stroke non hemoragik ilustrasi tersumbatnya pembuluh darah otak pencetus stroke non
hemoragik Mengenal Penyakit Stroke non Hemoragik # Apa Gejala Stroke non Hemoragik
yang bisa kita amati? Gejala stroke non hemoragik ini dapat bervariasi pada seseorang yang
mengalaminya, tergantung pada lokasi arteri di bagian otak yang terpengaruh. Gejala tersebut
meliputi: Kelemahan pada bagain wajah secara tiba-tiba Kelemahan di lengan atau tungkai
secara tiba-tiba Kesemutan atau mati rasa pada wajah, lengan atau tungkai Kesulitan
berbicara atau memahami pembicaraan kehilangan penglihatan, penglihatan yang menjadi
kabur, atau gangguan lapangan penglihatan kehilangan koordinasi dan keseimbangan Sakit
kepala hebat tiba-tiba # Penyebab Terjadinya Stroke Non Hemoragik Ada dua kemungkinan
penyebab stroke non hemoragik. Penyebab paling umum adalah penyempitan arteri di leher
atau kepala yang disebabkan oleh meningkatnya deposit lemak yang melapisi dinding
pembuluh darah yang disebut dengan aterosklerosis. Jika arteri menjadi terlalu sempit, sel-sel
darah dapat terkumpul dan membentuk bekuan darah. Gumpalan darah ini kemudian akan
memblokir arteri di tempat mereka terbentuk (trombosis), atau dapat terlepas dan terjebak di
dalam arteri yang lebih dekat ke otak (emboli). Penyebab lain stroke non hemoragik adalah
bekuan darah di jantung, yang dapat terjadi sebagai akibat dari denyut jantung tidak teratur
(misalnya, fibrilasi atrium), serangan jantung, atau kelainan katup jantung yang terlepas
kemudian terjebak di dalam arteri yang lebih dekat ke otak (emboli) . Selain itu, ada beberapa
faktor risiko stroke non hemoragik, termasuk: Ras tertentu termasuk orang afro-amerika, dan
orang Asia/Pasifik Riwayat keluarga dengan stroke Usia yang lebih dari 55 tahun. Penyakit
tekanan darah tinggi Penyakit Fibrilasi Atrial. Penyakit jantung Penyakit arteri karotis atau
arteri lainnya. Penyakit arteri perifer. Penyakit anemia sel sabit (Sickle Cell Anemia).
Aterosklerosis. Penyakit kencing manis Obesitas # Patofisiologi Stroke Non Hemoragik
Ketika suatu trombosis terbentuk maka pembuluh arteri otak menjadi tersumbat oleh bekuan
darah. Trombosis ini kemudian menyebabkan aliran darah menuju otak menjadi terhambat.
Begitu pula dengan emboli, ketika bekuan darah yang terbentuk di tempat yang berjauhan
dari otak terlepas, dan terbawa dalam aliran darah sampai tersumbat pada suatu daerah
tertentu. Maka aliran darah menuju otak juga menjadi terhambat. Hal inilah yang kemudian
mengakibatkan jaringan dan sel otak menjadi iskemik dan akhirnya mengalami kematian.
Berdasarkan lokasi, penyumbatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyumbatan
pembuluh darah besar dan penyumbatan pembuluh darah kecil. Penyumbatan pembuluh
darah besar adalah penyumbatan yang mengenai arteri yang besar seperti arteri carotis dan
arteri cerebri media. Sementara penyumbatan pembuluh darah kecil adalah penyumbatan
pada arteri kecil yang masuk lebih dalam ke otak. # Penatalaksanaan Stroke Non Hemoragik
Jika Anda mengalami stroke, penting bagi anda untuk mendapatkan perawatan medis segera
karena dapat meminimalkan efek jangka panjang dari stroke dan mencegah kematian. Dokter
dapat menentukan bagian otak mana yang dipengaruhi dengan memperhatikan gejala yang
muncul. Dokter juga memerlukan berbagai tes pencitraan, seperti CT scan atau MRI untuk
mengetahui jenis stroke yang Anda alami. Secara umum penatalaksanaan stroke non
hemoragik meliputi 2 tahapan, yaitu: Terapi Darurat Satu-satunya penatalaksanaan yang
disetujui FDA untuk pengobatan stroke iskemik adalah aktivator plasminogen jaringan (tPA,
juga dikenal sebagai IV rtPA, yang diberikan melalui infus di lengan). tPA bekerja dengan
cara melarutkan bekuan darah dan meningkatkan aliran darah ke bagian otak yang
kekurangan aliran darah. Jika diberikan dalam waktu 3 jam (dan sampai 4,5 jam pada pasien
yang memenuhi syarat tertentu), tPA dapat meningkatkan kemungkinan pulih dari stroke.
Inilah alasan mengapa begitu penting untuk segera mengidentifikasi stroke.Pilihan
pengobatan lain adalah dengan melakukan prosedur endovascular yang disebut
thrombectomy mekanik. Dokter yang telah terlatih akan berusaha mengeluarkan bekuan
darah yang besar dengan menggunakan alat stent retriever pada pembuluh darah yang
tersumbat di otak. Prosedur ini harus dilakukan dalam waktu enam jam dari gejala stroke
akut, dan hanya setelah pasien mendapatkan tPA. Terapi Pemulihan Durasi pemulihan dan
rehabilitasi tergantung pada tingkat keparahan stroke. Berbagai jenis terapi dapat dilakukan
tergantung pada kebutuhan anda, diantaranya termasuk terapi fisik, terapi okupasi, atau terapi
wicara. Tujuan utama terapi adalah untuk mengembalikan sebanyak mungkin fungsi yang
terganggu.
Sumber: Stroke Non Hemoragik : Gejala, Penyebab, dan Pengobatan - Mediskus
Link: https://mediskus.com/stroke-non-hemoragik tgl. 06-01-2018
ASKEP STROKE HEMORAGIK & NON-
HEMORAGIK
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Stroke merupakan yaitu penyakit kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
supalai darah kebagian otak. Stroke disebakan oleh trombosis, embolisme serebral, iskemia,
dan hemoragi serebral. Penderita stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau
ruangan pada hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf. Karena, selain
menimbulkan beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya, stroke juga menjadi beban
bagi pemerintah dan perusahaan asuransi kesehatan.
Angka kejadian stroke dunia diperkirakan 200 per 100.000 penduduk, dalam setahun. Bila
ditinjau dari segi usia terjadi perubahan dimana stroke bukan hanya menyerang usia tua tapi
juga menyerang usia muda yang masih produktif. Mengingat kecacatan yang ditimbulkan
stroke permanen, sangatlah penting bagi usia muda untuk mengetahui informasi mengenai
penyakit stroke, sehingga mereka dapat melaksanakan pola gaya hidup sehat agar terhindar
dari penyakit stroke.
Di indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke,
dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau
berat. Saat ini stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan setelah penyakit
jantung dan kanker, sedangkan di indonesia stroke menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian di rumah sakit.
Berbagai fakta diatas menujukan, stroke masih merupakan masalah utama di bidang
neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah krusial ini diperlukan
strategi penangulangan stroke yang mencakup aspek preventif, terapi rehabilitasi, dan
promotif.
Keberadaan unit stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah menjadi
keharusan, terlebih bila melihatangka penderita stroke yang terus meningkat dari tahun ke
tahun di indonesia. Karena penanganan stroke yang cepat, tepat dan akurat akan
meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah penulis menyusun makalah
mengenai stroke yang menunjukan masih menjadi salah satu pemicu kematian tertinggi di
Indonesia.
B.TUJUAN
1. Umum
Agar mahasiswa mampu memahami konsep penyakit stroke serta asuhan keperawatan pasien
stroke
2. Khusus
a. Agar mahasiswa mampu konsep penyakit stroke
b. Agar mahasiswa mampu asuhan keperawatan pada pasien stroke
c. Agar mahasiswa mampu asuhan keperawatan kasus
C.METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini kami mengunakan metode deskriptif, yang diperoleh dari
literatur dari berbagai media, baik buku maupun internet yang di sajikan dalam bentuk
makalah.
D.SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika dalam penulisan makalah ini adalah:
BAB I
BAB II
BAB III :
: Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan, dan yang
terakhir Sistematika Penulisan.
Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep penyakit stroke, asuhan keperawatan pada pasien
stroke, dan asuhan keperawatan kasus
Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN TEORI
3. Klasifikasi
Klasifikasi stroke di bedakan menurut patologi dari serangan stroke meliputi. Dibawah ini
skema pembagian stroke menurut patologi serangan stroke
4. Manifestasi klinis
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, secara umum gejala tergantung pada besar
dan letak lesi di otak yang menyebabkan gejala dan tanda organ yang dipersarafi oleh bagian
tersebut, dan ukuran area yang perfusinya tidak adekuat. Fungsi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya. Jenis patologi (hemoragik atau non hemoragik) secara umum tidak
menyebabkan perbedaan dari tampilan gejala, kecuali bahwa pada jenis hemoragi seringkali
ditandai dengan nyeri kepala hebat, terutama terjadi saat bekerja. Beberapa perbedaan yang
terjadi pada strok hemisfer kiri dan kanan dapat dilihat dari tanda-tanda yang didapat dan
dengan pemeriksaan neurologis sederhana (Aru W Sudoyo,2009. hal 892-897). Perbedaan
tersebut dapat dilihat tabel dibawah ini.
Stroke hemisfer kiri Stroke hemisfer kanan
Paralisis tubuh kanan
Defek lapang pandang kanan
Afasia (ekpresif, reseptif atau global)
Perubahan kemampuan intelektual
Perilaku lambat dan kewaspadaan Paralisis tubuh kiri
Defek lapang pandang kiri
Defisit persepsi khusus
Peningkatan distraktibiillitas
Perilaku impulsif dan penilaian buruk
Kurang kesadaraan terhadap defisit
Tabel 2.3 perbedaan stroke hemisfer kiri dan kanan (Aru W Sudoyo,2009. hal 892-897)
Defisit neurologis yang sering terjadi antara lain (Brunner dan Suddarth, 2002. Hal 2130-
2144):
a. Kehilangan motorik
Stroke penyakit kehilangan motorik karena gangguan kontrol motor volunter pada salah satu
sisi tubuh dapat menunjukan kerusakaan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan
dari otak. Disfungsi motor paling umum adalah hemiparesis adalah kelemahan wajah, lengan
dan kaki pada sisi yang lain (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan) dan hemiplegia
adalah paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama (karena lesi pada hemisfer yang
berlawanan). Serta disfungsi motor yang lain adalah ataksia (berjalan tidak mantap, dan
tegak/tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar kaki pada sisi yang sama), disartria
(kesulitan dalam membentuk kata), dan disfagia (kesulitan menelan)
b. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak antara lain yang dipengaruhi stroke bahasa dan komunikasi. Disfungsi bahasa
dan komunikasi antara lain: disartria (kesulitan dalam membentuk kata, yang ditujukan
dengan bicara yang sulit dimengerti disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab
untuk menghasilkan bicara), disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara yang
terutama ekpresif atau represif.
c. Defisit lapang pandang
Defisit lapang pandang karena gangguan jarak sensori primer antara mata dan korteks visual.
Defisit lapang pandang pada stroke antara lain homonimus hemianopsia/kehilangan setengah
lapang penglihatan (tidak menyadari orang atau objek ditempat kehilangan penglihatan,
mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak), kehilangan penglihatan perifer
(kesulitan melihat pada malam hari,tidak menyadari objek) dan diplopia (penglihatan ganda)
d. Kehilangan sensori
Kehilangan sensori karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih
berat, dengan kehilangan propiosepsi (kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan
bagian tubuh) serta kesulitan dalam menginterprestasikan stimuli visual, taktil dan auditorius.
e. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
Bila kerusakan terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi
intelektual, fungsi ini kemungkinan juga terjadi kerusakan. Disfungsi ini ditujukan dalam
lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi yang
menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam program rehabilitasi. Depresi
umum terjadi karena respons alamiah pasien pasien terhadap penyakit.
Keterangan
Laki-laki :
Perempuan :
Sudah meninggal :
Pasien :
e. Data Biologis
1) Pola Nutrisi:
A : Antopometric measurement (pengukuran antopometri)
Klien memiliki berat badan 170 cm dengan berat badan 67 kg
B : Biomedical data (data biomedis)
Hasil laboraturium: Hb : 15 g/dl (14-18 g/dl), Ht : 45,3 % (40,7 %-50,3 %), Kreatinin : 0.68
mg/dl (0,5 – 1,5 mg/dl), ureum : 30 mg/dl (20 – 40 mg/dl)
C : Clinical sign (tanda-tanda klinis status nutrisi)
Klien mengatakan lesu dan lemah. Kulit klien lembut dan lembab. Konjungtiva anemis.
Rambut kusam dan kusut.
D : Dietary (diet)
Klien mengatakan sebelum sakit makan tiga kali sehari. sangat suka mengkonsumsi daging
sapi. Klien mengatakan saat sakit klien susah untuk menelan makanan tetapi klien makan
setengah piring klien mengatakan makan 3x sehari ingin sekali makan rendang sapi.
2) Pola Minum:
Sebelum sakit :
Klien mengatakan :
- klien minum air putih sekitar 8-10 gelas per hari
- klien tidak suka mengkonsumsi minuman keras (beralkhohol).
- klien hanya minum kopi setiap pagi sebelum pergi kesawah.
Saat sakit :
Klien mengatakan :
- klien hanya minum air putih sekitar 6-8 gelas per hari
3) Pola Eliminasi :
Sebelum sakit :
Klien mengatakan :
- klien BAB dan BAK nya tak menentu per harinya berapa kali.
- BAB nya tidak encer dan berwarna kuning.
- BAK nya bewarna kuning pekat dan tidak berbau.
Saat sakit :
Klien mengatakan :
- susah BAB, karna tidak bisa berjalan dan hanya di bantu perawat saat BAB diatas tempat
tidur.
- Karakteristik fesesnya tidak berubah, sama seperti saat sebelum sakit.
- BAK nya sering namun, kencingnya melalui urinal kateter.
