen dan


menyebabkan kecacatan dapat disebabkan oleh kegagalan sirkulasi akibat
perdarahan hebat pada bagian atas dari bagian tubuh tersebut.

c. Mencegah Infeksi. Infeksi adalah masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh.


Jalan masuk kuman kedalam tubuh paling banyak adalah karena adanya luka yang
tidak dirawat dengan baik. Infeksi pada tubuh manusia dapat menyebabkan
kematian, kecacatan dan kesakitan yang berkepanjangan.

d. Mempermudah Pertolongan Lanjutan. Pertolongan lanjutan oleh personel


kesehatan yang lebih ahli sangat ditentukan pertolongan sebelumnya. Kesalahan
pada pertolongan sebelumnya akan mempersulit pertolongan lanjutan. Contoh
pada patah tulang tertutup yang tidak ditolong dengan benar akan menyebabkan
pergeseran ujung patahan tulang dan dapat menyebabkan robekan pembuluh
darah, syaraf serta jaringan kulit yang akhirnya mempersulit pertolongan lanjutan.

e. Mempercepat Proses Penyembuhan. Longdarlap yang tepat dan disertai


pertolongan lanjutan yang tepat pula akan mempercepat proses penyembuhan
korban / penderita.

f. Mengurangi Rasa Sakit. Pada korban dengan patah tulang pembidaian dan
imobilisasi yang tepat akan mengurangi pergerakan tulang yang patah dan akan
mengurangi rasa sakit yang ditimbulkannya.

7. Sikap dan Tindakan Penolong.

a. Bersikaplah dan bertindaklah dengan tenang dan percaya diri. Sikap panik
dan tidak percaya diri akan memperburuk kondisi kejiwaan korban dan prajurit
lainnya serta menyebabkan tindakan pertolongan tidak dapat berlangsung dengan
baik.

b. Perhatikan keadaan sekitar korban/penderita dengan tujuan untuk mengaman-


kan korban dan penolong dari ancaman bahaya yang ada disekitar tempat kejadian
misalnya ancaman tembakan musuh, bahaya kebakaran, bahaya runtuhan
bangunan, bahaya ledakan dan kemungkinan tabrakan kendaraan lain pada
kecelakaan lalu lintas.

c. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1) Tempat kejadian.
2) Kemungkinan.
3) Keadaan cuaca dan medan.
4) Suasana di sekitar tempat kejadian.

d. Nilai secara cepat dan tepat kondisi korban, yang meliputi :

1) Bagaimana kesadarannya ?
2) Bagaimana jalan napasnya ?
3) Bagaimana pernapasannya ?
4

4) Bagaimana sirkulasi darahnya dan apakah ada perdarahan?


5) Apakah ada cedera dan patah tulang ?

e. Buat perencanaan pertolongan secara cepat sesuai hasil penilaian korban dan
segera lakukan pertolongan darurat secara tepat dan cepat sesuai perencanaan
tersebut.

f. Apakah korban memerlukan pertolongan lanjutan oleh tenaga yang lebih ahli,
segera meminta bantuan. Sambil menunggu bantuan dan tenaga yang lebih ahli
segera lakukan tindakan Longdarlap.

g. Semua tindakan medis dalam rangka Longdarlap harus dicatat dan dilaporkan
ke penolong selanjutnya. Bila Longdarlap dilakukan di daerah operasi maka
pencatatan dan pelaporan kegiatan longdarlap dilakukan dengan mengisi kartu luka
serta menyelipkan kartu yang telah diisi tersebut di kantong baju korban sebelah kiri.

h. Setelah selesai memberikan pertolongan isilah kartu luka dan ikatkan atau
masukkan dalam saku kiri baju penderita. Beri tanda kedudukan korban sehingga
dapat terlihat dari jarak sekurang-kurangnya 30 – 50 meter. Kirim berita ke belakang
(misal ke Poslongyon) melalui alat komunikasi yang tersedia.

i. Korban dengan luka ringan dan dapat berjalan sendiri, cukup diberikan petunjuk
untuk pergi ke Poslongyon (setelah ditolong seperlumya).

8. Teknik Penilaian Korban. Penilaian korban akibat cedera atau trauma didapat
dari pemeriksaan korban yang secara umum dibagi menjadi dua langkah :

a. Pemeriksaan Primer ( Primary Survey )


Hal yang harus dipahami adalah penilaian primary survey dilakukan secara
simultan dan terkoordinir. Hal yang mengancam hidup dapat teratasi jika
segera ditemukan masalah yang terjadi. Tahapan awal ketika ingin menolong
korban adalah konsep DR-ABC-DEFGH.

1) Danger.
Perhatikan bahaya yang mengancam disekitar lokasi kejadian. Pastikan
aman dalam melakukan pertolongan. Adapun keamanan yang harus
diperhatikan adalah :
a) Keamanan diri / penolong.
b) Keamanan lokasi kejadian.
c) Keamanan pasien / korban.

Evaluasi dan waspadai semua potensi bahaya agar tidak membahayakan


penolong dan penderita.

2) Respons.
Menilai kesadaran di awal penilaian korban dilakukan dengan cepat dan
tepat, dimana hal ini untuk segera melakukan rencana tindakan
pertolongan bagi korban. Cek kesadaran korban di awal penilaian hanya
mengukur apakah korban sadar atau tidak. Adapun penggunaan cek
kesadaran dengan menggunakan tehnik AVPU.
5

a) A = Alert / sadar.
Korban dikatakan alert / sadar apabila korban dapat berorientasi
terhadap tempat, waktu dan orang.

b) V = Verbal / respon terhadap suara.


Korban masih dalam keadaan disorientasi namun masih dapat
diajan berbicara.

c) P = Pain / respon terhadap nyeri.


Korban hanya berespon terhadap rangsangan nyeri.

d) U = Unresponsive / tidak sadar.


Tentukan kesadaran korban apakah berada dalam keadaan Alert,
Verbal, Pain atau Unresponsive.

3) Airway ( Jalan Nafas )


Airway harus diperiksa secara cepat untuk memastikan bebas dan
patennya serta tidak adanya potensi bahaya atau obstruksi ( Total atau
Parsial ). Jika Airway terganggu maka diperlukan pembebasan jalan nafas
dengan metode manual yaitu dengan tehnik Head Tilt Chin Lift atau Jaw
Thrust.

Gambar.1 : Tengadahkan Kepala ( head tilt ) sambil mengangkat dagu


( chin lift )

Gambar. 2 : Dorong rahang bawah ke depan ( jaw-thrust)

Namun jika tersedia peralatan lengkap pengelolaan jalan nafas dapat


dilanjutkan dengan menggunakan alat mekanik ( oral airway, nasal airway
atau intubasi endotracheal atau cricotiroidotomi )

Waspada pada setiap korban trauma dengan mekanisme cidera berat,


harus mencurigai adanya cidera korda spinalis sampai terbukti tidak
adanya hal tersebut. Untuk melakukan pemastian bebasnya airway,
penolong harus ingat bahwa adanya kemungkinan cidera tulang servical.
Gerakan yang berlebihan dapat merusakan neurologic atau menambah
kerusakan neurologic akibat kompresi tulang yang terjadi pada fraktur
tulang belakang. Solusinya adalah memastikan jalan leher tetap dalam
posisi netral (bagi korban) selama pembebasan jalan nafas dan
6

pemberian ventilasi yang dibutuhkan. Korban trauma pasti gelisah


sehingga harus memfiksasi bagian leher dengan menggunakan Neck
Collar atau penyangga leher. Pesangan ini diindikasikan untuk
kemungkinan fraktur servical dengan tanda – tanda :

a) Trauma kapitis, terutama jika korban mengalami penurunan


kesadaran.
b) Trauma tumpul kranial sampai klavikula.
c) Setiap kasus multitrauma.
d) Proses kejadian yang mendukung ( biomekanik trauma )

4) Breathing ( Pernafasan )

Oksigen harus terdistribusi secara efktif ke paru – paru. Hipoksia dapat


terjadi akibat ventilasi yang tidak adekuat dan kurangnya oksigen di
jaringan. Setelah airway bebas maka kualitas dan kuantitas ventilasi
korban harus dievaluasi. Evaluasi pernafasan dengan cara lihat, dengar
dan rasakan.

