SGD 7
HORMON LBM 2
1. Apa kelenjar dan hormon yg terkait dg
skenario?
2. Anatomi dan histologi dari kelenjar tsb?
• ANATOMI FISIOLOGI b) Otot rangka menjadi atrofi dan lemah
Klenjar suprarenal jumlahnya ada 2, terdapat pada baagian atas dari ginjal kiri c) Tangan dan kaki kurus, perut membesar
dan kanan. Trbagi atas 2 bagian yaitu: d) Luka sukar sembuh, protein tulang berkurang(osteoporosis)
a) Bagian luar yang berwarna kekuning-kunigan menghasilkan kortisol yg di e) Retensi ion meyebabkan hipertensi
sebut korteks. Efek metabolisme epinefrin
b) Bagian medula menghasilkan adrenalin(epinefrin) dan non a) Dalam hati menstimulasi pemecahan glikogen, menaikkan kadar gula
adrenalin(nonepinefrin). darah
Beberapa hormon terpenting yang disekresi oleh korteks adrenal adalah b) Dalam otot menambah pemecahan glikogen melalui pemanbaham
hidrokortison, aldosteron, dan kortikosteron. Semuanya bertalian erat dengan AMP(adenosin manofosfat)
metabolisme, pertumbuhan fungsi ginjal, dan kondisi otot. c) Dalam jaringan lemak, lipolisis(pemecahan lemak) mengakibatkan
Fungsi klenjar suprenalis(korteks) pelepasan asam amino dan gliserol dalam darah
a) Mengatur keseimbagan air, elektrolit dan garam-garam. d) Dalam pankreas menghalangi pelepasan insulin
b) Mengatur/memegaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein. e) Keadaan darurat epinefrin dipakai untuk:
c) Memegaruhi aktifitas klenjar limfoid. · Melepas asam lemakdari jaringan menambah bahan bakaran
Fungsi klenjar renalis(mendula) · Mobilisasi glukosa dengan menambah glikogenesis
a) Vasokontriksi pembuluh darah perifer. · Mengurangi pelepasan insulin guna menghindari pemakaian glukosa.
b) Relaksasi bronkus.
c) Kontraksi selaput lendir dan arteriole pada kulit sehingga berguna untuk
mengurangi perdarahan pada operasi kecil,
• DAFTAR PUSTAKA
• - Sudoyo A.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
• PENYAKIT GRAVES
• Definisi
Penyakit Graves (goiter difusa toksika) merupakan penyebab tersering hipertiroidisme adalah suatu penyakit otonium yang biasanya ditandai oleh produksi
otoantibodi yang memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid. Penderita penyakit Graves memiliki gejala-gejala khas dari hipertiroidisme dan gejala tambahan
khusus yaitu pembesaran kelenjar tiroid/struma difus, oftamopati (eksoftalmus/ mata menonjol) dan kadang-kadang dengan dermopati.
• B. Tanda dan Gejala
• Penyakit Graves umumnya ditandai dengan pembesaran kelenjar tiroid/ struma difus, disertai tanda dan gejala tirotoksikosis dan seringkali juga
disertai oftalmopati (terutama eksoftalmus) dan kadang-kadang dengan dermopati.
• Manifestasi kardiovaskular pada tirotoksikosis merupakan gejala paling menonjol dan merupakan karakteristik gejala dan tanda tirotoksikosis.
• Gejala tirotoksikosis yang sering ditemukan:
• · Hiperaktivitas, iritabilitas
• · Palpitasi
• · Tidak tahan panas dan keringat berlebih
• · Mudah lelah
• · Berat badan turun meskipun makan banyak
• · Buang air besar lebih sering
• · Oligomenore atau amenore dengan libido berkurang
• Tanda tirotoksikosis yang sering ditemukan:
• · Takikardi, fibrilasi atrial
• · Tremor halus, refleks meningkat
• · Kulit hangat dan basah
• · Rambut rontok
Pada pasien dengan usia yang lebih tua, sering tanda dan gejala khas tersebut tidak muncul akibat respons tubuh terhadap peningkatan hormon
tiroid menurun. Gejala yang dominan pada usia tua adalah penurunan berat badan, fibrilasi atrial, dan gagal jantung kongestif.
Oftalmopati pada penyakit Graves ditandai dengan adanya edema dan inflamasi otot-otot ekstraokular dan meningkatnya jaringan ikat dan lemak
orbita. Peningkatan volume jaringan retrobulber memberikan kontribusi besar terhadap manifestasi klinis oftalmopati Graves.
Mekanisme kelainan mata pada penyakit Graves sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Tetapi mengingat hubungan yang erat antara
penyakit Graves dengan oftalmopati, diduga keduanya berasal dari respons autoimun terhadap satu atau lebih antigen di kelenjar tiroid atau orbita.
Sebagian peneliti melaporkan bahwa reseptor TSH-lah yang menjadi antigen dari respons autoimun keduanya. Tetapi sebagian yang lain
melaporkan adanya antigen lain di orbita yang berperan dalam mekanisme terjadinya oftalmopati, sehingga dikatakan bahwa penyakit Graves dan
oftalmopati Graves merupakan penyakit autoimun yang masing-masing berdiri sendiri. Oleh karena itu kelainan mata pada penyakit Graves dapat
timbul mendahului, atau bersamaan, atau bahkan kemudian setelah penyakit Graves-nya membaik.