4) Pola istirahat dan tidur :
Sebelum sakit :
Klien mengatakan pada malam tidur hanya sekitar 6-9 jam pada jam 21.00 – 05.00 wib dan
siang hari tidur 2-3 jam waktunya tidak menentu
Saat sakit :
Klien mengatakan :
- Klien mengatakan pada malam tidur hanya sekitar 6-9 jam waktu tidak menentu dan siang
hari tidur 3-4 jam waktunya tidak menentu
f. Pemeriksaan fisik
1) head to toe
a) keadaan umum :
klien tampak lemah dan sulit mengerakan tubuh
b) tingkat kesadaaran :
komposmentis E4M5V5 = 14
c) Vital Sign :
TD: 130/90 mmHg
Nadi: 70 x/mnt
RR: 20 x/mnt
Suhu: 36 oC
d) Kepala s/d leher
Klien konjungtiva anemi - , ikterik -, tidak mengunakan otot bantu napas, muka klien
asimetris
e) Thorax
Paru-paru : Rhonki -/-
Wheezing -/-
Jantung : klien tidak terdengar bunyi S3 dan S4 dan tidak terdengar mur-mur jantung
f) Abdomen
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Meteorismus : tidak ada
Bising usus : normal
g) Ekstremitas
Oedem : tidak ada
Akral : hangat
2) Syaraf kranial
a) N.I (olfactorius)
Klien dapat mencium bebauan yang diberikan (tidak ada kelainan pada fungsi penciuman)
b) N.II (opticus)
Klien dapat melihat dan membaca bacaan dekat dengan baik, klien dapat melihat dan
membaca snellen chart dengan baik lapang pandang 90o
c) N.III, IV, VI (oculomotorius, trochlearis, abducen)
- Kedudukan bola mata : tengah-tengah dan Ptosis -/-
- Pergerakan bola mata :
Ke nasal : +/+
Ke temporal : +/+
Ke atas : +/+
Ke bawah : +/+
- Pupil
Bentuk : bulat/bulat
Lebar : + 3 mm / + 3 mm
Reaksi cahaya langsung : +/+
d) N.V. (trigeminus)
- Cabang Motorik
Otot masseter : lemah
Otot temporal : lemah
- Cabang Sensorik
maxilaris : Normal
mandibularis : Normal
- Reflek kornea langsung : Normal
e) N.VII (Facialis)
- Waktu Diam
Kerutan dahi : simetris / asimetris
Tinggi alis : simetris / asimetris
Sudut mata : simetris / simetris
- Waktu Gerak
Mengerut dahi : simetris / lebih dangkal
Menutup mata : simetris / simetris
Bersiul : simetris / asimetris
Memperlihatkan gigi : simetris / asimetris
Tersenyum : simetris / asimetris
Mengembungkan pipi : simetris / asimetris
f) N.VIII (Vestibulocochlearis)
- Vestibulo
Rinne dan webber :Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
- Cochlearis
Romberg : Tidak dilakukan
g) N.IX dan X (Glosophoryngeys dan Vagus)
- Bagian Motorik
Suara : biasa
Menelan : sulit menelan
Kedudukan arcus pharynx : Normal
Kedudukan uvula : Normal
- Bagian Sensorik
Reflek muntah : +
Reflek palatum molle : Normal
h) N. XI (Accesorius)
Mengangkat bahu : Normal / lemah
Memalingkan kepala : Normal / lemah
i) N. XII (hypoglosus)
Kedudukan lidah waktu istirahat ke kiri, waktu gerak ke kiri, tidak terjadi atrofi otot lidah.
Kekuatan lidah menekan bagian dalam pipi N / N
3) Sistem Motorik
Gerakan : Kekuatan :
Bebas Terbatas 5 2
Bebas Terbatas 5 2
Tonus : Trophi :
Normal Hipotonus 5 2
Normal Hipotonus 5 2
4) Reflek-reflek
- Reflek Fisiologis
Jenis refleks Kanan Kiri
Refleks biseps Normal Meningkat
Refleks triseps Normal Meningkat
Refleks achiles Normal Meningkat
Refleks patela Normal Meningkat
- Reflek Patologis
Babinski : +
Chaddock : -
Oppenheim : -
Gordon : -
Gonda : -
Schaffer : -
5) Susunan saraf otonom
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Salivasi : Normal
Sekresi keringat : Normal
g. Data Psikososial :
1) Status emosi.
Klien tampak tenang selama sakit dan selalu ditemani keluarga
2) Konsep diri.
klien mengatakan bangga sebagai kepala keluarga, klien mengatakan tidak malu dengan
keadaanya sekarang karena selalu dijengguk ddan dimotivasi oleh keluarga
3) Gaya komunikasi
Klien berbicara pelo, kurang jelas dengan intonasi yang sedang
4) Pola interaksi
Klien dapat berinteraksi dengan baik dengan perawat dan keluarga selama sakit
h. Data Sosial :
1) Pendidikan pendidikan terakhir klien SMP
2) Hubungan sosial
klien mengatakan sebelum sakit aktif dalam kegiatan masyarakat dan saat sakit klien pernah
dijengguk dan dimotivasi oleh masyarakat
3) Sosiokultural
Klien tidak memiliki kebudayaan pada sakit yang bertentangan dengan kesehatan.
4) Gaya hidup
Klien mengatakan tidak minum-minuman keras
klien merokok 2 bungkus rokok saat sakit setiap hari dan minum kopi 1 gelas setiap pagi
i. Data Spiritual :
Sebelum: klien mengatakan sering sholat 5 waktu dan mengikuti pengajian setiap minggu
Saat sakit: klien mengatakan sulit beribadah tetapi klien mencoba untuk selalu sholat, klien
dan keluarga mengkaji tiap malam
j. Data Penunjang :
Cholesterol : 211 mg/dl
Trigliserida : 100 mg/dl
Cholesterol LDL : 157 mg/dl
Cholesterol HDL : 34 mg / dl
BUN : 9 mg/dl
Kreatinin : 0.68 mg/dl
SGOT : 25 u/l
SGPT : 16 u/l
3. Analisa data
No Data senjang Etiologi Problem
1 DS:
klien mengatakan sulit mengerakan badan, tangan dan kaki bagian kiri
Klien mengatakan sulit untuk berdiri dan perlu dibantu perawat dan keluarga
DO:
Klien tampak lemah, tingkat kesadaran komposmentis
Kekuatan otot dan gerakan:
4. Rencana keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Implementasi Rasional
1 Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular pada
ekstermitas ditandai dengan
DS:
klien mengatakan sulit mengerakan badan, tangan dan kaki bagian kiri
Klien mengatakan sulit untuk berdiri dan perlu dibantu perawat dan keluarga
DO:
Klien tampak lemah, tingkat kesadaran komposmentis
Kekuatan otot dan gerakan:
klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya. Setelah
dilakukan tindakan selama 3x 24 jam dengan kriteria hasil:
- klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontarktur sendi
- meningkatnya kekuatan otot
- klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas. - Kaji mobilitas yang ada
dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.
- Ubah posisi klien setiap 2 jam.
- Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang tidak sakit.
- Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.
- Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
- Menurunkan risiko luka tekan.
- Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot
- Untuk memelihara fleksibilitasi sendi sesuai kemampuan
2 Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular ditandai
dengan:
DS:
Klien mengatakan semua aktivitas sehari-hari dibantu perawat dan keluarga
Klien mengatakan sulit mengerakan tubuh sehingga menganggu ADL nya
DO:
klien tampak lemah dan lesu
klien tampak menggaruk tubuhnya dan kulit klien tampak kemerahan
klien mengatakan baru mandi satu kali selama dirawat di RS
Klien susah memenuhi ADL nya sendiri sehingga sering di bantu keluarga terjadi
peningkatan perilaku dalam perawatan diri klien, setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x24 jam dengan kriteria hasil:
- klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan
- mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.
- Klien tidak lemah dalam memenuhi ADLnya - Kaji kemampuan dan tingkat
penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL.
- Beri kesempatan untuk menolong diri
- Kaji kemampuan komunikasi untuk BAB. Kemampuan menggunakan urinal, pispot.
Antarkan ke kamar mandi
- Indentifikasi kebiasaan BAB, anjurkan minum dan meningkatkan
aktivitas - Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan
individual.
- Mengurangi ketergantungan.
- Ketidakmampuan berkomunikasi dengan perawat dapat menimbulkan masalah
pengosongan kandung kemih oleh karena masalah neurogenik.
- Meningkatkan latihan dan menolong mencegah konstipasi
3 Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kehilangan kontrol tonus otot
fasial atau oral ditandai dengan:
DS:
Klien mengatakan sulit berbicara dengan perawat dan keluarga
DO:
Klien berbicara pelo, kurang jelas dengan intonasi yang sedang
Otot masseter klien lemah dan otot temporal klien lemah
Kedudukan lidah sebelum dan sesudah digerakan ke kanan klien dapat menunjukkan
pengertian terhadap masalah komunikasi, mampu mengepresikan perasaannya. Setelah
dilakukan keperawatan selama 2x24 jam dengan kriteria hasil:
- terciptanya suatu komunikasi di mana kebutuhan klien dapat di penuhi
- klien mampu merespons setiap berkomunikasi secara verbal maupun
isyarat. - Lakukan metode percakapan yang baik dan lengkap, beri kesempatan klien
untuk mengklarifikasi.
- Pilih metode komunikasi alternatif misalnya menulis pada papan tulis, Bicarakan topik-
topik tentang keluarga, pekerjaan, dan hobi.
- Lakukan terapi berbicara secara bertahap sesuai tingkat komunikasi klien - Klien
dapat kehilangan kemampuan untuk memantau ucapannya.
- Memberikan komunikasi dasar sesuai dengan situasi individu.
- Meningkatkan pengertian percakapan dan kesempatan untuk berkomunikasi
- Agar klien dapat mempraktikan keterampilan praktis dalam berkomunikasi
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
B. Kesimpulan
Di indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke,
dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau
berat. Saat ini stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan setelah penyakit
jantung dan kanker, sedangkan di indonesia stroke menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian di rumah sakit. Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah kebagian otak.Penyebabnya adalah trombosis, embolisme
serebral, iskemia dan hemoragi serebral. Stroke dapat mengakibatkan banyak kerugian dari
penderita dan keluarga. Bahkan penyakit ini dapat mengakibatkan kematian. Penangganan
pada klien yang menderita stroke haruslah cepat, tepat dan akurat untuk meminimalkan
kecacatan yang diakibatkan.
C. Saran
Saran yang disampaikan adalah agar mahasiswa lebih memahami konsep penyakit stroke dan
asuhan keperawatan pada klien dengan stroke serta mendalami penangganan pasien dengan
stroke
Daftar Pustaka
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta. Interna
Publishing.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Doengoes, Marlyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien: Jakata. Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2, Jakarta: Media
Aesculapius.
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
2.Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar (termasuk sistem
arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior).
Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri serebral
utamanya pada daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat
menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan
trombus aterosklerosis (ulserasi plak), dan perlengketan platelet.(4)
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel, defisiensi protein
C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat
gangguan migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat
menyebabkan terjadinya stroke trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik,
arteritis).(4)
3.Patofisiologi
Infark iskemik serebri, sangat erat hubungannya aterosklerosis (terbentuknya ateroma) dan
arteriolosklerosis. (1,6)
I.DIAGNOSIS
1.Gambaran Klinis
a.Anamnesis
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit neurologi akut (baik
fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran. Tidak terdapat tanda atau gejala
yang dapat membedakan stroke hemoragik dan non hemoragik meskipun gejalah seperti mual
muntah, sakit kepala dan perubahan tingkat kesadaran lebih sering terjadi pada stroke
hemoragik. Beberapa gejalah umum yang terjadi pada stroke meliputi hemiparese,
monoparese, atau qudriparese, hilangnya penglihatan monokuler atau binokuler, diplopia,
disartria, ataksia, vertigo, afasia, atau penurunan kesadaran tiba-tiba. Meskipun gejala-gejala
tersebut dapat muncul sendiri namun umumnya muncul secara bersamaan. Penentuan waktu
terjadinya gejala-gejala tersebut juga penting untuk menentukan perlu tidaknya pemberian
terapi trombolitik. Beberapa faktor dapat mengganggu dalam mencari gejalah atau onset
stroke seperti:
1) Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak didapatkan hingga pasien
bangun (wake up stroke).
2) Stroke mengakibatkan seseorang sangat tidak mampu untuk mencari pertolongan.
3) Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke.
4) Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke seperti kejang, infeksi
sistemik, tumor serebral, subdural hematom, ensefalitis, dan hiponatremia.(4)
b.Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk mendeteksi penyebab stroke ekstrakranial,
memisahkan stroke dengan kelainan lain yang menyerupai stroke, dan menentukan beratnya
defisit neurologi yang dialami. Pemeriksaan fisik harus mencakup pemeriksaaan kepala dan
leher untuk mencari tanda trauma, infeksi, dan iritasi menings. Pemeriksaan terhadap faktor
kardiovaskuler penyebab stroke membutuhkan pemeriksaan fundus okuler (retinopati,
emboli, perdarahan), jantung (ritmik ireguler, bising), dan vaskuler perifer (palpasi arteri
karotis, radial, dan femoralis). Pasien dengan gangguan kesadaran harus dipastikan mampu
untuk menjaga jalan napasnya sendiri.(4)
c.Pemeriksaan Neurologi
Tujuan pemeriksaan neurologi adalah untuk mengidentifikasi gejalah stroke, memisahkan
stroke dengan kelainan lain yang memiliki gejalah seperti stroke, dan menyediakan informasi
neurologi untuk mengetahui keberhasilan terapi. Komponen penting dalam pemeriksaan
neurologi mencakup pemeriksaan status mental dan tingkat kesadaran, pemeriksaan nervus
kranial, fungsi motorik dan sensorik, fungsi serebral, gait, dan refleks tendon profunda.
Tengkorak dan tulang belakang pun harus diperiksa dan tanda-tanda meningimus pun harus
dicari. Adanya kelemahan otot wajah pada stroke harus dibedakan dengan Bell’s palsy di
mana pada Bell’s palsy biasanya ditemukan pasien yang tidak mampu mengangkat alis atau
mengerutkan dahinya.(4,7)
Gejala-gejala neurologi yang timbul biasanya bergantung pada arteri yang tersumbat.
