Anda di halaman 1dari 35

Ariyani Kurnia Illahi

SGD 7
HORMON LBM 2
1. Apa kelenjar dan hormon yg terkait dg
skenario?
2. Anatomi dan histologi dari kelenjar tsb?
• ANATOMI FISIOLOGI b) Otot rangka menjadi atrofi dan lemah
Klenjar suprarenal jumlahnya ada 2, terdapat pada baagian atas dari ginjal kiri c) Tangan dan kaki kurus, perut membesar
dan kanan. Trbagi atas 2 bagian yaitu: d) Luka sukar sembuh, protein tulang berkurang(osteoporosis)
a) Bagian luar yang berwarna kekuning-kunigan menghasilkan kortisol yg di e) Retensi ion meyebabkan hipertensi
sebut korteks. Efek metabolisme epinefrin
b) Bagian medula menghasilkan adrenalin(epinefrin) dan non a) Dalam hati menstimulasi pemecahan glikogen, menaikkan kadar gula
adrenalin(nonepinefrin). darah
Beberapa hormon terpenting yang disekresi oleh korteks adrenal adalah b) Dalam otot menambah pemecahan glikogen melalui pemanbaham
hidrokortison, aldosteron, dan kortikosteron. Semuanya bertalian erat dengan AMP(adenosin manofosfat)
metabolisme, pertumbuhan fungsi ginjal, dan kondisi otot. c) Dalam jaringan lemak, lipolisis(pemecahan lemak) mengakibatkan
Fungsi klenjar suprenalis(korteks) pelepasan asam amino dan gliserol dalam darah
a) Mengatur keseimbagan air, elektrolit dan garam-garam. d) Dalam pankreas menghalangi pelepasan insulin
b) Mengatur/memegaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein. e) Keadaan darurat epinefrin dipakai untuk:
c) Memegaruhi aktifitas klenjar limfoid. · Melepas asam lemakdari jaringan menambah bahan bakaran
Fungsi klenjar renalis(mendula) · Mobilisasi glukosa dengan menambah glikogenesis
a) Vasokontriksi pembuluh darah perifer. · Mengurangi pelepasan insulin guna menghindari pemakaian glukosa.
b) Relaksasi bronkus.
c) Kontraksi selaput lendir dan arteriole pada kulit sehingga berguna untuk
mengurangi perdarahan pada operasi kecil,

Fisiologi klenjar suprarenal


Glukokortikoid, fungsimya:
a) Menigkatkan kegiatan metabolisme berbagai zat dalam tubuh.
b) Menurunkan ambang rangsangan susunan saraf pusat.
c) Mengiatkan sekresi asam lambung.
d) Menguatkan efek noadrenalin terhadap pembulh darah dan merendahkan
permebealitas dinding pembuluh darah.
e) Menurunkan daya tahan terhadap infeksidan menghambat pembentukan
antibodi.
f) Menghambat pelepasan histamin dalam reaksi alergi
Hipersekresi glukokortikoid
a) Hiperglikemia, penigkatan kadar gula dalam darah
3. Apa kelainan pada kelanjar tsb?
4. Apa etiologi dari skenario?
• Sindrom cushing disebabkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik atau oleh
sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (spontan). Sindrom
cushing terjadi ketika jaringan tubuh yang terkena tingkat tinggi kortisol terlalu lama. Banyak orang
mengembangkan sindrom cushing karena mereka mengambil hormon glukokortikoid-steroid yang secara
kimiawi mirip dengan kortisol yang diproduksi secara alami seperti prednisone untuk asma, rheumatoid
arthritis, lupus, dan penyakit inflamasi lainnya. Bahan tersebut juga digunakan untuk menekan sistem
kekebalan tubuh setelah transplantasi untuk menjaga tubuh dari menolak organ baru atau jaringan. Orang
lain mengembangkan sindrom cushing karena tubuh mereka memproduksi terlalu banyak hormon kortisol.
• Penyebab paling umum dari sindrom Cushing adalah pemberian glukokortikoid eksogen ditentukan oleh
seorang praktisi kesehatan untuk mengobati penyakit lain (disebut sindrom cushing iatrogenik’s). Hal ini
dapat menjadi efek pengobatan steroid dari berbagai gangguan seperti asma dan rheumatoid arthritis, atau
dalam imunosupresi setelah transplantasi organ. Penambahan ACTH sintetik juga mungkin, tapi ACTH kurang
sering diresepkan karena biaya dan kegunaan yang lebih rendah. Meskipun jarang, Sindrom Cushing juga
dapat disebabkan penggunaan medroksiprogesteron. Selain itu, beberapa kekacauan sistem tubuh sendiri
akan merespon untuk mensekresi kortisol. Biasanya, ACTH dilepaskan dari kelenjar pituitari bila diperlukan
untuk merangsang pelepasan kortisol dari kelenjar adrenal. Dalam pituitari Cushing, seorang adenoma jinak
mengeluarkan ACTH hipofisis. Ini juga dikenal sebagai penyakit Cushing dan bertanggung jawab atas 70%
dari sindrom Cushing endogen’s. Sindrom Cushing juga disebabkan oleh tumor hipofisis atau tumor yang
melepaskan ACTH (Niemen, 2005).
• Pada tumor korteks adrenal dapat terjadi tanpa bergantung pada kontrol ACTH yang dengan kemampuannya
untuk menyekresi kortisol secara autonomi dalam korteks adrenal. Tumor korteks adrenal yang akhirnya
menjadi sindrom cushing yang jinak (adenoma) atau yang ganas (karsinoma). Adenoma korteks adrenal
dapat menyebabkan sindrom cushing berat, namun biasanya berkembang secara lamba dan gejala dapat
timbul bertahun-tahun sebelum diagnosis ditegakkan. Sebaliknya, karsinoma adreokortikal berkembang
secara cepat dan dapat menyebabkan metastasis serta kematian (Niemen, 2005).