Gambar 3 : Melihat gerakan dada, mendengarkan suara nafas


dan merasakan hembusan nafas.

Jika korban tidak bernafas maka penilaian dihentikan dan penolong harus
segera memberikan ventilasi buatan. Jika korban bernafas, perkirakan
kecukupan frekuensi dan kedalaman nafasnya untuk menentukan
kecukupan udara bagi korban. Perhatikan gerakan nafas dada korban dan
dengarkan suara nafas jika korban tidak sadar.

5) Circulation ( Peredaran Darah )

Kegagalan sistem sirkulasi merupakan ancaman kematian yang sama


dengan kegagalan sistem nafas. Oksigenasi sel darah merah tanpa
adanya distribusi ke jaringan tidak akan bermanfaat bagi penderita. Pada
evaluasi awal penderita tanpa trauma, perkiraan status kecukupan output
jantung dan kardiovaskular dapat diperoleh hanya dengan memeriksa
denyut nadi dan Kulit ( masa pengisian kapiler, warna kulit dan suhu kulit)

a) Denyut Nadi.
Evaluasi denyut nadi sesaat harus memeriksa kualitas dan
regularitas denyut nadi. Ingatlah bahwa terabanya denyut nadi
penderita juga memberikan perkiraan akan tekanan darah. Pada
pemeriksaan cepat ini akan didapat : takikardi, bradikardi atau ritme
ireguler. Jika denyut nadi arteri radialis tidak teraba, penderita
agaknya telah masuk kedalam fase Syok tak terkompensasi.
7

b) Kulit.

(1) Masa Pengisian Kapiler.


Pemeriksaan singkat perihal masa pengisian kapiler dilakukan
dengan cara menekan bantalan kuku. Tindakan ini akan
memindahkan darah dari bantalan kapiler. Kecepatan
pengisian kembali bantalan kapiler merupakan hal yang
berguna dalam memperkirakan aliran darah melalui bagian
paling distal dari sirkulasi.

(2) Warna Kulit.


Perfusi yang adekuat menghasilkan warna kulit merah muda.
Warna kebiruan menandakan oksigenasi tidak sempurna,
sedangkan warna pucat menandakan perfusi yang buruk.

(3) Suhu Kulit.


Kulit dingin menandakan penurunan perfusi apapun
penyebabnya.

b. Penilaian Sekunder ( Secondary Survey )

Setelah melakukan penilaian primer yang terdiri dari Airway Breathing dan
Circulation, selanjutnya melakukan penilaian sekunder yang terdiri dari :

1) Head to Toe Examination / pemeriksaan fisik.


Pada saat melakukan pemeriksaan fisik perhatikan : B ( Bentuk ), T
( Tumor ), L ( Luka ) dan S ( Sakit )
Adakah kelainan bentuk, tumor, luka dan sakit pada saat inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi pada seluruh pemeriksaan area tubuh dari kepala
sampai dengan ujung kaki, dengan uraian sebagai berikut :

(a) Kepala.
Pemeriksaan secara visual bertujuan untuk mencari perdarahan,
abrasi, laserasi, kontusio, asimetris tulang wajah dan kepala.

(b) Leher.
Pada daerah leher terdapat arteri besar dan tulang servical.
Periksalah dengan seksama dan hati – hati terutama pada pasien
yang dicurigai fraktur tulang leher, kesalahan pada pemeriksaan
servical dapat menyebabkan kematian atau kecacatan.

(c) Dada ( Thorax )


Periksa adanya deformitas, luka terbuka, kontusio dan perdarahan,
jika ada lakukan penanganan sesuai dengan masalah yang
ditemukan.

(d) Perut ( Abdomen )


Periksa perut korban untuk mengetahui ada tidaknya perdarahan
dalam.
8

(e) Pelvis.
Usahakan hanya sekali pemeriksaan pada pelvis untuk mengurangi
cidera lebih lanjut, jika dicurigai adanya perlukaan atau fraktur (amati
adakah suara krepitasi sebagai salah satu tanda fraktur pelvis)

(f) Ekstremitas ( alat gerak )


Periksa adanya deformitas, luka terbuka, perdarahan, dan kontusio.
Lakukan pemasangan bidai jika dicurigai adanya fraktur pada
ekstremitas.

2) Observasi Tanda – Tanda Vital yang terdiri dari : Tekanan Darah,


Respirasi, Nadi dan Suhu Badan.

9. Evaluasi.

a. Jelaskan pengertian longdarlap !


b. Sebutkan tujuan dari longdarlap !
c. Jelaskan cara melakukan penilaian primer pada korban !
d. Jelaskan cara melakukan penilaian primer pada korban !
e. Sebutkan tanda – tanda Syok !

BAB III
CARA MELAKUKAN LONGDARLAP PADA BERBAGAI KASUS

10. Umum. Pertolongan darurat di lapangan terhadap korban yang mengalami


masalah kesehatan harus segera dilakukan dengan cepat, tepat serta akurat dan didalam
mengangani korban tersebut perlu diperhatikan jenis kasus yang terjadi, sehingga bisa
memperkecil kemungkinan korban jiwa.

11. Korban Trauma Kepala dan Leher.

a. Luka di kepala. Ada tiga macam luka di kepala yang perlu diperhatikan, yaitu :
luka kepala di luar tengkorak (extra cranial) , luka ini hanya mengenai kulit kepala
saja sampai mengenai tulang kepala (tengkorak). Luka semacam ini selalu
mengganggu dan menimbulkan perdarahan yang hebat. Pertolongan yang diberikan
adalah :
1) Korban didudukkan, kemudian dilakukan penghentian perdarahan serta
dibersihkan, diberikan obat kemudian dibalut dengan pembalut penekan.
2) Korban diawasi selama perjalanan evakuasi dan setelah sampai di daerah
belakang, sekurang-kurangnya 48 jam, mengingat adanya kemungkinan
jaringan di dalam tengkorak terkena.
3) Luka tengkorak terbuka (Open cranic crebral wound). Disini kecuali kulit
kepala terbuka, tengkorak pun pecah terbuka, dan jaringan otak tampak
dengan nyata dan perdarahan banyak.
4) Luka tengkorak tertutup (closed cranic-cerebral wound)
5) Disini, baik kulit kepala maupun tengkorak tetap utuh.
6) Pada umumnya disertai kerusakan pada jaringan otak, seperti halnya
pada luka tengkorak terbuka.
9

7) Kerusakan pada jaringan otak memberikan tanda-tanda: korban pingsan,


darah atau cairan bening keluar dari mata, hidung atau telinga. Anak mata tidak
sama benar kiri dan kanan.

8) Pertolongannya : Bebaskan jalan napas dengan cara : Membersihkan


mulut dari lendir atau darah Membuat posisi tengadah atau extensi. Jika
muntah, kepala dimiringkan,Jika terdapat luka tengkorak terbuka, sangan
sekali-kali member sihkan luka atau mencoba mengembalikan jaringan otak
atau pecahan tulang pada tempatnya semula, cukup luka tersebut dibalut
dengan pembalut cepat, kemudian dibalut lagi dengan sempurna.

9) Cara evakuasi adalah dengan membaringkan penderita pada posisi


miring, yaitu miring pada posisinya.

b. Luka pada mata. Luka pada mata, selalu harus kita anggap penting.Sebab-
sebabnya: trauma oleh benda tajam atau benda tumpul trauma oleh benda keras
oleh bahan-bahan kimia, dan lain-lain

1) Gejala-gejalanya : Bila penderita mengatakan bahwa ia merasakan ada


sesuatu pada matanya, sedangkan pada pemeriksaan mata ternyata masih
utuh, gerakan mata baik, penglihatan baik, maka hal ini dapat digolongkan
pada luka mata ringan. Pertolongannya dengan membersihkan mata tersebuit
dengan larutan Boorwater steril sampai bersih, kemudian oleskan pada mata
tersebut zalf mata yang tersedia. Akhirnya, kalau perlu, balut matanya secara
longgar-longgar.

