A. PENDAHULUAN...................................................................................................................1
B. DEFINISI................................................................................................................................2
C. ANATOMI..............................................................................................................................3
D. FISIOLOGI.............................................................................................................................7
E. PATOFISIOLOGI.................................................................................................................8
F. TRAUMATIC BRAIN INJURY (TBI).................................................................................10
G. DIAGNOSIS DAI.................................................................................................................11
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG........................................................................................14
I. PENATALAKSANAAN......................................................................................................17
J. KESIMPULAN.....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19
BAB I PENDAHULUAN
semua kelompok usia. Saat ini, belum ada penanganan yang efektif untuk
memulihkan efek yang menetap dari cedera kepala primer, dan penanganan ditujukan
untuk mengurangi efek sekunder dari cedera kepala yang dapat terjadi akibat dari
dari cedera kepala berguna untuk tindakan preventif, perencanaan strategi preventif
efisien, termasuk ketentuan fasilitas rehabilitasi bagi mereka yang terkena cedera
kepala.1
Life Years (DALYs). Diperkirakan akan menempati urutan ketiga di tahun 2020
lalu lintas menjadi penyebab kematian kesepuluh di dunia dengan jumlah kematian
Di Amerika Serikat pada tahun 1990 dilaporkan kejadian cedera kepala 200
per 100.000 penduduk per tahun (Japardi, 2004). Menurut penelitian Hesketad di
Rumah Sakit Universitas Stavanger Norwegia, selama tahun 2003 tingkat kejadian
tahunan cedera kepala adalah 207 per 100.000 penduduk. Proporsi disabilitas dan
(Case Fatality Rate) CFR cedera akibat kecelakaan lalu lintas masih tinggi. CFR
tertinggi dijumpai di beberapa negara Amerika Latin (41,7 per 100.000 penduduk),
1
Asia (21,9 dan 21,0 per 100.000 penduduk di Korea Selatan dan Thailand). Di
Kamboja pada tahun 2004 sebanyak 65% dari korban kecelakaan lalu lintas
terdapat otak yang mempengaruhi segala aktivitas manusia, bila terjadi kerusakan
akan mengganggu semua sistem tubuh. Penyebab trauma kepala yang terbanyak
adalah kecelakaan bermotor (50%), jatuh (21%) dan cedera olahraga (10%). Angka
penyebab kematian urutan kedua (4,37%) setelah stroke, dan merupakan urutan
kelima (2,18%) pada 10 pola penyakit terbanyak yang dirawat di rumah sakit di
Indonesia. Secara umum, cedera otak dapat dibagi menjadi cedera fokal dan difus.
Salah satu tipe cedera otak difus yang banyak ditemui pada cedera kepala terkait
A. DEFINISI
DAI adalah suatu sindrom klinis yang ditandai oleh penurunan kesadaran setelah
terjadinya trauma selama lebih dari enam jam, tanpa ditemukan adanya penyebab yang
biopsi otak kemudian akan menunjukkan adanya kerusakan akson difus pada hemisfer
2
Diffuse axonal injury adalah terjadinya cedera otak difus dan disfungsi neuron
yang luas. Gaya/energy rotasi menyebabkan gesekan atau shearing injury dan
B. ANATOMI
a. Neuron
Neuron merupakan sebuah sel yang berfungi untuk membentuk potensial aksi
manusia. Pada sistem saraf pusat, neuron tersusun secara topografi baik
sebagai suatu kumpulan seperti nuklei maupun ganglia atau sebagai kolumna
yang memanjang seperti yang terdapat pada keenam lamina pada korteks
serebri.7
1. Dendrit
3
2. Badan sel
Pada bagian ini terdapat nucleus dimana terjadi sintesis protein. Badan sel
sepanjang akson
3. Akson
Pada bagian akson terdapat selubung myelin. Selubung ini dibentuk oleh
sel schwan dan berfungsi untuk mempercepat konduksi impuls pada neuron
protein-protein yang berfungsi sebagai otot dan tulang dari sebuah sel. Ada 3
1. Mikrotubuli
2. Mikrofilamen
3. Intermediate filament
4
Gambar 1. Anatomi Neuron
(https://www.brainhq.com/brain-resources/image-gallery/brain-anatomy-images)
b. Serebrum
1. Korteks serebri
2. Centrum semiovale
3. Nuklei basalis
4. Rhinensefalon
5
horizontal. Axon sel ini keluar dari bagian basalis badan sel dan masuk
presentralis.
yang menuju berbagai arah dan sebuah axon yang pendek. Terdapat
c. Sel fusiformis. Serabut dendrit ada yang menuju permukaan dan ada
kaudal sel dan masuk ke dalam substansia alba. Terletak vertikal dan
a) Lamina molekularis
c) Lamina piramidalis
e) Lamina ganglionaris
f) Lamina multiformis.
