Anda di halaman 1dari 28

1.

Definisi Ulkus Kornea


 Ulkus kornea merupakan peradangan kornea yang diikuti kerusakan lapisan kornea, kerusakan
dimulai dari lapisan epitel. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh
adanya kolagenase oleh sel epitel baru dan sel radang. Ulkus bisa dalam keadaan steril (tidak
terinfeksi mikroorganisme) ataupun terinfeksi. Ulkus terbentuk oleh karena adanya infiltrat
yaitu proses respon imun yang menyebabkan akumulasi sel-sel atau cairan di bagian kornea.
 Ulkus kornea merupakan diskontinuitas atau hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea. Penanganan yang tepat dan cepat diperlukan untuk mencegah
perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis,
bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan pada kornea dan
merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.
2. Epidemiologi
 Data epidemiologi ulkus kornea menunjukkan bahwa kondisi ini bisa terjadi pada seluruh
kelompok demografi, tetapi ditemukan lebih sering pada pengguna lensa kontak.
 Secara global, ulkus kornea dilaporkan berkontribusi sebesar 12,2% dari seluruh kasus
transplantasi kornea. Studi retrospektif di California menunjukkan bahwa ulkus kornea bakterial
paling banyak ditemukan pada wanita kelompok usia 25-34 tahun, terutama pengguna lensa
kontak.Infeksi herpes okular diperkirakan terjadi pada 5-20 kasus per 10.000 per tahun di
negara berkembang.
 Indonesia
Data epidemiologi ulkus kornea secara nasional di Indonesia belum tersedia. Berdasarkan Rapid
Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014-2016, penyebab kebutaan terbanyak di
Indonesia adalah katarak.Mortalitas Ulkus kornea umumnya tidak menyebabkan kematian, tetapi
memiliki morbiditas yang tinggi. Ulkus kornea akan menimbulkan sikatriks dan kerusakan
permanen pada kornea yang akan menyebabkan gangguan penglihatan. Penatalaksanaan
memerlukan terapi yang optimal, kedisiplinan tinggi, hingga transplantasi kornea. Gangguan fungsi
penglihatan akan mengganggu kemampuan pasien dalam beraktivitas sehari-hari atau bekerja.
3. Etiologi dan factor resiko
Beberapa penyebab ulkus kornea sebagai berikut :
1. Penyebab ulkus kornea 38,85% oleh bakteri. Infeksi bakteri oleh Pseudomonas
aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella merupakan penyebab
paling sering pada ulkus kornea
2. Ulkus kornea 40,65% disebabkan oleh infeksi jamur yaitu Candida, Fusarium,
Aspergilus, Cephalosporium dan spesies Mikosis fungoides.

3. Infeksi virus
Ulkus kornea yang disebabkan oleh virus herpes simplex cukup sering ditemui. Bentuk
khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan
menimbulkan ulkus

4. Acanthamoeba
Infeksi kornea oleh Acantha-moeba sering terjadi pada pengguna lensa kontak lunak.
Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak tetapi dikarenakan
terpapar air yang tercemar
Penyebab ulkus kornea 38,85% disebabkan oleh
bakteri dan 40,65% disebabkan oleh jamur. Infeksi
bakteri oleh Pseudomonas aeraginosa, Streptococcus
pneumonia dan spesies Moraxella merupakan
penyebab paling sering pada ulkus kornea