5. Patofisiologi dari scenario tsb?
• PATOFISIOLOGI • 4. Sistem kekebalan
• Penyebab cushing sindrom adalah peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang • Ada dua respon utama sistem kekebalan; yang pertama adalah pembentukan antibody
menetap. Untuk lebih memahami manifestasi klinik sindrom chusing, kita perlu membahas humoral oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang lainnya tergantung
akibat-akibat metabolik dari kelebihan glikokorikoid. Korteks adrenal mensintesis dan pada reaksi-reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi.
mensekresi empat jenis hormon:
• 1. Glukokortikoid. Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal manusia • Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibody humoral dan menghabat pusat-pusat
adalah kortisol germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen. Gangguan respon
imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini: Proses pengenalan antigen awal
• 2. Mineralokortikoid. Mineralokortikoid yang fisiologis yang diproduksi adalah oleh sel-sel sistem monosit makrofag. Induksi dan proleferasi limfosit imunokompeten.
aldosteron, Produksi anti bodi. Reaksi peradangan. Menekan reaksi hipersensitifitas lambat.
• 3. Androgen • 5. Sekresi lambung
• 4. Estrogen
• Sekeresi asam lambung dapat ditingkatkan sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat
• Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan keadan-keadaan seperti dibawah ini: meningkat. Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh steroid dan faktor-faktor ini dapat
mempermudah terjadinya tukak.
• 1. Metabolisme protein dan karbohidrat.
• 6. Fungsi otak
• Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein, menyebabkan
menurunnya kemampuan sel-sel pembentk protein untuk mensistesis protein, sebagai • Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan oleh
akibatnya terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.
tulang. Secara klinis dapat ditemukan: Kulit mengalami atropi dan mudah rusak, luka- luka
sembuh dengan lambat. Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan tanda • 7. Eritropoesis
regang pada kulit berwarna ungu (striae). Otot-otot mengalami atropi dan menjadi lemah.
Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan penyokong vaskule • Involusi jaringan limfosit, rangsangan pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoiesis.
menyebabkan mudah timbul luka memar. Matriks protein tulang menjadi rapuh dan Namun secara klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari glukokortikoid adalah
menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan mudah terjadi fraktur patologis. kemampuannya untuk menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini glukokortikoid dapat
Metabolisme karbohidrat dipengaruhi dengan merangsang glukoneogenesis dan menganggu menghambat hiperemia, ekstra vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas kapiler,
kerja insulin pada sel-sel perifer, sebagai akibatnya penderita dapat mengalami hiperglikemia. menghambat pelapasan kiniin yang bersifat pasoaktif dan menekan fagositosis. Efeknya pada
Pada seseorang yang mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek dari sel mast; menghambat sintesis histamin dan menekan reaksi anafilaktik akut yang
glukokortikoid akan dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk meningkatkan berlandaskan hipersensitivitas yang dperantarai anti bodi. Penekanan peradangan sangat
toleransi glukosa. Sebaliknya penderita dengan kemampuan sekresi insulin yang menurun deperlukan, akan tetapi terdapat efek anti inflamasi yang merugikan penderita. Pada infeksi
tidak mampu untuk mengkompensasi keadaan tersebut, dan menimbulkan manifestasi klinik akut tubuh mungkin tidak mampu melindungi diri sebagai layaknya sementara menerima
DM. dosis farmakologik. (Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1090-1091)
• 2. Distribusi jaringan adiposa.
• Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh Obesitas Wajah bulan (moon
face). Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal (punguk bison),
Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawah yang kurus akibat atropi otot
memberikan penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.
• 3. Elektrolit
• Efek minimal pada elektrolit serum. Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu besar dapat
menyebabkan retensi natrium dan pembuangan kalium. Menyebabkan edema, hipokalemia
dan alkalosis metabolic.
• Patofisiologi penurunan absorbsi kalsium dari usus, dan peningkatan
• Keadaan hiperglukokortikoid pada sindrom Cushing ekskresi kalsium dari ginjal. Akibat hal tersebut terjadi
menyebabkan katabolisme protein yang berlebihan hipokalsemia, osteomalasia, dan retardasi
sehingga tubuh kekurangan protein. Kulit dan jaringan pertumbuhan. Peningkatan ekskresi kalsium dari ginjal
subkutan menjadi tipis, pembuluh-pembuluh darah bisa menyebabkan urolitiasis.
menjadi rapuh sehingga tampak sebagai stria berwarna • Pada keadaan hiperglukokortikoid bisa timbul
ungu di daerah abdomen, paha, bokong, dan lengan hipertensi,namun penyebabnya belum diketahui
atas. Otot-otot menjadi lemah dan sukar berkembang, dengan jelas. Hipertensi dapat disebabkan oleh
mudah memar, luka sukar sembuh, serta rambut tipis peningkatan sekresi angiotensinogen akibat kerja
dan kering. langsung glukokortikoid pada arteriol atau akibat kerja
glukokortikoid yang mirip mineralokortikoid sehingga
• Keadaan hiperglukokortikoid di dalam hati akan menyebabkan peningkatan retensi air dan natrium,
meningkatkan enzim glukoneogenesis dan serta ekskresi kalium. Retensi air ini juga akan
aminotransferase. Asam-asam amino yang dihasilkan menyebabkan wajah yang bulat menjadi tampak
dari katabolisme protein diubah menjadi glukosa dan pletorik.
menyebabkan hiperglikemia serta penurunan
pemakaian glukosa perifer, sehingga bisa menyebabkan • Keadaan hiperglukokortikoid juga dapat menimbulkan
diabetes yang resisten terhadap insulin. Pengaruh gangguan emosi, insomnia, dan euforia. Pada sindrom
hiperglukokortikoid terhadap sel-sel lemak adalah Cushing, hipersekresi glukokortikoid sering disertai oleh
meningkatkan enzim lipolisis sehingga terjadi peningkatan sekresi androgen adrenal sehingga bisa
hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia. Pada sindrom ditemukan gejala dan tanda klinis hipersekresi
Cushing ini terjadi redistribusi lemak yang khas. Gejala androgen seperti hirsutisme, pubertas prekoks, dan
yang bisa dijumpai adalah obesitas dengan redistribusi timbulnya jerawat.
lemak sentripetal. Lemak terkumpul di dalam dinding
abdomen, punggung bagian atas yang membentuk
buffalo hump, dan wajah sehingga tampak bulat seperti
bulan dengan dagu ganda.
