Anda di halaman 1dari 82

STROKELAPORAN KASUS

HEMORAGIK
Penyaji:
NABILA 150100013
AQIB ASYRAF ABLISAR 150100023
ANNISA MARCHIA MARSHAL 150100092
ANDRE FELLINO M. HARAHAP 150100093
SAPNAASARAZ 150100193

Supervisor:
Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K)
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
■ Berdasarkan definisi WHO (World Health Organization) stroke adalah manifestasi klinik dari
gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun global, yang berlangsung dengan cepat,
berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab
selain daripada gangguan vaskular.

■ Di dunia, 15 juta orang menderita stroke setiap tahunnya; sepertiga meninggal dan sisanya cacat
permanen. Lebih dari 795,000 orang di Amerika, menderita stroke dan membunuh hampir
130.000 penduduk Amerika per tahunnya.

■ Pada tahun 2010 stroke merupakan penyakit penyebab kematian ke empat di UK setelah kanker,
penyakit jantung, dan gangguan pernapasan, dan menyebabkan hampir 50.000 kematian
LATAR BELAKANG

■ Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan di tahun 2013 menunjukan


telah terjadi peningkatan prevalensi stroke di Indonesia. Dari 8,3 per 1000 penduduk
(per mil) pada 2007 menjadi 12,1 per 1000 penduduk pada tahun 2013.

■ Prevalensi penyakit stroke tertinggi terjadi di Sulawesi Utara (10,8 per mil), Yogyakarta
(10,3 per mil), Bangka Belitung (9,7 per mil), dan DKI Jakarta (9,7 per mil).

■ Stroke dibagi menjadi menjadi dua yaitu iskemik dan hemoragik, yang seringkali
diawali oleh adanya lesi atau perlukaan pada pembuluh darah arteri. Dari seluruh
kejadian stroke, sepertiganya adalah stroke hemoragik
LATAR BELAKANG

■ Pada laporan kasus ini, akan dibahas sebuah kasus Stroke Hemoragik
yang dialami oleh seorang pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik.
TUJUAN

■ Laporan kasus ini dibuat untuk membahas berbagai aspek yang perlu
diketahui mengenai Stroke Hemoragik.
MANFAAT

■ Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan


pengetahuan kepada mahasiswa kedokteran dan praktisi kedokteran
mengenai Stroke Hemoragik agar dapat diterapkan pada praktiknya di
lapangan di kemudian hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI STROKE

■ Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah gejala


gangguan neurologis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama
24 jam atau lebih atau dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya
penyebab lain selain vaskule
KLASIFIKASI STROKE
DEFINISI STROKE HEMORAGIK

■ Stroke hemoragik adalah gejala dan gangguan neurologik yang


disebabkan oleh pecahnya pembuluh di otak yang menyebabkan
perdarahan parenkim otak dan kerusakan jaringan otak
KLASIFIKASI STROKE HEMORAGIK

■ Perdarahan Intraserebral
– Perdarahan intraserebral adalah perdarahan primer yang berasal dari pembuluh darah dalam
parenkim orak yang bukan disebabkan oleh trauma. Penekanan atau kematian jaringan otak
dapat menyebabkan gejala pada stroke perdarahan intraserebral.
– Berbeda dengan stroke iskemik, cenderung dapat menyebabkan nyeri kepala yang hebat,
penurunan kesadaran dan juga defisit neurologis.
– Kira-kira 10% stroke disebabkan oleh perdarahan intraserebral.
– Hipertensi, khususnya yang tidak terkontrol merupakan penyebab utama stroke hemoragik.
– Penyebab lainnya adalah pecahnya aneurisma, malformasi arterivena, angioma kavernosa,
alkoholisme, diskrasia darah, terapi antikoagulan, dan angiopati amiloid. Sebesar 70% kasus
perdarahan intraserebral terjadi di kapsula interna, 20% terjadi di fosa posterior (batang orak dan
serebelum), 10% di hemisfer (di luar kapsula interna).
KLASIFIKASI STROKE HEMORAGIK
■ Perdarahan Subarachnoid
– Perdarahan subarachnoid adalah keadaan akut yaitu masuknya darah ke dalam ruangan
subarachnoid atau perdarahan yang terjadi di pembuluh darah di luar otak, tetapi masih
di daerah kepala seperti di selaput otak atau bagian bawah otak.
– Perdarahan subarachnoid dapat menyebabkan disfungsi serebral oleh karena
peningkatan tekanan intrakranial yang menyebabkan hipoperfusi dan kematian
jaringan.
– Perdarahan subarachnoid dapat diperparah oleh vasospasme yang nantinya dapat
menyebabkan iskemia, perdarahan berulang, masuknya darah yang lebih banyak ke
jaringan otak (menyebabkan intraserebral hematoma), atau hidrosefalus.
– Perdarahan subarachnoid cenderung menyebabkan sakit kepala yang lebih dominan
dibandingkan gejala defisit neurologis. Sebagian besar kasus disebabkan oleh
aneurisma (50%) pada percabangan arteri-arteri besar. Penyebab lain adalah malformasi
arterivena atau tumor.
FAKTOR RISIKO STROKE
HEMORAGIK
Faktor risiko yang bisa di modifikasi: Faktor risiko yang tidak dapat di
modifikasi:
■ Hipertensi
■ Umur
■ Pengunaan obat anti-koagulan
■ Amyloid Angiopathy
■ Konsumsi alkohol

