BAGIAN/SMF NEUROLOGI
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019
Pemeriksaan motorik :
o Hampir selalu kelumpuhan sebelah anggota badan
(hemiparesis). Dapat dipakai sebagai patokan bahwa jika
perbedaann kelumpuhan yang nyata antara lengan dan
tungkai hampir dipastikann bahwa kelainan darah otak
berasal dari daerah hemisferik (kortikal), sedangkan jika
kelumpuhan sama berat gangguan aliran darah dapat terjadi
di subkortikal atau pada daerah vertebra basilar.
o Pemeriksaan sensorik dapat terjadi hemisferik tubuh. Karena
bangunan anatomic yang terpisah, gangguan motoric berat
dapat disertai gangguan sensorik ringan atau gangguan
sensorik berat disertai dengan gangguan motoric ringan.
o Kelainan fungsi luhur : manifestasi gangguan fungsi luhur
pada stroke hemisferik berupa : disfungsi parietal baik sisi
dominan maupun non dominan. Kelainan yang paling sering
tampak adalah disfasia campuran dimana penderita tak
mampu berbicara atau mengeluarkan kata – kata dengan baik
dan tidak mengerti apa yang dibicarakan orang kepadanya.
Selain itu juga dapat terjadi agnosia, apraksia dan
sebagainya.
PEMERIKSAAN Laboratorium:
PENUNJANG Pemeriksaan darah rutin
o Pemeriksaan kimia darah lengkap
o Gula darah sewaktu : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia reaktif gula darah mencapai 250 mg dalam
serum dan kemudian berangsur – angsur kembali turun
o Ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati (SGOT,
SGPT,CPK) dan profil lipid (kolesterol total, trigliserida,
LDL, HDL)
Pemeriksaan hemostasis (darah lengkap)
o Waktu protrombin
o APTT
o Kadar fibrinogen
o D-dimer
o INR
o Viskositas plasma
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan atas indikasi :
o Protein S
o Protein C
o ACA
o Homosistein
Pemeriksaan kardiologi. Pada sebagian kecil pasien stroke,
terdapat juga perubahan elektrokardiografi (EKG). Perubahan
ini dapat berarti kemungkinan mendapat serangan infark
jantung, atau pada stroke dapat terjadi perubahan-perubahan
EKG sebagai akibat perdarahan otak yang menyerupai suatu
infark miokard. Dalam hal ini pemeriksaan khusus atas indikasi,
misalnya pemeriksaan CKMB lanjutan akan memastikan
diagnosis. Pada pemeriksaan EKG dan pemeriksaan fisik,
mengarah kepada kemungkinan adanya sumber emboli
(potential source of cardiac emboli/ PSCE) maka pemeriksaan
ekhokardiografi terutama transesofageal echocardiography
(TEE) dapat diminta untuk visualisasi emboli kardial
Pemeriksaan emboli serebral
Dugaan akan emboli serebral ditentukan setelah diagnosis
stroke secara klinis telah dipastikan. Langkah selanjutnya
adalah memastikan emboli kardiak sebagai penyebanya.
Pemastian ini tidak sealu mudah da ada dua hal yang harus
diteliti, yaitu
o Pemastian ada sumber emboli di jantung
o Pemastian bahwa tipe stroke iskemik yang terjadi merupakan
stroke yang sering menyertai disebabkan karena emboli
kardiak berdasarkan pertimbangan klinis dan penelitian
epidemiologi.
Jika dicurigai emboli kardiak sebagai penyebab emboli serebral,
maka kadang – kadang diperlukan pemeriksaan khusus untuk
memvisualisasi sumber / emboli kardiak terutama jika tidak ada
factor risiko stroke diluar kardiak. Di departemen neurologi,
pasien dengan stroke rutin dilakukan foto thorak dan EKG. Jika
ditemukan infark territorial pada CT scan, maka dilakukan
konsultasi untuk pemeriksaan echokardiografi khususnya
Transesofageal Echokardiografi (TEE) jika diper-lukan.
Pemeriksaan radiologi
o CT scan otak: segera memperlihatkan perdarahan
intraserebral. Pemeriksaan ini sangat penting karena
perbedaann manajemen perdarahan otak dan infark otak.