1) Arteri serebri media (MCA)
Gejala-gejalanya antara lain hemiparese kontralateral, hipestesi kontralateral, hemianopsia
ipsilateral, agnosia, afasia, dan disfagia. Karena MCA memperdarahi motorik ekstremitas
atas maka kelemahan tungkai atas dan wajah biasanya lebih berat daripada tungkai
bawah.(4,8)
2)Arteri serebri anterior
Umumnya menyerang lobus frontalis sehingga menyebabkan gangguan bicara, timbulnya
refleks primitive (grasping dan sucking reflex), penurunan tingkat kesadaran, kelemahan
kontralateral (tungkai bawah lebih berat dari pada tungkai atas), defisit sensorik kontralateral,
demensia, dan inkontinensia uri.(4,8)
3)Arteri serebri posterior
Menimbulkan gejalah seperti hemianopsia homonymous kontralateral, kebutaan kortikal,
agnosia visual, penurunan tingkat kesadaran, hemiparese kontralateral, gangguan
memori.(4,8)
4)Arteri vertebrobasiler (sirkulasi posterior)
Umumnya sulit dideteksi karena menyebabkan deficit nervus kranialis, serebellar, batang
otak yang luas. Gejalah yang timbul antara lain vertigo, nistagmus, diplopia, sinkop, ataksia,
peningkatan refleks tendon, tanda Babynski bilateral, tanda serebellar, disfagia, disatria, dan
rasa tebal pada wajah. Tanda khas pada stroke jenis ini adalah temuan klinis yang saling
berseberangan (defisit nervus kranialis ipsilateral dan deficit motorik kontralateral).(4,8)
5)Arteri karotis interna (sirkulasi anterior)
Gejala yang ada umumnya unilateral. Lokasi lesi yang paling sering adalah bifurkasio arteri
karotis komunis menjadi arteri karotis interna dan eksterna. Adapun cabang-cabang dari arteri
karotis interna adalah arteri oftalmika (manifestasinya adalah buta satu mata yang episodik
biasa disebut amaurosis fugaks), komunikans posterior, karoidea anterior, serebri anterior dan
media sehingga gejala pada oklusi arteri serebri anterior dan media pun dapat timbul.(4,8)
6)Lakunar stroke
Lakunar stroke timbul akibat adanya oklusi pada arteri perforans kecil di daerah subkortikal
profunda otak. Diameter infark biasanya 2-20 mm. Gejala yang timbul adalah hemiparese
motorik saja, sensorik saja, atau ataksia. Stroke jenis ini biasanya terjadi pada pasien dengan
penyakit pembuluh darah kecil seperti diabetes dan hipertensi.(4)
2.Gambaran Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin diperlukan sebagai dasar pembelajaran dan mungkin pula
menunjukkan faktor resiko stroke seperti polisitemia, trombositosis, trombositopenia, dan
leukemia). Pemeriksaan ini pun dapat menunjukkan kemungkinan penyakit yang sedang
diderita saat ini seperti anemia.(9)
Pemeriksaan kimia darah dilakukan untuk mengeliminasi kelainan yang memiliki gejalah
seperti stoke (hipoglikemia, hiponatremia) atau dapat pula menunjukka penyakit yang
diderita pasien saat ini (diabetes, gangguan ginjal).(9)
Pemeriksaan koagulasi dapat menunjukkan kemungkinan koagulopati pada pasien. Selain itu,
pemeriksaan ini juga berguna jika digunakan terapi trombolitik dan antikoagulan.(9)
Biomarker jantung juga penting karena eratnya hubungan antara stroke dengan penyakit
jantung koroner. Penelitian lain juga mengindikasikan adanya hubungan anatara peningkatan
enzim jantung dengan hasih yang buruk dari stroke.(9)
3.Gambaran Radiologi
a. CT scan kepala non kontras
Modalitas ini baik digunakan untuk membedakan stroke hemoragik dan stroke non
hemoragik secara tepat kerena pasien stroke non hemoragik memerlukan pemberian
trombolitik sesegera mungkin. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan
distribusi anatomi dari stroke dan mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan lain yang
gejalahnya mirip dengan stroke (hematoma, neoplasma, abses).(4)
Adanya perubahan hasil CT scan pada infark serebri akut harus dipahami. Setelah 6-12 jam
setelah stroke terbentuk daerah hipodense regional yang menandakan terjadinya edema di
otak. Jika setelah 3 jam terdapat daerah hipodense yang luas di otak maka diperlukan
pertimbangan ulang mengenai waktu terjadinya stroke. Tanda lain terjadinya stroke non
hemoragik adalah adanya insular ribbon sign, hiperdense MCA (oklusi MCA), asimetris
sulkus, dan hilangnya perberdaan gray-white matter.(4,10)
b. CT perfussion
Modalitas ini merupakan modalitas baru yang berguna untuk mengidentifikasi daerah awal
terjadinya iskemik. Dengan melanjutkan pemeriksaan scan setelah kontras, perfusi dari
region otak dapat diukur. Adanya hipoatenuasi menunjukkan terjadinya iskemik di daerah
tersebut.(4,17)
c. CT angiografi (CTA)
Pemeriksaan CT scan non kontras dapat dilanjutkan dengan CT angiografi (CTA).
Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi defek pengisian arteri serebral yang menunjukkan
lesi spesifik dari pembuluh darah penyebab stroke. Selain itu, CTA juga dapat
memperkirakan jumlah perfusi karena daerah yang mengalami hipoperfusi memberikan
gambaran hipodense.(4)
d. MR angiografi (MRA)
MRA juga terbukti dapat mengidentifikasi lesi vaskuler dan oklusi lebih awal pada stroke
akut. Sayangnya, pemerikasaan ini dan pemeriksaan MRI lainnya memerlukan biaya yang
tidak sedikit serta waktu pemeriksaan yang agak panjang.(4,10)
Protokol MRI memiliki banyak kegunaan untuk pada stroke akut. MR T1 dan T2 standar
dapat dikombinasikan dengan protokol lain seperti diffusion-weighted imaging (DWI) dan
perfussion-weighted imaging (PWI) untuk meningkatkan sensitivitas agar dapat mendeteksi
stroke non hemoragik akut. DWI dapat mendeteksi iskemik lebih cepat daripada CT scan dan
MRI. Selain itu, DWI juga dapat mendeteksi iskemik pada daerah kecil. PWI dapat mengukur
langsung perfusi daerah di otak dengan cara yang serupa dengan CT perfusion. Kontras
dimasukkan dan beberapa gambar dinilai dari waktu ke waktu serta dibandingkan.(4)
J. PENATALAKSANAAN
Target managemen stroke non hemoragik akut adalah untuk menstabilkan pasien dan
menyelesaikan evaluasi dan pemeriksaan termasuk diantaranya pencitraan dan pemeriksaan
laboratorium dalam jangka waktu 60 menit setelah pasien tiba. Keputusan penting pada
manajemen akut ini mencakup perlu tidaknya intubasi, pengontrolan tekanan darah, dan
menentukan resiko atau keuntungan dari pemberian terapi trombolitik.(6,12)
1.Penatalaksanaan Umum
a. Airway and breathing
Pasien dengan GCS ≤ 8 atau memiliki jalan napas yang tidak adekuat atau paten memerlukan
intubasi. Jika terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (TIK) maka pemberian
induksi dilakukan untuk mencegah efek samping dari intubasi. Pada kasus dimana
kemungkinan terjadinya herniasi otak besar maka target pCO2 arteri adalah 32-36 mmHg.
Dapat pula diberikan manitol intravena untuk mengurangi edema serebri. Pasien harus
mendapatkan bantuan oksigen jika pulse oxymetri atau pemeriksaan analisa gas darah
menunjukkan terjadinya hipoksia. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hipoksia pada
stroke non hemoragik adalah adanya obstruksi jalan napas parsial, hipoventilasi, atelektasis
ataupun GERD.(11,12,13,14)
b. Circulation
Pasien dengan stroke non hemoragik akut membutuhkan terapi intravena dan pengawasan
jantung. Pasien dengan stroke akut berisiko tinggi mengalami aritmia jantung dan
peningkatan biomarker jantung. Sebaliknya, atrial fibrilasi juga dapat menyebabkan
terjadinya stroke.(11,12,13,14)
c.Pengontrolan gula darah
Beberapa data menunjukkan bahwa hiperglikemia berat terkait dengan prognosis yang kurang
baik dan menghambat reperfusi pada trombolisis. Pasien dengan normoglokemik tidak boleh
diberikan cairan intravena yang mengandung glukosa dalam jumlah besar karena dapat
menyebabkan hiperglikemia dan memicu iskemik serebral eksaserbasi. Pengontrolan gula
darah harus dilakukan secara ketat dengan pemberian insulin. Target gula darah yang harus
dicapai adalah 90-140 mg/dl. Pengawasan terhadap gula darah ini harus dilanjutkan hingga
pasien pulang untuk mengantisipasi terjadinya hipoglikemi akibat pemberian
insulin.(11,12,13,14)
d.Posisi kepala pasien
Penelitian telah membuktikan bahwa tekanan perfusi serebral lebih maksimal jika pasien
dalam pasien supinasi. Sayangnya, berbaring telentang dapat menyebabkan peningkatan
tekanan intrakranial padahal hal tersebut tidak dianjurkan pada kasus stroke. Oleh karena itu,
pasien stroke diposisikan telentang dengan kepala ditinggikan sekitar 30-45
derajat.(11,12,13,14)
e.Pengontrolan tekanan darah
Pada keadaan dimana aliran darah kurang seperti pada stroke atau peningkatan TIK,
pembuluh darah otak tidak memiliki kemampuan vasoregulator sehingga hanya bergantung
pada maen arterial pressure (MAP) dan cardiac output (CO) untuk mempertahankan aliran
darah otak. Oleh karena itu, usaha agresif untuk menurunkan tekanan darah dapat berakibat
turunnya tekanan perfusi yang nantinya akan semakin memperberat iskemik. Di sisi lain
didapatkan bahwa pemberian terapi anti hipertensi diperlukan jika pasien memiliki tekanan
darah yang ekstrim (sistole lebih dari 220 mmHg dan diastole lebih dari 120 mmHg) atau
pasien direncanakan untuk mendapatkan terapi trombolitik.(11,12,13,14)
Adapun langkah-langkah pengontrolan tekanan darah pada pasien stroke non hemoragik
adalah sebagai berikut. Jika pasien tidak direncanakan untuk mendapatkan terapi trombolitik,
tekanan darah sistolik kurang dari 220 mmHg, dan tekanan darah diastolik kurang dari 120
mmHg tanpa adanya gangguan organ end-diastolic maka tekanan darah harus diawasi (tanpa
adanya intervensi) dan gejala stroke serta komplikasinya harus ditangani.(11,12,13,14)
Untuk pasien dengan TD sistolik di atas 220 mmHg atau diastolik antara 120-140 mmHg
maka pasien dapat diberikan labetolol (10-20 mmHg IV selama 1-2 menit jika tidak ada
kontraindikasi. Dosis dapat ditingkatkan atau diulang setiap 10 menit hingga mencapai dosis
maksiamal 300 mg. Sebagai alternatif dapat diberikan nicardipine (5 mg/jam IV infus awal)
yang dititrasi hingga mencapai efek yang diinginkan dengan menambahkan 2,5 mg/jam setiap
5 menit hingga mencapai dosis maksimal 15 mg/jam. Pilihan terakhir dapat diberikan
nitroprusside 0,5 mcg/kgBB/menit/IV via syringe pump. Target pencapaian terapi ini adalah
nilai tekanan darah berkurang 10-15 persen.(11,12,13,14)
Pada pasien yang akan mendapatkan terapi trombolitik, TD sistolik lebih 185 mmHg, dan
diastolik lebih dari 110 mmHg maka dibutuhkan antihipertensi. Pengawasan dan
pengontrolan tekanan darah selama dan setelah pemberian trombolitik agar tidak terjadi
komplikasi perdarahan. Preparat antihipertensi yang dapat diberikan adalah labetolol (10-20
mmHg/IV selama 1-2 menit dapat diulang satu kali). Alternatif obat yang dapat digunakan
adalah nicardipine infuse 5 mg/jam yang dititrasi hingga dosis maksimal 15
mg/jam.(11,12,13,14)
Pengawasan terhadap tekanan darah adalah penting. Tekanan darah harus diperiksa setiap 15
menit selama 2 jam pertama, setiap 30 menit selama 6 jam berikutnya, dan setiap jam selama
16 jam terakhir. Target terapi adalah tekanan darah berkurang 10-15 persen dari nilai awal.
Untuk mengontrol tekanan darah selama opname maka agen berikut dapat
diberikan.(11,12,13,14)
1.TD sistolik 180-230 mmHg dan diastolik 105-120 mmHg maka dapat diberikan labetolol
10 mg IV selama 1-2 menit yang dapat diulang selama 10-20 menit hingga maksimal 300 mg
atau jika diberikan lewat infuse hingga 2-8 mg/menit.
2.TD sistolik lebih dari 230 mmHg atau diastolik 121-140 mmHg dapat diberikan labetolol
dengan dosis diatas atau nicardipine infuse 5 mg/jam hingga dosis maksimal 15mg/jam.
3.Penggunaan nifedipin sublingual untuk mengurangi TD dihindari karena dapat
menyebabkan hipotensi ekstrim.
f.Pengontrolan demam
Antipiretik diindikasikan pada pasien stroke yang mengalami demam karena hipertermia
(utamanya pada 12-24 jam setelah onset) dapat menyebabkan trauma neuronal iskemik.
Sebuah penelitian eksprimen menunjukkan bahwa hipotermia otak ringan dapat berfungsi
sebagai neuroprotektor.(11,12,13,14)
g.Pengontrolan edema serebri
Edema serebri terjadi pada 15 persen pasien dengan stroke non hemoragik dan mencapai
puncak keparahan 72-96 jam setelah onset stroke. Hiperventilasi dan pemberian manitol rutin
digunakan untuk mengurangi tekanan intrakranial dengan cepat.(11,12,13,14)
h.Pengontrolan kejang
Kejang terjadi pada 2-23 persen pasien dalam 24 jam pertama setelah onset. Meskipun
profilaksis kejang tidak diindikasikan, pencegahan terhadap sekuel kejang dengan
menggunakan preparat antiepileptik tetap direkomendasikan.(11,12,13,14)
2.Penatalaksanaan Khusus
a.Terapi Trombolitik
Tissue plaminogen activator (recombinant t-PA) yang diberikan secara intravena akan
mengubah plasminogen menjadi plasmin yaitu enzim proteolitik yang mampu menghidrolisa
fibrin, fibrinogen dan protein pembekuan lainnya.(15)
Pada penelitian NINDS (National Institute of Neurological Disorders and Stroke) di Amerika
Serikat, rt-PA diberikan dalam waktu tidak lebih dari 3 jam setelah onset stroke, dalam dosis
0,9 mg/kg (maksimal 90 mg) dan 10% dari dosis tersebut diberikan secara bolus IV sedang
sisanya diberikan dalam tempo 1 jam. Tiga bulan setelah pemberian rt-PA didapati pasien
tidak mengalami cacat atau hanya minimal. Efek samping dari rt-PA ini adalah perdarahan
intraserebral, yang diperkirakan sekitar 6%. Penggunaan rt-PA di Amerika Serikat telah
mendapat pengakuan FDA pada tahun 1996.(15)
Tetapi pada penelitian random dari European Coorperative Acute Stroke Study (ECASS)
pada 620 pasien dengan dosis t-PA 1,1 mg/kg (maksimal 100 mg) diberikan secara IV dalam
waktu tidak lebih dari 6 jam setelah onset. Memperlihatkan adanya perbaikan fungsi
neurologik tapi secara keseluruhan hasil dari penelitian ini dinyatakan kurang
menguntungkan. Tetapi pada penelitian kedua (ECASS II) pada 800 pasien menggunakan
dosis 0,9 mg/kg diberikan dalam waktu tidak lebih dari 6 jam sesudah onset. Hasilnya lebih
sedikit pasien yang meninggal atau cacat dengan pemberian rt-PA dan perdarahan
intraserebral dijumpai sebesar 8,8%. Tetapi rt-PA belum mendapat ijin untuk digunakan di
Eropa.(15)
Kontroversi mengenai manfaat rt-PA masih berlanjut, JM Mardlaw dkk mengatakan bahwa
terapi trombolisis perlu penelitian random dalam skala besar sebab resikonya sangat besar
sedang manfaatnya kurang jelas. Lagi pula jendela waktu untuk terapi tersebut masih kurang
jelas dan secara objektif belum terbukti rt-PA lebih aman dari streptokinase. Sedang
penelitian dari The Multicenter Acute Stroke Trial-Europe Study Group (MAST-E) dengan
menggunakan streptokinase 1,5 juta unit dalam waktu satu jam. Jendela waktu 6 jam setelah
onset, ternyata meningkatkan mortalitas. Sehingga penggunaan streptokinase untuk stroke
iskemik akut tidak dianjurkan.(15)
b.Antikoagulan
Warfarin dan heparin sering digunakan pada TIA dan stroke yang mengancam. Suatu fakta
yang jelas adalah antikoagulan tidak banyak artinya bilamana stroke telah terjadi, baik
apakah stroke itu berupa infark lakuner atau infark massif dengan hemiplegia. Keadaan yang
memerlukan penggunaan heparin adalah trombosis arteri basilaris, trombosis arteri karotisdan
infark serebral akibat kardioemboli. Pada keadaan yang terakhir ini perlu diwaspadai
terjadinya perdarahan intraserebral karena pemberian heparin tersebut.(15)
1)Warfarin
Segera diabsorpsi dari gastrointestinal. Terkait dengan protein plasma. Waktu paro plasma:
44 jam. Dimetabolisir di hati, ekskresi: lewat urin. Dosis: 40 mg (loading dose), diikuti
setelah 48 jam dengan 3-10 mg/hari, tergantung PT. Reaksi yang merugikan: hemoragi,
terutama ren dan gastrointestinal.(16)
2)Heparin
Merupakan acidic mucopolysaccharide, sangat terionisir. Normal terdapat pada mast cells.