• Pengaruh hiperglukokortikoid terhadap tulang
menyebabkan peningkatan resorpsi matriks protein,
6. Apa penyebab dr gejala yg dirassakan pd
skenario?
7. DD
•SINDROM CUSHING
•Definisi
Cushing syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh hiperadrenokortisisme akibat neoplasma korteks adrenal
atau adenohipofisis, atau asupan glukokortikoid yang berlebihan. Bila terdapat sekresi sekunder hormon adrenokortikoid yang
berlebihan akibat adenoma hipofisis dikenal sebagai Cushing Disease.
•Tanda dan Gejala
Kortikosteroid berubah-ubah banyaknya dan didistribusikan ke lemak tubuh. lemak tubuh terbentuk melaui torso dan
kemungkinan nyata sekali diatas punggung. Seseorang dengan sindrom cushing biasanya memiliki muka yang besar, (muka
bulan). Tangan dan kaki biasanya ramping pada bagian batang yang menebal. Otot kehilangan kekuatannya, dan menjadi
lemah. Kulit menjadi tipis, mudah memar, kurang sembuh dengan baik ketika memar atau luka. Lapisan warna ungu yang
terlihat seperti tanda kerutan bisa terbentuk diatas perut. orang dengan sindrom cushing cenderung mudah lelah.
Kadar kortikosteroid tinggi setiap waktu meningkatkan tekanan darah, melemahkan tulang (osteoporosis), dan mengurangi
perlawana terhadap infeksi. Resiko terbentuknya batu ginjal dan diabetes meningkat, dan gangguan mental, termasuk depresi
dan halusinasi, bisa terjadi. Wanita biasanya memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur. Anak dengan sindrom cushing
lambat bertumbuh dan tetap pandek. Pada beberapa orang, kelenjar adrenal juga menghasilkan androgen dalam jumlah
besar (testosteron dan hormon sejenisnya), menyebabkan peningkatan muka dan rambut tubuh pada wanita dan kebotakan.
Gejala sindrom Cushing antara lain:
•Berat badan naik, terutama di sekitar perut dan punggung bagian atas;
•Kelelahan yang berlebihan;
•Otot terasa lemah;
•Muka membundar (moon face);
•Edema (pembengkakan) kaki;
•Tanda merah/pink pada kulit bagian paha, pantat, dan perut;
•Depresi;
•Periode menstruasi pada wanita yang tidak teratur;
• B. Diagnosa dan Pemeriksaan Laboratorium
• Pengukuran kadar kortisol, hormon utama kortikosteroid, pada darah. Secara normal,
kadar kortisol tinggi pada pagi hari dan rendah pada malam hari. Pada orang yang
memiliki sindrom cushing, kadar kortisol sangat tinggi setiap hari.
• Jika kadar kortisol tinggi, dokter bisa menganjurkan tes suppression deksametason.
Deksametason menekan kelenjar pituitary dan harus menyebabkan tekanan pada
pengeluaran kortisol dengan kelenjar adrenalin. Jika sindrom cushing disebabkan oleh
terlalu banyak rangsangan pituitary, kadar kortisol akan jatuh kebeberapa perluasan,
meskipun tidak sebanyak pada orang yang tidak memiliki sindrom cushing. Jika sindrom
cushing mempunyai penyebab lain, kadar kortisol akan tetap tinggi. Kadar kortikotropin
yang tinggi lebih lanjut menyebabkan rangsangan berlebihan pada kelenjar adrenalin.
• Tes imaging kemungkinan dibutuhkan untuk memastikan penyebab pasti, termasuk
sebuah computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI) scan pada
pituitary atau kelenjar adrenalin dan sebuah sinar-X dada atau CT scan pada paru-paru.
Meskipun begitu, tes-tes ini bisa kadangkala gagal untuk menemukan tumor.
• Ketika produksi berlebihan pada kortikotropin dinyatakan sebagai penyebab, contoh
darah kemungkinan diambil dari pembuluh yang mengeringkan pituitary untuk melihat
jika hal tersebut adalah sumber.
• C. Langkah-langkah dalam diagnosa dan pemeriksaan • · Deksametason 20 mg/kg setiap 6 jam selama 2 hari
berturut-turut
• 1. Langkah Pertama : menguji diagnosis
• · Sindrom Cushing: Kadar kortisol plasma < 7 μg/dL
• Macam pemeriksaan laboratorium :
• a. Pemeriksaan kadar kortisol plasma • · Kortisol bebas 17-hidroksikortikosteroid dalam urin
24 jam
• · Normal : Pagi hari 5-25 μg/dL dan
malam hari menurun menjadi 50 % • b. Pemeriksaan kadar ACTH plasma
• · Sindrom Cushing: pada malam hari kadarnya tidak • · Alat immunoradiometric assay (IRMA)
menurun atau tetap • · Tergantung ACTH: kadar ACTH plasma > 10 pg/mL
• · Tidak dapat digunakan pada anak usia < 3 tahun • · Tidak tergantung ACTH: kadar ACTH plasma < 5
• b. Pemeriksaan kadar kortisol bebas atau17- pg/mL
hidroksikortikosteroid dalam urin 24jam
• 3. Langkah ketiga
• · Sindrom Cushing: kadar kortisol bebas atau 17-
hidroksikortikosteroid dalam urin 24 jam meningkat • a. Lokasi penyebab primer
• c. Tes supresi adrenal ( tes supresi deksametason • b. MRI
dosis tunggal) • c. Evaluasi periodik
• · 23.00: Deksametason 0,3 mg/m2 diberikan per oral • d. CT scan toraks dan abdomen
• · 08.00: Periksa kadar kortisol plasma • e. CT scan adrenal
• · Normal : kortisol plasma < 5μg/dl
• · Cushing : kortisol plasma > 5 μg/Dl
• 2. Langkah kedua : kemungkinan penyebab
• a. Pemeriksaan supresi deksametason tinggi
• D. Pendekatan Diagnosis
• · Uji kadar kortisol plasma > 5 µg/dl pada sampel jam 8 pagi setelah pemberian deksametason pada tengah
malam.
• · Uji urine 24 jam dengan kadar kortisol bebas > 100 µg/hari
• · Supresi deksametason dosis rendah selama 2 hari, kegagalan menekan kortisol plasma hingga < dl ="
sindrom"
• E. Pengobatan
• Pengobatan bergantung pada apakah masalah pada kelenjar adrenal, kelenjar pituitary, atau daerah lain. Operasi atau
terapi radiasi kemungkinan dibutuhkan untuk mengangkat atau menghancurkan tumor pituitary. Tumor pada kelenjar
adrenalin (biasanya adenomas) bisa seringkali bisa diangkat dengan cara operasi. Kedua kelenjar adrenalin bisa diangkat
jika pengobatan ini tidak efektif atau jika tidak terdapat tumor. Orang yang kedua kelenjar adrenalinnya diangkat, dan
banyak orang yang memiliki bagian pada kelenjar adrenalinnya diangkat, harus menggunakan kortikosteroid untuk hidup.
Tumor diluar pituitary dan kelenjar adrenalin yang mengeluarkan hormon berlebihan biasanya diangkat dengan cara
operasi. Obat-obatan tertentu, seperti metyrapone atau ketoconazole, bisa menurunkan kadar kortisol dan bisa digunakan
ketika menunggu pengobatan yang lebih pasti seperti operasi.

• DAFTAR PUSTAKA
• - Sudoyo A.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
• PENYAKIT GRAVES
• Definisi
Penyakit Graves (goiter difusa toksika) merupakan penyebab tersering hipertiroidisme adalah suatu penyakit otonium yang biasanya ditandai oleh produksi
otoantibodi yang memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid. Penderita penyakit Graves memiliki gejala-gejala khas dari hipertiroidisme dan gejala tambahan
khusus yaitu pembesaran kelenjar tiroid/struma difus, oftamopati (eksoftalmus/ mata menonjol) dan kadang-kadang dengan dermopati.
• B. Tanda dan Gejala
• Penyakit Graves umumnya ditandai dengan pembesaran kelenjar tiroid/ struma difus, disertai tanda dan gejala tirotoksikosis dan seringkali juga
disertai oftalmopati (terutama eksoftalmus) dan kadang-kadang dengan dermopati.
• Manifestasi kardiovaskular pada tirotoksikosis merupakan gejala paling menonjol dan merupakan karakteristik gejala dan tanda tirotoksikosis.
• Gejala tirotoksikosis yang sering ditemukan:
• · Hiperaktivitas, iritabilitas
• · Palpitasi
• · Tidak tahan panas dan keringat berlebih
• · Mudah lelah
• · Berat badan turun meskipun makan banyak
• · Buang air besar lebih sering
• · Oligomenore atau amenore dengan libido berkurang
• Tanda tirotoksikosis yang sering ditemukan:
• · Takikardi, fibrilasi atrial
• · Tremor halus, refleks meningkat
• · Kulit hangat dan basah
• · Rambut rontok
Pada pasien dengan usia yang lebih tua, sering tanda dan gejala khas tersebut tidak muncul akibat respons tubuh terhadap peningkatan hormon
tiroid menurun. Gejala yang dominan pada usia tua adalah penurunan berat badan, fibrilasi atrial, dan gagal jantung kongestif.
Oftalmopati pada penyakit Graves ditandai dengan adanya edema dan inflamasi otot-otot ekstraokular dan meningkatnya jaringan ikat dan lemak
orbita. Peningkatan volume jaringan retrobulber memberikan kontribusi besar terhadap manifestasi klinis oftalmopati Graves.
Mekanisme kelainan mata pada penyakit Graves sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Tetapi mengingat hubungan yang erat antara
penyakit Graves dengan oftalmopati, diduga keduanya berasal dari respons autoimun terhadap satu atau lebih antigen di kelenjar tiroid atau orbita.
Sebagian peneliti melaporkan bahwa reseptor TSH-lah yang menjadi antigen dari respons autoimun keduanya. Tetapi sebagian yang lain
melaporkan adanya antigen lain di orbita yang berperan dalam mekanisme terjadinya oftalmopati, sehingga dikatakan bahwa penyakit Graves dan
oftalmopati Graves merupakan penyakit autoimun yang masing-masing berdiri sendiri. Oleh karena itu kelainan mata pada penyakit Graves dapat
timbul mendahului, atau bersamaan, atau bahkan kemudian setelah penyakit Graves-nya membaik.
• C. Diagnosis
• Penyakit Graves mulai dipikirkan apabila terdapat pembesaran kelenjar tiroid difus disertai tanda dan gejala ke arah
tirotoksikosis. Untuk memastikan diagnosis, diperlukan pemeriksaan TSH dan T4-bebas dalam darah. Pemeriksaan TSH
sangat berguna untuk skrining hipertiroidisme, karena dengan peningkatan sekresi hormon tiroid yang sedikit saja, sudah
akan menekan sekresi TSH. Pada stadium awal penyakit Graves, kadang-kadang TSH sudah tertekan tetapi kadar T-4 bebas
masih normal. Pada keadaan demikian, pemeriksaan T-3bebas diperlukan untuk memastikan diagnosis T-3 toksikosis.
• Apabila dengan pemeriksaan fisis dan laboratorium belum juga dapat menegakkan diagnosis penyakit Graves, dapat
dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan tes supresi tiroksin.
• D. Pemeriksaan laboratorium
• Kelainan laboratorium pada keadaan hipertiroidisme dapat dilihat pada skema dibawah ini :
• Autoantibodi tiroid , TgAb dan TPO Ab dapat dijumpai baik pada penyakit Graves maupun tiroiditis Hashimoto , namun
TSH-R Ab (stim) lebih spesifik pada penyakit Graves. Pemeriksaan ini berguna pada pasien dalam keadaan apathetic
hyperthyroid atau pada eksoftamos unilateral tanpa tanda-tanda klinis dan laboratorium yang jelas.
• Untuk dapat memahami hasil-hasil laboratorium pada penyakit Graves dan hipertiroidisme umumnya, perlu mengetahui
mekanisme umpan balik pada hubungan (axis) antara kelenjar hipofisis dan kelenjar tiroid. Dalam keadaan normal, kadar
hormon tiroid perifer, seperti L-tiroksin (T-4) dan tri-iodo-tironin (T-3) berada dalam keseimbangan dengan thyrotropin
stimulating hormone (TSH). Artinya, bila T-3 dan T-4 rendah, maka produksi TSH akan meningkat dan sebaliknya ketika
kadar hormon tiroid tinggi, maka produksi TSH akan menurun.
• Pada penyakit Graves, adanya antibodi terhadap reseptor TSH di membran sel folikel tiroid, menyebabkan perangsangan
produksi hormon tiroid secara terus menerus, sehingga kadar hormon tiroid menjadi tinggi. Kadar hormon tiroid yang
tinggi ini menekan produksi TSH di kelenjar hipofisis, sehingga kadar TSH menjadi rendah dan bahkan kadang-kadang tidak
terdeteksi. Pemeriksaan TSH generasi kedua merupakan pemeriksaan penyaring paling sensitif terhadap hipertiroidisme,
oleh karena itu disebut TSH sensitive (TSHs), karena dapat mendeteksi kadar TSH sampai angka mendekati 0,05mIU/L.
Untuk konfirmasi diagnostik, dapat diperiksa kadar T-4 bebas (free T-4/FT-4).
• E. Pemeriksaan Penunjang lain
• Pemeriksaan penunjang lain seperti pencitraan (scan dan USG tiroid) untuk menegakkan diagnosis penyakit Graves jarang
diperlukan, kecuali scan tiroid pada tes supresi tiroksin.
8. Bagaimana alur diagnosis pd kelainan
kelenjar adrenal?
Pemeriksaan pada Cushing's Sindrome
Adapun pemeriksaan untuk gejala-gejala klinisnya yaitu: pemeriksaan ini diawali dengan memperhatikan
gejala-gejala dari pasien, selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang dengan mengukur kadar
hormon cortisol. Adapun pemeriksaan laboratoriumnya yaitu :
1.Tes supresi steroid :contohnya dexamethason test, hormon sintesis dengan efek metabolik yang lebih
tinggi dari cortisol. Digunakan untuk menentukan penderita Cushing's Sindrome.
2. Pemeriksaan menentukan kadar cortisol : kadar ACTH plasma dapat berguna untuk membedakan kasus
variasi Cushing's Sindrome, terutama dalam memisahkan tergantung ACTH dari penyebab
ketidaktergantungan ACTH. Secara umum, pengukuran ACTH plasma berguna untuk mendiagnosis etiologi
ACTH independent.
3. CT-Scan : Untuk menunjukkan pembesaran adrenal pada kasus Cushing's Sindrome. Berdasarkan hasil
CT-Scan didapatkan adanya tumor hipofisis.
4. Photo Scanning : Pemeriksaan adrenal yang mengharuskan pemberian Cortisol radioaktif secara iv.
5. Pemeriksaan EKG dan MRI
Pengobatan Cushing's Sindrome
- Bila dijumpai tumor hipofisis, sebaiknya diusahakan reseksi tumor tranfenoida, tetapi jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis
namun tumor tidak dapat ditemukan, maka dapat dilakukan radiasi cobalt pada kelenjar hipofisis.
- Bila bedah hipofisis, terapi radiasi. terapi media dengan menghambat adrenal gagal, penyakit ini dapat dikontrol dengan
adrenalektomi total dan diikuti pemberian cortisol dosis fisiologis.
- - Obat dapat mengambat steroidogenesis seperti Metirapon, Ketonazol, dan Aminoquatamid atau menghambat sekresi ACTH.
- - Bila neoplasma adrenal cortisol disebabkan oleh cortisol yang berlebihan, peningkatan neoplasma disusul kemoterapi pada
penderita dengan karsinoma.

Hubungan penggunaan kortikosteroid dengan peningkatan kadar hormon Cortisol


Pemberian obat-obat kortikosteroid seperti Dexamethason dapat meningkatkan kadar hormon Cortisol dalam darah, hal ini
terjadi karena Dexamethason menyebabkan hipofisis mensekresi ACTH sehingga kortisol meningkat. Hal itu terjadi hanya pada
penderita Cuching's Sindrome. Dexamethason adalah glukokortikoid dan menstimulasi efek Cortisol, termasuk umpan balik
negatif pada kelenjar pituitary.
ACTH
ACTH adalah hormon yang dihasilkan dalam kelenjar pituitary yang merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol.
Fungsi utama ACTH adalah untuk mengatur hormon steroid cortisol, yang dikeluarkan oleh korteks adrenal. ACTH disintesi dari
pra-po-opiomelanocortin (pra-POMC). ACTH bertindak melalui stimulasi ACTH permukaan sel reseptor, yang terletak di adreno
cortisol terutama sel-sel dari korteks adrenal. Hal ini mengakibatkan sintesis dan sekresi glukominerallo kortikosteroid dan
steroid adronegik. penyakit primer hipothalamus hipofise yang berkaitan dengan pengeluaran ACTH yang berlebihan atau
hyperfungsi korteks adrenal dapat terjadi tanpa tergantung pada kontrol ACTH, seperti pada tumor atau hyperplasia korteks
adrenal nodularb bilateral dengan kemapuannya untuk mensekresi kortisol secara autonom dalam korteks adrenal. Beberapa
tindakan diagnostik dapat digunakan untuk menetukan sifat patologi dasar Cushing's Sindrome dan membantu menentukan lesi
yang mungkin dapat ditanggulangi dengan operasi. Penderita Cushing's Sindrome dengan dependent ACTH yang tinggi,
sebaliknya Cushing;s Sindrome dengan independent ACTH memiliki kadar Cortisol yang tinggi namun dengan kadar ACTH yang
rendah.
Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC.
• Gejala klinis :
Beberapa manifestasi klinis yang sering muncul berupa obesitas, hipertensi, osteoporosis,
gangguan psikologis, jerawat, amenorrhea, dan diabetes mellitus meskipun relative tidak spesifik.
Manifestasi klinis diatas dapat disertai dengan gejala sakit punggung, perdarahan bawah kulit,
striae, hirsutisme sering juga perubahan mental sampai psikosis. Pasien-pasien dengan penyakit
ini juga kelihatan kemerahan pada wajahnya, disertai kegemukan sedang sampai berat,
• wajah bulat dan merah (moon face). Kondisi otot jelek dan distribusi lemak bawah kulit abnormal,
di punggung relative lebih tebal dan di tungkai lebih tipis. Bantalan lemak ini paling jelas di
punggung atas dan di atas klavikula (buffalo hump). Kulit menipis, mudah berdarah dan striae
merah muda. Striae cenderung terletak menyilang garis kulit, tampak pada sisi abdomen,
payudara, bokong, pinggul, paha dan lipatan ketiak. Dapat dijumpai juga pertumbuhan berlebihan
bulu rambut tubuh dan wajah. Bisa terjadi sedikit pembesaran klitoris. Tekanan darah meninggi
dan adanya komplikasi hipertensi.
• Gejala sindrom cushing salah satunya adalah terjadi peningkatan berat badan yang cepat,
terutama dari badan dan wajah dari anggota badan (obesitas sentral). Tanda umum lainnya
adalah pertumbuhan bantalan lemak di sepanjang tulang leher dan di bagian belakang leher
(punuk kerbau) dan wajah bulat sering disebut sebagai moon face. Gejala lain termasuk
hiperhidrosis (keringat berlebihan), telangiectasia (pelebaran kapiler), penipisan kulit yang
menyebabkan mudah memar dan kekeringan, khususnya tangan dan selaput lendir, ungu atau
merah striae. Berat badan pada sindrom cushing akan meregangkan kulit yang tipis dan lemah
hingga menyebabkan perdarahan pada pantat, lengan, kaki atau payudara. Selain itu, kelemahan
otot proksimal (pinggul, bahu), dan hirsutisme (wajah laki-pola pertumbuhan rambut), kebotakan
dan atau menyebabkan rambut menjadi sangat kering dan rapuh. Dalam kasus yang jarang
terjadi, sindrom cushing dapat menyebabkan hiperkalsemia, yang dapat menyebabkan nekrosis
kulit. Kelebihan kortisol juga dapat mempengaruhi sistem endokrin lainnya dan menyebabkan
insomnia, menghambat aromatase, libido berkurang, impotensi, amenorea / oligomenore dan
infertilitas akibat peningkatan di androgen (Govindan, 2006).
• Pasien dengan sindrom cushing akan sering mengalami gangguan psikologis, mulai dari euforia ke psikosis. Depresi
dan kecemasan juga umum. Perubahan kulit lainnya mencolok yang mungkin muncul dalam sindrom Cushing
termasuk jerawat, kerentanan terhadap infeksi dermatofit dan malassezia dangkal, dan karakteristik keunguan,
striae atrofi pada perut. Tanda-tanda lainnya termasuk poliuria, hipertensi persisten (karena peningkatan kortisol
tentang efek vasoconstrictive epinefrin) dan resistensi insulin (terutama umum dalam produksi ACTH ektopik),
menyebabkan hiperglikemia (gula darah tinggi) dan resistensi insulin yang dapat menyebabkan diabetes mellitus.
Resistensi insulin ini disertai dengan perubahan kulit seperti nigricans acanthosis di ketiak dan di sekitar leher,
serta tanda kulit di ketiak. Sindrom Cushing yang tidak diobati dapat menyebabkan penyakit jantung dan kematian
meningkat. Sindrom Cushing karena kelebihan ACTH juga dapat mengakibatkan hiperpigmentasi, Hal ini
disebabkan produksi hormon yang merangsang melanosit sebagai produk sampingan dari sintesis ACTH dan dari
Pro-opiomelanocortin (POMC). Kortisol juga dapat menunjukkan aktivitas mineralcorticoid dalam konsentrasi
tinggi, memperburuk hipertensi dan menyebabkan hipokalemia (umum di sekresi ACTH ektopik). Selanjutnya,
gangguan pencernaan, infeksi oportunistik dan gangguan penyembuhan luka (kortisol adalah hormon stres,
sehingga menekan respon imun dan inflamasi). Osteoporosis juga merupakan masalah dalam sindrom Cushing
karena, sebagaimana disebutkan sebelumnya, membangkitkan respon stres kortisol seperti. Akibatnya, perawatan
tulang (dan jaringan lainnya) menjadi sekunder untuk pemeliharaan respon stres. Selain itu, Cushing dapat
menyebabkan sakit sendi, terutama di pinggul, bahu, dan punggung bawah (Govindan, 2006).
• Kadar kortikosteroid tinggi setiap waktu meningkatkan tekanan darah, melemahkan tulang (osteoporosis), dan
mengurangi perlawanan terhadap infeksi. Resiko terbentuknya batu ginjal dan diabetes meningkat, dan gangguan
mental, termasuk depresi dan halusinasi, bisa terjadi. Wanita biasanya memiliki siklus menstruasi yang tidak
teratur. Anak dengan sindrom cushing lambat tumbuh dan tetap pandek. Pada beberapa orang, kelenjar adrenal
juga menghasilkan androgen dalam jumlah besar (testosteron dan hormon sejenisnya), menyebabkan moon face
dan bulu rambut tubuh pada wanita dan kebotakan (Govindan, 2006).
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
• 1. Pada pemeriksaan laboratorium sederhana, didapati limfositofeni, jumlah netrofil antara 10.000 – 25.000/mm3. eosinofil 50/ mm3
hiperglekemi (Dm pada 10 % kasus) dan hipokalemia.
• 2. Pemeriksaan laboratorik diagnostik. Pemeriksaan kadar kortisol dan “overnight dexamethasone suppression test” yaitu
memberikan 1 mg dexametason pada jam 11 malam, esok harinya diperiksa lagi kadar kortisol plasma. Pada keadaan normal kadar ini
menurun. Pemerikaan 17 hidroksi kortikosteroid dalam urin 24 jam (hasil metabolisme kortisol), 17 ketosteroid dalam urin 24 jam.
• 3. Tes-tes khusus untuk membedakan hiperplasi-adenoma atau karsinoma :
• a) Urinary deksametasone suppression test. Ukur kadar 17 hidroxikostikosteroid dalam urin 24 jam, kemudian diberikan
dexametasone 4 X 0,5 mg selama 2 hari, periksa lagi kadar 17 hidroxi kortikosteroid bila tidak ada atau hanya sedikit menurun, mungkin
ada kelainan. Berikan dexametasone 4 x 2 mg selama 2 hari, bila kadar 17 hidroxi kortikosteroid menurun berarti ada supresi-kelainan
adrenal itu berupa hiperplasi, bila tidak ada supresi kemungkinan adenoma atau karsinoma.
• b) Short oral metyrapone test. Metirapone menghambat pembentukan kortisol sampai pada 17 hidroxikortikosteroid. Pada
hiperplasi, kadar 17 hidroxi kortikosteroid akan naik sampai 2 kali, pada adenoma dan karsinoma tidak terjadi kenaikan kadar 17
hidroxikortikosteroid dalam urine.
• c) Pengukuran kadar ACTH plasma.
• d) Test stimulasi ACTH, pada adenoma didapati kenaikan kadar sampai 2 – 3 kali, pada kasinoma tidak ada kenaikan (Mansjoer, 2007).
• Terapi :
Terapi dilakukan berdasarkan etiologinya. Jika disebabkan oleh karena tumor adrenal, maka harus dilakukan tindakan operatif
untuk pengangkatan tumor tersebut, hanya saja sisa kelenjar adrenal akan mengalami atrofi. Terapi substitusi kortikosteroid dibutuhkan
selama berbulan-bulan dan diperlukan penghentian secara bertahap untuk mengembalikan fungsi adrenal ke normal.
Tumor hipofisis harus diobati dengan radiasi eksternal, implantasi atau hipofisektomi transfenoidal. Adrenalektomi total merupakan
pengobatan yang sering dilakukan tetapi bisa terjadi renjatan postoperasi, sepsis dan penyembuhan yang lambat. Pada pasien yang
menjalani adrenalektomi total diperlukan kortikosteroid permanent. Ada 3 jenis obat yang digunakan untuk menekan sekresi kortisol
karsinoma diantaranya metyrapone, amino gluthemide dan p-DDD. Dapat digunakan untuk mengendalikan sindrom Cushing (dan untuk
mengurangi resiko operasi) sebelum pengobatan radikal atau sebagai alternative jika tindakan bedah merupakan kontraindikasi.
• PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar
glukosa darah, natrium, kadar kalium, dan jumlah sel eosinofil. Selain
itu, dilakukan juga pengambilan sampel urin untuk mengetahui kadar
kortisol plasma.
b) Pemeriksaan CT Scan, USG, atau MRI
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui lokasi jaringan adrenal
atau mendeteksi tumor pada kelenjar adrenal.
c) Test supresi deksametason, untuk menegakkan diagnosis
penyebab sindrom cushing apakah dari hipofisis / adrenal.
Deksametason diberikan pada pukul 11 malam dan kadar kortisol
plasma diukur pada pukul 8 pagi berikutnya.
9. tanda-tanda kegawatan pd kelenjar
adrenal?
• Komplikasi yang terjadi pada sindrom cushing adalah:
a) Penyakit arteri koroner, terjadi karena hipertensi berat.
b) Infeksi berat, terjadi jika pasien mengalami diabetes melitus dan
mengalami luka, sehingga memungkinkan terjadinya infeksi berat.
c) Penyakit serebro vaskuler(cerebro vaskuler desease/CVD).
10. Apa hubungan minum jamu dg penyakit yg diderita?
• Pertama denger namanya, awalnya pasti bikin kita ragu apa bakal bisa ditemui penyakit seperti ini di Indonesia, mungkin karena namanya
yang tampak hanya bakal ditemui di negeri antah berantah sana. Namun, dengan kultur dan sugesti sosial yang memang cukup kental di
indonesia ditambah begitu kreatifnya manusia-manusia Indonesia penyakit ini cukup mudah ditemukan.
