2023
Daftar isi
Laporan
01 Pendahuluan
03 Kasus
Tinjauan
02 Pustaka 04 Diskusi Kasus
01 Pendahuluan
LATAR BELAKANG
• Stroke iskemia merupakan akibat yang ditimbulkan secara umum oleh
aterotrombosis pembuluh darah serebral, baik yang besar maupun kecil. Pada
stroke iskemia, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah
arteri yang menuju ke otak.
• Penyakit Parkinson (PP) adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang
paling umum, dan menempati urutan ke dua setelah penyakit Alzheimer. Telah
diketahui bahwa sebanyak 0,3% dari populasi umum telah mengalami Penyakit
Parkinson. Penyakit ini digambarkan sebagai "shaking palsy" oleh Dr. James
Parkinson.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi Stroke Iskemik
Stroke iskemik merupakan akibat yang ditimbulkan secara umum oleh aterotrombosis
pembuluh darah serebral, baik yang besar maupun kecil. Pada stroke iskemia,
penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke
otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteri karotis interna dan dua arteri vertebralis.
Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung. Suatu ateroma
(endapan lemak) terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis sehingga
menyebabkan berkurangnya aliran darah.
Epidemiologi Stroke Iskemik
· Pada stroke akibat trombosis umumnya terjadi karena bekuan darah atau
plak aterosklerosis pada dinding pembuluh darah. Biasanya terjadi di arteri
kecil yang mensuplai darah ke otak. Penumpukan plak yang berkelanjutan
menyebabkan penyempitan ruang pembuluh darah sehingga menyebabkan
aliran darah dan oksigen ke otak berkurang sehingga menyebabkan iskemia
kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan
otak secara progresif.
Patofisiologi Stroke Iskemik
Manifestasi Klinis Stroke Iskemik
Pada stroke iskemik umumnya terjadi setelah beristirahat atau bangun tidur. Beberapa tanda
dan gejala :
• Hemidefisit motorik
• Hemidefisit sensorik
• Kelumpulan nervus fasialis dan nervus hipoglosus yang bersifat sentral
• Afasia
Kriteria diagnosis stroke iskemik adalah terdapat gejala defisit neurologis global atau salah
satu/beberapa defisit neurologis fokal yang terjadi mendadak dengan bukti gambaran
pencitraan otak (CT scan atau MRI).
Defisit neurologis yang ditimbulkannya dapat bersifat fokal maupun global, yaitu:
•Kelumpuhan sesisi/kedua sisi, kelumpuhan satu ekstremitas, kelumpuhan otot-
otot penggerak bola mata, kelumpuhan otot-otot untuk proses menelan, bicara,
dan sebagainya
•Gangguan fungsi keseimbangan
•Gangguan fungsi penghidu
•Gangguan fungsi penglihatan
•Gangguan fungsi pendengaran
•Gangguan fungsi somatik sensoris
•Gangguan fungsi kognitif, seperti: gangguan atensi, memori, bicara verbal,
gangguan mengerti pembicaraan, gangguan pengenalan ruang, dan sebagainya
•Gangguan global berupa gangguan kesadaran
Pemeriksaan sederhana dengan metode FAST
PENEGAKAN DIAGNOSIS
STROKE MENGGUNAKAN
GADJAH MADA SCORE
Siriraj Stroke Score (SSS)
Rumus:
SSS = 2,5 (kesadaran) + 2
(muntah) + 2 (nyeri kepala) +
0,1 (tekanan darah diastolik)
– 3(atheroma) -12
Tatalaksana Umum
i. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
ii. Stabilisasi hemodinamik
iii. Pengendalian TIK :
1. Tinggikan posisi kepala 30°-45°
2. Posisikan pasien dengan menghindari penekanan vena jugularis
3. Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
4. Hindari hipertermia
5. Menjaga normovolemia
iv. Pengendalian kejang
v. Tatalaksana cairan
I. Tatalaksana Spesifik
a. Trombolisis intravena
b. Terapi neurointervensi
c. Pemberian antikoagulan
1.) Pemberian antiagregasi trombosis
• Pemberian aspirin dengan dosis awal 325mg dalam 12 jam setelah onset
stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut. Jika direncanakan
pemberian trombolisis, aspirin jangan diberikan.