Cepat bereaksi dengan protein plasma yang terlibat dalam proses pembekuan darah. Heparin
mempunyai efek vasodilatasi ringan. Heparin melepas lipoprotein lipase. Dimetabolisir di
hati, ekskresi lewat urin. Wakto paro plasma: 50-150 menit. Diberikan tiap 4-6 jam atau infus
kontinu. Dosis biasa: 500 mg (50.000 unit) per hari. Bolus initial 50 mg diikuti infus 250 mg
dalam 1 liter garam fisiologis atau glukose. Dosis disesuaikan dengan Whole Blood Clotting
Time. Nilai normal: 5-7 menit, dan level terapetik heparin: memanjang sampai 15 menit.
Reaksi yang merugikan: hemoragi, alopesia, osteoporosis dan diare. Kontraindikasi: sesuai
dengan antikoagulan oral. Apabila pemberian obat dihentikan segala sesuatunya dapat
kembali normal. Akan tetapi kemungkinan perlu diberi protamine sulphute dengan
intravenous lambat untuk menetralisir. Dalam setengah jam pertama, 1 mg protamin
diperlukan untuk tiap 1 mg heparin (100 unit).(16)
c.Hemoreologi
Pada stroke iskemik terjadi perubahan hemoreologi yaitu peningkatan hematokrit,
berkurangnya fleksibilitas eritrosit, aktivitas trombosit, peningkatan kadar fibrinogen dan
aggregasi abnormal eritrosit, keadaan ini menimbulkan gangguan pada aliran darah.
Pentoxyfilline merupakan obat yang mempengaruhi hemoreologi yaitu memperbaiki
mikrosirkulasi dan oksigenasi jaringan dengan cara: meningkatkan fleksibilitas eritrosit,
menghambat aggregasi trombosit dan menurunkan kadar fibrinogen plasma. Dengan
demikian eritrosit akan mengurangi viskositas darah. Pentoxyfilline diberikan dalam dosis
16/kg/hari, maksimum 1200 mg/hari dalam jendela waktu 12 jam sesudah onset.(15)
d.Antiplatelet (Antiaggregasi Trombosit)
1)Aspirin
Obat ini menghambat sklooksigenase, dengan cara menurunkan sintesis atau mengurangi
lepasnya senyawa yang mendorong adhesi seperti thromboxane A2. Aspirin merupakan obat
pilihan untuk pencegahan stroke. Dosis yang dipakai bermacam-macam, mulai dari 50
mg/hari, 80 mg/hari samapi 1.300 mg/hari. Obat ini sering dikombinasikan dengan
dipiridamol. Suatu penelitian di Eropa (ESPE) memakai dosis aspirin 975 mg/hari
dikombinasi dengan dipiridamol 225 mg/hari dengan hasil yang efikasius.(16)
Dosis lain yang diakui efektif ialah: 625 mg 2 kali sehari. Aspirin harus diminum terus,
kecuali bila terjadi reaksi yang merugikan. Konsentrasi puncak tercapai 2 jam sesudah
diminum. Cepat diabsorpsi, konsentrasi di otak rendah. Hidrolise ke asam salisilat terjadi
cepat, tetapi tetap aktif. Ikatan protein plasma: 50-80 persen. Waktu paro (half time) plasma:
4 jam. Metabolisme secara konjugasi (dengan glucuronic acid dan glycine). Ekskresi lewat
urine, tergantung pH. Sekitar 85 persen dari obat yang diberikan dibuang lewat urin pada
suasana alkalis. Reaksi yang merugikan: nyeri epigastrik, muntah, perdarahan,
hipoprotrombinemia dan diduga: sindrom Reye.(16)
Alasan mereka yang tidak menggunakan dosis rendah aspirin antara lain adalah kemungkinan
terjadi “resistensi aspirin” pada dosis rendah. Hal ini memungkinkan platelet untuk
menghasilkan 12-hydroxy-eicosatetraenoic acid, hasil samping kreasi asam arakhidonat
intraplatelet (lipid – oksigenase). Sintesis senyawa ini tidak dipengaruhi oleh dosis rendah
aspirin, walaupun penghambatan pada tromboksan A2 terjadi dengan dosis rendah
aspirin.(16)
Aspirin mengurangi agregasi platelet dosis aspirin 300-600 mg (belakangan ada yang
memakai 150 mg) mampu secara permanen merusak pembentukan agregasi platelet. Sayang
ada yang mendapatkan bukti bahwa aspirin tidak efektif untuk wanita.(16)
2)Tiklopidin (ticlopidine) dan klopidogrel (clopidogrel)
Pasien yang tidak tahan aspirin atau gagal dengan terapi aspirin, dapat menggunakan
tiklopidin atau clopidogrel. Obat ini bereaksi dengan mencegah aktivasi platelet, agregasi,
dan melepaskan granul platelet, mengganggu fungsi membran platelet dengan penghambatan
ikatan fibrinogen-platelet yang diperantarai oleh ADP dan antraksi platelet-platelet. Menurut
suatu studi, angka fatalitas dan nonfatalitas stroke dalam 3 tahun dan dalam 10 persen untuk
grup tiklopidin dan 13 persen untuk grup aspirin. Resiko relatif berkurang 21 persen dengan
penggunaan tiklopidin.(16)
Setyaningsih at al, (1988) telah melakukan studi meta-analisis terhadap terapi tiklopidin
untuk prevensi sekunder stroke iskemik. Berdasarkan sejumlah 7 studi terapi tiklopidin,
disimpulkan bahwa efikasi tiklopidin lebih baik daripada plasebo, aspirin maupun indofen
dalam mencegah serangan ulang stroke iskemik.(16)
Efek samping tiklopidin adalah diare (12,5 persen) dan netropenia (2,4 persen). Bila obat
dihentikan akan reversibel. Pantau jumlah sel darah putih tiap 15 hari selama 3 bulan.
Komplikas yang lebih serius, teyapi jarang, adalah pur-pura trombositopenia trombotik dan
anemia aplastik.(16)
e.Terapi Neuroprotektif
Terapi neuroprotektif diharapkan meningkatkan ketahanan neuron yang iskemik dan sel-sel
glia di sekitar inti iskemik dengan memperbaiki fungsi sel yang terganggu akibat oklusi dan
reperfusi. Berdasarkan pada kaskade iskemik dan jendela waktu yang potensial untuk
reversibilitas daerah penumbra maka berbagai terapi neuroprotektif telah dievaluasi pada
binatang percobaan maupun pada manusia.(15)
f.Pembedahan
Indikasi pembedahan pada completed stroke sangat dibatasi. Jika kondisi pasien semakin
buruk akibat penekanan batang otak yang diikuti infark serebral maka pemindahan dari
jaringan yang mengalami infark harus dilakukan.(18)
1)Karotis Endarterektomi
Prosedur ini mencakup pemindahan trombus dari arteri karotis interna yang mengalami
stenosis. Pada pasien yang mengalami stroke di daerah sirkulasi anterior atau yang
mengalami stenosis arteri karotis interna yang sedang hingga berat maka kombinasi Carotid
endarterectomy is a surgical procedure that cleans out plaque and opens up the narrowed
carotid arteries in the neck.endarterektomi dan aspirin lebih baik daripada penggunaan aspirin
saja untuk mencegah stroke. Endarterektomi tidak dapat digunakan untuk stroke di daerah
vertebrobasiler atau oklusi karotis lengkap. Angka mortalitas akibat prosedur karotis
endarterektomi berkisar 1-5 persen.(18)
K.KESIMPULAN
Berdasarkan data yang disajikan di atas, kami menyimpulkan bahwa setiap pasien dengan
stroke akut harus individulized berdasarkan usia, CT scan temuan (adanya atau kehadiran
pergeseran garis tengah, hypodensity fokus). An expert opinion should be formed with the
contribution from neurologist, vascular surgeon and interventional radiologist. Pendapat
pakar harus dibentuk dengan kontribusi dari ahli saraf, dokter bedah vaskular dan radiolog
intervensi. High risk patients should be treated with urgent CAS after the correction of the
coagulation cascade. Karotis endarterektomi mengurangi risiko stroke pada pasien dengan
gejala stenosis paling sedikit 70 persen, sebagaimana ditentukan oleh arteriography.
Percobaan saat ini adalah mengatasi pertanyaan apakah endarterektomi bermanfaat untuk
pasien dengan derajat stenosis karotis moderat. Manfaat endarterektomi untuk pasien dengan
lesi karotid asimtomatik masih belum jelas.
Uji klinis acak telah membuktikan bahwa terapi warfarin mengurangi risiko stroke pada
pasien dengan atrial fibrilasi nonvalvular dan pada mereka yang telah memiliki infark
miokard. Pada pasien yang tidak kandidat untuk terapi antikoagulan jangka panjang, aspirin
bermanfaat, tapi pengurangan risiko lebih kecil dengan aspirin dibandingkan dengan
warfarin. Pada pasien dengan gejala iskemik serebral asal noncardiac, aspirin dan ticlopidine
mengurangi risiko stroke, tapi manfaat itu sederhana. Mengingat sendirian, tidak
dipyridamole atau sulfinpyrazone mencegah stroke. Pertanyaannya tetap apakah salah satu
dari obat ini ditambah aspirin lebih baik daripada aspirin saja. Dosis optimal aspirin untuk
pencegahan stroke belum ditentukan.(19,20)
L.KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling umum dan penting dari stroke iskemik meliputi edema serebral,
transformasi hemoragik, dan kejang.(21)
1.Edema serebral yang signifikan setelah stroke iskemik bisa terjadi meskipun agak jarang
(10-20%)
2.Indikator awal iskemik yang tampak pada CT scan tanpa kontras adalah indikator
independen untuk potensi pembengkakan dan kerusakan. Manitol dan terapi lain untuk
mengurangi tekanan intrakranial dapat dimanfaatkan dalam situasi darurat, meskipun
kegunaannya dalam pembengkakan sekunder stroke iskemik lebih lanjut belum diketahui.
Beberapa pasien mengalami transformasi hemoragik pada infark mereka. Hal ini diperkirakan
terjadi pada 5% dari stroke iskemik yang tidak rumit, tanpa adanya trombolitik. Transformasi
hemoragik tidak selalu dikaitkan dengan penurunan neurologis dan berkisar dari peteki kecil
sampai perdarahan hematoma yang memerlukan evakuasi.
3.Insiden kejang berkisar 2-23% pada pasca-stroke periode pemulihan. Post-stroke iskemik
biasanya bersifat fokal tetapi menyebar. Beberapa pasien yang mengalami serangan stroke
berkembang menjadi chronic seizure disorders. Kejang sekunder dari stroke iskemik harus
dikelola dengan cara yang sama seperti gangguan kejang lain yang timbul sebagai akibat
neurologis injury.
M. PROGNOSIS
Stroke berikutnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yang paling penting adalah sifat dan
tingkat keparahan defisit neurologis yang dihasilkan. Usia pasien, penyebab stroke, gangguan
medis yang terjadi bersamaan juga mempengaruhi prognosis. Secara keseluruhan, agak
kurang dari 80% pasien dengan stroke bertahan selama paling sedikit 1 bulan, dan didapatkan
tingkat kelangsungan hidup dalam 10 tahun sekitar 35%. Angka yang terakhir ini tidak
mengejutkan, mengingat usia lanjut di mana biasanya terjadi stroke. Dari pasien yang selamat
dari periode akut, sekitar satu setengah samapai dua pertiga kembali fungsi independen,
sementara sekitar 15% memerlukan perawatan institusional.(11,22,23)
DAFTAR PUSTAKA
1. Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. Gambaran umum tentang gangguan
peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology cetakan keenam editor Harsono.
Gadjah Mada university press, Yogyakarta. 2007. Hal: 81-115.
2. Sutrisno, Alfred. Stroke? You Must Know Before you Get It!. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. 2007. Hal: 1-13
3. Feigin, Valery. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke.
Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 2006.
4. Hassmann KA. Stroke, Ischemic. [Online]. Cited 2010 May 1st available from:
http://emedicine.medscape.com/article/793904-overview
5. Mardjono, Mahar. Mekanisme gangguan vaskuler susunan saraf dalam Neurologi klinis
dasar edisi Kesebelas. Dian Rakyat. 2006. Hal: 270-93.
6. Giraldo, Elias. Stroke, Ischemic. [Online]. Cited 2010 May 1st available from:
http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086c.html
7. D. Adams. Victor’s. Cerebrovasculer diseases in Principles of Neurology 8th Edition.
McGraw-Hill Proffesional. 2005. Hal: 660-67
9. Hassmann KA. Stroke, Ischemic. [Online]. Cited 2010 May 1st available from:
http://emedicine.medscape.com/article/793904-diagnosis
10. Li, Fuhai, dkk. Neuroimaging for Acute Ischemic Stroke. [Online]. Cited 2010 May 1st
available from: http://www.emedmag.com/html/pre/fea/features/039010009.asp
11. Price, A. Sylvia. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Hal: 966-71.
12. Hassmann KA. Stroke, Ischemic. [Online]. Cited 2010 May 1st available from:
http://emedicine.medscape.com/article/793904-treatment
13. Ngoerah, I Gst. Ng. Gd. Penyakit peredaran darah otak dalam Dasar-dasar ilmu
penyakit saraf. Penerbit Airlangga University Press. Hal: 245-58.
14. Hughes, Mark. Miller, Thomas. Nervous System Third Edition. University of Edinburgh,
Edinburgh, UK.
15. Majalah Kedokteran Atma Jaya Vol. 1 No. 2 September 2002. Hal: 158-67.
16. Wibowo, Samekto. Gofir, Abdul. Farmakoterapi stroke prevensi primer dan prevensi
sekunder dalam Farmakoterapi dalam Neurologi. Penerbit Salemba Medika. Hal: 53-73.
17. Josephson, S. Andrew. Ischemic Stroke. San Fransisco. CA. [Online]. Cited 2010 May 1st
available from: http://knol.google.com/k/s-andrew-josephson/ischemic-
stroke/BF8MGEYK/bAWc9g#
18. Simon, Harvey. Stroke – Surgery. Harvard Medical School. [Online]. Cited 2010 May 1st
available from:
http://www.umm.edu/patiented/articles/what_drugs_used_treat_stroke_patients_prevent_rec
urrence_000045_8.htm
19. Barnett, Henry dkk. Drugs and Surgery in the Prevention of Ischemic Stroke. [Online].
Cited 2010 May 1st available from: http://content.nejm.org/cgi/content/full/332/4/238
20. Aziz, Faisal M.D. Rethinking The Six Weeks Waiting Approach To Carotid Intervention
After Ischemic Stroke . The Internet Journal of Surgery. 2007 Volume 11 Number 1.