■ Terapi trombolitik
PATOFISIOLOGI STROKE
HEMORAGIK
■ Pada stroke hemoragik, perdarahan intraserebral terjadi di dalam parenkim otak. Hal ini
diperkirakan terjadi akibat bocornya pembuluh darah pada penderita hipertensi kronik.
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh darah arteriola mengalami perubahan patologis
pada dindingnya yaitu berupa lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma
bouchard. Elemen-elemen vasoaktif yang disekresikan akibat pecahnya pembuluh darah akan
menurunkan tekanan perfusi dan memicu kerusakan neuron-neuron di daerah yang terkena dan
sekitarnya. Tempat predileksi antara lain thalamus, putamen, serebellum dan batang otak.
Selain karena hipoperfusi, gangguan parenkim otak juga terjadi akibat tekanan yang
disebabkan oleh massa hematoma atau kenaikan tekanan intrakrania (TIK) secara keseluruhan.
PATOFISIOLOGI STROKE
HEMORAGIK
■ Terjadinya perdarahan intraserebral terbagi atas 3 fase ; perdarahan awal, ekspansi
hematoma dan edema peri-hematoma. Ekspansi hematoma yang terjadi beberapa jam
setelah perdarahan awal akan meningkatkan TIK. Peningkatan TIK selanjutnya dapat
memicu kerusakan Blood Brain Barrier (BBB) dan herniasi. Kerusakan BBB akan
menyebabkan fase selanjutnya dari perdarahan intraserebral yaitu terbentuknya edema
peri-hematoma. Edema peri-hematoma dapat terbentuk beberapa hari setelah fase
pertama terjadi, dan merupakan penyebab utama dari perburukan neurologis pada
penderita stroke hemoragik
DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK

Anamnesis

■ Anamnesis atau sering juga disebut dengan wawancara merupakan hal yang
utama dilakukan untuk dapat mengerti penyakit yang diderita oleh pasien.
Anamnesis secara umum yang dilakukan kepada pasien meliputi pengumpulan
informasi tentang status kesehatan pasien yang menyeluruh mengenai fisik,
psikologis, sosial-budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status
ekonomi, kemampuan fungsi, dan gaya hidup penderita. Melalui anamnesis
yang dilakukan dapat dilihat dan ditentukan proses alamiah terjadinya penyakit.
DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK

Anamnesis
■ Siriraj Stroke Score (SSS) merupakan salah satu penilaian untuk menilai diagnosa klinis
awal terkait dengan jenis penyebab stroke yaitu iskemik dan hemoragik.
■ Siriraj Stroke Score dihitung dengan menggunakan rumus:

(2,5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x sakit kepala) +


(0,1 x tekanan diastolic darah) – (3 x penanda atheroma) - 12
 
DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK

Adapun interpretasi dari SSS adalah apabila skor SSS > 1 berarti pasien mengalami stroke hemoragik
(perdarahan), dan apabila skor SSS < -1 maka pasien mengalami stroke iskemik.
Apabila skor antara -1 dan 1 maka hasilnya adalah samar-samar dan membutuhkan intervensi pemeriksaan
CT-Scan sesegera mungkin.
DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK

Pemeriksaan Fisik

■ Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengevaluasi keadaan fisik penderita secara


umun dan juga menilai apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan
neurologis. Pemeriksaan fisik yang sering dilakukan pada pasien meliputi
pemeriksaan umum (suhu tubuh, gizi, tekanan darah, anemia, paru, jantung,
denyut nadi) dan pemeriksaan fungsi saraf (tingkat kesadaran, fungsi serebri,
saraf kranial, sistem motorik, respons refleks, sistem sensorik).
DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK
Pemeriksaan Penunjang
■ Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan tujuan untuk mencari penyebab dan
mencegah rekurensi dan pada pasien yang berat untuk mengidentifikasi faktor-faktor
yang dapat menyebabkan perburukan fungsi SSP.
■ Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan antara lain darah lengkap dan LED,
Ureum, glukosa, elektrolit, lipid, rontgen dada dan EKG, dan CT Scan kepala.
■ Pemeriksaan darah rutin meliputi pemeriksaan jumlah sel eritrosit, leukosit, dan
trombosit. Melalui pemeriksaan darah rutin dapat diketahui beberapa penyakit atau
kelainan darah seperti leukositosis, trombositosis dan penyakit anemia.
■ Pemeriksaan gula darah juga sangat diperlukan untuk menilai ada atau tidaknya
penyakit DM yang menjadi faktor risiko stroke. Pemeriksaan ini juga diperlukan untuk
melihat penurunan kesadaran apakah diakibatkan karena stroke atau penyakit lain
seperti DM.
■ Demikian juga pemeriksaan lipid bertujuan untuk melihat faktor risiko penyakit stroke.
DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK

Pemeriksaan Penunjang
■ Pemeriksaan EKG merupakan pemeriksaan rutin, murah dan mudah
dilakukan terhadap penderita stroke. Pemerikasaan ini dilakukan bertujuan
untuk menilai adanya kelainan aritmia jantung diidap sebelumnya.
■ CT Scan (Computerized Tomograph Scanning) merupakan pengembangan
dari alat rontgen konvensional, secara sederhana pemeriksaan dilakukan
dengan menggunakan sinar-X yang berputar mengelilingi tubuh yang
hendak diperiksa, kemudian hasilnya akan tampak dilayar komputer yang
telah tersedia. Tumor dan perdarahan dalam otak dapat terlihat dengan
gambar yang ditunjukkan seperti bayangan-bayangan dalam film,
menunjukkan ukuran dan lokasi luka
Lokasi Predisposisi dari Perdarahan
Intraserebral (A) thalamus (B)
subkortikal white matter (C) pons
(D) serebellum (E) perdarahan
thalamus dan subkortikal yang
sering menyebar ke ventrikel (B
dan C) perdarahan lobular (F)
perdarahan intraserebral, amyloid
angiopathy.

