Faktor perilaku tersebut di atas, merupakan penyebab terjadinya faktor risiko fisiologis atau faktor risiko seperti
hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia , obesitas, dan lain-lain yang dapat menyebabkan terjadinya stroke.
(Stroke Berdarah)
•Perdarahan Intraserebral : Pecahnya pembuluh darah dan darah masuk ke dalam jaringan yang
menyebabkan sel-sel otak mati sehingga berdampak pada kerja otak berhenti. Penyebab tersering
adalah Hipertensi
•Perdarahan Subarachnoid : Pecahnya pembuluh darah yang berdekatan dengan permukaan otak
dan darah bocor di antara otak dan tulang tengkorak. Penyebabnya bisa berbeda-beda, tetapi biasanya
karena pecahnya aneurisma
Jenis Stroke
Untuk membedakan stroke iskemik dan hemoragik, dapat
ditanyakan hal yang mengarah ke peningkatan tekanan
intrakranial, apabila terdapat tanda-tanda tersebut, stroke
hemorrhagik atau adanya stroke iskemik yang luas lebih
dipertimbangkan. Beberapa hal yang dapat ditanyakan adalah
sebagai berikut:
• Penurunan kesadaran
• Muntah (normal atau proyektil)
• Sakit kepala
• Mual
• Kejang
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada stroke dimulai dari penentuan status kesadaran dan
pemeriksaan tanda vital.
Kesadaran
Penentuan status kesadaran pada pasien stroke sangat penting. Penurunan
kesadaran pada penderita stroke terjadi mengarah pada peningkatan tekanan
intrakranial yang menyebabkan penekanan bagian ascending reticular activating
system (ARAS) yang merupakan pusat kesadaran.
Tekanan Darah
Salah satu faktor risiko dari stroke adalah hipertensi. Pengukuran tekanan
darah sebaiknya dibandingkan dengan tangan di sebelahnya. Jika terdapat
perbedaan yang besar maka kemungkinan terjadi kelainan pembuluh darah.
Detak Jantung dan Nadi
Pengukuran detak jantung merupakan hal yang sangat penting, jumlah kontraksi
jantung yang dihitung dibandingkan dengan nadi yang di ukur. Pulsus defisit
terjadi apabila perbedaan detak jantung dan nadi ≥20 x/menit. Pulsus defisit dapat
ditemukan pada atrial fibrilasi yang kemungkinan menjadi pencetus stroke.
Status Gizi
Berperan dalam menentukan keadaan fisik dari pasien apakah termasuk
golongan obesitas, yang merupakan faktor risiko dari stroke.
Kepala
Apakah terdapat sianosis pada wajah dan lidah karena kemungkinan akibat
kelainan jantungnya maka dapat berkomplikasi menjadi stroke.
Leher
Peningkatan JVP dan bruit harus diperiksa. Apabila ada, hal ini menunjukkan
terdapat gangguan aliran pada pembuluh darah yang dapat menjadi faktor
pencetus stroke (emboli).
Paru-paru
Pemeriksaan fisik paru-paru penting pada pasien stroke yang sedang dirawat
untuk memantau komplikasi pulmonologi stroke, seperti pneumonia dan edema
paru.
Jantung
Pembesaran jantung, murmur, kelainan katup jantung merupakan tanda-tanda
dari kelainan jantung. Kelainan jantung seperti ini merupakan faktor risiko
terjadinya stroke.
Pemeriksaan Neurologis
Untuk menemukan defisit neurologis yang dapat membantu melokalisir lokasi lesi stroke.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan nervus kranialis, motorik, sensorik, fungsi
luhur dan keseimbangan.
Nervus Kranialis
Dapat ditemukan paresis pada nervus fasialis dan hipoglosus, yang ditandai dengan bicara pelo
dan deviasi lidah. Terdapat pula gangguan lapang pandang, atau yang disebut juga hemianopia.
Motorik
Pada pemeriksaan motorik terdapat hemiparesis. Hemiparesis dapat menunjukkan letak kelainan
pembuluh darah. Hemiparese kontralateral merupakan parese motorik saraf otak yang sejajar
dengan parese ekstremitas, menunjukkan adanya gangguan pada sistem karotis. Sedangkan,
hemiparese alternans merupakan parese motorik saraf otak yang berlawanan dengan parese
ekstremitas, dan menunjukkan adanya gangguan sistem vertebrobasilar.
Sensorik
Terdapat hemihipestesi (gangguan sensibilitas) atau parestesia kontralateral atau alternans.
CT angiogram
Dapat digunakan untuk melihat gambaran pembuluh darah otak.
Angiografi
Angiografi dapat digunakan untuk konfirmasi diagnosis dan juga untuk tata laksana aneurisme
serebral pada stroke hemorrhagik. Angiografi juga digunakan untuk menangani penyumbatan
pembuluh darah pada stroke iskemik.
Ultrasonografi Karotis
Ultrasonografi dapat digunakan untuk memeriksa arteri karotis di leher dan aliran darah yang
terdapat disana. Pemeriksaan ini dapat memeriksa apakah terdapat plak arteriosklerosis pada
arteri karotis.
Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal dapat dilakukan bila CT scan atau MRI tidak tersedia. Pada stroke hemorrhagik
intrakranial didapatkan gambaran cairan serebrospinal seperti bening atau berwarna kekuningan
(xanthokromia), khususnya pada perdarahan intraparenkimal. Sedangkan, pada perdarahan
subarachnoid, xanthokromia pada cairan serebrospinal merupakan indikator yang baik, karena
tingginya sensitivitas. Xanthokromia muncul minimal 2-12 jam setelah perdarahan, dan bertahan
hingga 2 minggu. Pada stroke iskemik, tidak didapatkan perdarahan (jernih).
Periode emas adalah waktu yang sangat
bergharga untuk peanganan Stroke, yaitu kurang
dari 4,5 jam sejak pertama kali muncul
gejala dan tanda sampai dilakukan penanganan
stroke di Rumah Sakit. Sehingga penderita harus
sudah tiba di Rumah Sakit kurang dari 2 jam.
Proses pemeriksaan sampai pengobatan
membutuhkan waktu maksimal 2,5 jam
MASALAH KEPERAWATAN
Resiko Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan infark serebral
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .... jam diharapkan perfusi serebral (L.02014) dapat
adekuat/meningkat dengan Kriteria hasil : 1) Tingkat kesadaran meningkat 2) Tekanan Intra Kranial (TIK)
menurun, Tidak ada tanda tanda pasien gelisah. 4) TTV membaik