Department of General Surgery. New York Medical College. [Online]. Cited 2010 May 1st
available from:
http://www.ispub.com/journal/the_internet_journal_of_surgery/volume_11_number_1/article
/rethinking_the_six_weeks_waiting_approach_to_carotid_intervention_after_ischemic_strok
e.html
21. Hassmann KA. Stroke Ischemic. [Online]. Cited 2010 May 1st available from:
http://emedicine.medscape.com/article/793904-followup
22. Giraldo, Elias. Stroke Ischemic. [Online]. Cited 2010 May 1st available from:
http://www.merck.com/mmpe/sec16/ch211/ch211b.html
23. Goldstein LB. Stroke Ischemic. [Online]. Cited 2010 May 1st available from:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000726.htm
Jika yang terserang stroke adalah otak kiri,maka tubuh bagian kanan yang akan mengalami gangguan
(kelumpuhan).Sebailknya,jika otak kanan yang terserang stroke,maka tubuh bagian kiri yang akan
mengalami kelumpuhan.Stroke yang sifatnya ringan atau sementara akan membaik setelah
beberapa jam.Namun,stroke yang berat dan berulang akan sembuh beberapa bulan hingga
beberapa tahun,bahkan bisa menyebabkan lumpuh seumur hidup.
1. Penyebab stroke
Umumnya stroke disebakan oleh tekanan darah yang terlalu tinggi sehingga pembuluh darah
menjadi tegang dan menyempit.Karena itu,aliran darah ke otak memjadi tersumbat.Terhambatnya
aliran darah ke otak beberapa detik saja dapat menyebabkan seseorang
pingsan.Apalagi,penyumbatan pembuluh darah yang lama,bisa membuat sel saraf otak rusak serta
mengakibatkan kelumpuhan atau kesulitan bicara pasca serangan.
Pemicu utama penyakit stroke adalah pola makan yang tidak sehat,misalnya banyak mengkonsumsi
makanan yang mengandung kolesterol,kebiasaan merokok,pola hidup yang tidak teratur ,minuman
beralkohol,kurang berolahraga,serta stress atau depresi berat.Kadar kolesterol tinggi dan trigliserida
tinggi dapat menjadi pemicu stroke.Selain itu,stroke dapat disebabkan komplikasi penyakit
lain,seperti diabetes,kolesterol,kegemukan,stress,dan penyakit jantung lainnya.
2. Gejala
Stroke ringan
Stroke berat
Stroke Non Hemoragik, Jika gejala stroke berat tidak ditangani dengan cepat maka dapat
menimbulkan perdarahan yang terus-menerus di otak sehingga orang tersebut mengalami koma
yang berlangsung lama,bahkan dapat menyebabkan kematian. Begitulah Info tentang Stroke Non
Hemoragik dan Perbedaan Stroke Hemoragik Dan Non Hemoragik.
Definisi Stroke
Stroke adalah suatu defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba yang diakibatkan oleh
adanya gangguan perfusi aliran darah ke otak. Jenis stroke ada 2 yaitu:
Stroke ini biasa terjadi pada umur di atas 45 atau 55 tahun, tetapi tidak menutup
kemungkinan orang dengan usia yang lebih muda juga dapat mengalaminya. Sampai sekitar
10% dari stroke dapat terjadi pada orang dewasa muda dan merupakan tantangan para ahli
dalam hal diagnosis dan pengobatan. Pasien biasanya ditangani dengan melakukan beberapa
tes seperti pemeriksaan scan otak, pembuluh darah, evaluasi jantung dan penilaian
hematologi dengan menggunakan teknik diagnostik yang terbaik.
Stroke Non-Hemoragik
Pengertian Stroke Iskemik
Stroke Non-hemoragik disebut juga sebagai stroke iskemik, bisa disingkat NHS (non
hemorrhagic stroke). Stroke Iskemik adalah stroke yang terjadi ketika terdapat sumbatan
bekuan darah dalam pembuluh darah di otak atau arteri yang menuju ke otak. Stroke jenis ini
adalah yang paling sering terjadi.
Sekitar 80-90% dari semua stroke adalah stroke iskemik. Stroke ini mengacu pada situasi di
mana daerah otak kekurangan aliran darah, biasanya karena adanya bekuan darah atau
penyumbatan arteri oleh aterosklerosis (menumpuknya kolesterol dalam arteri). Faktor risiko
stroke iskemik meliputi bertambahnya usia, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes,
merokok, dan kolesterol tinggi. Pada setiap usia, stroke lebih sering terjadi pada pria daripada
wanita. Pengobatan stroke dengan cara mengurangi faktor risiko dan mengidentifikasi
sumber penyumbatan. Setelah penyebab spesifik dari stroke iskemik ditemukan, pengobatan
yang terbaik dapat ditentukan.
Faktor Risiko & Sebab Stroke Non Hemoragik
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya ada banyak faktor penyebab stroke iskemik, faktor
keturunan atau terkait dengan kondisi kesehatan yang menentukan apakah seseorang berada
pada risiko stroke iskemik, namun risiko terjadinya NHS untuk pria dan wanita meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia. Pilihan gaya hidup juga dapat meningkatkan risiko stroke
iskemik, seperti merokok, yang merupakan kebiasaan yang sangat berbahaya yang dapat
melipatgandakan risiko seseorang.
Berikut ini beberapa faktor risiko stroke iskemik yang dijabarkan dengan singkat:
Merokok.
Diet yang tidak sehat.
Minum minuman beralkohol, atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang seperti kokain,
amfetamin atau heroin.
Dari faktor-faktor risiko stroke diatas, ada beberapa yang dapat diubah dan tidak untuk
mencegah terjadi stroke. Ras, usia dan riwayat keluarga adalah faktor risiko yang tidak dapat
diubah sama sekali untuk mencegah terjadinya stroke. Sedangkan faktor risiko lainnya seperti
penggunaan obat terlarang, merokok, gaya serta pola hidup dan diet masih merupakan faktor
risiko yang dapat diubah dengan menghentikannya, serta melakukan pengobatan dan
memantau faktor risiko berupa penyakit yang dialami, yang kesemuanya untuk mencegah
terjadinya stroke iskemik.
Adapun tanda dan gejala stroke nonhemoragik ini dapat berbeda-beda pada seseorang yang
mengalaminya, karena semuanya tergantung pada arteri di otak yang terpengaruh. Berikut ini
adalah tanda-tanda secara umum dari stroke dan harus membutuhkan perhatian medis segera.
Tiba-tiba mengalami mati rasa atau kelemahan pada bagian wajah, tangan atau tungkai.
Kejadiannya paling sering pada satu sisi. Istilah ini dikenal dengan hemiparesis, monoparesis,
atau yang jarang terjadi adalah quadriparesis
Tiba-tiba mengalami kebingungan atau kesulitan dalam hal berbicara. Lidah terasa lemah
dan kaku, afasia.
Tiba-tiba kehilangan penglihatan, menjadi kabur, gangguan lapangan pandang, diplopia.
Tiba-tiba merasa pusing atau hilang keseimbangan dan koordinasi, vertigo atau ataxia
Tiba-tiba mengalami sakit kepala yang parah.
Untuk lebih mudah mengenali gejala stroke, semua gejala-gejala ini dapat diringkas dengan
sistem FAST (Face, Arm, Speech, dan Time), sesuai dengan waktu penanganannya yang
harus dilakukan dengan cepat atau segera. Sistem ini digunakan oleh asosiasi stroke di
Amerika.
Walaupun semua gejala tersebut dapat saja terjadi salah satunya saja, akan tetapi kombinasi
dari beberapa gejala itu lebih mungkin terjadi bersamaan. Dalam hal penanganan stroke yang
cepat, sangat penting mengetahui kapan waktu pertama kali gejala itu timbul, apalagi pasien
itu sudah diketahui kembali normal dari stroke-nya, karena dengan begitu para medis dapat
memberikan langkah awal dengan terapi fibrinolitik yang menjadi pilihan pertama.
Di Amerika, orang-orang yang terkena stroke biasanya pergi ke instalasi rawat darurat (IRD),
rata-rata terlambat 4-24 jam sejak gejala onset stroke terjadi. Banyak faktor yang mendukung
akan terlambatnya dalam mencari perawatan yang segera untuk gejala stroke. Contohnya
gejala stroke yang terjadi ketika pasien baru bangun dari tidurnya, padahal perlangsungan
gejala stroke telah terjadi selama waktu pasien tidur, fenomena ini sering dinamakan wake-up
stroke. Ada juga keterlambatan penanganan stroke karena pasien tidak mampu untuk
meminta pertolongan ketika gejalanya timbul tiba-tiba sehingga memerlukan waktu yang
lebih lama dalam penanganan yang segera. Gejala stroke juga terkadang tidak diakui oleh
pasien atau orang yang merawat mereka, dan ini menyulitkan untuk mengetahui kapan gejala
stroke ini timbul.
Untuk fenomena wake-up stroke, kita dapat mengambil onset gejala stroke ketika pasien
terakhir terlihat tidak menunjukkan gejala. Untuk hal ini diperlukan masukan dari orang
terdekat seperti keluarga atau rekan kerjanya.
Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala-gejala stroke tersebut, harap menghubungi
layanan kesehatan darurat untuk mendapatkan penanganan dengan segera.
Diagnosis stroke
Dalam melakukan diagnosa stroke iskemik, pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk mencari
kelemahan otot, masalah penglihatan dan berbicara, serta kesulitan dalam gerakan. Jika
memungkinkan, pasien yang mengalami stroke dapat ditanya langsung tentang gejala dan
riwayat medis sebelumnya.
Pemeriksaan fisik lengkap akan memungkinkan dokter untuk melihat apakah tubuh pasien
stroke bereaksi. Mereka akan memeriksa tanda-tanda vital, termasuk sistem ABC:
Melakukan pemeriksaan mata untuk melihat apakah ada pembengkakan saraf optik, yang
dapat disebabkan oleh tekanan yang terbentuk di otak karena stroke, dan mencari gerakan
abnormal atau refleks mata.
Memeriksa leher pasien untuk mendengarkan bruit arteri karotis, adanya suara potensial
menunjukkan adanya sumbatan dalam arteri.
Memeriksa tekanan darah pasien untuk melihat apakah lebih tinggi dari normal (lebih dari
120 /80 mmHg).
Memeriksa suhu tubuh untuk melihat apakah itu antara 97,8 dan 99,1 derajat Fahrenheit
(36.5 dan 37.3 derajat Celcius).
Memeriksa dengan mendengarkan dengan seksama suara di paru-paru untuk setiap
kelainan
Tes lainnya selama pemeriksaan fisik yaitu memeriksa refleks pasien, kekuatan, koordinasi,
dan rasa sentuhan. Semua hal ini biasanya dipengaruhi oleh kerusakan pada otak karena
stroke, sehingga setiap kelainan pada reaksi pasien mungkin menunjukkan bahwa stroke telah
terjadi. Pemeriksaan fisik juga akan mencakup serangkaian pertanyaan untuk memeriksa
setiap gangguan bicara, ingatan, dan pemahaman.
Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang untuk diagnosis stroke yaitu dengan mengambil gambaran
dari struktur tubuh pasien. Hal ini dapat dilakukan dengan:
CT scan.
CT angiogram (CTA).
Scan MRI.
MRA – Magnetic resonance angiography.
USG Doppler.
Tes darah juga dapat membantu menentukan apakah ada masalah dalam pendarahan.
Manajemen penanganan stroke akut secara umum, baik itu Stroke hemoragik atau non-
hemoragik, difokuskan pada istilah 6B yaitu:
1. Breath (Pernapasan)
2. Blood (Darah)
3. Brain (Otak)
4. Bladder (Kandung Kemih)
5. Bowel (GastroInstestinal)
6. Bone and body skin (Tulang dan Kulit)
Breath (Pernapasan)
Ini adalah bentuk penanganan pertama yang harus diperhatikan yaitu dengan menjaga jalan
nafas tetap bebas dan memastikan fungsi paru-paru cukup baik. Jika pasien mengalami
gangguan kesadaran, maka diperlukan oksigenasi yang cukup memadai, karena ini adalah
bagian penting dari manajemen stroke. Penanganan dengan oksigen harus dilakukan dengan:
Adapun prosedur untuk pasien yang mengalami kesadaran menurun maka harus dilakukan:
Blood (Darah)
Penanganan ini dengan mengatasi dan memantau tekanan darah, hemoglobin (Hb), glukosa
darah, dan keseimbangan elektrolit.
Tekanan Darah
Menjaga tekanan darah tetap tinggi agar cukup dapat mengalirkan darah sampai ke otak.
Mengukur tekanan darah dilakukan 2 sampai 4 jam pada awalnya, dan kemudian harus
dimonitor dan dikelola dengan cukup hati-hati. Tekanan darah tinggi memang sering terjadi
pada fase akut stroke. Pada kebanyakan kasus yang terjadi, tekanan darah tinggi akan cukup
menurun dalam waktu 1 atau 2 minggu. Pada stroke akut, dengan menurunkan tekanan
darah ke tingkat normal dapat menyebabkan penurunan aliran darah otak, yang justru akan
menambah iskemik pada bagian otak lagi. Oleh sebab itu, pada sebagian besar pasien,
tekanan darah tinggi tidak harus diturunkan kecuali pada hipertensi berat, dimana tekanan
darah lebih besar dari 180/110 (pada pasien muda) atau 210/120 (pada pasien yang lebih
tua).
Jika terjadi hipotensi, lakukan koreksi tekanan darah ke ukuran normal dengan
memperhatikan postur pasien, cairan intravena dan mencari sumber terjadinya
hipovolemia atau penyebab hipotensi lainnya.
Hemoglobin (Hb)
Kadar Hb darah harus tetap dijaga dengan baik untuk metabolisme otak.
Glukosa Darah
Penting untuk dilakukan penanganan glukosa darah. Hipoglikemia dan hiperglikemia dapat
menyebabkan efek negatif pada peningkatan tekanan intrakranial. Oleh karena itu, kadar
glukosa darah harus dijaga antara 140 dan 180 mg/dl. Hindari pemberian infus glukosa,
karena akan menyebabkan asidosis di bagian infark otak, yang nantinya akan mudah terjadi
udem otak dan ukuran infark meningkat. Hiperglikemia sering terjadi pada pasien stroke
akut, untuk kadar glukosa lebih dari 250-300 mg/dl maka harus ditangani dengan pemberian
insulin. Bila terjadi udem otak, dapat dilihat dari keadaan penderita yang mengantuk atau
bradikardi, atau dilihat dengan melakukan pemeriksaan funduskopi. Obat terapi menangani
udem otak dapat diberikan manitol.
Menjaga keseimbangan elektrolit
Brain (Otak)
Penanganan pada otak memfokuskan pada tiga hal yaitu penurunan kesadaran, kejang dan
peningkatan tekanan intrakranial.
Penurunan Kesadaran
Penurunan kesadaran tampaknya menjadi prediktor yang paling penting dari suksesnya
terapi stroke. Penilaian fungsi bahasa seperti pemahaman dan ekspresi, harus dilakukan
dengan hati-hati untuk mengecualikan disfasia yang disalahartikan dengan kebingungan.
Kejang
Strok yang melibatkan bagian kortikal otak akan lebih mungkin secara signifikan terkena
kejang jika dibandingkan dengan lesi yang lebih dalam. Infark emboli lebih sering mengalami
kejang daripada pasien dengan infark trombotik. Kejang harus dapat dicegah dan diatasi
karena dapat memperburuk proses iskemik. Penanganannya dengan meningkatkan
kebutuhan oksigen serebral.