• Untuk pencegahan kejadian stroke iskemik, infark jantung, dan kematian
akibat vaskular, klopidogrel 75 mg lebih baik dibandingkan dengan aspirin
dan dapat diberikan pada fase akut atau setelah fase akut selesai.
Diagnosis Banding Stroke Iskemik
• Epilepsi parsial
• Migren klasik
• Sinkope
• Paroxymal ataxia familial
• RIND (Reversible Ischemic Neurological Defisit)
Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor pada waktu istirahat, kaku
otot (rigiditas), gerakan menjadi melambat (bradikinesia) dan hilangnya refleks postural
akibat penurunan dopamine dengan berbagai macam sebab yang diproduksi oleh hormon
dopaminergik di otak.
Epidemiologi Parkinson
Prevalensi Parkinson diperkirakan 160 per 100.000 populasi dengan insiden diperkirakan 20
per 100.000 orang. Seiring dengan bertambahnya usia, prevalensi penyakit ini akan
meningkat, mengenai kira-kira 1-2% pasien usia 60 tahun dan 4% pasien usia 80 tahun.
Di Indonesia laki-laki lebih sering terkena Parkinson dari pada perempuan. Insiden di
Indonesia sekitar 10 orang per tahun, dan diperkirakan saat ini terdapat 200.000-400.000
orang pasien yang penyakit ini.
Etiologi Parkinson
Pergerakan pada manusia dilakukan oleh interkoneksi fungsional antara sistem motorik, yang
terdiri dari traktus piramidalis, traktus ekstrapiramidalis dan serebelum. Pengaturan
pergerakan berupa pergerakan yang tidak dapat dikendalikan (involunter) pada manusia
merupakan kerja dari sirkuit ganglia basalis.
Kerusakan pada ganglia basalis menyebabkan terjadinya gerakan yang tidak terkontrol
seperti tremor. Berkurangnya dopaminergik (neurotransmitter dopamine) dari substansia
nigra ke striatum terjadi pada penyakit parkinson.
Patofisiologi Parkinson
Diagnosis Parkinson
• kekakuan pada otot, pegal-pegal atau kram otot, distonia fokal, gangguan
keterampilan, kegelisahan, gejala sensorik (parastesia) dan gejala psikiatrik (ansietas
atau depresi).
• Gejala klinis utama sebagai gejala primer pada penyakit Parkinson dikenal
denganTrias Parkinson yaitu tremor, rigiditas dan bradykinesia.
Kriteria diagnosis yang dipakai di Indonesia adalah kriteria Hughes:
- Possible dimana terdapat salah satu gejala utama yaitu tremor istirahat, rigiditas,
bradikinesia, kegagalan refleks postural
- Probable dimana bila terdapat kombinasi dua gejala utama alternatif lain: tremor istirahat
asimetris, rigiditas asimetris atau bradikinesia asimetris.
- Definite dimana bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala dengan
satu gejala lain yang tidak simetris (tiga tanda kardinal), atau dua dari tiga tanda tersebut,
dengan satu dari ketiga tanda pertama, asimetris.
Berat ringannya penyakit dalam hal ini digunakan stadium klinis berdasarkan skala
Hoehn danYahr
Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, biasanya terdapat tremor pada
satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat (teman)
Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/ cara berjalan terganggu
Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat berjalan/berdiri,
disfungsi umum sedang
Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu, rigiditas dan
bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang dibandingkan stadium
sebelumnya
Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu berdiri dan berjalan
walaupun dibantu.
Diagnosis Banding
• Disfungsi pada sistem ekstrapiramidal dapat ditandai adanya gangguan tonus otot
(distonia) dan gangguan gerakan involunter (hyperkinesia, hipokinesia, akinesia).
• Sindrom hipokinesia hipertonia yang ditandai dengan Akinesia, Rigor, Tremor, Festinating
movements (gerakan yang meningkat cepat dan tidak terkontrol), terutama cara berjalan.