 
KOMPLIKASI STROKE HEMORAGIK

■ Komplikasi awal : ■ Komplikasi lanjutan :


– Hipertensi (intracranial) – Hemorrhage (rebleeding)
– Hipertensi (sistemik) – Hipoperfusi (vasospasme)
– Heart failure dan aritmia – Hidrosefalus
– Hematoma – Hipovolemia
– Hiponatremia
KOMPLIKASI STROKE HEMORAGIK

■ Kelumpuhan satu sisi tubuh.


■ Gangguan penglihatan.
■ Afasia
■ Gangguan persepsi.
■ Lelah.
■ Depresi.
■ Emosi yang labil.
■ Gangguan memori.
■ Perubahan kepribadian.
TATALAKSANA STROKE
HEMORAGIK
Tindakan Umum
■ Berupa tindakan darurat, sambil berusaha mencari penyebab dan tatalaksana sesuai
dengan penyebab.
■ Perbaiki jalan napas, pertahankan ventilasi
■ Tenangkan pasien
■ Naikkan kepala 30
■ Atasi syok
■ Mengontrol tekanan rerata arterial
■ Pengaturan cairan dan elektrolit
■ Monitor tanda vital
■ Monitor TTIK
TATALAKSANA STROKE
HEMORAGIK
Terapi Farmakologi

■ Penatalaksanaan farmakologi yang bisa dilakukan untuk pasien stroke yaitu pemberian
cairan hipertonis jika terjadi peninggian tekanan intra kranial akut tanpa kerusakan
sawar darah otak (Blood-brain Barrier), diuretika (asetazolamid atau furosemid) yang
akan menekan produksi cairan serebrospinal, dan steroid (deksametason, prednison, dan
metilprednisolon) yang dikatakan dapat mengurangi produksi cairan serebrospinal dan
mempunyai efek langsung pada sel endotel
TATALAKSANA STROKE
HEMORAGIK
Penatalaksanaan Perdarahan Intraserebral

■ mendapat terapi penggantian factor koagulasi atau trombosit

■ mendapat terapi untuk menggganti vitamin K-dependent factor dan mengkoreksi INR,
serta mendapat vitamin K intravena

■ pemberian konsentrat kompleks protrombin dapat mengurangi komplikasi dibandingkan


dengan FFP dan dapat dipertimbangkan sebagai alternative FFP
TATALAKSANA STROKE
HEMORAGIK
Penatalaksanaan Perdarahan Subarachnoid

■ Tirah baring total dengan posisi kepala ditinggikan 30°dan nyaman, bila perlu berikan
O2 2-3 L/menit

■ Pasang infus diruang gawat darurat, usahakan euvolemia dan monitor ketat sistem
kardiopulmoner dan kelainan neurologi yang timbul

■ Tekanan darah sistolik sekitar 140-160 mmHg sangat disarankan.


TATALAKSANA STROKE
HEMORAGIK
Penatalaksanaan Hipertensi pada Stroke Hemoragik
■ Pada perdarahan intraserebral akut, apabila TDS >200 mmHg atau MAP >150 mmHg, maka
pasien diberi obat antihipertensi intravena secara kontinu dengan pemantauan TD setiap 5 menit.
■ Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg dengan tanda peningkatan TIK, dilakukan
pemantauan TIK. Pasien diberikan obat antihipertensi secara kontinu atau intermitten dengan
pemantauan tekanan perfusi serebral ≥60 mmHg.
■ Apabila TDS>180 mmHg atau MAP >130 mmHg tanpa tanda peningkatan TIK, pasien diberi
antihipertensi intravena secara kontinu atau intermitten dengan pemantauan setiap 15 menit
hingga MAP mencapai 110 mmHg atau TD 160/90 mmHg.
■ Obat parenteral beta-bloker (labetalol, esmolol) dan CCB (nikardipin, diltiazem), dianjurkan
dalam upaya tersebut.
BAB III
STATUS ORANG SAKIT
ANAMNESIS
Identitas Pribadi
■ Rekam Medis : 772289
■ Nama : Karim Perangin-angin
■ Jenis Kelamin : Laki-Laki
■ Usia : 54 Tahun
■ Suku Bangsa : Batak
■ Agama : Kristen Protestan
■ Alamat : Jl. Beringin No. 20 Medan
■ Status : Menikah
■ Pekerjaan : Wiraswasta
■ Tanggal Masuk : 22 Februari 2019
■ Tanggal Keluar :-
RIWAYAT PERJALANAN
PENYAKIT
KELUHAN
■ Keluhan Utama : Lemah lengan dan tungkai kanan
■ Telaah : Hal ini dialami pasien sejak ± 13 jam sebelum pasien masuk
rumah sakit secara tiba-tiba saat sedang istirahat. Riwayat nyeri
kepala dijumpai sifat berdenyut pada seluruh lapangan kepala.
Nyeri kepala tidak hilang dengan obat pereda nyeri kepala. Riwayat
muntah menyembur dijumpai. Riwayat kejang tidak dijumpai.
Riwayat hipertensi dijumpai ± 1 tahun ini dengan pengobatan tidak
teratur. Riwayat DM, penyakit jantung, hiperkolestrolemia
disangkal. Riwayat stroke sebelumnya disangkal. Riwayat merokok
dijumpai 2 bungkus perhari selama 20 tahun.
■ Riwayat Penyakit Terdahulu : Hipertensi
■ Riwayat Penggunaan Obat : Tidak jelas
RIWAYAT PERJALANAN
PENYAKIT
ANAMNESA TRAKTUS