Kejang epilepsi harus dikontrol segera. Pemberian Diazepam intravena atau obat-
obatan yang terkait seperti Diphenylhydantoin atau Carbamazepin adalah pengobatan
pilihan pertama untuk kejang pada pasien stroke. Potensi terjadinya penekanan
pernapasan harus selalu diwaspadai selama pemberian infus obat tersebut. Setelah
kejang berhenti, pemberian fenitoin intravena dapat dimulai untuk mempertahankan
dan mengontrol kejang. Untuk kejang yang tidak dapat dikontrol dengan pemberian
berbagai antikonvulsan, maka diperlukan anestesi barbiturat. Tidak direkomendasikan
penggunaan profilaksis antikonvulsan pada penderita stroke tanpa kejang.
3. Operasi bedah dekompresi dalam kasus selektif dapat menyelamatkan nyawa dan
dapat meningkatkan hasil.
Pengelolaan perkemihan dan keseimbangan cairan tubuh harus diperhatikan, tujuannya untuk
menghindari terjadi retensio atau inkontinensia urine.
Kateterisasi dilakukan jika tingkat kesadaran pasien terganggu atau tidak dapat
berkemih lebih dari 6 jam. Hindari terjadinya inkontinensia atau retensi urin karena
akan dapat meningkatkan tekanan intrakranial.
Masalah hidrasi cairan harus tetap dipantau dan dijaga keseimbangannya, karena
hidrasi yang berlebihan atau overhydration akibat pemberian cairan hipo-osmolar
dapat memperburuk edema otak dan selanjutnya meningkatkan tekanan intrakranial.
Adanya gangguan yang mendasari seperti penyakit ginjal dan jantung sering membuat
koreksi cairan dan elektrolit lebih sulit.
Permasalahan lainnya adalah disfagia dan penurunan sensasi haus sekunder pada
kerusakan otak, pemberian cairan maintenance parenteral dan penggunaan diuretik
yang tidak sesuai, sering menyebabkan hiper atau hiponatremia, yang berefek
memperparah iskemia otak. Perhatian terhadap ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit harus dilakukan pada pasien dengan gagal jantung kongestif, sindrom
nefrotik, penyakit Addison, psirosis hati, syndrome of inappropriate secretion of
antidiuretic hormone (SIADH), dan diabetes insipidus.
Pemantauan elektrolit serum, volume dan berat jenis urine, serum dan osmolaritas
urine, serta tekanan vena sentral secara berkala dianjurkan.
Bowel (GastroInstestinal)
Pengelolaan defekasi dan nutrisi pasien stroke harus diperhatikan, tujuannya untuk
menghindari timbulnya gangguan pada sistem pencernaan, karena hal ini akan membuat
pasien stroke menjadi gelisah, contohnya karena terjadi obstipasi.
Fungsi usus
Pemantauan pembukaan usus penting karena sembelit dapat meningkatkan tekanan
intrakranial. Enema diperlukan jika tidak ada motilitas usus selama lebih dari 3 hari.
Nutrisi
Pemberian nutrisi normal harus dilarang pada pasien stroke akut segera setelah onset untuk
menghindari terjadinya aspirasi. Semua pasien yang dirawat dengan stroke harus
mempertahankan tanpa intake oral setidaknya untuk 24-48 jam pertama, seperti halnya
pada kasus TIA persisten atau defisit yang lebih moderat. Perhatian khusus harus diarahkan
untuk pasien dengan infark kortikal yang besar (baik hemisfer dominan atau non-dominan).
Semua pasien tanpa intake oral harus diberikan cairan infus, yaitu normal saline (kecuali
pasien dengan gagal jantung kongestif yang signifikan atau hipertensi).
Perdarahan Gastrointestinal
Untuk mencegah terjadinya perdarahan gastrointestinal, pemberian profilaksis antasida dan
antagonis reseptor H2 dianjurkan pada pasien stroke akut, terutama mereka yang memiliki
riwayat ulkus peptikum atau pengobatan sebelumnya dengan aspirin, agen fibrinolitik,
antikoagulan, obat anti inflamasi non-steroid, atau kortikosteroid.
Tanpa pergerakan atau imobilitas dapat menyebabkan peningkatan katabolisme, stasis vena,
penurunan kapasitas vital, depresi psikologis, stasis urin dan memperlambat saluran
pencernaan. Komplikasi utama yang bisa terjadi seperti pneumonia, emboli paru, ulkus
dekubitus, kolesistitis, trombosis vena dalam dan infeksi saluran kemih. Imobilitas juga dapat
menyebabkan komplikasi ortopedi, kontraktur dan kelumpuhan tekanan.
Penanganan dengan melakukan terapi fisik harus dimulai dalam waktu 2 hari sejak onset
stroke, bahkan pada pasien coma sekalipun. Cara merawat pasien stroke dengan merubah
posisi tubuh secara reguler jika pasien lumpuh atau yang mengalami gangguan kesadaran,
dan pemantauan terhadap kulit kemerahan atau yang mengalami erosi, sangat diperlukan
pada pasien stroke akut.
Terapi Spesifik Stroke Non-Hemoragik
Manfaat terapi pengobatan farmakologis bisa saja terbatas karena beberapa faktor, sebagian
spesifik untuk stroke oklusif. Salah satu masalah adalah time window untuk efek pengobatan.
Kesulitan yang lainnya adalah kurangnya penetrasi obat ke bagian otak dengan gangguan
sirkulasi darah, risiko terjadinya hipertensi sistemik yang berakibat berkurangnya perfusi
pada zona iskemik yang melalui arteri kolateral, dan terjadinya agitasi atau halusinasi karena
pemberian neuroprotectants.
Menurut pendekatan therapeutical dasar, pengobatan spesifik stroke iskemik dibagi menjadi
2 kelompok.
1. Melindungi penumbra iskemik dari kerusakan lebih lanjut akibat metabolit toksik
o Obat Saraf
Glutamate release inhibitors.
Antagonis reseptor NMDA.
Peningkat efek GABA.
Antagonis kalsium, misalnya nimodipin.
Modulasi nitrat – oksida terkait toksisitas.
Agen saraf lainnya, misalnya piracetam, citicholine.
o Free-radical scavengers
Superoksida dismutase.
Enzim katalase.
Vitamin E.
Glutathione.
21-aminosteroids (lazaroids), misalnya tirilazad.
Kelator besi.
phenyl-t-butyl nitrons.
o leucocyte adhesion inhibitors
Anti-intercellular adhesive molecule (anti-ICAM-1), antibodi yang mengurangi
kerusakan sel iskemik yang timbul karena respon inflamasi pasca-iskemik.
2. Meningkatkan suplai darah ke area penumbra iskemik
o Obat Trombolitik
Streptokinase intravena.
Urokinase dan pro-urokinase intra-arteri.
Aktivator jaringan plasminogen intravena.
Ancrod
o Antikoagulan
Pemberian heparin intravena telah sering digunakan untuk stroke rekuren, ganas,
atau TIA. Jenis antikoagulan ini dengan bobot molekul rendah (fraxiparin) yang
disuntikkan secara subkutan mungkin lebih efektif, dengan rendahnya risiko
komplikasi terjadinya stroke hemoragik, dibandingkan dengan pemberian
unfractionated heparin standar.
Penanganan stroke yang efektif harus melibatkan dari para ahli dari berbagai bidang
multidisiplin ilmu, seperti:
Dokter
Psikoterapi
Terapis Okupasi
Terapis berbicara dan berbahasa
Staf Keperawatan
Pekerja Sosial
Mereka ini kemungkinan juga akan merekomendasikan beberapa spesialis medis dan bedah,
seperti:
Ahli Gizi
Psikiater
Chiropodist (Perawat kaki)
Dokter Gigi
Ahli tulang (Orthotist)
Perhatian medis segera, cepat, dan efisien (sekitar 3 sampai 6 jam) sejak terjadi onset stroke
dari semua tim penanganan stroke, sangat penting bagi korban stroke non-hemoragik/iskemik
untuk mengurangi risiko cacat jangka panjang atau kematian.
Akupresur adalah teknik pengobatan alternatif yang melibatkan pemberian tekanan lembut
namun bertenaga pada bagian tertentu pada tangan dan kaki (terkadang termasuk pergelangan
tangan) yang berhubungan dengan bagian tubuh yang mungkin sakit atau merasa sakit.
Tindakan ini merupakan jenis terapi yang menggunakan titik refleksi yang berasal dari negara
Tiongkok lebih dari 4.500 tahun lalu.
Namun, ada kalanya sirkulasi atau aliran energi terhenti atau terhalangi. Ketika hal ini terjadi,
tubuh berada pada kondisi yang tidak seimbang, yang kemudian menyebabkan berbagai
gejala seperti rasa sakit dan penyakit.
Akupresur dan akupuntur menggunakan metode yang berbeda dalam menangani kondisi
tersebut. Akupuntur menggunakan jarum dengan ujung kecil yang dimasukkan ke dalam jalur
di mana qi mengalir untuk menghilangkan sumbatan dan meningkatkan aliran energi.
Meskipun akupuntur telah terbukti bermanfaat dalam mengobati atau menangani rasa sakit
dan migrain kronis, beberapa orang percaya akupresur lebih baik dalam hal keselamatan.
Dengan akupuntur, jarum dapat menyebabkan paru-paru tertusuk atau meningkatkan risiko
infeksinya. Meskipun begitu, hal tersebut lebih mungkin terjadi ketika ahli akupunturnya
tidak terlatih dengan baik atau tidak berpengalaman.
Dalam akupresur, jari lah yang digunakan. Namun, pihak lain mengartikan akupresur sebagai
pemberian tekanan pada trigger point. Hal ini berarti benda seperti bola pemberat yang
ditempelkan pada pergelangan tangan juga mungkin digunakan. Pihak lain juga
memanfaatkan jalur berbatu yang tidak rata atau tikar dengan tekanan untuk kaki.
Akupresur sangat cocok bagi orang-orang yang berada di bawah banyak tekanan/stress.
Terapi titik refleksi dapat membantu meredakan ketegangan otot serta merelaksasikan tubuh,
sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah.
Terapi ini juga dapat dianjurkan bagi mereka yang memiliki sirkulasi darah yang buruk.
Seringnya, ekstremitas, terutama pada kaki, mungkin juga terasa dingin bahkan pada suhu
normal. Penekanan dapat meningkatkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh.
Akupresur diyakini dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Terapi ini dapat membantu
proses detoksifikasi dengan memungkinkan sistem limfatik mengalirkan cairan yang dapat
membawa sisa pernapasan atau sampah lainnya. Selain itu, dengan sirkulasi darah yang baik,
nutrisi dapat mencapai sel dengan segera, di mana nutrisi dapat digunakan untuk fungsi
metabolisme yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup.
Pihak lain telah mengklaim bahwa tindakan ini dapat membantu penurunan berat badan,
meningkatkan kesuburan, dan sebagai anti penuaan karena tindakan ini meningkatkan
kualitas dan kecerahan warna kulit.
Seperti halnya akupuntur, akupresur juga dapat sangat membantu pengobatan dan
penanganan baik sakit akut maupun kronis. Terapi ini dapat bekerja diantaranya melawan
migrain, sakit kepala yang beragam, kram perut, dan leher kaku.
Akupresur tidak dianjurkan untuk ibu hamil karena dapat merangsang kontraksi rahim
prematur. Siapapun yang telah didiagnosis dengan penyakit atau kondisi seperti kanker harus
berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Hasil dari akupresur beragam tergantung pada beberapa faktor seperti tingkat keparahan
kondisi, penyakitnya, usia pasien, dan tingkat keahlian terapis. Terapi ini dianggap efektif
untuk menangani sakit dan gejala seperti mual dan sakit kepala.
Mungkin diperlukan beberapa sesi sebelum hasil yang diinginkan dapat tercapai. Terdapat
juga waktu ketika terapi ini tidak menyembuhkan gejala atau penyakitnya namun mungkin
membantu penyakitnya agar lebih mudah dikelola. Akupresur dapat dilakukan bersamaan
pengobatan alternatif lainnya seperti reiki, tai chi, dan akupuntur.
Akupresur sering dilakukan di klinik dan dilakukan bersamaan dengan terapi lain seperti
terapi pemijatan. Terapi ini dimulai dengan konsultasi awal di mana pasien memberitahukan
daerah sakit dengan spesifik sehingga ahil terapi dapat membuat pengobatan terapi lebih
terarah. Kemudian, pasien akan diminta untuk duduk di kursi yang nyaman atau berbaring
pada meja pijat.
Setelah itu, tindakan kemudian dimulai. Ahli terapi mungkin melakukan baik penguatan atau
pengurangan energi. Langkah yang terakhir berarti bahwa penyumbatan energi dihilangkan
sementara yang awal meningkatkan energi hingga dapat mempengaruhi titik refleksi.
Seringkali, jari dan terkadang kuku digunakan untuk menekan trigger point. Penekanannya
dapat berlangsung sekitar 30 detik, meskipun beberapa pasien mungkin sudah merasa lega
atau merasakan perubahan positif kurang dari 30 detik. Jika jarinya terlalu tebal, mungkin
perlu menekan lebih lama atau menggunakan benda tumpul untuk melakukan tindakan
dengan lebih efektif.
Seluruh proses dapat berlangsung sekitar satu jam, setelah itu, baik pasien maupun ahli terapi
melanjutkannya ke sesi pendiskusian hasil. Ahli terapi mengkaji efek langsung dari tindakan
pada pasien sehingga penyesuaian dapat dilakukan dalam sesi berikutnya, jika ada.
Kemungkinan Risiko dan Komplikasi Akupresur
Sejauh ini, tidak ada risiko akupresur yang diketahui. Namun demikian, penting untuk
diketahui bahwa teknik ini tidak diregulasi karena tidak ada badan yang menyediakan
sertifikasinya. Namun, beberapa negara mungkin meminta praktisi terapi alternatif untuk
lulus syarat pengobatan terapi terkait.
Baca Juga
Anda sering merasa gelisah? Jika iya, bisa coba lakukan pijat refleksi. Hal ini karena sebuah
penelitian menunjukkan bahwa pijat refleksi mampu membantu kondisi psikologis yang
terganggu. Maka, hal ini berhubungan dengan mood Anda secara tak langsung. Setelah
refleksi, maka Anda akan merasa lebih rileks.
2. Mengobati Kanker
Titik-titik yang ditekan pada saat pijat akan mempengaruhi kerja organ pada tubuh. Hal ini
mampu membantu pasien kanker untuk meningkatkan nafsu makan, mencegah kelelahan,
gangguan tidur, gangguan pencernaan hingga mood atau suasana hati. Sebuah penelitian juga
menunjukkan bahwa 87 pasien kanker yang melakukan pijat refleksi merasakan sakit yang
lebih sedikit.
Ada satu titik di telapak kaki yang berhubungan langsung dengan jantung dan pembuluh
darah. Maka, jika pijat refleksi dilakukan secara benar, maka akan mempengaruhi fungsi
jantung dan kesehatannya. Hal ini dikarenakan efek dari tekanan yang diterima saat
refleksiologi sam dengan refleks baroreseptor yang ditimbulkan tubuh untuk mengontrol
fungsi jantung.