2) Bila kita melihat pada mata korban ada lukanya, penglihatan kabur atau
berkurang, gerakan mata tidak ada lagi, keluar cairan dari mata, maka hal ini
tergolong pada luka mata yang berat.

3) Pertolongannya : Jangan sekali-kali mencoba membersihkan mata yang


sudah terluka sepeti point b 2) di atas, tutup mata dengan pembalut cepat.
Segera evakuasikan ke belakang.

c. Luka pada rahang. Luka pada rahang dan muka, merupakan luka yang perlu
mendapatkan perhatian khusus, karena letaknya berdekatan dengan jalan
pernapasan bagian atas. Kerusakan jaringan di sini mudah menyumbat jalan
perpasan tersebut, sehingga korban dapat meninggal karena tidak dapat bernapas.

1) Sebab-sebabnya : Terdapat trauma pada rahang.

2) Gejala-gejalanya : Terdapat luka pada daerah rahang. Terdapat tanda-


tanda patah tulang pada rahang.

3) Pertolongannya : sebagai langkah pertama yang harus kita kerjakan


adalah mengusahakan agar jalan pernapasan tetap terbuka, dan untuk ini
mulut dibersihkan dari gigi yang rontok, kotoran dan sebagainya. Khusus
mengenai gigi palsu, jangan dibuang tetapi masukkan dalam saku penderita,
karena mungkin nanti diperlukan guna pembuatan gigi palsunya atau
perbaikan rahangnya.Bila korban tidak pingsan dan ia memiih ingin duduk,
suruh korban bersandar ke depan dengan kepala menunduk ke bawah, agar
darah dapat leluasa keluar dari mulutnya,Bila korban pingsan, letakkan pada
sisi miring atau ditengkurapkan dengan kepala ke samping untuk mencegah
10

masuknya darah ke jalan napas, atasi segera bahaya shock yang mengancam,
perdarahan pada umumnya dapat diatasi dengan pembalut penekan asalkan
dijaga jangan sampai menutup penekan tadi dari bawah dagu ke ubun-ubun
kepala, dengan demikian rahang yang mengalami patah tulang dapat
ditunjang.

4) Pengikatan pembalut ini jangan terlampau erat, apabila korban ingin


muntah atau untuk membantu bernafas tidak akan mengalami kesulitan.

5) Morphin dapat disuntikkan dengan syarat tidak ada luka di kepala atau di
dada.

d. Luka pada leher.

1) Bila mengalami luka yang hebat pada leher, maka biasanya korban
mudah atau segera meninggal, karena luka di leher ini akan terkena jaringan
penting yang lain, yaitu sum-sum tulang leher dan kerongkongan.

2) Sebab-sebabnya : Trauma yang mengenai leher.

3) Gejala-gejalanya : Terdapat luka pada leher, tanda-tanda patah tulang


leher, dapat terjadi henti napas, Jika berat, dapat terjadi kelumpuhan.

4) Pertolongannya : Pertama-tama atasi perdarahan yang hebat dengan


menekan pembuluh nadi di leher dengan menggunakan jari, tapi jaga agar
jangan sampai mencekik leher korban, dan bila sudah memungkinkan dapat
diganti dengan pembalut penekan untuk menghentikan perdarahan tersebut.
Jaga agar jalan napas tetap terbuka, korban harus diletakkan pada posisi
miring atau tengkurap, agar pengeluaran cairan (lendir atau darah) dapat
lancar melalui mulut, bila ada patah tulang pada tulang leher, korban harus
diletakkan dengan posisi telentang dengan kepalanya ditunjang, selalu diingat,
agar jalan napas tidak terganggu,Korban diatasi shocknya, dan jangan sekali-
kali diberikan minum atau makanan.

12. Korban Trauma Dada.

a. Rongga dada berisi alat yang sangat penting yaitu jantung, pembuluh darah
yang besar dan paru-paru, sehingga bila terdapat luka berat pada dada, tentu
akibatnya fatal (mematikan)

b. Paru-paru dilapisi oleh dua lapisan (pleura), yang satu melapisi langsung paru-
parunya, dan yang satu lagi terletak dekat dinding dada sebelah dalam, dan ruangan
yang terdapat di antara kedua lapisan itu disebut ruangan pleura yang mempunyai
tekanan udara negatif. Dengan adanya tekanan negatif itu, maka paru-paru akan
mudah mengembang dan mengempis pada waktu pernapasan. Bila tekanan yang
terdapat di ruangan pleura itu berubah, maka akan terjadi kesukaran bernapas.
Akibat dari pada luka pada dada antara lain adalah masuknya udara kedalam
ruangan pleura (disebut dengan pneumotohorax), dengan akibatnya terjadi
kesukaran dalam pernapasan.

c. Sebab-sebabnya : Luka tembak, Luka tusuk, Benturan yang keras pada daerah
dada
11

d. Gejala-gejalanya : Korban susah bernapas, biasanya batuk darah, cairan yang


berganti-ganti tertembus dari luka tersebut, seiring dengan pernapasan.

e. Bila masuknya udara ke dalam ruangan pleura tadi begitu banyak, maka paru-
paru menjadi tertekan, sehingga korban akan kekurangan oksigen, makanya akan
kelihatan kebiru-biruan. Pertolongannya :

1) Korban ditidurkan setengah duduk, supaya ia lebih mudah bernapas.


2) Cegah secepat mungkin, agar udara tidak masuk ke dalam pleura melalui
luka pada dada tersebut dengan memberikan pembalut plester atau kain kasa
vaselin (melolin) pada luka dada itu.
3) Tidak boleh diberikan morphin, karena setiap keadaan dengan kesukaran
pada pernapasan, bila diberikan morphin akan menekan pernapasan, sehingga
terjadi henti napas.
4) Korban dilarang berbicara, karena lebih memudahkan udara masuk ke
dalam ruangan pleura (memperberat keadaan).
5) Laksanakan evakuasi secepat-cepatnya, dan korban selama dalam
pengangkatan agar diawasi pernapasannya.
6) Luka dada yang mengakibatkan pnemothorax disebut pnemothorax
terbuka, karena udara dari luar yang masuk melalui luka ke dalam ruangan
pleura.
f. Pneumothorax tertutup yaitu apabila terdapat kebocoran dalam ruangan pleura
yang disebabkan karena udara dari udara paru-paru sendiri yang masuk ke dalam
ruangan pleura tadi. Ini dapat terjadi misalnya terdapat tulang rusuk yang patah, dan
ujung tulang rusuk yang patah itu menusuk dan merusak paru-paru sehingga udara
dari paru-paru mengalir masuk ke dalam ruangan pleura.

g. Gejala-gejalanya : pernapasan yang susah, untuk darah dengan warna merah


muda dan berbuih.

h. Pertolongannya : tidurkan korban dengan posisi setengah duduk, karena


dengan posisi demikian ia lebih mudah bernapas, berikan kompres air dingin di
dada. Korban dilarang berbicara, berikan minum air garam, berikan butir es untuk
diisap-isap, laksanakan evakuasi secepat-cepatnya.