■ Traktus Sirkulatorius : Hipertensi


■ Traktus Respiratorius : Dalam batas normal
■ Traktus Digestivus : Dalam batas normal
■ Traktus Urogenitalis : Dalam batas normal
■ Penyakit Terdahulu : Hipertensi
■ Intoksikasi dan Obat-obatan : (-)
RIWAYAT PERJALANAN
PENYAKIT
ANAMNESA
KELUARGA ANAMNESA SOSIAL

■ Faktor Herediter : (-) ■ Kelahiran dan Pertumbuhan : Tidak jelas

■ Faktor Familier : (-) ■ Imunisasi : Tidak jelas


■ Pendidikan : Tamatan SMA
■ Lain-lain : (-)
■ Pekerjaan : Wiraswasta
■ Perkawinan : Menikah
PEMERIKSAAN JASMANI

PEMERIKSAAN UMUM

■ Tekanan Darah : 165/90 mmHg


■ Nadi : 88x/menit, reguler
■ Frekuensi Nafas : 22x/menit
■ Temperatur : 37,0oC
■ Kulit : Turgor baik
■ Leher : Dalam batas normal
■ Persendian : Dalam batas normal
PEMERIKSAAN JASMANI
KEPALA DAN LEHER

■ Bentuk dan Posisi : Normocephali, bulat


■ Pergerakan : Bebas, dalam batas normal
■ Kelainan Panca Indera : Tidak dijumpai kelainan
■ Rongga Mulut dan Gigi : Dalam batas normal
■ Kelenjar Parotis : Dalam batas normal
■ Desah : Tidak dijumpai
■ Dan Lain-lain : (-)
PEMERIKSAAN JASMANI
RONGGA DADA DAN ABDOMEN
Rongga Dada Rongga Abdomen
■ Inspeksi : Simetris Fusiformis Simetris
■ Palpasi : SF ka=ki, kesan normal Soepel
■ Perkusi : Sonor Timpani
■ Auskultasi : Vesikuler. Normoperistaltik

GENITALIA
■ Toucher : Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
SENSORIUM : Compos Mentis, GCS 15 (E4M6V5)

PERANGSANGAN
KRANIUM MENINGEAL
■ Bentuk : Bulat
■ Kaku Kuduk : (-)
■ Fontanella : Tertutup
■ Palpasi : Dalam batas normal ■ Tanda Kernig : (-)

■ Perkusi : Dalam batas normal ■ Tanda Brudzinski I : (-)


■ Auskultasi : Bruit (-)
■ Tanda Brudzinski II : (-)
■ Transilumnasi: Tidak dilakukan
pemeriksaan
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL


■ Muntah proyektil : (-)
■ Sakit Kepala : (+)
■ Kejang : (-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

NERVUS I
Meatus Nasi Dextra Meatus Nasi Sinistra
■ Normosmia : (+) (+)
■ Anosmia : (-) (-)
■ Parosmia : (-) (-)
■ Hiposmia : (-) (-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Nervus II, III


Oculi Oculi Fundus Okuli
Dextra (OD) Sinistra(OS) ■ Warna : Tidak dilakukan
pemeriksaan
■ Batas : Tidak dilakukan
■ Visus : 2/60 2/60 pemeriksaan
■ Lapangan Pandang ■ Ekskavasio : Tidak dilakukan
■ Normal : (+) (+) pemeriksaan
■ Menyempit : (-) (-) ■ Arteri : Tidak dilakukan
■ Hemianopsia : (-) (-) pemeriksaan
■ Scotoma : (-) (-) ■ Vena : Tidak dilakukan
■ Refleks Ancaman : (+) (+) pemeriksaan
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Nervus III, IV, VI
Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)
■ Gerakan Bola Mata : (+) (+)
■ Nistagmus : (-) (-)
Pupil
■ Lebar : Ø 3 mm Ø 3 mm
■ Bentuk : bulat, isokor bulat, isokor
■ Refleks Cahaya Langsung : (+) (+)
■ Refleks Cahaya tidak Langsung : (+) (+)
■ Rima Palpebra : 7 mm 7 mm
■ Deviasi Konjugate : (-) (-)
■ Fenomena Doll’s Eye : tdp tdp
■ Strabismus : (-) (-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Nervus V
Kanan Kiri
Motorik Refleks Kornea
■ Membuka dan menutup mulut : (+) (+)
■ Langsung : (+) (+)
■ Palpasi otot masseter dan temporalis : (+) (+)
■ Kekuatan gigitan : (+) (+)
■ Tidak Langsung : (+) (+)