Pada infark otak, pemeriksaan ct scan otak mungkin tidak
memperlihatkan gambaran jelas jika dikerjakan pada hari-
hari pertama, biasanya tampak setelah 72 jam serangan. Jika
ukuran infark cukup besar dan hemisferik. Perdarahan /
infark di batang otak sangat sulit diidentifikasi, oleh karena
itu perlu dilakukan pemeriksaan MRI untuk memastikan
proses patologik di batang otak.
o Pemeriksaan foto thoraks: dapat memperlihatkan keadaan
jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang
merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada pasien
stroke dan adakah kelainan lain pada jantung. Selain itu
dapat mengidentifikasi kelainan paru yang potensial
mempengaruhi proses manajemen dan memperburuk
prognosis.
Tergantung gejala dan tanda, usia, kondisi pre dan paska stroke,
resiko pemeriksaan, biaya, kenyamanan pemeriksaan
penunjang.
Tujuan : Membantu menentukan diagnosa, diagnosa banding,
faktor risiko, komplikasi, prognosa dan pengobatan.
KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis:
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktifitas/
istirahat, kesadaran baik/terganggu, nyeri kepala/ tidak, muntah/
tidak, riwayat hipertensi (faktor risiko strok lainnya), lamanya
(onset), serangan pertama/ulang.
Manifestasi klinik stroke sangat tergantung kepada daerah otak
yang terganggu aliran darahnya dan fungsi daerah otak yang
menderita iskemia tersebut. Karena itu pengetahuan dasar dari
anatomi dan fisiologi aliran darah otak sangat penting untuk
mengenal gejala – gejala klinik pada stroke.2
Risiko tinggi:
Onset gejala < 48 jam dengan ABCD > 5
PENELAAH KRITIS
DAFTAR RUJUKAN 1. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Guideline Stroke 2011.
Jakarta, 2011.
2. Gofir A. Manajemen Stroke Evidence Based Medicine.
Yogyakarta: Pustaka
Cendekia, 2009.
3. American Heart Association (AHA) / American Stroke
Association (ASA).
Guidelines for the Early Management of Adult with
Ischemic Stroke. USA,
2007, 2011.
4. Jauneh EC, Saver JL, adaras HP, Bruno A, Connors JJ,
Demaerschalk BM,
et al. Guidelines for the early Management of Patient with
Acute Ischemic
Stroke: A Guideline for Healthcare Professionals from the
American Heart
Association/American Stroke Association, Stroke. 44 :870-
947
5. Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. Gambaran
umum tentang
gangguan peredaran darah otak dalam Kapita selekta
neurology cetakan
keenam editor Harsono. Gadjah Mada university press,
Yogyakarta. 2007.
Hal 81-115.
6. Mardjono, Mahar. Mekanisme gangguan vaskuler
susunan saraf dalam
Neurologi klinis dasar edisi Kesebelas. Dian Rakyat. 2006.
Hal : 270-93
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF NEUROLOGI
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019
PENELAAH KRITIS
1. Connoly ES, Rabinstein A, et All , Guidelines for The
Management of
Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage, American Heart
Association/American Stroke Association.Stroke. 2012;43:1711-
1737
2. Steiner T, Juvela S, Jung C, Forsting M, Rinkel G. European
Stroke
Organization Guidelines for the Management of Intracranial
Aneurysms
and Subarachnoid Hemorrhage. Cerebrovasc Dis 2013;35:93-112
3. Van Gijn J, Rinkel GJE, Subarachnoid Hemorrhage, diagnosis,
DAFTAR RUJUKAN
causes and
management, Brain 2001: 124: 249-78
4. Widdick EFM , The Clinical Practise of Critical Care Neurology,
2e,
Oxford University press.2003
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun
2014
tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer
6. Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia, 2015
7. Guideline Stroke PERDOSSI 2011
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF NEUROLOGI
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019
Terapi Kausatif
Pemeriksaan radiologi:
CT scan kepala untuk evaluasi adanya stroke,
perdarahan, atau masa intra-kranial.
Rontgen foto torak untuk evaluasi kemungkinan
adanyan komplikasi dari ensefalopati hipertensi
seperti aspirasi karena adanya gangguan mental.
Juga kemungkinan adanya edema pulmonum akut
dan aortic dissection
Pemeriksaan laboratorik:
Hitung sel darah untuk melihat apakah ada
microangiopathic hemolytic anemi.