Sebuah studi menunjukkan bahwa ada hubungan antara pijat refleksi dengan penderita
diabetes. Pasien diabetes yang rutin melakukan pijat refleksi ternyata memiliki kadar darah
yang terkontrol dan mengalami komplikasi yang lebih sedikit.
Dengan pijat refleksi ternyata juga mampu meredakan sakit kepala. Sebuah penelitian
menunjukkan sebanyak 81% pasien yang mengalami sakit kepala melakukan refleksi selama
3 bulan dan hasilnya mereka mengurangi hingga menghentikan penggunaan obat sakit
kepala.
Pijat refleksi mampu meningkatkan fungsi kandung kemih dan mengurangi masalah pada
salurah kandung kemih. Hal ini akan berpengaruh pada sistem toksisitas tubuh menjadi lebih
baik untuk menghilangkan racun pada tubuh. Maka, racun-racun dalam tubuh akan keluar
dan akan lebih sehat.
7. Mempercepat Penyembuhan
Saat pijat refleksi maka terjadi peningkatan aktivitas saraf, peningkatan sirkulasi darah dan
keseimbangan metabolisme. Sel-sel bisa tumbuh lebih cepat yang menjadikan penyembuhan
luka lebih cepat.
Anda bisa mencoba pijat refleksi di Healthy Fit Reflexology. Healthy Fit Reflexology
menawarkan paket body massage selama 60 menit, fit massage, bode massage, dll. Ada harga
spesial bagi Anda yang menggunakan voucher Lakupon untuk Healthy Fit Reflexology.
Harga paket perawatan ini mulai dari Rp 60ribuan DISINI.
Sumber http://lifestyle.liputan6.com/read/3203246/7-manfaat-pijat-refleksi-yang-ternyata-
baik-untuk-kesehatan 06-01-2018
Titik refleksi pada kaki
Dalam dunia kesehatan, pijat merupakan upaya untuk mencegah dan mengobati berbagai
penyakit. Pijat biasa dilakukan dengan menggunakan tangan ataupun dengan bantuan alat.Hal
ini dilakukan agar mengenai titik-titik simpul saraf agar peredaran darah kembali lancar dan
meningkatkan daya kekebalan tubuh sehingga mampu menghilangkan berbagai penyakit.
Pernahkah Anda berjalan dengan kaki telanjang di atas hamparan batu kecil berbentuk bulat
lonjong? Ingatkah bagaimana rasanya?
Jika melakukan itu, setiap orang mungkin akan merasakan hal yang sama, yaitu rasa segar
ketika bebatuan menekan-nekan telapak kaki. Perasaan rileks dan segar pun langsung
menyeruak ke sekujur tubuh. Bagaimana ini bisa terjadi?
Seperti dikatakan pakar pengobatan tradisional Prof Hembing Wijayakusuma, tekanan batu
pada telapak kaki memberikan rangsangan bioelektrik pada organ tubuh yang berhubungan
dengan titik syaraf telapak kaki.
Terapi pijat refleksi kaki dapat memberikan efek relaksasi yang serupa dengan ketika berjalan
di atas bebatuan. Pemijatan pada telapak kaki akan memberikan rangsangan yang mampu
memperlancar aliran darah dan cairan tubuh. Hasilnya, sirkulasi penyaluran nutrisi dan
oksigen ke sel-sel tubuh menjadi lancar tanpa ada hambatan sedikit pun.
Lebih lanjut, sirkulasi aliran darah yang lancar itu akan memberikan efek relaksasi dan
kesegaran pada seluruh anggota tubuh. ”Tubuh mengalami kondisi keseimbangan,” jelas guru
besar yang telah menulis sekitar 70 buku ini.
Inti terapi pijat refleksi kaki, menurut Hembing, terletak pada pengaktifan refleks pada kaki
yang berhubungan dengan bagian-bagian tubuh lainnya. Untuk diketahui, telapak kaki
manusia memiliki titik-titik syaraf yang berhubungan dengan organ-organ tubuh lainnya.
”Nah, cara kerja terapi pijat refleksi kaki adalah memberikan rangsangan relaksasi pada
bagian tubuh yang berhubungan dengan titik syaraf kaki yang dipijat.”
Karena itu, pemahaman tentang simpul-simpul syaraf pada telapak kaki sangatlah penting.
Letak titik-titik syaraf pada kaki harus diketahui dengan baik dan benar. Misalnya, posisi
syaraf kaki yang menghubungkan dahi kanan terletak pada ujung jari kaki kiri. Sementara
titik syaraf kaki yang menghubungkan organ kandung kemih berada pada kedua telapak kaki
bagian sisi dalam.
Masih menurut Hembing, setiap organ tubuh memiliki keterhubungan dengan titik-titik
syaraf yang terdapat pada telapak kaki. Organ jantung, paru-paru, lambung, dan hati memiliki
titik-titik syaraf tersendiri pada telapak kaki. Begitu pula dengan bagian-bagian tubuh
lainnya. Terdapat 36 titik syaraf telapak kaki yang masing-masing menghubungkan anggota-
anggota tubuh tertentu.
Selain pemahaman terhadap simpul-simpul syaraf pada telapak kaki, keberhasilan terapi pijat
refleksi kaki juga ditentukan oleh teknik pemijatan. Ada berbagai macam cara memijat titik-
titik syaraf telapak kaki. Penekanan bisa dilakukan dengan membengkokkan jari tengah dan
telunjuk, sementara jari lainnya mengepal keras. Pada teknik ini, titik penekanan terdapat
pada jari tengah dan sendi tengah jari telunjuk.
Pengetahuan tentang titik syaraf telapak kaki dan teknik pemijatan yang benar ternyata belum
cukup dijadikan jaminan keberhasilan dalam melakukan terapi ini. Ada beberapa hal lain
yang juga perlu diperhatikan. ”Kondisi ruang terapi harus diperhatikan,” ujar pria yang duduk
dalam senat guru besar Universitas Bung Karno (UBK) ini.
Terapi ini sebaiknya dilakukan di ruang yang bersih, nyaman, tenang, dan memiliki sirkulasi
udara yang baik. Kondisi tersebut dapat membantu pasien menjadi lebih tenang dan nyaman.
Selain itu, waktu pemberian terapi juga harus diperhatikan yaitu sekitar 30 menit, dengan
frekuensi 3-6 hari sekali untuk mencegah penyakit, dan 2-3 hari sekali untuk mengatasi
gangguan penyakit. Kondisi telapak kaki pasien pun tidak dalam keadaan luka.
Harus pula diingat, terapi pijat refleksi kaki mesti dilakukan secara menyeluruh. Artinya,
pemijatan tidak hanya pada satu titik syaraf telapak kaki tertentu saja. Proses penanganan
kasus telinga berdenging misalnya, tidak hanya menekan titik syaraf kaki yang berhubungan
dengan telinga. Pemijatan titik syaraf telapak kaki yang berhubungan dengan organ kepala,
ginjal, dan kelenjar getah bening juga mesti dilakukan. ”Semua organ itu berkaitan dengan
organ telinga,” kata Hembing.
“Apakah terapi ini memiliki efek samping? Ditegaskan Hembing, terapi ini tidak memiliki
efek samping selama dilakukan secara baik dan sesuai petunjuk”
Memang benar walau tidak langsung mengobati penyebab langsung suatu penyakit, terapi
pijat refleksi dapat membantu mengatasi berbagai masalah kesehatan, seperti sakit kepala,
depresi, sindrom pra-haid, asma, gangguan pencernaan, penyakit kulit, dan arthritis.Titik-titik
tertentu di daerah telapak kaki yang berjumlah 70 itu menurut teori refleksologi berhubungan
erat dengan seluruh organ tubuh, seperti usus, lambung, hati, ginjal, limpa, pankreas, dan
jantung.Pijatan di kaki kanan berhubungan dengan tubuh bagian kanan, sedangkan kaki kiri
berhubungan dengan tubuh bagian kiri.
Ujung-ujung jari kaki, misalnya berkaitan dengan kepala dan leher. Telapak kaki bagian atas
dengan dada dan paru-paru. Telapak kaki bagian tengah dengan kepala, leher dan organ-
organ dalam. Dan tumit dengan saraf dan panggul. Jadi, jika ada gangguan di organ-organ
tertentu, pijatan ( massage) di titik-titik yang berhubungan dengan organ-organ tersebut akan
menimbulkan rasa sakit.
Pijat refleksi bisa dilakukan dengan menekan titik-titik refleksi di daerah kaki dengan
menggunakan tangan ataupun alat bantu. Caranya dengan menekan buku jari telunjuk yang
ditekuk di titik-titik tersebut. Alat bantu yang digunakan semacam tongkat kecil untuk
menekan. Untuk mempermudah biasanya bagian kaki yang akan dipijat dilumuri dulu dengan
lotion atau minyak. Mula-mula kaki akan dipijat biasanya seperti gerakan pijat ( massage)
lain. Sesuadah kaki dipijat, barulah terapis refleksologi mulai menekan titik-titik refleks yang
berhubungan dengan masalah kesehatan yang dirasakan. Mula-mula kaki kiri dulu yang
dipijat, baru kemudian kaki yang kanan, dengan arah ke atas menuju jantung, mengikuti
aliran darah. Semua itu membutuhkan waktu sekitar 30 hingga 60 menit lamanya, dengan
frekuensi seminggu sekali di awal-awal terapi.
Sesudah beberapa minggu barulah frekuensinya bisa dikurangi. Terapi ini sendiri bisa
dilakukan untuk semua orang. Biasanya, sesudah pertemuan pertama atau kedua, tubuh akan
terasa rileks atau merasa lelah atau mual. Yang perlu diingat, pilihlah terapis yang
berpengalaman, sebisa mungkin seorang dokter. Karena, dokter tentu lebih mengetahui
daerah-daerah yang dilalui pembuluh darah yang perlu dihindari. Selain itu, agar efektif,
terapi ini juga perlu dibarengi dengan gaya hidup yang sehat serta olahraga untuk
mempertahankan kondisi tubuh.
Terapi pijat refleksi dapat membantu mengatasi berbagai masalah kesehatan, seperti sakit
kepala, depresi, sindrom pra-haid, asma, gangguan pencernaan, penyakit kulit, dan
arthritis.Titik-titik tertentu di daerah telapak kaki yang berjumlah 70 itu menurut teori
refleksologi berhubungan erat dengan seluruh organ tubuh, seperti usus, lambung, hati, ginjal,
limpa, pankreas, dan jantung.Pijatan di kaki kanan berhubungan dengan tubuh bagian kanan,
sedangkan kaki kiri berhubungan dengan tubuh bagian kiri.
Ujung-ujung jari kaki, misalnya berkaitan dengan kepala dan leher. Telapak kaki bagian atas
dengan dada dan paru-paru. Telapak kaki bagian tengah dengan kepala, leher dan organ-
organ dalam. Dan tumit dengan saraf dan panggul. Jadi, jika ada gangguan di organ-organ
tertentu, pijatan di titik-titik yang berhubungan dengan organ-organ tersebut akan
menimbulkan rasa sakit.
Pijat refleksi bisa dilakukan dengan menekan titik-titik refleksi di daerah kaki dengan
menggunakan tangan ataupun alat bantu. Caranya dengan menekan buku jari telunjuk yang
ditekuk di titik-titik tersebut. Alat bantu yang digunakan semacam tongkat kecil untuk
menekan. Untuk mempermudah biasanya bagian kaki yang akan dipijat dilumuri dulu dengan
lotion atau minyak. Mula-mula kaki akan dipijat biasanya seperti gerakan pijat lain. Sesuadah
kaki dipijat, barulah terapis refleksologi mulai menekan titik-titik refleks yang berhubungan
dengan masalah kesehatan yang dirasakan. Mula-mula kaki kiri dulu yang dipijat, baru
kemudian kaki yang kanan, dengan arah ke atas menuju jantung, mengikuti aliran darah.
Semua itu membutuhkan waktu sekitar 30 hingga 60 menit lamanya, dengan frekuensi
seminggu sekali di awal-awal terapi.
Sesudah beberapa minggu barulah frekuensinya bisa dikurangi. Terapi ini sendiri bisa
dilakukan untuk semua orang. Biasanya, sesudah pertemuan pertama atau kedua, tubuh akan
terasa rileks atau merasa lelah atau mual. Yang perlu diingat, pilihlah terapis yang
berpengalaman, sebisa mungkin seorang dokter. Karena, dokter tentu lebih mengetahui
daerah-daerah yang dilalui pembuluh darah yang perlu dihindari. Selain itu, agar efektif,
terapi ini juga perlu dibarengi dengan gaya hidup yang sehat serta olahraga untuk
mempertahankan kondisi tubuh.
Sumber
-----
Pernahkah Anda berjalan dengan kaki telanjang di atas hamparan batu kecil berbentuk bulat
lonjong? Ingatkah bagaimana rasanya?
Jika melakukan itu, setiap orang mungkin akan merasakan hal yang sama, yaitu rasa segar
ketika bebatuan menekan-nekan telapak kaki. Perasaan rileks dan segar pun langsung
menyeruak ke sekujur tubuh.
Seperti dikatakan pakar pengobatan tradisional Prof Hembing Wijayakusuma, tekanan batu
pada telapak kaki memberikan rangsangan bioelektrik pada organ tubuh yang berhubungan
dengan titik syaraf telapak kaki.
Tapi Anda tak perlu khawatir. Mendapatkan rangsangan bioelektrik yang bermanfaat itu tak
selalu harus dilakukan dengan bertelanjang kaki di atas hamparan bebatuan. Anda bisa
memperoleh manfaat itu melalui terapi pijat refleksi kaki dengan menggunakan tangan.
“Terlebih, terapi refleksi kaki ini bisa dilakukan sendiri,” kata Hembing.
Terapi pijat refleksi kaki dapat memberikan efek relaksasi yang serupa dengan ketika berjalan
di atas bebatuan. Pemijatan pada telapak kaki akan memberikan rangsangan yang mampu
memperlancar aliran darah dan cairan tubuh. Hasilnya, sirkulasi penyaluran nutrisi dan
oksigen ke sel-sel tubuh menjadi lancar tanpa ada hambatan sedikit pun.
Lebih lanjut, sirkulasi aliran darah yang lancar itu akan memberikan efek relaksasi dan
kesegaran pada seluruh anggota tubuh. “Tubuh mengalami kondisi keseimbangan,” jelas guru
besar yang telah menulis sekitar 70 buku ini.
Inti terapi pijat refleksi kaki, menurut Hembing, terletak pada pengaktifan refleks pada kaki
yang berhubungan dengan bagian-bagian tubuh lainnya. Untuk diketahui, telapak kaki
manusia memiliki titik-titik syaraf yang berhubungan dengan organ-organ tubuh lainnya.
“Nah, cara kerja terapi pijat refleksi kaki adalah memberikan rangsangan relaksasi pada
bagian tubuh yang berhubungan dengan titik syaraf kaki yang dipijat.”
Karena itu, pemahaman tentang simpul-simpul syaraf pada telapak kaki sangatlah penting.
Letak titik-titik syaraf pada kaki harus diketahui dengan baik dan benar. Misalnya, posisi
syaraf kaki yang menghubungkan dahi kanan terletak pada ujung jari kaki kiri. Sementara
titik syaraf kaki yang menghubungkan organ kandung kemih berada pada kedua telapak kaki
bagian sisi dalam.