6
Serabut-serabut pada korteks ada yang berjalan radial dan ada yang
permukaan, terdiri dari axon sel-sel pyramidal, sel fusiformis dan sel stellata
paralel dengan permukaan korteks, terdiri dari akson sel horizontalis, dan sel
stellata dan serabut kolateralis dari sel piramidal dan sel fusiformis serta
pusat yang berada subkortikal, seperti antara lain yang berjalan radial
17.
longitudinalis inferior.
7
C. FISIOLOGI
Transport vesikel pada neuron dapat terjadi dalam 2 jalur. Yaitu jalur
anterograde dan retrograde. Transport ini terjadi di daerah mikrotubuli. Pada jalur
anterograde, terjadi pengiriman vesikel dari bahan sel menuju ke sepanjang akson
untuk kemudian dilepaskan pada ujung saraf. Pada jalur retrograde terjadi re-uptake
vesikel dari ujung saraf yang kemudian dikirim menuju badan sel.
Pembentukan potensial aksi dari sebuah neuron terdiri dari tahapan-tahapan berikut :
Setelah kanal Na+ terbuka, Na+ masuk dengan cepat ke intraseluler. Pada
Setelah potensial melewati )mv, kanal Na+ mulai terinaktivasi. Setelah semua
kanal Na+ menutup dan Na+ influx berhenti maka potensial aksi akan berada
pada 35mv.
sudah positif.
Karena kanal K- menutup lebih lama dari Na+ , maka terjadi penurunan
Setelah itu terjadi difusi dari ion-ion melalui membran dan pembuangan K -
8
D. PATOFISIOLOGI
Coup Injury adalah kekerasan yang terjadi secara tiba-tiba yang menyebabkan
otak tertekan secara cepat ke depan dan menghantam sisi tengkorak. Contracoup
injury, terjadi di sisi lain ketika otak tertekan secara cepat ke depan dan menghantam
sisi tengkorak, dan kemudian memantul dari sisi lain tengkorak. Dalam kedua kasus,
otak rusak karena terjadi benturan pada bagian dalam tengkorak. Luka memar pada
coup injury akan timbul di lokasi benturan. Sedangkan pada contracoup terjadi di sisi
lain, memar akan tampak pada situs berlawanan dari lokasi benturan. Sebuah otak
yang mengalami benturan yang sangat keras dan tiba-tiba dapat mengalami coup dan
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu cedera
primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala sebagai
akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan oleh benturan langsung
kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselerasi-deselerasi gerakan
kepala10
mendadak dan kasar saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang tengkorak
(substansi solid) dan otak (substansi semi solid) menyebabkan tengkorak bergerak
lebih cepat dari muatan intra kranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak memaksa
otak membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari
benturan (countrecoup).10
9
Kerusakan sekunder terhadap otak disebabkan oleh siklus pembengkakan dan
iskemia otak yang menyebabkan timbulnya efek kaskade, yang efeknya merusak
otak. Cedera sekunder terjadi dari beberapa menit hingga beberapa jam setelah cedera
awal. Setiap kali jaringan saraf mengalami cedera, jaringan ini berespon dalam pola
berlebihan, kelainan aliran kalsium, produksi laktat, dan perubahan pompa natrium
pada dinding sel yang berperan dalam terjadinya kerusakan tambahan dan
Neuron atau sel-sel fungsional dalam otak, bergantung dari menit ke menit
pada suplai nutrien yang konstan dalam bentuk glukosa dan oksigen, dan sangat
hilangnya kemampuan sirkulasi otak untuk mengatur volume darah sirkulasi yang
DAI terjadi karena akson mengalami tarikan atau robekan pada daerah
perbatasan antara substansia alba dengan substansia grisea pada saat otak mengalami
akselerasi, deselerasi, atau rotasi. Perbatasan ini biasanya menjadi tempat terjadinya
trauma sebab dua lapisan tersebut berakselerasi dan berdeselerasi secara berbeda
akibat gangguan mekanik pada sitoskeleton dan sitoplasma sel, sehingga terjadi
gangguan fungsi transport aksonal. Proses ini diikuti serangkaian reaksi biokimia
yang berujung pada kerusakan sel lebih lanjut dan aksonotmesis. Efek trauma
10
terhadap mitokondria menimbulkan gangguan pada pembentukan ATP di dalam sel,
diikuti kegagalan dari pompa natrium, kalium, dan kalsium yang menyebabkan
eksitatorik (glutamat, aspartat), aktivasi NMDA, kanal kalsium, dan kanal natrium.
menyebabkan perubahan struktur yang progresif dari membran nukleus dan DNA.