1. Famili Pseudomonadeceae
 Pseudomonadeceae sp merupakan Gram negatif,
bergerak, aerob, katalase (+). Pseudomonadeceae
sp ditemukan secara luas ditanah, air, tumbuhan,
dan hewan. Pseudomonas aeroginusa, bakteri
Gram negatif berbentuk batang, dan kadang
terlihat berbentuk tunggal, ganda, dan juga dalam
rantai pendek, tumbuh dengan cepat pada
berbagai media. Pseudomonas aeroginosa
membentuk koloni bulat, halus, dengan warna
fluoresen kehijauan, juga sering memproduksi
pigmen pyocyanin, dan pyocyanin yang dapat larut
dalam air. Pada uji biokimia glukosa (+).
2. Streptococcus pneumoniae
treptococcus pneumoniaeadalah bakteri gram
positif berbentuk diplokokus. Tersusun dalam
bentuk rantai memiliki kapsul polisakarida
yang memungkinkan mengkode dengan
spesifik antisera. Prosentase 5-40%
pneumokokus adalah flora normal yang
terdapat pada saluran pernapasan ataumanusia
dan dapatmenyebabkan pneumonia, sinusitis,
otitis, bronchitis, bakteremia, meningitis, dan
penyakit menular lainnya
3. Famili Moraxella
Moraxella sp. bakteri Gram negatif yang berbentuk basil, coccobacilli, atau cocciini
membentuk hemolysis dan memberikan reaksi katalase positif (+) , nonmotil, aerobik,
hasil fermentasi karbohidrat negatif (-).Moraxella sp. adalah salah satu flora normal
dari saluran pernafasan bagian atas dan terkadang dapat menyebabkan bakteremia,
endokarditis, keratokonjungtivitis, meningitis, atau infeksi lainnya penyebab
keratokonjungtifitas.
Jamur adalah sekelompok mikroorganisme yang
memiliki dinding yang rigid dan nukleus dengan
kromosom multipel yang mengandung DNA dan
RNA. Jamur yang dapat menyebabkan infeksi kornea
adalah jamur filamentosa (misalnya Aspergillus dan
Fusarium), dan yeast (ragi, misalnya Candida dan
Cryptococcus). Fungi yang seringkali menyebabkan
ulkus kornea jamur adalah Aspergillus (paling sering),
Candida, dan Fusarium

1. Aspergillus
 Ciri dari morfologi koloni Aspergillus sp. adalah
berwarna hijau kebiruan dengan area kuning sulfur
pada permukaannya, miselium berbentuk seperti
benang halus. Aspergillus sp. tersebar di udara dan
dapat masuk melalui saluran nafas dan
menyebabkan bronchopulmonary, radang paru,
dan pulmonary aspergillosis
2. Fusarium

Fusarium sp. merupakan jamur yang tersebar luas baik pada tanaman maupun dalam
tanah. Termasukjamur kelas Ascomycetes, semula dimasukkan ke dalam kelas
Deuteromycetes karena hanya melakukan reproduksi secara aseksual dengan alat
reproduksiyang disebut konidia, namun saat ini telah ditemukan fase seksualnya dalam
melakukan reproduki yaitu dalam bentuk teleomorph.

Fusarium sp. mempunyai konidia berwarna coklat muda dan berdinding tebal,
berukuran 8.2 – 6.2 μ, letaknya pada ujung atau di tengah hifa. Familia darijamur ini
adalah Tuberculariaceae yang berciri khas oleh adanya sporokodium.
3. Candida

Candida sp. merupakan flora normal pada selaput mukosa


saluran pernafasan, vagina, uretra, kulit, dan dibawah jari-
jari kuku dan tangan, terutama pada saluran pencernaan.
Kadang-kadang candida dapat menyebabkan penyakit saat
sistem imun menurun. Candida dapat menimbulkan invasi
dalam aliran darah, tromboflebitis, endokarditis, atau
infeksi pada mata dan organ-organ lain bila masuk melalui
pembuluh darah vena.
Pada sediaan apusan eksudat, Candida tampak lonjong,
kecil, berdinding tipis, bertunas, gram positif, berukuran 2-
3 x 4-6 µm, yang memanjang menyerupai hifa
(pseudohifa). Pada media SDA spesies Candida tumbuh
membentuk koloni-koloni halus berwarna krem yang
mempunyai bau sperti ragi
4. Cryptococcus
 