Masih menurut Hembing, setiap organ tubuh memiliki keterhubungan dengan titik-titik
syaraf yang terdapat pada telapak kaki. Organ jantung, paru-paru, lambung, dan hati memiliki
titik-titik syaraf tersendiri pada telapak kaki. Begitu pula dengan bagian-bagian tubuh
lainnya. Terdapat 36 titik syaraf telapak kaki yang masing-masing menghubungkan anggota-
anggota tubuh tertentu.
Selain pemahaman terhadap simpul-simpul syaraf pada telapak kaki, keberhasilan terapi pijat
refleksi kaki juga ditentukan oleh teknik pemijatan. Ada berbagai macam cara memijat titik-
titik syaraf telapak kaki.
Penekanan bisa dilakukan dengan membengkokkan jari tengah dan telunjuk, sementara jari
lainnya mengepal keras. Pada teknik ini, titik penekanan terdapat pada jari tengah dan sendi
tengah jari telunjuk.
Pemijatan juga bisa dilakukan dengan memusatkan titik tekan pada ibu jari. Caranya,
penekanan titik syaraf telapak kaki dilakukan dengan menggunakan perut ibu jari, sementara
keempat jari lainnya membentuk posisi 60 derajat. Dalam bukunya berjudul Terapi Pijat
Refleksi Kaki, Hembing mengutarakan 12 teknik pemijatan syaraf telapak kaki yang bisa
dipraktekkan oleh pembaca buku ini di rumah.
Pengetahuan tentang titik syaraf telapak kaki dan teknik pemijatan yang benar ternyata belum
cukup dijadikan jaminan keberhasilan dalam melakukan terapi ini. Ada beberapa hal lain
yang juga perlu diperhatikan. “Kondisi ruang terapi harus diperhatikan,” ujar pria yang duduk
dalam senat guru besar Universitas Bung Karno (UBK) ini.
Terapi ini sebaiknya dilakukan di ruang yang bersih, nyaman, tenang, dan memiliki sirkulasi
udara yang baik. Kondisi tersebut dapat membantu pasien menjadi lebih tenang dan nyaman.
Selain itu, waktu pemberian terapi juga harus diperhatikan yaitu sekitar 30 menit, dengan
frekuensi 3-6 hari sekali untuk mencegah penyakit, dan 2-3 hari sekali untuk mengatasi
gangguan penyakit. Kondisi telapak kaki pasien pun tidak dalam keadaan luka.
Harus pula diingat, terapi pijat refleksi kaki mesti dilakukan secara menyeluruh. Artinya,
pemijatan tidak hanya pada satu titik syaraf telapak kaki tertentu saja. Proses penanganan
kasus telinga berdenging misalnya, tidak hanya menekan titik syaraf kaki yang berhubungan
dengan telinga. Pemijatan titik syaraf telapak kaki yang berhubungan dengan organ kepala,
ginjal, dan kelenjar getah bening juga mesti dilakukan. “Semua organ itu berkaitan dengan
organ telinga,” kata Hembing.
Apakah terapi ini memiliki efek samping? Ditegaskan Hembing, terapi ini tidak memiliki
efek samping selama dilakukan secara baik dan sesuai petunjuk. n c16
Pijat refleksi termasuk salah satu metode penyembuhan atau terapi kesehatan yang tidak
menimbulkan efek samping. Metode pijat refleksi adalah memijat atau menekan titik refleksi
pada kaki atau tangan. Pemijatan atau penekanan titik refleksi ini bertujuan untuk
merangsang saraf-saraf yang berhubungan dengan organ tubuh yang sakit atau mengalami
gangguan.
Titik-titik refleksi sebenarnya terdapat di seluruh tubuh. Peredaran darah ke seluruh tubuh
melalui jalur saraf berhubungan dengan seluruh organ tubuh. Jalur saraf tersebut ada yang
melewati kaki dan tangan. Pada daerah kaki dan tangan, terdapat serabut-serabut saraf yang
menjadi titik-titik refleks.
Titik-titik refleksi pada kaki atau tangan akan memberikan rangsangan secara refleks
(spontan) pada saat dipijat atau ditekan. Rangsangan tersebut akan mengalirkan semacam
gelombang kejut atau listrik menuju otak. Gelombang tersebut diterima otak dan diproses
dengan cepat, lalu diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan.
Salah satu penyebab organ tubuh mengalami gangguan atau sakit adalah adanya
penyumbatan aliran darah menuju organ tersebut. Saat titik refleks dipijat atau ditekan,
gelombang yang merambat akan menghancurkan atau memecah penyumbatan tesebut
sehingga aliran darah akan kembali lancar.
Titik-Titik Refleksi pada Kaki
Titik-titik refleksi pada kaki tersebar di seluruh bagian kaki. Ada yang dibagian bawah
(telapak kaki), punggung kaki, dan bagian samping kaki. Titik refleksi pada kaki kanan dan
kaki kiri semua berhubungan dengan sistem peredaran darah yang mengalir pada organ-organ
tubuh.
Untuk orang yang berpengalaman (ahli pijat refleksi) dapat mengetahui keluhan atau
gangguan pada orang dilihat dari telapak kaki atau tangan. Pada bagian telapak kaki atau
tangan, terlihat gejala seperti bengkak, kulit kuku berwarna gelap, dan pada saat dipijat atau
ditekan akan terasa sakit luar biasa.
Titik pijat refleksi kaki pada jari kaki, dimulai kelingking sampai ibu jari, hampir
semuanya merefleksikan tubuh bagian kepala seperti mata, telinga, hidung, dan otak.
Titik pijat refleksi kaki di pinggir telapak kaki bagian dalam merefleksikan tubuh bagian
leher, timus, tiroid, dan esophagus.
Titik pijat refleksi kaki di bagian pinggir telapak kaki sebelah luar merefleksikan tubuh
bagian paru-paru dan bahu.
Titik pijat refleksi kaki di bagian telapak kaki sebelah dalam merefleksikan hati, empedu,
ginjal, pankreas, usus, saluran kencing, usus buntu, perut, dan tulang belakang.
Titik pijat refleksi kaki di bagian bawah tumit kaki merefleksikan tubuh bagian saraf,
dubur, pinggul, dan organ reproduktif.
Setelah mengetahui dengan tepat beberapa titik pijat refleksi kaki, kemungkinan hasilnya
akan maksimal. Jangan lupa untuk membuat kaki rileks terlebih dahulu agar pemijatan lebih
optimal dan seluruh peredaran darah yang tersumbat kembali normal.
Rendam kaki dalam ember air hangat yang dibubuhi sedikit garam selama 10-15 menit untuk
membuat otot kaki rileks dan mengendur. Setelah itu, baru lakukan pemijatan. Tepatnya ada
sekitar 36 titik saraf telapak kaki yang masing-masing memiliki hubungan dengan anggota
tubuh tertentu.
Seorang pemijat diharapkan memahami simpul-simpul saraf yang terdapat di telapak kaki
dengan teknik pemijatan yang tepat. Pemijatan bisa dilakukan dengan tangan atau alat
tertentu. Bila menggunakan tangan, lakukan dengan membengkokkan jari tengah dan
telunjuk, sementara jari lainnya mengepal keras untuk memberikan penekanan pada titik yang
dituju
Tempat Pemijatan
Terapi pijat refleksi kaki ini sebaiknya dilakukan di ruangan yang bersih, nyaman dan
tenang, serta memiliki lubang pergantian udara yang memadai. Kondisi ruangan akan
memberikan rasa tenang pada orang yang akan dipijat. Meskipun hanya kaki yang dirasa
sakit, untuk hasil maksimal diharapkan melakukan pemijatan secara menyeluruh. Dengan
begitu, tubuh akan semakin nyaman karena peredaran darah menjadi lancar tidak di satu titik
tertentu saja.
Secara umum, tidak ada dampak negatif yang ditimbulkan pijat refleksi ini. Namun, bila
pemijatan dilakukan tidak pada titik yang benar, akan muncul dampak yang tidak diinginkan,
seperti pegal-pegal atau otot menjadi kaku
Andaipun ada efek lain yang dirasakan adalah, timbulnya gatal-gatal di tubuh, kulit terkadang
membiru, sedikit pusing dan air seni menjadi keruh. Ini bukanlah dampak yang berbahaya.
Penyakit tersebut hanya reaksi sedikit dari hasil pijatan Lakukanlah pemijatan pada titik pijat
refleksi kaki selama 30-60 menit dengan frekuensi seminggu sekali bila pemijatan dilakukan
sebagai terapi pengobatan alternatif.
Dalam melakukan pemijatan pada titik pijat refleksi kaki terkadang harus dilakukan
dengan pemijatan agak keras dan terkadang perlu dilakukan dengan lembut.
Untuk penderita penyakit kencing manis, lever, jantung dan kanker, jangan dilakukan
pemijatan dengan terlalu keras.
Untuk penyakit-penyakit tersebut boleh dilakukan pemijatan hingga lebih dari 2 menit
Jangan pernah melakukan pemijatan setelah makan, dikhawatirkan menimbulkan mual.
Lakukanlah pemijatan pada titik refleksi sekitar 1 jam setelah makan
Jangan keras-keras melakukan pijat refleksi pada daerah titik refleksi kelenjar. Tujuannya
untuk menjaga agar tidak timbul reaksi lain yang berbahaya jika dilakukan pemijatan pada
titik refleksi dengan menggunakan tangan, setelah melakukan pemijatan jangan langsung cuci
tangan.
Hal ini dianjurkan untuk menjaga kesahatan Anda sendiri bila sudah selesai melakukan
pemijatan, minumlah air putih sekitar 2-3 gelas atau sekitar 500 cc. Hal ini sangat membantu,
untuk memudahkan membuang kotoran di dalam tubuh.
Khusus bagi penderita penyakit ginjal, jangan minum air putih setelah melakukan pijat
refleksi lebih dari 150 cc.
Menekan, Agar berhasil dalam melakukan pijatan titik refleksi dengan teknik menenakan
harus dilakukan dengan fokus dan pusatkan kekuatan Anda dalam melakukannya.
Memenyet, Jika terdapat benjolan pada daerah titik refleski yang dilakukan pemijatan,
maka yang mesti dilakukan adalah dengan memenyetnya. Tujuannya adalah, agar sirkulasi
darah dapat kembali lancar
Pijat Memutar, Baik Anda yang melakukan pemijatan pada titik refleksi dengan
menggunakan tangan atau tongkat, teknik pijat memutar ini bisa dilakukan. Teknik ini
digunakan untuk merilekskan Anda sebagai pemijat dan melancarkan sirkulasi darah pasien.
Bahkan pasien pun tak akan merasakan kesakitan
Sumber : https://abdurrohmanalmartin.blogspot.com/2013/07/titik-titik-refleksi-sesuai-
dengan.html 06-01-2018
Jumlah Penderita Stroke di Indonesia
Menurut data tahun 1990-an, diperkirakan ada 500.000 orang penderita stroke, sekitar
125.000 di life antaranya meninggal atau cacat seumur hidup. Tetapi jumlah sebenarnya
sulit diketahui karena banyak yang tidak dibawa ke dokter lantaran ketiadaan biaya atau
jarak rumah sakit yang jauh dari tempat tinggal. Biaya penyembuhan stroke tidak murah,
dan perawatannya berlangsung sangat lama bahkan bisa seumur hidup.
Data yang dirilis oleh Yayasan Stroke Indonesia sungguh membuat kita khawatir.
Dinyatakan bahwa kasus stroke di Indonesia menunjukkan kecenderungan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Setelah tahun 2000 kasus stroke yang terdeteksi terus
melonjak. Pada tahun 2004, beberapa penelitian di sejumlah rumah sakit menemukan
pasien rawat inap yang disebabkan stroke berjumlah 23.636 orang.
Sedangkan yang rawat jalan atau yang tidak dibawa ke dokter/rumah sakit tidak diketahui
jumlahnya. Namun Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 berhasil mendata kasus
stroke di wilayah perkotaan di 33 provinsi dan 440 kabupaten. Riskesdas tahun 2007 ini
berhasil mengumpulkan sebanyak 258.366 sampel rumah tangga perkotaan dan 987.205
sampel anggota rumah tangga untuk pengukuran berbagai variabel kesehatan
masyarakat. Hasilnya, stroke merupakan pembunuh utama di antara penyakit-penyakit
noninfeksi di kalangan penduduk perkotaan.
Tidak hanya di Indonesia. Konferensi Stroke Internasional yang diadakan di Wina, Austria,
tahun 2008 pun mengungkap terus meningkatnya kasus stroke di kawasan Asia akibat
berubahnya gaya hidup masyarakat. Ini perlu diantisipasi dengan cara menyebarluaskan
pengetahuan tentang bahayanya stroke, misalnya lewat internet, seminar, media massa,
dan lain-lain.
Pada Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) jumlah penderita stroke di tahun 2007 usia 45-54
sekitar 8 persen, sedangkan pada tahun 2013 mencapai 10 persen. Selanjutnya jumlah
penderita stroke usia 55-64 tahun pada Riskesdas 2007 sebanyak 15 persen, sedangkan pada
Riskesdas 2013 mencapai 24 persen.
Pada Riskesdas 2013 jumlah penderita stroke pada usia 15-24 tahun sudah ada yakni 0,2
persen dan ini termasuk tinggi, kata Yayi
Penyebab semakin banyaknya kasus stroke ada tiga hal yakni: kurangnya aktivitas fisik, pola
makan yang jelek seperti konsumsi lemak yang tinggi serta banyaknya perokok atau terkena
pajanan asap rokok.
''Pola makan masyarakat yang sangat jelek ini misalnya masyarakat banyak makan gorengan
dan tidak makan sayur maupun buah karena alasannya harga sayur dan buah lebih mahal
daripada gorengan,''ungkap Sekretaris Prodi S2 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
UGM ini.
Sumber http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-
nasional/14/02/02/n0cz1r-jumlah-penderita-stroke-di-indonesia-terus-meningkat 06-01-2018
DATA PENDRITA STROKE DI INDONESIA
Menurut data stroke tahun 1990 diperkirakan jumlah penderita stroke di Indonesia mencapai
500.000 orang dan sekitar 125.000 diantaranya meninggal atau cacat seumur hidup.
Sementara itu jumlah penderita stroke yang tidak dibawa ke rumah sakit cukup banyak juga
disebabkan karena keterbatasan biaya, jarak yang jauh menempuh rumah sakit dan lain
sebagainya. Sehingga sulit untuk mengetahui data penderita penyakit stroke yang
sesungguhnya.
Data stroke yang dikeluarkan oleh Yayasan Stroke Indonesia menyatakan bahwa penderita
stroke di Indonesia jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004
penelitian di sejumlah rumah sakit menemukan pasien rawat inap karena stroke jumlahnya
sekitar 23.000 orang. Sedangkan yang rawat jalan atau pasien stroke yang tidak dibawa ke
dokter atau rumah sakit jumlah pastinya tidak diketahui.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 mendata kasus stroke di wilayah
perkotaan di 33 provinsi dan 440 kabupaten mengumpulkan sebanyak 258.366 sampel
rumah tangga perkotaan dan 987.205 sampel anggota rumah tangga untuk pengukuran
berbagai variabel kesehatan masyarakat, hasilnya adalah penyakit stroke merupakan