Anda di halaman 1dari 19

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN NEOROLOGIS PADA STROKE NON


HEMORAGIK

YAKOMINA SLARMANAT (121591910)


JOMIMA MALOKA (121541923)
NURUL FIRAWATI (121511920)
ANISA KIKI SAINAFAT (121481901)
KONSEP DASAR
• Pengertian.
Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
suplay darah ke bagian otak ( Black 2014). Stroke sebagai suatu
manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak yang
menyebabkan defisit neurologis. Dari definisi lain dijelaskan
bahwa Stroke adalah kelainan pembuluh darah yang tentu saja
merupakan bagian dari pembuluh darah sistemik. stroke adalah
gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemik atau hemoragik
sirkulasi saraf otak (Aru. 2009).
Klasifikasi stroke.

Klasifikasi stroke berdasarkan keadaan patologis (Tarwoto,2013).


1. Stroke Iskemik.
Iskemik terjadi akibat suplay darah ke jaringan otak berkurang hal ini
disebabkan karena obstruksi total atau sebagian pembuluh darah otak
hampir 85% pasien stroke merupakan stroke iskemik. . Iskemik secara
umum dibagi menjadi 5 kategori yaitu :
1. Trombosis.
2. Emboli.
3. Hipoperfusi sistemik.
4. Penyempenin lumen arteri, dapat terjadi karena infeksi atau proses
peradangan, spasme atau karena kompresi massa dari luar.
Lanjut
2 . Stroke Hemoragic.
Angka kejadian stroke hemoragic sekitar 15% dari stroke secara
keseluruhan. Stroke ini terjadi karena perdarahan atau pecahnya
pembuluh darah otak baik di subarachnoid.
1. Perbedaan intraserebral.
2. Perdarahan subarachnoic.
3. Aneurmia.
Lanjut
Klasifikasi stroke berdasarkan perjalanan penyakit.
1. Transient Iskemik Attack (TIA).
2. Progresif (Stroke In Evolution).
3. Stroke Lengkap (Stroke Complete).
Etiologi.

Trombosis.
Penggumpalan (trombus) mulai terjadi dari adanya kerusakan
pada bagian garis endotelial dari pembuluh darah
Embolisme.
Embolus terbentuk dibagian luar otak, kemudian terlepas dan
mengalir melalui sirkulasi serebral sampai embolus tersebut
melekat pada pembuluh darah dan penyumbatan arteri.
Perdarahan (Hemoragic)
Perdarahan intraserebral paling banyak disebabkan oleh adanya
ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah yang
bisamenyebabkan perdarahan kedalam jaringan otak.
Patofisiologi.

• Faktor resiko yang dapat dimodifikasi bisa diturunkan atau dihilangkan


melalui gaya hidup.
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskular seperti atrial fibrilasi, miokardial infark,
kardiomyopati, katup jantung yang abnormal, dan kerusakan jantung
konginetal juga merupakan faktor resiko dari stroke
3. Diabetes melitus
4. Hiperlipidemiad dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya
lemak sehingga aliran darah lambat.
5. Merokok dapat menimbulkan plak pada pembuluh darah oleh
nikotinsehingga mengakibatkan ateroskerosis.
6. Konsumsi alkohol berlebih dapat menimbulkan hipertensi, penurunan aliran
darah ke otak dan kardiak aritmia yang merupakan faktor resiko terjadinya
stroke.
7. Berat badan lebih/obesitas dapat mengalami hipertensi dan peningkatan
kadar kolesterol dalam darah.
Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar pada sistem persyarafan.

• Bernapas secara normal (oksigenasi).


• Makan dan minum yang cukup (nutrisi).
• Eliminasi (buang air besar dan kecil/ cairan).
• Tidur dan istirahat (aman nyaman).
• Memilih pakaian yang tepat (aman nyaman).
• Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal dengan
menyesuaikan pakaian yang dikenakan dan dimodifikasi lingkungan (aman
nyaman).
• Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari yang membahyakan
orang lain (aman nyaman).
• Beribadah sesuai keyakinan dan kepercayaan (spiritual).
• Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan
hidup (aman nyaman).
• Bermain atau berpartisipasi dalam bentuk berbagi bentuk rekreasi (aman
nyaman).
Pemenuhan dasar pada klien gangguan persarafan.

• Kebutuhan oksigenasi.
• Kebutuhan aman nyaman nyeri.
• Kebutuhan nutrisi.
• Nutrisi
Komplikasi.

Fase akut
• Hipoksia serebral
• Edema serebri
• Peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
• Aspirasi
 
Penatalaksanaan dan terapi

• Menurut (Sudoyo,2008) penatalaksanaan stroke terbagi


menjadi dua yaitu :
1. Penatalaksanaan Keperawatan
• Perawatan umum
• Tekanan darah

2. Keperawatan kolaboratif

 
Konsep Asuhan Keperawatan

• Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan suatu rentetan pemikiran dan pelaksanaan kegiatan
yang ditujukan untuk pengumpulan data/informasi, analisis data, dan
penentuan permasalahan/diagnosis keperawatan
Anamnesis
Anamnesis pada stroke meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan
pengkajian psikososial
Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjdi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, dan diagnosis medis.
Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
Lanjut
Riwayat Penyakit Sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, riwayat diabetes mellitus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-
obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes mellitus, atau adanya
riwayat stroke dari generasi terdahulu.
Pengkajian Psikososiospiritual
Pemeriksaan Fisik
Pengkajian Tingkat Kesadaran
Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian Saraf Kranial
Pengkajian Sistem Motorik
Pengkajian Sistem Sensorik
Lanjut

Pemeriksaan Diagnosis
a) Angiografi Serebral
b) CT Scan
c) MRI Magnetic Imaging Resonance
d) USG Doppler
e) EEG
f) Pemeriksaan laboratorium
Diagnosa Keperawatan

1. Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan


adanya meningkatnya volume intrakranial, penekanan
jaringan otak, dan edema serebral.
2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
gangguan aliran darah, oklusi, perdarahan, vasospasme
serebral, edema serebral.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan
dengan akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun,
penurunan mobilitas fisik sekunder, dan perubahan
tingkat kesadaran
Intervensi
Dx 1
• Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab koma/penurunan perfusi jaringan dan
penyebab peningkatan TIK.
• Monitor TTV tiap 4 jam.
• Evaluasi pupil.
• Monitor temperatur dan pengaturan suhu lingkungan.
• Pertahankan kepala/leher pada posisi yang netral, usahakan dengan sedikit bantal. Hindari
penggunaan bantal yang tinggi pada kepala.
• Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur.
• Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa nyaman seperti masase punggung, lingkungan yang
tenang, sentuhan yang ramah dan suasana/pembicaraan yang tidak gaduh
• Cegah/ hindari terjadinya valsava maneuver.
• Bantu klienn jika batuk, muntah.
• Palpasi pada pembesaran/ pelebaran bllader, pertahankan drainage urine
• secara paten jika digunakan
• dan juga monitor terdapatnya konstipasi.
• Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) dan keluarga tentang sebab akibat TIK meningkat.
• Observasi tingkat kesadaran dengan GCS.
• Kolaborasi: pemberian O2 sesuai kebutuhan.
• Kolaborasi: berikan cairan intravena sesuai dengan diindikasikan.
• Kolaborasi: berikan obat diuretik osmotik, contohnya manitol, furosemid.
• Kolaborasi: berikan steroid contohnya dexamethasone, metil prednisolone
Intervensi
Dx 2
• Kaji status neurologik setiap jam
• Kaji tingkat kesadaran dengan GCS
• Kaji pupil ukuran, respons terhadap cahaya, gerakan mata.
• Kaji reflek kornea dan reflek gag
• Evaluasi keadaan motorik dan sensori pasien.
• Monitor tanda-tanda vital setiap 1jam sekali
• Hitung irama denyut nadi, auskultasi adanya mur-mur
• Pertahankan pasien bedrest, berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, atur
waktu istirahat dan aktivitas.
• Pertahankan kepala di tempat tidur 30-45 derajat dengan posisi leher tidak
menekuk.
• Pertahankan suhu normal
• Monitor kejang dan berikan obat anti kejang.
• Lakukan aktivitas keperawatan dan aktivitas pasien seminimal mungkin
• Pertahankan kepatenan jalan nafas, suction jika perlu berikan oksigen 100persen
sebelum suction dan suction tidak lebih dari 15 detik
• Monitor AGD, PaC02 antara 35-45 mmhg dan Pa02>80mmhg
• Berikan obat sesuai program dan monitor efek samping
Intervensi
Dx 3
• Kaji keadaan jalan nafas.
• Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi suara nafas pada kedua paru (bilateral).
• Lakukan pengisapan lendir jika diperlukan, batasi durasi pengisapan dengan 15 detik
atau lebih.
• Gunakan kateter pengisap yang sesuai, cairan fisiologis steril.
• Berikan oksigen 100% sebelum dilakukan pengisapan dengan ambubag
(hiperventilasi).
• Anjurkan klien mengenai teknik batuk selama pengisapan, seperti waktu bernafas
panjang, batuk kuat, bersin jika ada indikasi.
• Atur/ubah posisi secara teratur (tiap 2 jam).
• Berikan minum hangat jika keadaan memungkinkan.
• Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat
penumpukan sekret di saluran pernafasan.
• Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
• Nafas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
• Lakukan pernafasan diafragma
• Tahan nafas selama 3-5 detik kemudian secara perlahan-
• lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut
Jika ada yang belum
jelas silahkan tanyakan
tapi jangan minta
kepastian karna kami
disini presentasi bukan
mengisi hatimu yang
sunyi

Terima Kasih 🙏

Anda mungkin juga menyukai