11
E. TRAUMATIC BRAIN INJURY (TBI)
otak. Kerusakan yang timbul pada TBI dapat mengakibatkan efek yang langsung atau
tidak langsung. Efek yang langsung berarti bahwa kerusakan pada otak yang
intraserebri), sedangkan efek tidak langsung berarti efek yang terlambat (delayed)
berikut :13
1. Kerusakan otak fokal yang disebabkan oleh trauma kontak yang menimbulkan
F. DIAGNOSIS DAI
Daerah otak yang mengalami lesi paling parah pada DAI biasanya pada
daerah yang secara anatomis paling mendapat tarikan baik rotasi atau akselerasi yang
paling hebat, yaitu daerah midline dari otak. Bagian-bagian itu adalah :8
- Periventricular region
12
- Kapsula internal (jarang)
Scale (GCS). GCS merupakan sistem skoring yang didasari pada tiga pengukuran,
yaitu : pembukaan mata, respon motorik, dan respon verbal. Skor dari masing-masing
komponen dijumlahkan dan memberikan total nilai GCS. Nilai terendah adalah 3
Sistem kategori trauma kapitis yang sederhana berdasarkan hanya pada skor GSC
GCS ≤ 8 = berat
fraktur basis cranii seperti racoon’s eyes (ekimosis periorbital), Battle’s sign
atau laserasi pada meatus austikus eksterna; pengecekan fraktur fasialis seperti LeFort
fraktur lingkaran orbital, udem periorbital, dan proptosis. Untuk auskultasi kranio-
servikal pada arteri karotis apabila ada bruit mungkin terkait dengan indikasi diseksi
13
karotis, auskultasi pada daerah bola mata apabila ada bruit mungkin terkait fistula
Manifestasi klinis dari DAI ini sangat berarti, tergantung dari tingkat
keparahannya. Ada yang sampai terjadi kehilangan kesadaran, ada juga yang hanya
mengalami kebingungan sesaat. Pada cedera kepala, kita dapat menentukan apakah
ini merupakan DAI atau hanya konkusi otak. Salah satu caranya adalah dengan
yang terjadi adalah konkusi otak. Pada konkusi otak biasanya kesadaran
berangsung pulih dengan cepat dapat dalam hitungan menit sampai jam.
2. Apabila terjadi koma yang lebih dari 6 jam tanpa bukti adanya massa
intracranial atau iskemik, maka dapat disimpulkan yang terjadi adalah DAI.
Pada kasus DAI yang berat biasanya terdapat gejala berupa ekstensi abnormal
demam. Hal ini disebabkan karena adanya lesi pada daerah hipotalamus dan brain
stem. Pada pasien DAI pemulihan kesadaran sangat bervariasi. Ada yang sampai
berbulan-bulan atau bahkan dapat sampai bertahun-tahun. Pada saat sadar, pasien
14
juga biasanya mengalami gangguan kognitif, terjadi spastisitas anggota gerak dan
ataksia.8
DAI Description
Grade
Mild coma >6–24 hrs, followed by mild-to-moderate memory impairment, mild-to
moderate disabilities
Moderate coma >24 hrs, followed by confusion & long-lasting amnesia. Mild-to-severe
memory, behavioral and cognitive deficits
Severe coma lasting months with flexor and extensor posturing. Cognitive, memory,
speech, sensorimotor and personality deficits. Dysautonomia may occur
Tabel 2. Klasifikasi Diffuse Axonal Injury14
Menurut Johnson dkk (2013) penegakan diagnosis pada pasien yang hidup
sulit untuk dikerjakan. Hal ini terkait dengan pemeriksaan imajing konvensional yang
umumnya memberikan hasil normal, meskipun pada kondisi berat dapat tampak
kelainan yang mengarah ke DAI. Oleh karena itu, diagnosis DAI sampai saat ini lebih
yang didapat sampai saat ini masih memiliki keterbatasan untuk diaplikasikan secara
klinis.15
Segera setelah terjadinya trauma, diagnosis pasti DAI dapat dilakukan dengan
mendeteksi mikroglia yang banyak didapatkan pada substansia alba yang mengalami
15
degenerasi. Kemudian akan didapatkan gambaran yang mengarah ke degenerasi