Gambar 4 : Menutup luka dengan tehnik Kontraventil

13. Korban Trauma Abdomen.

a. Luka pada perut merupakan luka yang penting diperhatikan, karena di dalam
rongga perut ini terdapat alat dan jaringan yang penting, antara lain pembuluh darah
yang besar, lambung, usus, hati, limpa dan sebgainya, karenanya bila ada luka pada
perut akan mudah terjadi perdarahan di dalam rongga perut, yang sukar diatasi
dengan longdarlap, serta perdarahan di dalam rongga perut mudah menimbulkan
12

sobek. Di samping itu, luka pada perut ini mudah mengalami infeksi, bila usus ikut
luka, bagian ada selaput rongga perut (disebut peritoneum) sangat peka terhadap
timbulnya infeksi dengan segala akibatnya. Luka pada perut ini dapat disebabkan
oleh benda tajam maupun benda tumpul.

b. Sebab-sebabnya : Luka tembak, luka terkena senjata tajam, benturan yang


keras pada daerah perut.

c. Gejala-gejalanya : Ada luka pada daerah perut, usus mungkin terburai keluar,
korban pucat, mungkin sobek karena ada perdarahan di dalam.

c. Pertolongannya : Tidurkan korban dengan posisi setengah duduk bila lukanya


melintang, dan tidur telentang bila lukanya membujur, supaya usus korban
tidak bertambah banyak yang keluar, bila korban dalam keadaan shock, atasi
segera. Untuk mengatasi perdarahan, segera diberikan cairan infus oleh yang
berwenang, bila ada luka terbuka, ditutup dengan kasa steril atau pembalut
cepat yang bes,Berikan pembalut krane di sekitar luka dengan maksud agar
usus yang ke luar tidak tertekan oleh pembalut. Di lapangan bila tidak ada
pembalut krane, dapat ditutup dengan :
1) Ring verband.
2) Mangkuk yang bersih, atau rantang nasi korban.
3) Helm korban.
4) Daun pisang atau daun-daun yang masih kuncup dan dihangatkan
terlebih dahulu. Kemudian balut dengan kain segitiga (mitella) harus
diperhatikan : usus yang sudah keluar dari perut tidak boleh dimasukkan
kembali ke dalam rongga perut, karena bisa menimbulkan infeksi dan
mengganggu gerakan (peristaltik) usus tersebut. Korban dilarang minum atau
makan.

Gambar. 5 : Tehnik penanganan luka di perut

14. Korban Trauma Ekstremitas.

a. Umum. Trauma Ekstremitas yang sering terjadi yaitu patah tulang.


Pengertian patah tulang situ endiri adalah kerusakan pada tulang, sehingga tulang
itu tidak utuh lagi.

b. Macam Patah Tulang.


1) Patah tulang terbuka (Fractura Complicata), yaitu patah tulang dimana
salah satu dari kedua ujung tulang yang patah tersebut merusak kulit hingga
menonjol keluar dan berhubungan dengan dunia luar. Jadi disini terdapat luka
disamping patah tulang.
13

2) Patah tulang tertutup (Fractura Incomplicata), yaitu patah tulang yang


kedua ujungnya tetap berada di dalam badan, dan tidak merusak kulit. Jadi
tidak ada luka di tempat patah tulang.

Gambar 6 : Patah tulang terbuka dan tertutup

c. Gejala Patah Tulang. Yang terlihat terdapat perubahan bentuk seperti


bengkak, menonjol, dsb. Korban kesakitan.Yang dapat diraba, terdapat nyeri tekan
dan nyeri ketok, terasa udara di bawah kulit yang disebut dengan krepitasi. Fungsi
gerakan terganggu, kepastian adanya retak tulang dengan pemeriksaan rontgen
foto.

d. Sebab-sebabnya : tertimpa benda berat, terpukul dengan keras, tertembak,


akibat kecelakaan, dll.

e. Pertolongannya :
1) Patah tulang terbuka, hentikan perdarahan dengan pembalut
penekan/penasat darah, rawat lukanya, kemudian tutup dengan kasa steril,
kerjakan pembidaian, bila rasa sakit hebat, berikan antalgin 2 tablet, anggota
badan yang patah ditinggikan, laksanakan evakuasi secepatnya.
2) Patah tulang tertutup, kerjakan pembidaian, bila rasa sakit hebat, berikan
Antalgin 2 tablet, anggota badan yang mengalami patah tulang ditinggikan.
3) Tujuan pertolongan, mencegah perdarahan, mencegah sobek, mencegah
cacat, mengurangi rasa sakit, mencegah gerakan pada tulang yang patah.

f. Tanda-tanda atau gejala-gejala patah tulang dari anggota badan tertentu.


1) Patah tulang pada tengkorak. Pada keadaan ini, dijumpai cairan bening
keluar dari hidung, mulut atau telinga, ukuran pupil mata berbeda pada kedua
mata, denyut nadi berubah dan pernapasan susah, serta korban biasanya
sudah tidak sadar. Setelah beberapa waktu, di sekitar kedua mata, terlihat
berwarna biru (hematom). Patah tulang leher/tulang belakang. Bila dalam hal
ini sumsum tulang belakang ikut terluka, maka dapat dijumpai terjadinya
kelumpuhan dari anggota tubuh di bawah tempat patah tuang.Korban akan
kehilangan kemampuan untuk menahan berak dan kencing.

2) Patah tulang rahang. Gigi tidak dapat dikatupkan dengan sempurna,


dan tidak dapat emnean atau berbicara, dan tidak tampak perdarahab dari
rongga mulut. Bila terjadi patah tulang dari kedua rahang, maka jaringan di
dalam rongga mulut dapat tertarik ke belakang dan bisa menyumbat
kerongkongan korban.
14

3) Patah tulang selangka. Ujung tulang yang patah biasanya dapat diraba
di bawah kulit, dan bahu yang bersangkutan kelihatan lebih rendah dari yang
sebelah, korban tidak dapat mengangkat lengan pada sisi yang sakit.

4) Patah tulang iga. Korban merasa sakit pada waktu menarik napas atau
pada saat batuk, ujung tulang yang patah kadang-kadang dapat diraba di
bawah kulit, dan bila iga yang patah ini melukai jaringan paru-paru, maka
korban akan batuk darah yang berwarna merah muda. Hal ini sangat
berbahaya.

5) Patah tulang panggul. Korban tidak dapat berdiri atau berjalan, dan
merasa sakit pada darah panggul. Bila ginjal atau kandung kencing ikut
terkena, maka korban akan kencing darah (hematuria), petunjuk penting pada
pertolongan patah tulang anggota badan tertentu, langkah pertama, dengan
cepat melihat seberapa hebat dan luas luka yang dideritanya., bila keadaan
membahayakan jiwa korban seperti : henti napas, henti jantung, perdarahan
yang hebat;Maka tindakan pertama harus mengatasi keadaan yang mem
bahayakan jiwa korban tersebut, misalnya dengan tindakan Resusitasi, setelah
tindakan di atas, barulah diadakan pertolongan terhadap patah tulangnya. Bila
terdapat tanda-tanda shock, segera atasi. Dalam hal-hal tertentu, dapat
diberikan morphin untuk menghilangkan rasa sakit yang hebat. Prinsip
pertolongan patah tulang,Lakukan pembidaian di tempat anggota badan yang
mengalami cedera.

g. Pada patah tulang terbuka, rawatlah lukanya terlebih dahulu sebelum


melaksanakan pembidaian. Jangan mengangkat, menggerakkan atau
memindahkan anggota badan yang patah, karena sangat berbahaya, bisa ujung
tulang yang patah merusak jaringan di sekitarnya, seperti melukai pembuluh darah,
urat syaraf, otot maupun kulit. Hal ini akan menambah kemungkinan terjadinya
perdarahan yang hebat, sehingga menimbulkan shock dan cacat menetap, untuk itu
perlu diperhatikan :

1) Sewaktu membidai, membalut dan sebagainya yang terpaksa


mengangkat atau memindahkan anggota badan yang patah, harus dilakukan
dengan hati-hati sekali.

2) Untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut, tulang yang patah harus
segera diistirahatkan (immobilisasi), yaitu dengan melakukan pembidaian yang
meliputi dua sendi daripada tulang yang patah tersebut.