Urinalisi, BUN, Kreatinin. Pada ensefalopati
hipertensi, mungkin di jumpai peningkatan
kreatinin, dengan hematuria dan adanya cast.
Enzim kardiak. Untuk menyikirkan iskemia
miokardium.
Pemeriksaan toksikologis urin. Penting untuk
menyingkirkan drug-induced hypertensive
encephalopathy.
Pemeriksaan lain
Pemeriksaan EKG untuk melihat adanya iskemi
kardiak.
PEMERIKSAAN
Pungsi lumbal untuk melihat adanya opening
PENUNJANG
pressure dan pleositosis netrofil
Pemeriksaan TCD untuk melihat adanya
peningkatan kecepatan aliran arterial.
KRITERIA DIAGNOSIS
Ensefalopati hirpetensi ditegakkan setelah penyingkiran hal
hal lain. Gejala gejala klinis yang muncul dievaluasi untuk
kemungkinan penyebab lain. Juga dievaluasi luasnya
kerusakan akibat hipertensi dan penyingkiran proses
DIAGNOSIS KERJA
intrakranial.
Pemeriksaan laboratorik dan radiologik tidak dapat
menggantikananamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik
dan funduskopi
Eklamsia
Ensefalopatin hepatik
Ensefalopati uremik
Trauma kepala
DIAGNOSIS BANDING
Pheokromositoma
Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subdural
TERAPI
EDUKASI
PROGNOSIS Morbiditas dan mortaliatas dari ensefalopati hipertensi
tergantung kepala beratnya kerusakan end organ. Angka
kematian hipertensi emengensi tanpa pengobatan dalam 6
bulan adalah 50%, sedang dalam 1 tahun mencapai 90%.
Komplikasi yang dapat terjadi: koma, meninggal, stroke,
nefropati, miokardial iskemia/infark, retiopati, peripheral
vascular diseace.
PENELAAH KRITIS
DAFTAR RUJUKAN
Kontraindikasi relatif
1. Sepsis atau hipotensi stabilkankondisi
2. Gangguan koagulasi : DIC, trombosit < 50.000
3. Defisit neurologis fokal baru hemiparesis atau dysphasia
4. GCS ≤ 8
5. Epileptic seizure
• Pemeriksaan Likuor
Normal CSF
Jernih
Opening pressure 180
Leukosit : 0- 5 sel/mm3
Neutrophil : 0 - 15 %
Protein : 0,15 – 0,5 g/dl
Glucose : 2,5 – 4,5 mM
CSF/blood glucose ratio : 0,6
Acute Bacterial Meningitis
Purulen, keruh
Opening pressure > 180
Leukosit : 1000-10.000 sel/mm3
Neutrophil : > 60 %
Protein : >0,5 g/dl
Glucose : < 2,5 mM
CSF/blood glucose ratio : <0,3
Viral Meningitis/meningoencephalitis
Jernih
Opening pressure > 180
Leukosit : 5 - 1000 sel/mm3
Neutrophil : < 20 %
Protein : <1,0 g/dl
Glucose : 2,5 – 4,5 mM
CSF/blood glucose ratio : >0,5
Radiologis
• Foto polos paru
• CT-Scan kepala dengan kontras
≥ 50 tahun
Bakteri penyebab : S. Pneumonie,H. Influenza, Spesies
Listeria, P. Aeroginosa, N. Meningiditis
1.Cefotaxime 2 g/6 jam max. 12 g/hari, atau
2. Ceftriaxone 2 g/12 jam +Ampicillin 2 g/4 jam/IV (200
mg/kg BB/IV/hari)
Adjunctive therapy:
(dianjurkan hanya pada penderita dengan risiko tinggi,
penderita dengan status mental sangat terganggu, edem otak
atau TIK meninggi)
Deksametason 0,15 mg/ kgBB/ 6 jam/ IV selama 4 hari dan
diberikan 20 menit sebelum pemberian antibiotik
DAFTAR RUJUKAN
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF NEUROLOGI
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019
2. Foto Rontgen
Foto polos vertebra menunjukkan gambaran destruksi
korpus vertevra terutama dibagian anterior, kolaps
vertebra, diskus intervertebralis menyempit bahkan
hancur, juga gambaran abses paravertebra, berupa
bayangan di daerah paravertebra.