• Sindrom hiperkinesia hipotonia terdiri dari Atetosis, Korea, Spasmodi tortikolis dan
dystonia torsi, Balismus.
Tatalaksana Parkinson
1) Terapi simptomatik, untuk mempertahankan independensi pasien,
2) Neuroproteksi
3) neurorestorasi, keduanya untuk menghambat progresivitas penyakit Parkinson.
Terapi farmakologik
• Agonis Dopamin
• Antikolinergik
• Penghambat Monoamin oxidase (MAO Inhibitor)
• Amantadin
• Penghambat Catechol 0-Methyl Transferase/COMT-I
• Neuroproteksi
BAB 3
STUDY KASUS
IDENTITAS PASIEN
No.RM : 587xxx
Nama Pasien : Ny.rj
Alamat : Payakumbuh
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 11 november 1964
Umur : 58 tahun 11 bulan
Status : Menikah
ANAMNESA
1. Keluhan Utama
Lemah anggota gerak kanan sejak 7 hari sebelum masuk ke RS
2. Riwayat Sakit Sekarang
Pasien perempuan 59 tahun datang ke IGD RSAM Bukittinggi dengan keluhan lemah
anggota gerak sebelah kanan sejak 7 hari sebelum masuk RS. Pasien merupakan
rujukan dari RS Yarsi Payakumbuh. Sebelumnya pasien sedang melakukan aktivitas
lalu pasien merasakan lemah pada anggota sebelah kanan yang di rasakan makin lama
makin memberat. Kelemahan tangan dan kaki kanan di rasakan sama. Pasien juga
merasakan kesemutan pada tangan dan kaki kanan namun tidak di sertai rasa panas.
Kesemutan di daerah wajah sebelah kanan dan lidah di sangkal.
ANAMNESA
Pasien juga mengeluhkan sulit berbicara namun pasien mengerti dengan apa yang di
instruksikan. Nyeri kepala di sangkal oleh pasien. Gangguan penghidu, penglihatan,
pendengaran di sangkal. Pasien mengeluhkan Sulit menelan dan tersedak saat makan dan
minum . Pasien juga mengeluhkan BAB berdarah.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien memiliki riwayat hipertensi yang tak terkendali
• DM (-)
• Kolesterol (-)
• Riwayat jatuh (-)
N II (Opticus)
Kanan Kiri
Gerakan Mata Kebawah Normal Normal
Sikap Bulbus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan Mata Kebawah Normal Normal
Sikap Bulbus Normal Normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
• Membuka Mulut Normal Normal
• Menggerakan Rahang Normal Normal
• Menggigit Normal Normal
• Mengunyah Normal Normal
Sensorik
Divisi Opthalmica
Reflek Kornea
Sensibilitas Normal Normal
Divisi Maksila
Reflek Massester Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Divisi Mandibula
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Kanan Kiri
Suara Berisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Detik Arloji Tidak di lakukan Tidak dilakukan
Rinne Test Tidak dilakukan Tidsk dilakukan
Weber Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Scwabach Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Memanjang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Memendek Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nistagmus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pendular Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Vertikal Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Siklikal Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pengaruh Posisi Kepala Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N IX (Glosopharingeus)
Kanan Kiri
Sensasi Lidah 1/3 Belakang Normal Normal
Refleks Muntah/Gag Reflek Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus Faring Simetris simetris
Uvula Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Menelan + +
Artikulasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Suara Bicara lambat, volume mengecil Bicara lambat, volume mengecil
Nadi 99x/menit 99x/menit
N XI (Acesorius)
Kanan Kiri
Menoleh Ke Kanan Normal Normal
Menoleh Ke Kiri Normal Normal
Mengangkat Bahu Normal Normal
N XII (Hipoglosus)
IVFD RL 8 jam/kolf
Allopurimol 2 x 100mg
IVFD Aserin 12 jam / kolf
Kalnex 3 x 1 amp
Clopidogrel 1 x 75 mg
Vitamin K 3 x 1 amp
Asfolat 2 x 1tab Antasida sirup 3 x 1
Candesartan 1 x 8mg Codein 3 x 1
Omeprazole cap 2 x 20mg Levopar 2 x 1