Sugesti sosial yang saya maksud adalah bahwa kebanyakan penduduk negeri ini meyakini bahwa jamu-jamuan ramuan tradisional bangsa
kita gak ada duanya. Haha (termasuk penulis cukup meyakini hal ini). Tapi itu dulu, ketika semua bahan baku pembuatan jamu betul-betul
diambil murni dari alam dan diolah alami tanpa penamnbahan zat kimia buatan apapun. Bahan-bahan dimaksud dapat berupa beras
kencur, kunyit asam, air sirih, jahe, gula jawa, sambiloto, jeruk nipis, air daun pepaya, cabe puyang, dan sebagainya.
Namun, ironisnya kepintaran saudara-saudara kita telah merusak citra luhur jamu-jamuan di Indonesia. Bahan-bahan alami diganti dengan
bahan-bahan kimia termasuk obat untuk pencapaian tujuan secara instant. Beberapa produk terbukti menggunakan analgetik kuat,
dexamethasone, furosemide dan obat-obat keras lain yang tentu dapat menimbulkan efek negetif jika digunakan tidak sesuai indikasi dan
dosis yang tepat.
Hasilnya, awalnya konsumen dibuat bangga dengan begitu cepatnya mereka meraih sesuatu berhubungan dengan kekurangan kondisi
tubuh mereka. Rasa pegal-pegal yang hilang, berat badan menurun drastis, nafsu makan bertambah adalah beberapa dari sekian banyak
harapan konsumen terhadap produk jamu. Namun ternyata dalam jangka panjang, berkat sentuhan oknum-oknum yang gak beres,
konsumsi terus-menerus jamu-jamuan palsu ini berkembang bak sebuah bom waktu, karena ternyata komplikasi yang terjadi justru
berbahaya.
Ada satu penyakit yang kali ini aku ingin bahas berhubungan dengan komplikasi pemakaian jamu palsu. Hal ini mengingat beberapa waktu
lalu penulis menemukan seorang pasien dengan penyakit dimaksud di Rumah Sakit. Beliau adalah penggemar setia jamu penambah berat
badan, sebut saja Ny.Dexa (berhubungan dengan zat aktif yang kemungkinan besar terkandung dalam jamu yang dikonsumsi,
Dexamethasone -red-). Ny. Dexa memang rutin mengkonsumsi jamu penambah berat badan (inget penambah berat badan, bukan
penambah nasfu yang lain ya..). Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk mendiskreditkan produk jamu kita, namun lebih mengingatkan kita
semua untuk lebih berhati-hati dalam memilih dan mengkonsumsi jamu.
Sebelumnya mari perkenalkan nama sang penyakit adalah Sindrom cushing.
• Gunawan, Sulistia Gan. Setiabudy, Rianto. Nafrialdi. Elysabeth. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKUI.
11. Apa fungsi tes supresi dexametason?
• Ada 3 macam pemeriksaan yang dapat dan 17-hidroksikortikosteroid dalam urin 24
digunakan. jam meningkat.
• 1. Pemeriksaan kadar kortisol plasma • 3. Tes supresi adrenal (tes supresi
• Dalam keadaan normal kadar kortisol plasma deksametason dosis tunggal)Deksametason
sesuai dengan irama sirkadian atau periode 0,3 mg/m2
diurnal, yaitu pada pagi hari kadar kortisol • diberikan per oral pada pukul 23.00,
plasma mencapai 5 –25 Ug/dl (140 –160 kemudian pada pukul 08.00 esok harinya
mmol/l) dan pada malam hari akan menurun kadar kortisol plasma diperiksa. Bila kadar
menjadi kurang dari 50%. Bila pada malam kortisol plasma <5 Ug/dl maka telah terjadi
hari kadarnya tidak menurun atau tetap penekanan terhadap sekresi kortisol plasma
berarti irama sirkadian sudah tidak ada. dan kesimpulannya normal. Pada sindrom
Dengan demikian sindrom Cushing sudah Cushing kadar kortisol plasma >5 Ug/dl.
dapat ditegakkan. Namun pemeriksaan ini • Langkah kedua dalam pemeriksaan ini adalah
tidak dapat digunakan pada anak berusia menelusuri kemungkinan penyebabnya.
kurang dari 3 tahun sebab irama sirkadian Banyak macam pemeriksaan yang dapat
belum dapat ditentukan pada usia kurang dari digunakan, dan di bawah ini merupakan salah
3 tahun. satu rangkaian pemeriksaan yang bisa dipakai.
• 2. Pemeriksaan kadar kortisol bebas atau 17-
hidroksikortikosteroid dalam urin 24 jam
• Pada sindrom Cushing kadar kortisol bebas
• 1. Pemeriksaan supresi deksametason dosis tinggi
• Pemeriksaan ini ditujukan untuk membedakan sindrom Cushing yang
disebabkan oleh kelainan hipofisis atau nonhipofisis. Deksametason per oral
diberikan dengan dosis 20 mg/kg setiap 6 jam selama 2 hari berturut-turut.
Kemudian diperiksa kadar kortisol plasma, kadar kortisol bebas, dan kadar 17-
hidrosikortikosteroid dalam urin 24 jam. Bila kadar kortisol plasma <7Ug/dl,
dan kadar kortisol bebas serta kadar 17-hidroksikortikosteroid menurun sampai
di bawah 50% maka telah terjadi penekanan dan berarti terdapat kelainan
pada hipofisis.
• 2. Pemeriksaan kadar ACTH plasma
• Pemeriksaan ini menggunakan alat yang dikenal sebagai mmunoradiometric
assay (IRMA). Pemeriksaan ini ditujukan untuk membedakan sindrom Cushing
yang tergantung ACTH dengan yang tidak tergantung ACTH. Bila kadar ACTH
plasma <5 pg/ml maka penyebabnya adalah tipe tidak tergantung ACTH. Bila
kadar ACTH plasma >10 pg/ml, maka penyebabnya adalah tipe tergantung
ACTH.
http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/EN07_Sindrom-Cushing.pdf

Anda mungkin juga menyukai