aksonal tipe Wallerian seiring dengan proses disintegrasi pada membran akson.16
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
normal. Pada kasus lebih berat yang menunjukkan kelainan, dapat ditemukan
gambaran klasik berupa bercak perdarahan pada korpus kalosum, perbatasan antara
subtansia alba dan grisea, serta perbatasan pons dengan mesensefalon yang berkaitan
MRI merupakan pemeriksaan imajing yang lebih sensitif pada pasien DAI,
terutama jika dikerjakan dengan teknik yang lebih mutakhir seperti diffusion
Sedangkan pada MRI selain terlihat lesi hiperintense pada perbatasan antara
gray dan white matter, dapat juga terlihat robekan jaringan.8 Selain itu, seiringnya
berjalan waktu degenerasi Wallerian dapat menyebabkan terjadinya atrofi. Dan atrofi
16
Gambar 3. CT Scan non kontras pada pasien dengan trauma kapitis
menunjukkan multipel perdarahan peteki (tanda panah) yang sesuai dengan DAI.
Perlu di perhatikan bahwa perdarahan khas terletak pada antarmuka gray-white
matter.9
Gambar 4. Pasien yang mengalami cedera aksonal dan selama 4 tahun dalam
kondisi vegetatif persisten menunjukan kehilangan yang luas dan kavitasi dari white
dimensi baru pada MRI dan telah terbukti merupaakan metode yang sensitiF untuk
halnya dengan penderita cedera kepala yang lebih berat, pada pemeriksaan MRS
ditemukan adanya DAI di korpus kalosum dan substantia alba. Kepentingan yang
nyata dari MRS di dalam menjajaki prognosa cedera kepala berat masih harus
kepala ringan.17
1. Pada grade 1, terlihat secara histologis kerusakan akson pada daerah white
17
adanya gambaran makroskopis atau histologis klasik dari DAI berupa
perdarahan dan nekrosis pada korpus kalosum atau pada pedunkulus serebri
superior.
3. Pada grade 3, terlihat secara makroskopis atau histologis lesi di daerah korpus
H. PENATALAKSANAAN
penggunaan secara klinis terapi-terapi baru ini masih belum cukup kuat. Beberapa
1. Homeostatis ion
18
Pada DAI biasanya terjadi penurunan konsentrasi Mg sampai 1 minggu setelah
neuroproteksi pada injury dari akson. Pemberian Mg ini paling berpengaruh pada
Na, K, ATP pump. Namun, disamping semua itu efek paling penting dari Mg
2. Proteksi mitokondria
Hipotermia memiliki efek perbaikan sitoskeleton akson pada DAI. Hal ini
I. KESIMPULAN
kesadaran setelah terjadinya trauma selama lebih dari enam jam, tanpa
disebabkan oleh trauma pada otak yang menyebabkan tarikan antara gray
19
matter dengan white matter otak. Hal itu dapat menyebabkan tertariknya
manifestasi klinis pada DAI dapat langsung timbul akibat primary axotomy
atau progresif akibat secondary axotomy disebabkan oleh banyak hal seperti
20
DAFTAR PUSTAKA
4. Park S.J., Hur, J.W., Kwon, K.Y., Rgee, J.J., Lee, J.W. Lee, H.K. (2009), J
Korean Neurosurgeon Soc, Seoul.
10. Ilyas, Kamal Kharrazi. (2010), Gambaran Glasgow Coma Scale pada Pasien
Trauma Kapitis di RSUP Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2009.
11. Lombardo, M.C. (2006), Cedera Sistem Saraf Pusat. Dalam : Price, S.A., dan
Wilson,L.M. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC.
12. Brown, Ropper. (2008), Adam and Victor Principle’s of Neurology 8th
Edition. McGrawl Hill : New York.
21
13. Werner, C: Engelhard, K. (2007), Pathophysiology of Traumatic Brain Injury.
British Journal of Anesthesia.
16. Meythaler, J.M., Peduzzi, J.D., Eleftheriou, E., Novack, T.A. (2001), Current
Concepts: Diffuse Axonal Injury–Associated Traumatic Brain Injury. Arch
Phys Med Rehabil
22