3) Bidai yang akan dipakai itu dibalut dulu dengan perban sebelum
digunakan, yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, dan mencegah
kerusakan pada kulit, serta mencegah terganggunya peredaran darah. Di
lapangan, bila tidak ada perban, maka dapat dipergunakan daun-daun, rumput-
rumput sebagai pembalut bidai, dan harus diingat agar jangan terlalu erat
mengikatkan bidai pada anggota badan sampai ikatan itu berubah kerjanya
menjadi terikat.

4) Di lapangan sebagai bidai dapat mempergunakan : sepotong kayu,


papan, bambu, senjata panjang korban, yang sudah dimankan, sebagai
penahan pada bidai, dapat digunakan selimut atau gulungan kertas (koran),
dan sebagai pengikat dapat digunakan tali, sabuk atau kopellrim dan
sebagainya.
15

h. Pertolongan pada beberapa patah tulang tertentu.

1) Patah tulang paha.

(a) Alat yang dibutuhkan : Tiga buah bidai, dua bidai yang panjangnya
dari ketiak sampai ujung kaki korban, satu bidai yang lain panjangnya dari
sela paha sampai ujung kaki korban.
(b) Tujuh buah kain segitiga (mitella) untuk mengikat : 2 buah untuk
mengikat bagian atas dan bagian bawah dari tulang yang patah, 2 buah
untuk mengikat pada bagian tungkai bawah, 2 buah untuk mengikat pada
bagian dada dan pinggang,1 buah untuk mengikat di bagian tumit
(menyatukan kedua kaki korban)
(c) Improvisasi untuk bidai di lapangan dapat digunakan : senapan
korban (setelah diamankan), dahan kayu yang cukup besar dan kuat,
bambu/tongkat kayu, pelepah pisang.

Gambar. 7 : Tehnik pembidaian pada tulang Paha.

2) Patah tulang betis.


(a) Alat yang dibutuhkan : dua buah bidai yang panjangnya dari pangkal
paha sampai tumit dan satu buah bidai yang panjangnya dari sela – sela
paha sampai dengan tumit.
(b) Lima buah kain segitiga (mitella) untuk mengikat : 2 buah untuk
mengikat di bagian atas dan bagian bawah dari tulang yang patah, 1 buah
untuk mengikat di bagian paha, 1 buah untuk mengikat di bagian tumit
dan 1 buah untuk menyatukan kedua kaki korban.

Gambar. 8 : Tehnik pembidaian tungkai bawah

3) Patah tulang lengan bawah.


(a) Alat yang dibutuhkan : Satu bidai yang panjangnya dari siku sampai
ke pergelangan tangan korban.
16

(b) Empat buah mitella untuk mengikat : 2 buah untuk mengikat di atas
dan bawah dari tulang yang patah.1 buah untuk mengikat di ujung jari
(telapak tangan),1 buah untuk menggendong, lengan bawah yang patah
setelah selesai dengan pembidaian, kemudian digendong.

Gambar. 9 : Tehnik pembidaian lengan bawah

4) Patah tulang lengan atas.


(a) Alat yang dibutuhkan : Dua buah bidai yang meliputi dari siku
sampai ke bahu.
(b) Tiga buah mitella untuk mengikat : 2 buah untuk mengikat di bagian
atas dan bawah dari tulang yang patah,1 buah untuk menggendong
lengan lengan atas yang patah tersebut tidak bergerak karena digendong.

Gambar. 10 : Tehnik pembidaian lengan atas

5) Patah tulang selangka, lakukan ransel verban (berbentuk angka delapan


dan ransel), bagian yang patah diberikan alas, dapat juga ditolong dengan
pengikat kedua sikunya ke belakang sehingga tulang selangkanya tertarik, dan
pergerakannya berkurang.Atau bisa juga diberi pembalut penunjang tinggi
(huge mitella)

6) Patah tulang iga. Pertolongannya adalah memberi pembalut plester


menurut panjang rusuk yang meliputi dari tulang dada sampai ke tuang
punggung.

i. Pembidaian, pengertian. Bidai atau spalk adalah suatu alat dari kayu, anyaman
kawat atau bahan lain yng pada prinsipnya harus kuat tetapi ringan, yang digunakan
untuk menahan atau menjaga agar kedua bagian tulang yang patah tidak dapat
bergerak (tetap pada tempatnya). Prinsip Pembidaian, tindakan yang harus
dilakukan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan dengan patah tulang adalah
17

melakukan pembidaian dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : lakukan pembidaian,


di tempat dimana anggota badan mendapatkan cedera, sehingga korban jangan
diangkat atau dipindahkan. Lakukan pembidaian meliputi persendian di atas dan di
bawah tempat cedera yang diperkirakan patah tulang, agar tulang yang patah tidak
dapat bergerak/bergeser.

1) Syarat-syarat pembidaian :
(a) Sediakan alat selengkapnya, baru mengerjakan pembidaian.
(b) Bidai harus melewati dua sendi dari tulang yang patah, dan sebelum
dipasang, diukur terlebih dahulu pada anggota badan penderita yang tidak
sakit.
(c) Ikatan jangan teralu kencang dan jangan pula terlalu kendor.
(d) Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan agar tidak
menambah rasa sakit.
(e) Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah
tempat yang patah.

2) Tujuan pembidaian
(a) Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
(b) Memberikan istirahat pada anggota tubuh yang patah.
(c) Mengurangi rasa sakit.
(d) Mempercepat penyembuhan.
(e) Mencegah terjadinya shock.
(f) Mencegah terjadinya perdarahan.
(g) Mencegah terjadinya cacat.

15. Korban Trauma Spinal.

a. Bila disertai dengan luka , rawat luka terebih dahulu, tidurkan korban dengan
posisi tengkurap, dengan memberikan bantal/alas pada dada dan perut bagian
bawah.

b. Segera evakuasi untuk pertolongan lebih lanjut. Bila tidak disertai luka : korban
ditidurkan dengan posisi terlentang, kepala diberikan bantal yang tipis.

c. Di bawah pinggang diberikan ganjal dengan bantal yang tipis. Dengan posisi
seperti ini, ujung tulang belakang yang patah tidak akan merusak/menusuk sumsum
tulang belakang lebih besar lagi.

d. Segera evakuasi untuk pertolongan lebih lanjut.

e. Cara mengangkut korban patah tulang belakang.


1) Untuk mengangkut korban tersebut, jangan sekali-kali menggunakan
tandu dari kain atau tandu yang dialasi dengan kasur.
2) Gunakan tandu dari papan dengan ukuran selebar dan sepanjang tubuh
korban.
3) Di lapangan untuk tandu dapat digunakan daun pintu, atau tandu biasa
yang dialasi dengan papan.
18

16. Korban Luka Tembak.

a. Berat atau ringannya luka tembak tergantung pada : Lokasi luka, Jarak
tembakan, jenis peluru dan arah peluru.

b. Penyebabnya. Senjata api.

c. Gejala-gejalanya :
1) Terdapat luka tembak termasuk peluru, dan mungkin juga luka tembak
keluar.
2) Perdarahan bisa keluar atau ke dalam.
3) Jika perdarahan banyak (mungkin tidak tampak karena perdarahan ke
dalam), pasien pucat dan dapat terjadi shock.
4) Pertolongannya : Jika terdapat perdarahan yang dapat dihentikan,
misalnya dengan penasat darah atau pembalut penekan, maka hentikan
perdarahan tersebut, kemudian bersihkan. Jika korban tersebut terlihat pucat,
nadi cepat dan kecil, mungkin kesadaran menurun, maka kemungkinan adalah
perdarahan ke dalam, dan segera kirim berita ke belakang.

5) Jika lukanya kecil dan perdarahan sedikit, bersihkan luka dengan


betadine, setelah itu dibalut.