Sensorik ■ Refleks Masseter : dbn


■ Kulit : dbn dbn
■ Selaput lendir : dbndbn ■ Refleks bersin : dbn
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Nervus VII
Kanan Kiri
Motorik Sensorik
■ Mimik : Sudut mulut tertarik ke kiri ■ Pengecapan 2/3 Depan Lidah : dalam
batas normal
■ Kerut Kening : (+) (+)
■ Produksi Kelenjar Ludah:dalam batas
■ Menutup Mata: (+) (+)
normal
■ Meniup Sekuatnya : bocor (+)
■ Hiperakusis: dalam batas normal
■ Memperlihatkan Gigi : tidak simetris
■ Refleks Stapedial: dalam batas
■ Tertawa: tidak simetris normal
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Nervus VIII

Kanan Kiri
Auditorius Vestibularis

■ Pendengaran : kesan normal kesan normal ■ Nistagmus : (-) (-)

■ Test Rinne ■ Reaksi Kalori : Tidak dilakukan


: tidak diperiksa
pemeriksaan
■ Test Weber : tidak diperiksa
■ Vertigo : (-)
■ Test Schwabach: tidak diperiksa
■ Tinnitus : (-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Nervus IX, X

■ Pallatum Mole : Medial


■ Uvula : Medial
■ Disfagia : (-)
■ Disartria : (-)
■ Disfonia : (-)
■ Refleks Muntah : Tidak dilakukan pemeriksaan
■ Pengecapan 1/3 Belakang Lidah : Dalam batas normal
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Nervus XI
Kanan Kiri
■ Mengangkat Bahu : (+) (+)
■ Fungsi Otot Sternocleidomastoideus : (+) (+)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Nervus XII

Lidah
■ Tremor : (-)
■ Atrofi : (-)
■ Fasikulasi : (-)
■ Ujung Lidah Sewaktu Istirahat : Medial
■ Ujung Lidah Sewaktu Dijulurkan : Medial
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

SISTEM MOTORIK Gerakan Spontan Abnormal


■ Trofi : Eutrofi
■ Tremor : (-)
■ Tonus Otot : Normotonus
■ Khorea : (-)
■ Kekuatan Otot:
■ Ballismus : (-)
ESD: 22222/22222
■ Mioklonus : (-)
ESS: 55555/55555
■ Atetotis : (-)
EID: 22222/22222
■ Distonia : (-)
EIS: 55555/55555
■ Spasme : (-)
■ Sikap (Duduk-Berdiri-Berbaring):
■ Tic : (-)
mampu-mampu-mampu
■ Dan Lain-lain : (-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

TES SENSIBILITAS
■ Eksteroseptif : Dalam batas normal
■ Proprioseptif : Dalam batas normal
Fungsi Kortikal untuk Sensibilitas
■ Stereognosis : Dalam batas normal
■ Pengenalan Dua Titik : Dalam batas normal
■ Grafestesia : Dalam batas normal
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
Kanan Kiri
Kanan Kiri ■Babinski : (-) (-)
■ Biceps : (++) (++) ■Oppenheim : (-) (-)
■Chaddock : (-) (-)
■ Triceps : (++) (++)
■Gordon : (-) (-)
■ Radioperiost : (++) (++) ■Schaefer : (-) (-)
■ APR : (++) (++) ■Hoffman-Tromner : (-/-) (-/-)
■ KPR : (++) (++) ■Klonus Lutut : (-/-) (-/-)
■Klonus Kaki : (-) (-)
■ Strumple : (++) (++)
■Refleks Primitif : (-) (-) 
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

KOORDINASI
■ Lenggang : Tidak dilakukan pemeriksaan
■ Bicara : sulit dinilai
■ Menulis : sulit dinilai
■ Percobaan Apraksia : sulit dinilai
■ Mimik : sulit dinilai
■ Test Telunjuk-Telunjuk : sulit dinilai
■ Test Telunjuk-Hidung : sulit dinilai
■ Diadokhokinesia : sulit dinilai
■ Test Tumit-Lutut : sulit dinilai
■ Test Romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

VEGETATIF

■ Vasomotorik : dalam batas normal


■ Sudomotorik : dalam batas normal
■ Pilo-Erektor : dalam batas normal
■ Miksi : dalam batas normal
■ Defekasi : dalam batas normal
■ Potens dan Libido : dalam batas normal
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

VERTEBRA

Bentuk
■ Normal : (+)
■ Scoliosis : (-)
■ Hiperlordosis : (-)
Pergerakan
■ Leher : Dalam batas normal
■ Pinggang : Dalam batas normal
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

TANDA PERANGSANGAN RADIKULER

■ Laseque : (-)
■ Cross Laseque : (-)
■ Test Lhermitte : (-)
■ Test Naffziger : (-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

GEJALA-GEJALA GEJALA-GEJALA
SEREBELAR EKSTRAPIRAMIDAL
■ Ataksia : (-)
■ Tremor : (-)
■ Disartria : (-)
■ Tremor : (-)
■ Rigiditas : (-)
■ Nistagmus : (-) ■ Bradikinesia : (-)
■ Fenomena Rebound : (-) ■ Dan Lain-lain : (-)
■ Vertigo : (-)
■ Dan Lain-lain : (-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
FUNGSI LUHUR
■ Kesadaran Kualitatif
Afasia
: Compos mentis
■ Ingatan Baru : Kesan normal ■ Ekspresif : Tidak dilakukan pemeriksaan
■ Ingatan Lama : Kesan normal ■ Reseptif : Tidak dilakukan pemeriksaan
Orientasi ■ Apraksia : Tidak dilakukan pemeriksaan
■ Diri : Kesan normal Agnosia
■ Tempat : Kesan normal ■ Agnosia visual : (-)
■ Waktu : Kesan normal ■ Agnosia Jari-jari : (-)
■ Situasi : Kesan normal
■ Akalkulia : (-)
■ Disorientasi Kanan-Kiri : (-)
■ Intelegensia : Kesan normal
■ Daya Pertimbangan: Kesan normal
■ Reaksi Emosi : Kesan normal
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