• C. Diagnosis
• Penyakit Graves mulai dipikirkan apabila terdapat pembesaran kelenjar tiroid difus disertai tanda dan gejala ke arah
tirotoksikosis. Untuk memastikan diagnosis, diperlukan pemeriksaan TSH dan T4-bebas dalam darah. Pemeriksaan TSH
sangat berguna untuk skrining hipertiroidisme, karena dengan peningkatan sekresi hormon tiroid yang sedikit saja, sudah
akan menekan sekresi TSH. Pada stadium awal penyakit Graves, kadang-kadang TSH sudah tertekan tetapi kadar T-4 bebas
masih normal. Pada keadaan demikian, pemeriksaan T-3bebas diperlukan untuk memastikan diagnosis T-3 toksikosis.
• Apabila dengan pemeriksaan fisis dan laboratorium belum juga dapat menegakkan diagnosis penyakit Graves, dapat
dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan tes supresi tiroksin.
• D. Pemeriksaan laboratorium
• Kelainan laboratorium pada keadaan hipertiroidisme dapat dilihat pada skema dibawah ini :
• Autoantibodi tiroid , TgAb dan TPO Ab dapat dijumpai baik pada penyakit Graves maupun tiroiditis Hashimoto , namun
TSH-R Ab (stim) lebih spesifik pada penyakit Graves. Pemeriksaan ini berguna pada pasien dalam keadaan apathetic
hyperthyroid atau pada eksoftamos unilateral tanpa tanda-tanda klinis dan laboratorium yang jelas.
• Untuk dapat memahami hasil-hasil laboratorium pada penyakit Graves dan hipertiroidisme umumnya, perlu mengetahui
mekanisme umpan balik pada hubungan (axis) antara kelenjar hipofisis dan kelenjar tiroid. Dalam keadaan normal, kadar
hormon tiroid perifer, seperti L-tiroksin (T-4) dan tri-iodo-tironin (T-3) berada dalam keseimbangan dengan thyrotropin
stimulating hormone (TSH). Artinya, bila T-3 dan T-4 rendah, maka produksi TSH akan meningkat dan sebaliknya ketika
kadar hormon tiroid tinggi, maka produksi TSH akan menurun.
• Pada penyakit Graves, adanya antibodi terhadap reseptor TSH di membran sel folikel tiroid, menyebabkan perangsangan
produksi hormon tiroid secara terus menerus, sehingga kadar hormon tiroid menjadi tinggi. Kadar hormon tiroid yang
tinggi ini menekan produksi TSH di kelenjar hipofisis, sehingga kadar TSH menjadi rendah dan bahkan kadang-kadang tidak
terdeteksi. Pemeriksaan TSH generasi kedua merupakan pemeriksaan penyaring paling sensitif terhadap hipertiroidisme,
oleh karena itu disebut TSH sensitive (TSHs), karena dapat mendeteksi kadar TSH sampai angka mendekati 0,05mIU/L.
Untuk konfirmasi diagnostik, dapat diperiksa kadar T-4 bebas (free T-4/FT-4).
• E. Pemeriksaan Penunjang lain
• Pemeriksaan penunjang lain seperti pencitraan (scan dan USG tiroid) untuk menegakkan diagnosis penyakit Graves jarang
diperlukan, kecuali scan tiroid pada tes supresi tiroksin.
8. Bagaimana alur diagnosis pd kelainan
kelenjar adrenal?
Pemeriksaan pada Cushing's Sindrome
Adapun pemeriksaan untuk gejala-gejala klinisnya yaitu: pemeriksaan ini diawali dengan memperhatikan
gejala-gejala dari pasien, selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang dengan mengukur kadar
hormon cortisol. Adapun pemeriksaan laboratoriumnya yaitu :
1.Tes supresi steroid :contohnya dexamethason test, hormon sintesis dengan efek metabolik yang lebih
tinggi dari cortisol. Digunakan untuk menentukan penderita Cushing's Sindrome.
2. Pemeriksaan menentukan kadar cortisol : kadar ACTH plasma dapat berguna untuk membedakan kasus
variasi Cushing's Sindrome, terutama dalam memisahkan tergantung ACTH dari penyebab
ketidaktergantungan ACTH. Secara umum, pengukuran ACTH plasma berguna untuk mendiagnosis etiologi
ACTH independent.
3. CT-Scan : Untuk menunjukkan pembesaran adrenal pada kasus Cushing's Sindrome. Berdasarkan hasil
CT-Scan didapatkan adanya tumor hipofisis.
4. Photo Scanning : Pemeriksaan adrenal yang mengharuskan pemberian Cortisol radioaktif secara iv.
5. Pemeriksaan EKG dan MRI
Pengobatan Cushing's Sindrome
- Bila dijumpai tumor hipofisis, sebaiknya diusahakan reseksi tumor tranfenoida, tetapi jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis
namun tumor tidak dapat ditemukan, maka dapat dilakukan radiasi cobalt pada kelenjar hipofisis.
- Bila bedah hipofisis, terapi radiasi. terapi media dengan menghambat adrenal gagal, penyakit ini dapat dikontrol dengan
adrenalektomi total dan diikuti pemberian cortisol dosis fisiologis.
- - Obat dapat mengambat steroidogenesis seperti Metirapon, Ketonazol, dan Aminoquatamid atau menghambat sekresi ACTH.
- - Bila neoplasma adrenal cortisol disebabkan oleh cortisol yang berlebihan, peningkatan neoplasma disusul kemoterapi pada
penderita dengan karsinoma.