17. Korban dengan Perdarahan.

a. Perdarahan. Adalah keluarnya darah dari pembuluhnya yang disebabkan


oleh arena kerusakan dari pembuluh darah tersebut, sebagaimana kita ketahui
sistem peredaran darah terdiri dari :
1) Jantung
2) Pembuluh darah arteri (pembuluh darah nadi)
3) Pembuluh darah rambut (Kapiler)
4) Pembuluh darah balik (Vena)
Sistem peredaran darah ini merupakan sistem yang tertutup, darah dialirkan dan
diedarkan oleh karena adanya denyut jantung. Dengan demikian terjadi pembagian
jumlah darah yang merata di seluruh tubuh (jaringan). Bila terjadi perdarahan,
volume darah akan berkurang, maka seluruh jaringan tubuh termasuk otak akan
kekurangan oksigen dan makanan, sehingga bisa terjadi shock, yang bila tidak
segera diatasi dapat mengakibatkan kematian. Tergantung daripada pembuluh
darah yang rusak, maka dapat terjadi :
- Perdarahan pembuluh darah nadi.
- Perdarahan pembuluh darah rambut.
- Pembuluh darah balik.

b. Macam-macam Perdarahan.
1) Perdarahan keluar tubuh (External Hemorrhage). Adalah perdarahan yang
tampak nyata keluar dari tubuh, dan pada umumnya perdarahan ini disebabkan
oleh kerusakan pembuluh darah yang letaknya dekat dengan permukaan
tubuh. Permukaan tubuh itu sendiri mengalami luka pula kerusakan hingga
darah dapat mengalir keluar.

2) Perdarahan di dalam/ke dalam tubuh (Internal Hemorrhage). Adalah


perdarahan yang terdapat di dalam tubuh, dan perdarahan itu tidak dapat atau
hanya sebagian yang dapat keluar dari tubuh. Pada umumnya perdarahan ini
19

disebabkan karena kerusakan pembuluh darah yang letaknya di dalam tubuh


seperti perdarahan di dalam rongga dada, rongga perut, di paru-paru, otak dan
sebagainya. Bisa juga karena kerusakan pembuluh darah yang letaknya dekat
dengan permukaan tubuh tapi tidak disertai dengan kerusakan pada permukaan
tubuh, maka pada daerah tersebut darah tidak dapat keluar mengalir. Ini terjadi
apabila salah satu anggota badan terkena pukulan atau benturan yang cukup
keras (lengan atau paha), sehingga pembuluh darah dalam anggota tubuh
tersebut rusak, maka akan terjadi perdarahan yang menimbulkan
pembengkakan. Karena hal-hal tersebut di atas, maka perdarahan di dalam / ke
dalam tubuh tidak tampak nyata. Tanda-tanda lain, adanya perdarahan yang ke
luar dari hidung, mulut atau telinga, dan juga pembengkakan dari anggota
badan.

c. Tanda-tanda Perdarahan. Tanda-tanda yang dijumpai pada korban :


Pucat, Denyut nadi teraba kecil dan cepat, Pernapasan menjadi cepat, berkeringat
dingin, penderita menjadi gelisah, penglihatan gelap/kabur seperti mau pingsan.
Penderita merasa haus.

d. Tanda-tanda Perdarahan dari Bermacam-macam Pembuluh Darah yang


Rusak.
1) Perdarahan dari pembuluh nadi (arteri)
a) Darah yang keluar memancar, sesuai dengan denyutan jantung.
b) Warnanya merah hidup (karena mengandung banyak oksigen)

2) Perdarahan dari pembuluh darah rambut (kapiler)


a) Darah yang keluar sedikit merembes
b) Perdarahan ini tidak berbahaya, karena pembuluh darahnya sangat
kecil, makanya perdarahan ini disebut sebagai perdarahan yang ringan
saja.

3) Perdarahan dari pembuluh darah balik (vena)


a) Darah yang keluar tidak memancur, tapi hanya mengalir saja.
b) Berwarna merah tua, namun banyak mengandung CO2.
c) Bila perdarahan dari pembuluh darah balik yang besar tidak segera
diatasi, akan mengancam jiwa korban. Bila pembuluh darah balik yang
kecil, digolongkan pada perdarahan yang ringan.

e. Pertolongan.
1) Jumlah darah yang terdapat dalam tubuh, sesuai dengan kebutuhan faal
tubuh manusia, maka kehilangan darah akan merugikan tubuh. Bila jumlah
darah yang hilang itu sedikit, maka hal ini tidak akan seketika merugikan tubuh,
karena darah yang hilang itu dapat diganti oleh tubuh dengan pembuatan
darah yang baru dalam sum-sum tulang. Tetapi bila darah yang menghilang itu
berjumlah besar (15% atau lebih), maka tanpa pertolongan dengan segera
dapat menyebabkan kematian. Akibat kehilangan darah, dapat dijelaskan
sebagai berikut :

2) Pertolongan pada perdarahan pembuluh darah nadi.


a) Bagian atau anggota tubuh yang berdarah ditinggikan, bila tidak
disertai dengan patah tulang.
b) Tekan pembuluh darah nadi yang teretak pada tempat perdarahan.
c) Pasang segera pembalut penkan pada tempat perdarahan.
20

d) Apabila dengan pembalut penekan ini perdarahan masih terus ada,


tambah lagi pembalut penekan diatasnya, tanpa membuka pembalut
penekan yang pertama. Bila sudah berhasil menghentikan perdarahan,
maka penekan pembuluh nadi pada point 2) di atas dapat dilepaskan.
e) Bila sekalipun sudah ditambah penekan dengan pembalut penekan
yang baru, masih ada juga perdarahan, bila tersedia klem arteri, carilah
pada luka pembuluh nadi yang putus, kemudian jepitlah, selanjutnya klem
itu dibalut bersama-sama dengan lukanya.
f) Jika perdarahan sulit dihentikan, pasanglah penasat darah
(Tourniquet), yang digunakan sebagai pengganti peneka nan pada
pembuluh darah nadi dengan jari. Alat ini dapat berupa sepotong karet,
sepotong kain atau lain-lain.
g) Pada prinsipnya harus dapat diikatkan pada anggota badan dengan
maksud dapat penekan pembuluh darah nadi yang ada di bawah ikatan
tersebut sehingga pembuluh darah nadi tersebut tertutup, sehingga darah
tidak dapat mengalir keluar. Harus diingat akibat dari penasat darah itu,
seluruh anggota badan di bawah/di ujung penasat darah tersebut sudah
tidak mendapatkan darah lagi.

h) Syarat pemasangan penasat darah :

(1) Penasat darah dipasang pada anggota badan yang bertulang


satu, diantara luka dengan jantung, misanya pada lengan atas atau
tungkai atas.
(2) Harus dijaga agar tiap-tiap 15 menit darah akan mengalir
kembali ke jaringan-jaringan yang terdapat di ujung penasat darah,
supaya tidak mati. Maka dilakukan pengendoran penasat darah,
sampai kulit di bawah/di ujung penasat itu kelihatan kemerah-
merahan kembali, kemudian penasat dikencangkan kembali.
(3) Pemasangan penasat darah tersebut tidak boleh tertutup oleh
pakaian atau selimut, agar tetap diawasi dan tidak dilupakan.
(4) Jangan lupa menulis huruf T di dahi korban, yang berarti
Tourniquet, sehingga penolong berikutnya mengetahui bahwa telah
dipasang penasat darah pada korban.
(5) Harus juga pada kartu luka korban, jam berapa penasat darah
tersebut dipasang dan jam berapa telah dikendorkannya.
(6) Bila dengan pemasangan penasat darah tersebut perdarahan
telah berhenti, maka dapat dicoba mengendorkannya untuk
beberapa waktu, bila perdarahan berhenti, maka penasat darah
dapat dilepaskan.
(7) Ingatlah, bahwa apabila penasat darah itu tetap terpasang
terus menerus selama 6 jam (tanpa pernah dilonggarkan), maka
anggota badan tersebut akan rusak dan terpaksa diamputasi
(dipotong)
(8) Usahakan agar korban yang dipasang penasat darah, agar
segera dilanjutkan dengan tindakan evakuasi untuk mendapatkan
pertolongan lebih lanjut.

2) Tindakan pada Perdarahan yang banyak.

a) Pada Perdarahan Arteri.