PEMERIKSA
Darah Rutin    
Hemoglobin 14.5 13-18 g/dL

AN
Hematokrit 43 39-54 %
Leukosit 13.400 4.000-11.000 /µL

PENUNJANG
Trombosit 309.000 150.000-450.000 / µL

Eritrosit 4.91 4.50-6.50 x 106 / µL

MCV 87 81-99 fL

Laboratorium MCH 29.5 27-31 pg

MCHC 33.8 31-37 gr/dl

RDW 13.0 11.5-14.5%

PCT 0.290 0.100-0.500%

Limfosit 16.7 20-40%

Monosit 8.7 2-8%

Neutrofil 74.30 50-70%

Eosinofil 0.10 1-3%

Basofil 0.20 0-1%


Kimia Klinik    

PEMERIKSA Glukosa Sewaktu

Blood Urea
113

Nitrogen 12
<200 mg/dL

8-26mg/dl
AN (BUN) 26 18-55 mg/dl

PENUNJANG Ureum

Kreatinin
1.07 0.7-1.3 mg/dl

194 <240 mg/dl

Laboratorium Kolestrol Total 114 <150 mg/dl


Trigliserida 47 >40 mg/dl
Kolestrol HDL 126 <160 mg/dl
Kolestrol LDL 13.3 3.5-7.2 mg/dl
Asam Urat
Elektrolit    

PEMERIKSA
Kalsium 7.70 8.4-10.2 mg/dl

AN Natrium
Kalium
139
2.9
135-155 mEq/L
3.6-5.5 mEq/L
PENUNJANG Klorida 100 96-106 mEq/L

Faal Hemostasis    
Laboratorium Waktu Protrombin 17.8 14.00 detik

INR 1.26 0.8-1.3

aPTT 27.1 17-39

Waktu Trombin 16 17

   
HASIL CT
SCAN
HASIL EKG
HASIL FOTO
TORAKS
KESIMPULAN PEMERIKSAAN

DIAGNOSA
■ DIAGNOSA FUNGSIONAL :Hemiparese dextra + PN VII UMN dextra
■ DIAGNOSA ETIOLOGIK : Ruptur pembuluh darah
■ DIAGNOSA ANATOMIK : Subkorteks
■ DIAGNOSA BANDING : 1. Stroke Hemoragik
2. Stroke Iskemik
■ DIAGNOSA KERJA : Hemiparese dextra + PN VII UMN dextra ec. Stroke
Hemoragik
KESIMPULAN PEMERIKSAAN

