Anda di halaman 1dari 33

Askep Pasien

Stroke
MUHAMMAD SAHLAN ZAMAA
Pendahulauan
 Stroke merupakan penyebab kematian ketiga
terbanyak di USA (Lebih dari 140.000 kematian tiap
tahun)
 Diperkirakan insiden stroke di seluruh dunia sekitar 15
juta pertahun, 5 juta diantaranya meninggal, 5 juta
lainnya menderita disabilitas
 Di Indonesia, jumlah pasien baru dengan diagnosis
stroke diperkirakan sekitar 550.000 per tahun
 Stroke menjadi penyebab kematian terbanyak kedua
di Indonesia setelah penyakit jantung
Definisi
 Stroke adalah suatu defisit neurologis akut yang disebabkan
oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara
mendadak dan dapat menimbulkan kecacatan atau kematian

 Menurut WHO stroke adalah tanda-tanda klinis yang


berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau
global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya
penyebab lain selain vaskuler
Klasifikasi Stroke
 Stroke Iskemik, yaitu stroke yang disebabkan oleh
penyumbatan pada pembuluh darah di otak. 87%
kejadian stroke adalah stroke iskemik

 Stroke Hemoragik yaitu stroke yang disebabkan


oleh perdarahan
Patofisiologi
Penatalaksanaan
Stroke hemoragik
 Obat-obatan. Digunakan untuk menurunkan tekanan di otak,
menurunkan tekanan darah, dan mencegah kejang. Jika
pasien mengonsumsi obat antikoagulan atau antiplatelet,
dokter akan memberikan transfusi faktor pembekuan atau
obat-obatan untuk membalik efek obat pengencer darah
tersebut.
 Operasi. Operasi dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam
otak, dan bila memungkinkan memperbaiki pembuluh darah
yang pecah
Stroke Iskemik

 Penyuntikan rtPA (recombinant tissue plasminogen activator) melalui


infus dilakukan untuk mengembalikan aliran darah.
 Obat antiplatelet. Untuk mencegah pembekuan darah, digunakan obat
antiplatelet, seperti aspirin.
 Obat antikoagulan. Untuk mencegah pembekuan darah, pasien dapat
diberikan obat-obatan antikoagulan, seperti heparin, yang bekerja
dengan cara mengubah komposisi faktor pembekuan dalam darah.
 Obat antihipertensi. Pada penderita stroke baru, biasanya tekanan
darah tidak diturunkan terlalu rendah untuk menjaga suplai darah ke
otak. Namun, setelah keadaan stabil tekanan darah akan diturunkan ke
level optimal. Obat hipertensi juga digunakan untuk mencegah stroke
berulang, mengingat hipertensi merupakan faktor risiko terbanyak
penyebab stroke
 Statin. Obat kolesterol golongan statin, seperti atorvastatin,
untuk mengatasi kolesterol tinggi. Statin berguna untuk
menghambat enzim penghasil kolesterol di dalam organ hati.
 Endarterektomi karotis. Melalui prosedur ini, tumpukan lemak
yang menghambat arteri karotis dibuang dengan sebuah
pembedahan di leher pasien.
 Angioplasti. Angioplasti dilakukan melalui kateter yang
dimasukkan melalui pembuluh darah di pangkal paha untuk
selanjutnya diarahkan ke arteri karotis. Kateter ini membawa
sebuah balon khusus dan stent. Setelah berada dalam arteri
karotis, balon digelembungkan untuk memperluas arteri yang
tersumbat lalu disangga dengan ring atau stent.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
 Status kesadaran
 Status pernapasan
 Kemampuan berkomunikasi
 Kemampuan menelan
 Kekuatan otot
 Refleks fisiologis
Diagnosis Keperawatan

1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak


2. Ketidakefektifan pola napas b/d disfungsi neuromuskular
3. Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan kendali otot
4. Hambatan komunikasi verbal b/d penurunan aliran darah otak
Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Nursing Outcome Classification (NOC)

Perfusi jaringan
 Aliran darah melalui pembuluh cerebral
 Aliran darah melalui pembuluh darah pada tingkat sel

Perfusi jaringan : cerebral


 Tekanan intracranial
 Tekanan darah sistolik
 Tekanan darah diastolic
 Sakit kepala
 Penurunan tingkat kesadaran
Nursing Intervention Classification (NIC)
Manajemen edema serebral
 Monitor adanya kebingungan , perubahan pikiran, keluhan pusing atau pingsan
 Monitor dengan ketat status neurologi dan bandingkan dengan nilai normal
 Monitor tanda-tanda vital
 Monitor karakteristik cairan serebrospinal : warna, kejernihan, konsistensi
 Monitor CVP, PAWP, dsn PAP sesuai kebutuhan
 Monitor TIK dan CPP
 Monitor status pernapasan : frekuensi, irama, kedalaman pernapasan, PaO2, PCO2,
bikarbonat
 Posisikan tinggi kepala 30 derajat atau lebih
 Lakukan latihan ROM pasif
 Monitor intake dan output
 Manajemen terapi trombolitik
 Dapatkan riwayat atau kondisi penyakit dan riwayat medis
 Jelaskan semua prosedur ke pasien atau orang terdekat pasien
 Lakukan pengukuran oksimetri, berikan oksigen dengan tepat
 Mulai pasang selang IV dan dapatkan sampel darah untuk pemeriksaan lab
 Siapkan terapi trombolitik jika diperlukan
 Siapkan agen trombolitik sesuai protocol
 Berikan agen trombolitik sesuai petunjuk pemberian
 Lanjutkan monitor irama jantung, tanda vital, tingkat myeri, suara jantung dan paru,
tingkat kesadaran, perfusi perifer, intake dan output, perubahan pada status neurologi
dan resolusi dari gejala sesuai indikasi
 Amati tanda-tanda adanya perdarahan
 Persiapkan untuk memulai tindakan dukungan hidup dasar dan lanjut jika diindikasikan
Ketidakefektifan pola napas b/d disfungsi neuromuskular
 NOC
Status pernapasan
 Frekuensi pernapasan
 Irama pernapasan
 Kedalaman pernapasan
 KemampuanKepatenan jalan napas

Status pernapasan : ventilasi


 Suara perkusi napas
 Hasil rontgen dada
 Penggunaan otot bantu napas
 Pengembangan dinding dada tidak simetris
Manajemen jalan napas
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
 Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau
menyedot lendir
 Instruksikan agar pasien bisa melakukan batuk efektif
 Bantu dengan dorongan spirometer, sebagaimana mestinya
 Auskultasi suara napas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada
dan adanya suara napas tambahan
 Kelola pemberian bronkodilator sebagaimana mestinya
 Kelola nebulizer ultrasonic, sebagaimana mestinya
 Posisikan untuk meringankan sesak napas
 Monitor status pernapsan dan oksigenasi sebagaimana mestinya
Monitor pernapasan
 Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernapas
 Catat pergerakan dada, ketidaksimetrisan, penggunaan otot bantu pernapasan, dan
retraksi pada otot supraclaviculas dan intercostal
 Monitor suara napas tambahan seperti ngorok atau mengi
 Pasang sensor pemantauan oksigen non invasive
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Perkusi torax anterior dan posterior, dari apeks ke basis paru, kanan dan kiri
 Kaji perlunya penyedotan pada jalan napas dengan auskultasi bunyi ronchi di paru
 Auskultasi suara napas setelah tindakan, untuk dicatat
 Monitor peningkatan kelelahan, kecemasan dan kekurangan udara pada pasien
 Monitor sesak napas pada pasien termasuk keadaan yang meningkatkan sesak
 Monitor hasil foto torax
Terapi oksigen
 Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea dengan tepat
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui system humidifier
 Berikan oksigen tambahan sesuai instruksi
 Monitor efektifitas terapi oksigen (mislanya tekanan oksimetri, analisa gas darah)
 Monitor kemampuan pasien untuk mentolerir pengangkatan oksigen ketika makan
 Rubah pemberian perangkat oksigen dari masker ke kanul ketika makan
 Monitor kerusakan kulit terhadap adanya gesekan perangkat oksigen
 Sediakan oksigen ketika pasien dibawa/dipindahkan
 Ajarkan pasien dan keluarga mengenai penggunaan oksigen di rumah
Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan kendali otot
Nursing Outcomes Clasification (NOC)
Ambulasi
 Berjalan dengan pelan
 Berjalan mengelilingi kamar

Pergerakan
 Keseimbangan
 Koordinasi
 Gerakan otot
 Gerakan sendi
 Bergerak dengan mudah
Terapi latihan : ambulasi
 Berikan pasien pakaian yang tidak mengekang
 Bantu pasien menggunakan alas kaki yang memfasilitasi pasien untuk berjalan dan
mencegah cedera
 Sediakan tempat tidur berketinggian rendah yang sesuai
 Tempatkan saklar posisi tempat tidur di tempat yang mudah dijangkau
 Konsultasikan dengan ahli terapi fisik mengenai ambulasi sesuai kebutuhan
 Gunakan sabuk untuk berjalan (gait belt) untuk membantu perpindahan dan
ambulasi sesuai kebutuhan
 Bantu pasien untuk perpindahan sesuai kebutuhan
 Sediakan alat bantu (tongkat, walker atau kursi roda)untuk ambulasi, jika pasien tidak
stabil
 Bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi dengan jarak tertentu dan dengan sejumlah
staf tertentu
 Dorong ambulasi independen dalam batas aman
Perawatan tirah baring
 Jekaskan alasan diperlukannya tirah baring
 Hindari menggunakan kain linen kasur yang teksturnya kasar
 Jaga kain linen kasur tetap bersih, kering dan bebas kerutan
 Tinggikan teralis tempat tidur, dengan cara yang tepat
 Letakkan alat untuk memposisikan tempat tidur dalam jangkauan yang mudah
 Letakkan meja disamping tempat tidur berada dalam jangkauan yang tepat
 Balikkan pasien sesuai dengan kondisi kulit
 Balikkan pasien yang tidak dapat mobilisasi minimal tiap 2 jam, sesuai dengan jadwal
yang spesifik
 Monitor kondisi kulit pasien
 Ajarkan latihan di tempat tidur dengan cara yang tepat
 Bantu menjaga kebersihan (misalnya dengan menggunakan deodorant dan parfum)
 Monitor komplikasi dari tirah baring (kehilangan tonus otot, nyeri punggung, konstipasi,
peningkatan stress, depresi, kebingungan, perubahan siklus tidur, ISK, kesulitan berkemih
dan pneumonia)
Hambatan komunikasi verbal b/d penurunan aliran darah otak

Nursing Outcomes Classification

Komunikasi
 Menggunakan bahasa tertulis
 Menggunakan bahasa lisan
 Menggunakan foto dan gambar
 Menggunakan bahasa isyarat
 Menggunakan bahasa non verbal
 Mengenali pesan yang diterima
 Pertukaran pesan yang akurat dengan orang lain
Komunikasi : penerimaan
 Interprestasi bahasa tertulis
 Interprestasi bahasa lisan
 Interprestasi foto dan gambar
 Interprestasi bahasa isyarat
 Interprestasi bahasa non verbal
 Mengenali pesan yang diterima
Mendengar aktif
 Buat tujuan interaksi
 Tunjukkan ketertarikan kepada pasien
 Gunakan pertanyaan maupun pernyataan yang mendorong pasien mengekspresikan
perasaan, pikiran, dan kekhawatiran
 Tunjukkan kesadaran dan rasa sensitive terhadap emosi yang ditunjukkan pasien
 Sadari kata-kata yang harus dihindari, sama halnya dengan pesan non verbal
bersamaan dengan bahasa verbal yang mengiringinya
 Sadari tempo suara, volume, kecepatan maupun tekanan suara
 Klarifikasi pesan yang diterima dengan menggunaan pertanyaan maupun umpan balik
 Hindari penghalang dalam mendengar aktif (mengurangi perasaan yang terlibat,
menawarkan solusi, melakukan interupsi, membicarakan diri sendiri dan pendekatan
yang terlalu dini)
 Gunakan teknik diam/mendengarkan dalam rangka mendorong pasien untuk
mengekspresikan perasaan, pikiran dan kekhawatiran
Peningkatan komunikasi : kurang bicara
• Monitor ketepatan bicara, tekanan, kecepatan, kuantitas, volume dan diksi
• Monitor pasien terkait perasaan frustasi, kemarahan, depresi atau respon lain yang
diseababkan ganggan kemampuan berbicara
• Kenali emosi dan perilaku fisik pasien sebagai bentuk komunikasi mereka
• Sediakan metode alternative untuk berkomunikasi dengan berbicara (menulis di meja,
menggunakan kartu, kedipan mata, papan komunikasi dengan gambar dan huruf,
tanda dengan tangan atau postur, atau menggunakan computer)
• Sediakan metode alternative menulis atau membaca dengan cara yang tepat
• Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan kebisingan yang berlebihan dan
menurunkan distress emosi
• Ulangi apa yang disampaikan pasien untuk menjamin akurasi
• Instruksikan pasien bicara pelan
• Ungkapkan pertanyaan dimana pasien bisa menjawab ya atau tidak
• Sediakan penguatan positif, dengan cara yang tepat
• Gunakan penterjemah, jika diperlukan

Anda mungkin juga menyukai