(1) Baringkan korban, perhatikan darah yang mengalir keluar.
21

(2) Angkat bagian badan yang megalami perdarahan, untuk


mengurangi derasnya aliran darah.
(3) Singkirkan pakaian yang menghalangi luka / perdarahan
tersebut.
(4) Hentikan perdarahan dengan perban penekan yang bersih.
(5) Bila terjadi shock, segera atasi.
(6) Jalan terakhir untuk menghentikan perdarahan, gunakan
penasat darah dengan syarat-syarat pemasangannya harus diingat.

b) Pada Perdarahan pembuluh darah rambut dan balik


(1) Bagian atau anggota badan yang luka ditinggikan, bila tidak
terjadi patah tulang.
(2) Pasang segera pembalut penekan yang bersih.
(3) Dengan tindakan ini saja, perdarahan biasanya sudah dapat
diselesaikan.

4) Pertolongan pada perdarahan di dalam / ke dalam tubuh


a) Perdarahan di dalam rongga perut atau dada.Pertolongan terhadap
keadaan ini, tidak dapat dilakukan dengan Longdarlap, tapi harus
dilakukan oleh dokter di rumah sakit dengan peralatan dan sarana yang
lengkap. Di lapangan, satu-satunya yang dapat dilakukan adalah
mencegah dan mengurangi shock, dengan jalan memasang infus,
kemudian secepat mungkin mengevakuasikan korban. Biasanya bahaya
kematian pada korban besar sekali.

b) Perdarahan di dalam anggota badan (tungkai atau lengan).


Perdarahan di dalam anggota tubuh ini, dapat dilihat dengan adanya
pembengkakan ini. Tindakan yang dilakukan tindakan yang dilakukan
adalah meninggikan anggota badan tersebut (bila tidak terdapat patah
tulang), dan biasanya pembeng kakan akan berkurang. Bila tidak berhasil,
maka diperlukan pemasangan penasat darah di atas pembengkakan, dan
ini dkerjakan biasanya bila pembengkakan itu sangat besar dan hebat
sehingga banyak darah yang berkumpul di situ. Hal ini dapat menimbukan
shock bahkan kematian. Pembengkakan pada tungkai bawah atau lengan
tidaklah begitu membahayakan.

5) Pertolongan menghentikan perdarahan.


a) Perdarahan di dahi. Tekanlah pembuluh nadi di pelipis.
b) Perdarahan di sekitar mulut. Tekanlah pembuluh nadi di rahang
bawah.
c) Perdarahan di kepala atau leher. Tekanlah pembuluh nadi di leher
(arteri karotis). Ingat, jangan sampai mencekik leher korban.
d) Perdarahan pada pundak atau lengan atas.Tekanlah pem buluh nadi
di belakang tulang selangka, baik dengan menekan pada tulang selangka
atau pada tulang rusuk pertama. Biasanya penekanan pada tulang rusuk
itu menyebabkan rasa sakit pada penderita.
e) Perdarahan pada lengan atas atau siku.Tekanlah pembuluh nadi
pada kira-kira pertengahan sebelah lengan atas, pada tulang lengan atas.
f) Perdarahan pada lengan bawah.Tekanlah pembuluh nadi di lekukan
siku bagian depan.
g) Perdarahan pada tangan.Tekanlah pembuluh nadi pada pergelangan
tangan bagian depan.
22

h) Perdarahan pada paha. Tekanlah pembuluh nadi pada kira-kira


pertengahan pelipatan paha bagian depan. Karen aletak dari pembuluh
nadi paha (Femoralis) di sini sangat dalam, apalagi bila korban gemuk
atau otot-ototnya kuat, maka penekanan tidak dilakukan dengan jari,
melainkan dengan kepalan tangan dan dibantu dengan tangan lainnya
yang menekan di atas kepalan tangan tadi.
i) Perdarahan pada tungkai bawah.Tekanlah pembuluh nadi pada
pelipatan utut bagian belakang dengan kepalan tangan, sambil menekan
lutut di depan dengan tangan yang lain, sehingga dengan demikian arteri
poplit terhimpit.
j) Perdarahan pada kaki. Tekanlah pembuluh nadi dengan cara
memegang dan menekan sedikit di atas pergelangan kaki.

18. Korban dengan Tenggelam.

a. Korban Tenggelam. Apabila seseorang jatuh kedalam air yang dalam (seperti
sungai, kolam renang, danau atau laut), dan tidak dapat menguasai keadaan, atau
tidak bisa berenang, maka dia akan tenggelam. Biasanya akan terlihat : Korban
timbul tenggelam dan tangan meraih-raih, korban tidak timbul kembali ke permukaan
air dalam aktu yang relatif lama.

b. Sebab-sebabnya :
1) Terjatuhnya ke dalam air dan tidak dapat berenang.
2) Kejang (kraam), sehingga tidak bisa bergerak lagi.
3) Terbentur benda keras sewaktu terjun kedalam air, sehingga kehilangan
kesadaran (pingsan).
4) Karena penyakit ayan (epilepsi), sewaktu berenang.

c. Pertolongannya :
1) Kalau korban sedang timbul tenggelam : lemparkan tali atau bambu yang
panjang ke arah korban. Setelah tali atau bambu terpegang oleh korban, baru
ditarik ke pinggir.

2) Kalau korban tidak muncul lagi ke permukaan air : kalau korban tidak
muncul lagi, maka penolongnya harus segera masuk ke dalam air untuk
menolongnya. Pegang leher bajunya atau rambutnya dari arah belakang,
kemudian korban ditarik keluar dari air. Kalau sudah sampai di darat, tindakan
yang harus segera dikerjakan adalah :
a) Bersihkan hidung, mulut dan kerongkongan.
b) Keluarkan air dari paru-paru korban dengan cara :
Korban ditelungkupkan di atas perut penolong sehingga kepalanya
bergantung ke bawah, kemudian punggung dan sisi dada ditekan
hingga air keluar dari hidung dan mulut korban.
Dapat juga dilakukan ditelungkupkan dan penolong berdiri, sehingga
korban berada diantara kedua kaki penoong, kemudian penoong
mengikat pinggang korban ke atas, sehingga kepala akan
menggantung ke bawah. Punggung korban diukul-pukul sehingga air
akan keluar dari paru-paru melalui mulut dan hidung korban. Hal ini
dikerjakan selama 15 – 20 menit.

3) Apabila korban tidak bernapas, maka segera berikan pertolongan


pernapasan (Breathing) secara Mouth to Mouth, tanpa membuang waktu untuk
23

membuka pakaian korban yang basah, atau memindahkan korban ke tempat


yang lebih enak.

4) Apabila korban tidak sadar, henti napas dan henti jantung, segera
dilaksanakan pertolongan resusitasi jantung paru (RJP) oleh satu atau dua
orang penolong.
Catatan. Menolong orang tenggelam ada bahayanya bagi penlong, karena
korban mungkin merangkul penolong tanpa disadari, sehingga penolong tidak
dapat bergerak dan mungkin akan ikut tenggelam bersama korban. Untuk
pengamanannya, si penolong harus diikat pinggangnya sewaktu mendekati
korban, dan harus memegang korban dari arah belakang pada leher baju atau
rambutnya.

d. Pencegahan terjadinya Kecelakaan Tenggelam.


1) Jangan berenang segera setelah makan, tungguah sekurang-kurangnya 2
jam setelah makan.
2) Jangan berenang sendirian, kecuali memang sudah mahir berenang.
3) Jangan berenang apabila sesak napas.
4) Jangan berenang bila sudah tahu ada kelainan jantung.
5) Jangan memaksa berenang terus bila sudah merasa lelah.
6) Jangan berontak atau menjadi panik apabila tertangkap oleh arus bawah
yang deras, karena dengan kekuatan arus itu sendiri orang dapat tertolong ke
permukaan air kembali.
7) Jangan terjun ke dalam air, sedangkan belum diketahui berapa dalam air
tersebut, dan apakah dalam air itu ada batu yang asing membentur ke kepala
sehingga bisa menimbulkan pingsan.

19. Korban dengan Luka Bakar.

a. Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan karena suhu
tinggi. Tiap persentuhan yang intensif dan cukup lama antara kulit dengan benda
panas (lebih dari 600 Celcius) atau bahan kimia yang menimbulkan panas dapat
menyebabkan luka bakar.

b. Penyebab. Api, cairan/benda panas, bahan kimia seperti lysol, kreolin,sinar


terik matahari, listrik, radiasi.

c. Gejala-gejalanya :
1) Tingkat Satu. Tampak kemerah-merahan, dan pembakaran hanya
mengenai lapisan atas kulit ari (stratum corneum). Juga tampak kemerahan ini
juga di sebut Erythema.

Gambar. 11 : Luka Bakar derajat. I


24

2) Tingkat Dua. Pembakaran terjadi sampai pada rasa nyeri, dan terjadi
gelembung yang berisi cairan kuning jernih. Gelembung itu disebut melepuh
atau bullae.

Gambar. 12 : Luka bakar derajat II


3) Tingkat Tiga. Pembakaran sampai pada kulit jangat atau lebih dalam, dan
terjadi luka hitam keputih putihan yang disebut Escharotica. Bila hebat sekali
bias terjadi luka hitam mengarang yang disebut Carbonisation.

Gambar. 13 : Luka bakar derajat. III

d. Pembagian permukaan tubuh dengan hukum sembilan.

1) Untuk dapat menentukan berapa persen permu kaan tubuh yang


mengalami luka bakar, maka permukaan tubuh dibagi dalam daerah yang
dinyatakan dalam prosentase. Hal ini penting sekalibagi luka bakar, karena
berat ringannya tersebut ditentukan olehberapa persen luar permukaan tubuh
yang terkena, dan sekaligusjuga menentukan pengobatan, khususnya jumlah
cairan tubuhyang harus diganti.

2) Seluruh permukaan tubuh dibagi dalam daerah anatomis dan masing-


masing daerah diperkirakan ada lah sama dengan 9% atau perkalian angka 9.

3) Daerah anatomis tersebut adalah : Permukaan kepada dan leher : 9%,


Masing-masing permukaan lengan : 9%, Permukaan tubuh bagian depan
(dada dan perut) : 2 x 9% = 18%, Permukaan punggung : 2 x 9 % = 18%
Permukaan daerah kemaluan dan dubur (perineum) : 1% masing-masing
permukaan tungkai : 2 x 9% = 18%

4) Pembagian daerah ini dikenal dengan Hukum Sembilan (The Rule of


Nine)

e. Akibat luka bakar, Shock, karena pada kerusakan kulit terjadi juga kehilangan
Plasma (cairan darah) serta nyeri yang hebat. Infeksi, kulit yang rusak mudah sekali
dimasuki kuman. Pada umumnya luka bakar tingkat I tidak begitu membahayakan
daripada luka bakar tingkat II dan III, namun hal ini tergantung juga dari luas
permukaan tubuh yang terkena.
25

1) Bila lebih dari 10% permukaan tubuh terkena luka bakar maka hal ini
dapat membahayakan jiwa penderita. Bila lebih dari 40% yang terkena, maka
angka kematyian bias mencapai sampai 50%.

2) Bila yang terkena luka bakar lebih luas lagi, maka angka kematian dapat
mencapai 100%.

3) Mereka yang sembuh dari luka bakar, akan mengalami cacat kulit untuk
seama-lamanya, bahkan mereka yang telah tertolong dari bahaya maut karena
luka bakar yang berat harus mengaami masa penyem buhan yang lama
(berbulan-bulan), bahkan sampai bertahun-tahun.

f. Pertolongan luka bakar tingkat I


1) Siram / rendam dalam air dingin (jangan air es)
2) Tutup luka bakar dengan kain steril, bila tidak ada kain steril, dapat
dipakai kain yang bersih.
3) Sekiranya ada, diberikan obat salep eperti Bor zalf steril, levertan zalf
steril, bioplacenton zalf.
4) Balut luka bakar tersebut longgar-longgar saja.
5) Berikan banyak minum
6) Dijaga agar korban jangan sampaIi kedinginan.
7) Periksa kesadaran, nadi dan luasnya luka abkar. Jika luas dan kesadaran
menurun, nadi kecil dan cepat maka segera kirim berita untuk diinfus.

g. Pertolongan luka bakar tingkat II dan III. Pertolongannya sama dengan luka
bakar Tingkat Satu, hanya saja disini terdapat gelembung atau Bullae yang tidak
boleh dipecahkan.

20. Korban Trauma Ledakan ( Blast Injury )

Ledakan terjadi sebagai hasil perubahan yang sangat cepat dari suatu bahan
dengan volume yang relatif kecil, baik padat, cair atau gas, menjadi produk – produk
gas. Produk gas ini yang secara cepat berkembang dan menempati suatu volume
yang jauh lebih besar dari pada volume bahan aslinya. Bilamana tidak ada
rintangan, pengembangan gas yang cepat ini akan menghasilkan sesuatu
gelombang tekanan. Trauma ledakan dapat diklasifikasikan dalam 3 mekanisme
kejadian trauma yaitu :

a. Trauma ledak primer.


Merupakan hasil dari efek langsung gelombang tekanan dan paling peka
terhadap organ – organ yang berisi gas. Membrana timpani adalah yang paling
peka terhadap efek primer ledak dan mungkin mengalami ruptur bila tekanan
melampaui 2 atmosfir. Jaringan paru akan menunjukan suatu kontusio, edema
dan rupture yang dapat menghasilkan pneumothoraks. Rupture alveoli dan
vena pulmonaris dapat menyebabkan emboli udara dan kemudian kematian
mendadak. Pendarahan intraokuler dan ablasio retina merupakan manifestasi
okuler yang bias terjadi, demikian juga rupture intestinal.

b. Trauma ledak sekunder.


Merupakan hasil dari objek – objek yang melayang kemudian membentur
orang disekitar kejadikan.
RAHASIA
26
26

c. Trauma ledak tertier.


Terjadi bila orang disekitar ledakan terlempar dan kemudian membentur suatu
objek atau tanah. Trauma ledak sekunder dan tertier dapat mengakibatkan
trauma baik tembus maupun tumpul secara bersamaan.

21. Evaluasi.
a. Jelaskan penanganan pada korban trauma kepala !
b. Sebutkan dan jelaskan macam – macam patah tulang !
c. Sebutan tujuan dari pembidaian !
d. Sebutkan pedoman rumus rule of nine !
e. Sebutkan tanda – tanda perdarahan secara umum !

BAB IV
EVALUASI AKHIR PELAJARAN
(Bukan Naskah Ujian)

22. Evaluasi Akhir.

a. Sebutkan pengertian longdarlap dan tujuan dari Longdarlap !


b. Jelaskan bagaimana sikap dan tindakan penolong dalam memberikan
pertolongan terhadap penderita/korban !
c. Jelaskan cara pemeriksaan primer yang meliputi pemeriksaan kesadaran, jalan
nafas, pernafasan dan sirkulasi !
d. Jelaskan apa yang dimaksud dengan luka bakar dan sebutkan penyebabnya !
e. Sebutkan pengertian patah tulang dan tanda – tandanya !
f. Jelaskan cara menolong korban tenggelam !
g. Jelaskan cara pertolongan terhadap korban luka bakar !

BAB V
PENUTUP

23. Penutup. Demikianlah Naskah Departemen tentang Pertolongan Darurat di


Lapangan (Longdarlap) ini disusun untuk memenuhi kebutuhan Bahan Ajaran Dikmaba
TNI AD Tahap II Kecabangan Kesehatan.

Komandan Pusat Pendidikan Kesehatan,

dr. Untung Sunardo, M.M.,M.B.A.


Kolonel Ckm NRP 31451

RAHASIA

KONFIDENSIAL

Anda mungkin juga menyukai