Cryptococcus sp. dapat menginfeksi individu dengan atau tanpa adanya gangguan
imunitas. Kultur pada media SDA menghasilkan koloni berwarna kuning hingga
krem, mukoid, halus. C neoformans dan Cryptococcus gattii yang merupakan
mikroba pathogen pada manusia.C. neoformans tersebar di seluruh dunia,
ditemukan pada tanah yang terkontaminasi kotoran burung merpati. Cryptococcus
sp. tidak memfermentasi gula dan membentuk pigmen coklat pada media agar bird
seed.Semua spesies Cryptococcus merupakan jamur non- fermentasi aerob.
Infeksi virus

  Ulkus kornea yang disebabkan oleh virus herpes simplex cukup sering
ditemui. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil
dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus

Acanthamoeba
 Infeksi kornea oleh Acantha-moeba sering terjadi pada pengguna lensa
kontak lunak. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa
kontak tetapi dikarenakan terpapar air yang tercemar
4. Patofisiologi
 Kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini menyebabkan pertahanan pada waktu peradangan tak dapat
segera datang seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Dengan adanya defek atau
trauma pada kornea, maka badan kornea, wandering cells, dan sel-sel lain yang terdapat pada stroma kornea
segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan
tampak sebagai injeksi di perikornea. Proses selanjutnya adalah terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel
plasma, leukosit polimorfonuklear, yang mengakibatkan timbulnya infiltrat yang tampak sebagai bercak
berwarna kelabu, keruh dengan batas tak jelas dan permukaan tidak licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan
epitel, infiltrasi, peradangan dan terjadilah ulkus kornea.
 Ulkus kornea dapat menyebar ke permukaan atau masuk ke dalam stroma. Kalau terjadi peradangan yang hebat,
tetapi belum ada perforasi ulkus, maka toksin dari peradangan kornea dapat sampai ke iris dan badan siliar
dengan melalui membrana Descemet, endotel kornea dan akhirnya ke camera oculi anterior (COA). Dengan
demikian iris dan badan siliar meradang dan timbullah kekeruhan di cairan COA disusul dengan terbentuknya
hipopion (pus di dalam COA). Hipopion ini steril, tidak mengandung kuman. Karena kornea pada ulkus
menipis, tekanan intra okuler dapat menonjol ke luar dan disebut keratektasi. Bila peradangan terus mendalam,
tetapi tidak mengenai membrana Descemet dapat timbul tonjolan pada membrana tersebut yang disebut
Descemetocele atau mata lalat. Bila peradangan hanya di permukaan saja, dengan pengobatan yang baik dapat
sembuh dengan tidak meninggalakan sikatrik.
 Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir dengan
terbentuknya sikatrik, yang dapat berbentuk nebula yaitu bercak
seperti awan yang hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan cahaya
buatan, makula yaitu bercak putih yang tampak jelas di kamar
terang, dan leukoma yaitu bercak putih seperti porselen yang
tampak dari jarak jauh. Bila ulkus lebih dalam lagi bisa
mengakibatkan terjadinya perforasi. Adanya perforasi
membahayakan mata oleh karena timbul hubungan langsung dari
bagian dalam mata dengan dunia luar sehingga kuman dapat masuk
ke dalam mata dan menyebabkan timbulnya endoftalmitis,
panoftalmitis dan berakhir dengan ptisis bulbi. Dengan terjadinya
perforasi cairan COA dapat mengalir ke luar dan iris mengikuti
gerakan ini ke depan sehingga iris melekat pada luka kornea yang
perforasi dan disebut sinekia anterior atau iris dapat menonjol ke
luar melalui lubang perforasi tersebut dan disebut iris prolaps yang
menyumbat fistel
5. Manifestasi klinis
 Gejala ulkus kornea berupa bintik berwarna putih yang muncul pada kornea. Bintik
tersebut dapat terlihat dengan mudah bila ukuran luka cukup besar. Perlu diketahui bahwa
ulkus kornea merupakan kondisi yang sangat berbahaya, dan harus segera ditangani untuk
mencegah pengidap mengalami kebutaan. Selain itu, gejala ulkus kornea meliputi:
• Mata berair.
• Gatal pada mata.
• Mata merah.
• Pandangan kabur atau buram. 
• Terasa seperti ada sesuatu di mata.
• Mata terasa sangat sakit.
• Fotofobia (mata sensitif terhadap cahaya).
• Kelopak mata membengkak.
• Mata mengeluarkan nanah.
6. Klasifikasi
1. Ulkus kornea sentral.
A. Ulkus kornea bakterialis
a. Ulkus Streptokokus Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah
tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabuabuan berbentuk
cakram dengan tepi ulkus yang menggaung.
b. Ulkus Stafilokokus Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik
kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.
c. Ulkus Pseudomonas Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea
yang dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Gambaran berupa ulkus
yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan.
Kadangkadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat
terlihat hipopion yang banyak. Secara histopatologi, khas pada ulkus ini
ditemukan sel neutrofil yang dominan
B. Ulkus kornea fungi
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan
yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular, feathery edge dan
terlihat penyebaran seperti bulu di bagian epitel yang baik. Terlihat
suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga
terdapat satelit-satelit disekitarnya. Pada infeksi kandida bentuk tukak
lonjong dengan permukaan naik dan dapat terjadi neovaskularisasi
akibat rangsangan radang.
C. Ulkus kornea virus
Ulkus kornea Herpes Zoster Biasanya diawali rasa sakit pada kulit
dengan perasaan lesu timbul 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit.
7. Diagnosis
 Diagnosis ulkus kornea didapatkan melalui wawancara medis yang
mendetail, pemeriksaan fisik pada mata secara langsung, dan pemeriksaan
penunjang tertentu. Pada sebagian kasus ulkus kornea, ukuran luka dapat
terlalu kecil sehingga membutuhkan alat magnifikasi untuk melihatnya.
Namun, tanda dan gejalanya dapat tetap dirasakan.
 Salah satu jenis pemeriksaan penunjang untuk ulkus kornea adalah
fluorescein eye-stain. Pemeriksaan ini dilakukan dengan meneteskan zat
pewarna oranye pada lembar kertas tipis yang disebut sebagai kertas
blotting. Permukaan kertas kemudian akan diletakkan pada lapisan terluar
mata.
a) Anamnesis
 Penderita ulkus kornea umumnya datang dengan keluhan mata merah, nyeri, sensasi
benda asing, fotofobia, sekret mata, dan mata yang berair. Keluhan gangguan tajam
penglihatan akan menyertai terutama bila ulkus ditemukan pada daerah yang luas.
 Anamnesis lebih lanjut perlu mencakup awitan, durasi gejala, derajat nyeri yang
dirasakan, faktor yang meringankan atau memperberat gejala, serta pengobatan yang
telah dilakukan. Selain itu, faktor risiko yang perlu digali adalah:
 Penggunaan lensa kontak, termasuk tipe, cara penyimpanan, kebersihan, penggunaan
jangka panjang, dan penggunaan selama tidur atau berenang
 Riwayat trauma ocular, Riwayat kelainan okular
 Riwayat operasi mata, Riwayat terinfeksi herpes simpleks
 Pekerjaan dan kemungkinan paparan area mata, Riwayat penggunaan obat
 Riwayat penyakit sistemik, seperti penyakit autoimun, diabetes mellitus, dan HIV
b) Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik mata yang dilakukan adalah pemeriksaan mata anterior, pemeriksaan
visus, tekanan intraokular, dan respon pupil.
 Pemeriksaan mata anterior sebaiknya dilakukan dengan menggunakan lampu celah. Pada
pemeriksaan ini akan didapatkan defek pada epitel kornea berupa bintik berwarna kuning
atau putih yang mungkin disertai kekeruhan kornea.
 Apabila ulkus terjadi pada seluruh lapisan kornea, maka dapat pula ditemukan pus pada
kamera okuli anterior berupa hipopion yang dapat meningkatkan tekanan intraokular dan
mengganggu respon pupil.
 Kondisi anatomis kerusakan kornea yang merupakan salah satu organ refraktif juga akan
berpengaruh terhadap tajam penglihatan.
c) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengonfirmasi temuan pemeriksaan fisik dan
menyingkirkan diagnosis banding.
Tes Fluoresensi
Tes fluoresensi dilakukan dengan meneteskan zat warna fluoresein pada mata, kemudian
diirigasi dengan cairan steril aquades. Setelahnya, kondisi kornea dievaluasi dengan
lampu celah menggunakan lampu biru. Temuan warna hijau pada kornea
mengindikasikan adanya defek pada epitel kornea.
Tes Seidel
Pada tes seidel, fluoresein diteteskan kemudian diberikan sedikit penekanan pada bola
mata. Setelahnya, dilihat dengan lampu celah menggunakan lampu biru untuk
mengetahui apakah ada gambaran cairan aqueous mengalir keluar dari defek kornea. Bila
ditemukan, maka dicurigai telah terjadi perforasi kornea.
8. Diagnosis banding