PENATALAKSANAAN RENCANA PROSEDUR


DIAGNOSTIK
■ Bedrest + Headup 30o
■ Kateter
■ Cek darah lengkap
■ O2 2-4L/menit via nasal canule
■ Elektrolit
■ IVFD RSOL 20 gtt/menit ■ Lipid Profile
■ IVF Manitol 250cc loading dose, 125cc/6 ■ EKG
jam
■ Head CT-Scan
■ Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
■ KSR 2x600 mg
BAB IV
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
22/2/19 Lemah lengan dan Sens: CM Hemiparese - Bed rest
tungkai kanan TD: !65/90 mmHg dextra + PN VII - Head up 30º
HR: 88x/I, regular UMN dextra ec - Kateter
RR: 22x/I, T: 37ºC Stroke Hemoragik terpasang
Peningkatan TIK: (-), R. meningeal (-) - O2 2-4 L/I via
N II, III: RC pupil bulat isokor NC
3mm/3mm, N III, IV, VI: gerakan bola - IVFD Rsol
mata (+), N V: buka tutup mulut (+), N 20gtt/I
VII: sudut mulut tertarik ke kiri, N IX, - IVFD mannitol
X: uvula medial, N XII: lidah dijulurkan 250 cc loading
medial dose,
R.Fisiologis: B/T: ++/++, KPR/APR: + selanjutnya
+/++ 125 cc/6 jam
R.Patologis: H/T: -/-, Babinski (-), - Inj. Ranitidin
Motorik: ESD/EID: 22222/22222. 50 mg/12 jam
ESS/EIS: 55555/55555 - KSR 2x600
mg
Tanggal S O A P
23/2/19 Lemah lengan dan Sens: CM Hemiparese dextra - Bed rest
tungkai kanan TD: !59/90 mmHg + PN VII UMN - Head up 30º
HR: 82x/I, regular dextra ec Stroke - Kateter
RR: 20x/I, T: 36,8ºC Hemoragik terpasang
Peningkatan TIK: (-), R. - O2 2-4 L/I via
meningeal (-) NC
N II, III: RC pupil bulat isokor - IVFD Rsol
3mm/3mm, N III, IV, VI: 20gtt/I
gerakan bola mata (+), N V: - IVFD mannitol
buka tutup mulut (+), N VII: 125 cc/8 jam
sudut mulut tertarik ke kiri, N - Inj. Ranitidin 50
IX, X: uvula medial, N XII: mg/12 jam
lidah dijulurkan medial - KSR 2x600 mg
R.Fisiologis: B/T: ++/++,
KPR/APR: ++/++
R.Patologis: H/T: -/-, Babinski
(-)
Motorik: ESD/EID:
22222/22222. ESS/EIS:
55555/55555
Tanggal S O A P
24/2/19 Lemah lengan dan Sens: CM Hemiparese dextra - Bed rest
tungkai kanan TD: !50/90 mmHg + PN VII UMN - Head up 30º
HR: 86x/I, regular dextra ec Stroke - Kateter
RR: 20x/I, T: 36,5ºC Hemoragik terpasang
Peningkatan TIK: (-), R. - O2 2-4 L/I via
meningeal (-) NC
N II, III: RC pupil bulat isokor - IVFD Rsol
3mm/3mm, N III, IV, VI: 20gtt/I
gerakan bola mata (+), N V: - IVFD mannitol
buka tutup mulut (+), N VII: 125 cc/12 jam
sudut mulut tertarik ke kiri, N - Inj. Ranitidin 50
IX, X: uvula medial, N XII: mg/12 jam
lidah dijulurkan medial - KSR 2x600 mg
R.Fisiologis: B/T: ++/++,
KPR/APR: ++/++
R.Patologis: H/T: -/-, Babinski
(-)
Motorik: ESD/EID:
22222/22222. ESS/EIS:
55555/55555
Tanggal S O A P
25/2/19 Lemah lengan dan Sens: CM Hemiparese dextra - Bed rest
tungkai kanan TD: 140/80 mmHg + PN VII UMN - Head up 30º
HR: 90x/I, regular dextra ec Stroke - Kateter
RR: 22x/I, T: 37,5ºC Hemoragik terpasang
Peningkatan TIK: (-), R. - O2 2-4 L/I via
meningeal (-) NC
N II, III: RC pupil bulat isokor - IVFD Rsol
3mm/3mm, N III, IV, VI: 20gtt/I
gerakan bola mata (+), N V: - IVFD mannitol
buka tutup mulut (+), N VII: 125 cc/24 jam
sudut mulut tertarik ke kiri, N - Inj. Ranitidin 50
IX, X: uvula medial, N XII: mg/12 jam
lidah dijulurkan medial - KSR 2x600 mg
R.Fisiologis: B/T: ++/++,
KPR/APR: ++/++
R.Patologis: H/T: -/-, Babinski
(-)
Motorik: ESD/EID:
22222/22222. ESS/EIS:
55555/55555
Tanggal S O A P
26/2/19 Lemah lengan dan Sens: CM Hemiparese dextra - Bed rest
tungkai kanan TD: 110/75 mmHg + PN VII UMN - Head up 30º
HR: 80x/I, regular dextra ec Stroke - Kateter
RR: 18x/I, T: 36,5ºC Hemoragik terpasang
Peningkatan TIK: (-), R. - O2 2-4 L/I via
meningeal (-) NC
N II, III: RC pupil bulat isokor - IVFD Rsol
3mm/3mm, N III, IV, VI: 20gtt/I
gerakan bola mata (+), N V: - IVFD mannitol
buka tutup mulut (+), N VII: aff
sudut mulut tertarik ke kiri, N - Inj. Ranitidin 50
IX, X: uvula medial, N XII: mg/12 jam
lidah dijulurkan medial - KSR 2x600 mg
R.Fisiologis: B/T: ++/++,
KPR/APR: ++/++
R.Patologis: H/T: -/-, Babinski
(-)
Motorik: ESD/EID:
22222/22222. ESS/EIS:
55555/55555
Tanggal S O A P
27/2/19 Lemah lengan dan Sens: CM Hemiparese dextra - Bed rest
tungkai kanan TD: 142/92 mmHg + PN VII UMN - Head up 30º
HR: 88x/I, regular dextra ec Stroke - Kateter
RR: 20x/I, T: 36.8ºC Hemoragik terpasang
Peningkatan TIK: (-), R. - O2 2-4 L/I via
meningeal (-) NC
N II, III: RC pupil bulat isokor - IVFD Rsol
3mm/3mm, N III, IV, VI: 20gtt/I
gerakan bola mata (+), N V: - Inj. Ranitidin 50
buka tutup mulut (+), N VII: mg/12 jam
sudut mulut tertarik ke kiri, N - KSR 2x600 mg
IX, X: uvula medial, N XII:
lidah dijulurkan medial
R.Fisiologis: B/T: ++/++,
KPR/APR: ++/++
R.Patologis: H/T: -/-, Babinski
(-)
Motorik: ESD/EID:
22222/22222. ESS/EIS:
55555/55555
Tanggal S O A P
28/2/19 Lemah lengan dan Sens: CM Hemiparese dextra - Bed rest
tungkai kanan TD: 130/90 mmHg + PN VII UMN - Head up 30º
HR: 90x/I, regular dextra ec Stroke - Kateter
RR: 20x/I, T: 37ºC Hemoragik terpasang
Peningkatan TIK: (-), R. - O2 2-4 L/I via
meningeal (-) NC
N II, III: RC pupil bulat isokor - IVFD Rsol
3mm/3mm, N III, IV, VI: 20gtt/I
gerakan bola mata (+), N V: - Inj. Ranitidin 50
buka tutup mulut (+), N VII: mg/12 jam
sudut mulut tertarik ke kiri, N - KSR 2x600 mg
IX, X: uvula medial, N XII:
lidah dijulurkan medial
R.Fisiologis: B/T: ++/++,
KPR/APR: ++/++
R.Patologis: H/T: -/-, Babinski
(-)
Motorik: ESD/EID:
22222/22222. ESS/EIS:
55555/55555
BAB V
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
NO KASUS TEORI
1 Tn. K. 54 tahun didiagnosa dengan Hemiparese Stroke hemoragik diartikan sebagai sebuah gangguan
dextra + PN VII UMN dextra ec stroke Hemoragik fungsionak pada otak yang terjadi secara mendadak
dengan tanda dan gejala klinis baik local maupun global
yang berlangsung lebih dari 24 jam atau menibmulkan
kematian yang terjadi akibat rupture pembuluh darah baik
intraserebral maupun subarachnoid
2. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien Anamnesis bertujuan untuk mengetahui keadaan yang
didapati lemah lengan dan tungkai kanan dialami ± dapat mempengaruhi kondisi pasien misalnya memeriksa
13 jam SMRS secara tiba-tiba saat istirahat. faktor resiko seperti hipertensi atau penyakit keluarga.
Pemeriksaan fisik: sensorium: CM, TD: 165/90 Defisit neurologis yang disebabkan oleh stroke hemoragik
mmHg, HR: 88x/I, RR: 22x/i. T: 37C dapat berupa kelemahan anggggota gerak, wajah tidak
Defisit neurologis yang dijumpai pada pasien ini simetris, kesulitan bicara, dan lain lain. Pemeriksaan
adalah parese N VII tipe UMN dimana sudut mulut neurologi seperti pemeriksaan nervus kranialis, refleks
pasien tertarik ke kiri dan kekuatan motoric ESD; fisiologis, refleks patologis, kekuatan motorik dilakukan
22222/22222, ESS: 55555/55555, EID: untuk mengetahui daerah otak yang terlibat. Namun
22222/22222, EIS: 55555/55555 diagnosis pasti (Gold standart) untuk menegakkan
Dari hasil CT scan: didapati lesi hiperdens pada diagnose stroke adalah head ct scan, dimana akan
area nucleus subthalamikus kiri dijumpai lesi hiperden untuk stroke hemoragik dan lesi
hipodens untuk stroke iskemik
No KASUS TEORI
3. Terapi pada kasus ini adalah Penatalaksanaan stroke hemoragik akut meliputi
- Bedrest & head up 30º penatalaksanaan umum berupa stabilisasi pernapasan, jalan
- Kateter napas, dan pemantauan ketat hemodinamik.
- O2 2-4 L/I via nasal canule Penatalaksanaan khusus pada stroke hemoragik berupa bed
- IVFD Rsol 20gtt/I rest dan head up dengan tujuan sebagai manajemen TIK.
- IVFD Manitol 250 cc loading dose selanjutnya Lalu dilanjutkan dengan pemberian obat antihipertensi dan
125 cc/6 jam tap off diiuretik untuk menurunkan tekanan darah jika MAP diatas
- KSR 2x600mg 110 mmHg
PEMBAHASAN
■ Dari kasus tersebut, Tuan K mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kanan. Dari hasil
anamnesa terhadap pasien, dapat dikatakan bahwa gelaja yang dialami Tuan K merupakan
gejala yang diakibatkan oleh stroke hemoragik.

