Anda di halaman 1dari 2

A.

Jenis Stroke

Untuk membedakan stroke iskemik dan hemoragik, dapat ditanyakan hal yang mengarah ke
peningkatan tekanan intrakranial, apabila terdapat tanda-tanda tersebut, stroke hemorrhagik atau
adanya stroke iskemik yang luas lebih dipertimbangkan. Beberapa hal yang dapat ditanyakan adalah
sebagai berikut:
1.Penurunan kesadaran.
2.Muntah (normal atau proyektil).
3.Sakit kepala.
4.Mual.
5.Kejang.

B. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada stroke dimulai dari penentuan status kesadaran dan pemeriksaan tanda vital.

•Kesadaran.
Penentuan status kesadaran pada pasien stroke sangat penting. Penurunan kesadaran pada
penderita stroke terjadi mengarah pada peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan
penekanan bagian ascending reticular activating system (ARAS) yang merupakan pusat kesadaran.

•Tekanan Darah.
Salah satu faktor risiko dari stroke adalah hipertensi. Pengukuran tekanan darah sebaiknya
dibandingkan dengan tangan di sebelahnya. Jika terdapat perbedaan yang besar maka kemungkinan
terjadi kelainan pembuluh darah.

•Detak Jantung dan Nadi.


Pengukuran detak jantung merupakan hal yang sangat penting, jumlah kontraksi jantung yang
dihitung dibandingkan dengan nadi yang di ukur. Pulsus defisit terjadi apabila perbedaan detak
jantung dan nadi ≥20 x/menit. Pulsus defisit dapat ditemukan pada atrial fibrilasi yang kemungkinan
menjadi pencetus stroke.

•Status Gizi.
Berperan dalam menentukan keadaan fisik dari pasien apakah termasuk golongan obesitas, yang
merupakan faktor risiko dari stroke.

•Kepala.
Apakah terdapat sianosis pada wajah dan lidah karena kemungkinan akibat kelainan jantungnya
maka dapat berkomplikasi menjadi stroke.

•Leher.
Peningkatan JVP dan bruit harus diperiksa. Apabila ada, hal ini menunjukkan terdapat gangguan
aliran pada pembuluh darah yang dapat menjadi faktor pencetus stroke (emboli).

•Paru-paru.
Pemeriksaan fisik paru-paru penting pada pasien stroke yang sedang dirawat untuk memantau
komplikasi pulmonologi stroke, seperti pneumonia dan edema paru.

•Jantung.
Pembesaran jantung, murmur, kelainan katup jantung merupakan tanda-tanda dari kelainan
jantung. Kelainan jantung seperti ini merupakan faktor risiko terjadinya stroke.
C. Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan neurologis bertujuan untuk menemukan defisit neurologis yang dapat membantu
melokalisir lokasi lesi stroke. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan:
•nervus kranialis,
•motorik,
•sensorik,
•fungsi luhur dan keseimbangan.

a. Nervus Kranialis.
Pada pemeriksaan nervus kranialis, dapat ditemukan paresis pada nervus fasialis dan hipoglosus,
yang ditandai dengan bicara pelo dan deviasi lidah. Terdapat pula gangguan lapang pandang, atau
yang disebut juga hemianopia.

b. Motorik.
Pada pemeriksaan motorik terdapat hemiparesis. Hemiparesis dapat menunjukkan letak kelainan
pembuluh darah. Hemiparese kontralateral merupakan parese motorik saraf otak yang sejajar
dengan parese ekstremitas, menunjukkan adanya gangguan pada sistem karotis. Sedangkan,
hemiparese alternans merupakan parese motorik saraf otak yang berlawanan dengan parese
ekstremitas, dan menunjukkan adanya gangguan sistem vertebrobasilar.

c. Sensorik.
Terdapat hemihipestesi atau parestesia kontralateral atau alternans.

d. Fungsi Luhur dan Keseimbangan.


Afasia, gangguan berbahasa, menunjukkan adanya lesi pada hemisfer yang dominan, biasanya kiri,
ataupun agnosia, pada lesi hemisfer yang nondominan. Gangguan keseimbangan seperti vertigo juga
dapat ditemukan.[4,15,16]

•Skor
Diagnosis stroke hemorrhagik atau iskemik dapat dilihat dari perhitungan skor pada pasien stroke.
Perhitungan skor dapat menggunakan Siriraj Stroke Score (SSS) atau menggunakan Skor Gajah Mada.

•Siriraj Stroke Score


Sebuah penelitian oleh Weir, menunjukkan sensitivitas sebesar 70% dan spesifisitas sebesar 64%
dengan akurasi sebesar 64% untuk mendiagnosis stroke hemorrhagik. [17] Selain itu, penelitian lain
juga menunjukkan sensitivitas sebesar 50% untuk perdarahan dan 58% untuk infark, dan akurasi
54,2% pada diagnosis stroke.

Anda mungkin juga menyukai