 Keratitis Nonulseratif
 Benda Asing Kornea
 Glaukoma Akut
 Uveitis Anterior
 Luka Bakar Kimia
9. Tatalaksana
 Pengobatan umumnya untuk ulkus kornea adalah dengan sikloplegik, antibiotika
yang sesuai dengan topikal dan subkonjungtiva, dan pasien dirawat bila
mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat
reaksi obat, dan perlunya obat sistemik. Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan
menghalangi hidupnya bakteri dengan antibiotika, dan mengurangi reaksi radang
dengan steroid. Secara umum ulkus diobati sebagai berikut: Tidak boleh dibebat,
karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai inkubator. Sekret
yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari. Diperhatikan kemungkinan terjadinya
glaukoma sekunder. Debridemen sangat membantu penyembuhan.
 Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi lokal kecuali bila
keadaan berat. Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata
terlihat terang, kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan
pengobatan ditambah 1-2 minggu. Pada ulkus kornea dilakukan pembedahan atau
keratoplasti apabila dengan pengobatan tidak sembuh dan terjadi jaringan parut
yang mengganggu penglihatan
10. komplikasi
 Komplikasi ulkus kornea yang terjadi biasanya karena adanya proses inflamasi
yang berkelanjutan yang tidak tertangani dengan baik. Hal ini menyebabkan
peradangan melewati batas endotel kornea dan menyebar ke bagian mata lainnya.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah perforasi kornea, descemetocele,
glaukoma, sinekia anterior atau posterior, endoftalmitis, bahkan panoftalmitis.
 Endoftalmitis adalah peradangan berat yang terjadi pada seluruh jaringan
intraocular yang mengenai dua dinding bola mata, yaitu retina dan koroid tanpa
melibatkan sklera dan kapsula tenon. Hal ini biasanya terjadi akibat adanya
infeksi.
 Panoftalmitis adalah peradangan supuratif intraokular yang melibatkan rongga
mata hingga lapisan luar bola mata, kapsul tenon dan jaringan bola mata.
Panoftalmitis biasanya disebabkan oleh masuknya organisme piogenik ke dalam
mata melalui luka pada kornea yang terjadi secara kebetulan atau akibat operasi
atau mengikuti perforasi suatu ulkus kornea.
11. Prognosis
 Prognosis penderita ulkus kornea buruk karena komplikasi yang
dapat terjadi berupa perforasi kornea, endopthalmitis,
panopthalmitis. Apabila sembuh maka akan menyebabkan
terbentuknya sikatriks kornea yang juga akan mengganggu
penglihatan penderita
12. Edukasi dan pencegahan
 Edukasi dan promosi kesehatan dari ulkus kornea merupakan hal yang paling penting
karena pencegahan dari penyakit ini akan lebih efektif daripada pengobatan. Apabila
sudah terjadi, maka pasien memiliki kemungkinan terjadi sikatrik kornea yang akan
mengganggu fungsi penglihatan.
a. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
b. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang;
c. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
d. Menghindari asap rokok, karena dengan asap rokok dapat memperpanjang proses
penyembuhan luka

Anda mungkin juga menyukai