■ Defisit neurologis yang disebabkan oleh stroke hemoragik terdiri dari kelemahan anggota
badan, wajah tidak simetris, kesulitan bicara.
PEMBAHASAN
■ Pemeriksaan neurologi, seperti pemeriksaan nervus kranialis (terutama N.II dan N. III, IV
dan VI), reflex fisiologis, reflex patologis, kekuatan otot, dilakukan untuk mengetahui
kondisi nervus yang terlibat. Namun diagnosis pasti (gold standard) untuk pendarahan
adalah Head CT Scan dengan gambaran lesi hiperdense.

■ Penatalaksanaan stroke hemoragik akut meliputi penatalaksanaan umum berupa stabilisasi


pernapasan, jalan nafas, dan pemantauan ketat hemodinamik. Penatalaksaanaan khusus pada
stroke hemoragik dapat berupa bed rest dan head up 30 derajat dengan harapan dapat
menurunkan TIK. Lalu dilanjutkan dengan pemberian obat antihipertensi dan diuretik untuk
menurunkan tekanan darah.
BAB VI
KESIMPULAN
Tuan K, 54 tahun, dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dengan keluhan lemah tangan dan

tungkai kanan. Hal ini dialami pasien sejak ± 13 jam sebelum pasien masuk rumah sakit secara tiba-tiba saat

sedang istirahat. Riwayat nyeri kepala dijumpai sifat berdenyut pada seluruh lapangan kepala. Nyeri kepala tidak

hilang dengan obat pereda nyeri kepala. Riwayat muntah menyembur ditemui. Riwayat kejang tidak dijumpai.

Riwayat hipertensi dijumpai ± 1 tahun ini dengan pengobatan tidak teratur. Riwayat DM, penyakit jantung,

hiperkolestrolemia disangkal. Riwayat stroke sebelumnya disangkal. Riwayat merokok dijumpai 2 bungkus perhari

selama 20 tahun.

Pasien didiagnosa dengan Hemiparese dextra + PN VII UMN dextra ec Stroke Hemoragik dan diberi

penatalaksanaan sebagai berikut :


■ Bedrest + Headup 30o
■ Kateter
■ O2 2-4l/menit via nasal canule
■ IVFD RSOL 20 gtt/menit
■ IVF Manitol 250cc loading dose, selanjutnya 125cc/6 jam
■ Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
■ KSR 2x600 mg
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai