1. Fluxus :
Cairan yang keluar terus menerus dari vagina.
2. Kompresi bimanual :
Kanan di atas simphyisis pubis, yang kiri di atas fundus uteri
Menekan rahim di antara kedua tangan, tujuannya untuk merasa rahimi berkontraksi dan
mengurangi perdaraahan. Ada 2 interna dan eksterna.
3. Post-Partum :
Setelah melahirkan.
STEP 2
Konjungtiva anemiuntuk mengecek positiv dari anemia ( kekurangan darah sel darah merah ).
Curiga anemia karena sang ibu mengalami perdarahan. +/+ artinya kanan dan kiri mengalami
konjungtiva anemi.
Curiga pada jalan lahirnya pernah ada robekan atau episiotomi danmelebar salah satu faktor
risiko terjadinya perdarahan post-partum.
2. Tingkat II : Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perineum aranseralis, tetapi tidak
mengenai otot sfingerani.
3. Tingkat III : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani
4. Tingkat IV : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan
B. Etiologi
Laserasi jalan lahir terjadi karena terjadi robekan jalan lahir yang di akibatkan karena faktor
maternal dan faktor janin, seperti partus presipatus dan bayi makrosomia, sehingga terjadi
perdarahan post partum (Saifudin, 2008).
Perdarahan yang terjadi karena adanya laserasi jalan lahir (perineum, vulva, vagina,
portio, atau uterus). Robekan pada perineum, vulva, vagina dan portio biasa terjadi pada
persalinan pervaginam. Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak dijumpai pada
pertolongan persalinan oleh dukun karena tanpa dijahit. Oleh sebab itu bidan
diharapkan melaksanakan pertolongan persalinan melalui polindes, sehingga peran
dukun berangsur-angsur berkurang. Dengan demikian komplikasi akibat robekan jalan
lahir yang dapat menimbulkan perdarahan akan dapat berkurang (Manauba, 2007).
3. Interpretasi TTV dan PF pada skenario ?
- Kesadaran: composmentisMasih bisa diajak bciara, masih sadar, KU : lemah tampak pucat -
> anemia jd tampak pucat dn Hb nya turun
- Tanda vital T : 90/60 mmHg ->Rendah/Hipotensi karena adanya perdarahan jadi mekanisme
kompensasi dari berkurangnya darah di tubuh, N : 120x/mnt ->TINGGI, karena kompensasi dari
perdarahannya isi kurang ->Volume dalam tubuh kurang, RR : 24x/mnt ->Normal , t : 37,20C
aksiler.Normal
- Palpasi abdomen : uterus teraba lembek Kemungkinan uterus tidak bisa berkontraksi lagi,
akibatnya terjadi suatu perdarahan (kelemahan pada myometrium)
- Inspeksi genitalia : tampak bekas jahitan di jalan lahir, fluxus (+++)Adanya darah yang keluar
dari vagina/jalan lahir. +++ darahnya banyak
Karenaibu mengalami uteus yang lembek oksitosin merupakan utero tonika yaitu membuat
kontraksi pada uterusnya. Ada 2 oksitosin dan ergometrin, tetapi yang menjadi lini pertama yang
Ergometrin -> kontraksinya tetanik atau spastiik / kuat banget (kontraksi terus ).
Diberikan oral/IM/IV. Reaksinya hanya 45 detiksaja. Keuntungan ? sediaan banyak,
murah, kerjanya cukup lama. Efek samping ? peningkatan tekanan darah, pusing,
cephalgia, mual muntah, dan menurunkan produksi asi ibu.Dipakai pada serviks yang
tertutup.
Sesudah persalinan kelahiran bayi dan lepasnya plasenta diikuti dengan kontraksi
uterus. Bila kontraksi uterus gagal akan terjadi perdarahan massif dan berakibat atonia
uteri. Wanita dengan multigravida/multipara apabila manajemen yang kurang benar
pada stadium ketiga persalinan dapat menimbulkan perdarahan postpartum. Pada
stadium ini seharusnya kelahiran plasenta dilakukan dengan cepat secara manual.
Pelepasan plasenta yang tidak komplit akan meningkatkan jumlah perdarahan.
Pemberian oxytocin dengan infus yang cepat tidak efektif. Beberapa ahli klinik
memberikan methylergonovine intra muskular (0,2 mg). Pemberian derivat ergot
intravena dapat menyebabkan hipertensi, ini berbahaya pada pasien dengan
preeclampsi.
Prostaglandins
Derivat 15 methyl prostaglandin F2x (carboprost tromethamine) dapat digunakan
untuk terapi atonia uteri. Dosis initial 250/ g (=0,25 mg) diberikan intra muskuler dan
diulang dengan interval 15-90 menit sampai dosis maximal 8 kali dosis.
Efek samping pemberian carboprost:
Diarrnea
Hipertensi
Vomiting
Fever
Flushing
Takikardi
Hal ini dihubungkan dengan adanya pulmonary airway kontriksi dan vaso kontriksi.
Beberapa peneliti menggunakan prostaglandine sintetik dapat lebih efektif bila oxytocin
tidak ada perbaikan. Misoprostal dapat digunakan untuk mencegah perdarahan post
partum. Tetapi pemberian oxytocin dan preparat ergot selama stadium ke tiga dari
persalinan lebih efektif dibanding misoprostol untuk mencegah perdarahan post partum
1. Bagaimana
penatalaksanaan
medis dan
nonmedis?
Non Farmako
a. Masase UterusMasase uterus dilakukan dengan mengusap atau merangsang
fundus uteri. Dihipotesiskan bahwa masase melepaskan prostaglandin lokal
yang mempromosikan kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan.
Tinjauan sistematis menunjukkan bahwa masase uterus efektif dalam
mencegah PPH. Wanita yang menerima masase uterus memiliki jumlah
perdarahan dan kebutuhan akan agen uterotonika tambahan yang lebih kecil.
b. Kompresi aortaKompresi aorta dapat membantu dalam mengendalikan
jumlah kehilangan darah dengan mengurangi aliran darah pada ujung distal
termasuk arteri uterina. Kompresi aorta dicapai dengan menerapkan tekanan
dengan permukaan datar dari buku-buku jari di atas uterus yang berkontraksi
dan sedikit ke kiri. Tidak adanya denyut femoralis menunjukkan oklusi aorta
yang benar dan lengkap. Sangat penting untuk melepaskan dan kembali
menerapkan tekanan setiap 30 menit untuk memungkinkan aliran darah
intermiten ke anggota tubuh bagian bawah. Kompresi aorta adalah intervensi
sederhana yang dapat digunakan sambil mempersiapkan manajemen definitif
atau selama transfer pasien dari rumah sakit kabupaten ke rumah sakit tersier
lain
c. Kompresi BimanualKompresi bimanual dilakukan dengan memasukkan
tangan kanan ke dalam vagina pada permukaan anterior uterus dan tangan kiri
di abdomen pada fundus ke arah posterior dari permukaan uterus. Uterus
dikompresi di antara dua tangan untuk meminimalkan pendarahan. Teknik ini
dapat digunakan sebagai tindakan sementara sementara pasien distabilisasi
untuk pengobatan definitive
4T :
a. Tonus
Kontraksi otot.Ketika melahirkan, otot uterus tetap kontraksi untuk menekan pembuluh
darah yang terbuka.
Bisa karena :
- Anestesi (jadi lemah )
- Distensi berlebihan :gemeli/bayi kembar, Bb bayi terlalu berat
- Partus lama
- Multiparitas
- Pernah atoni
- korioamnionitis
b. Tissue / Jaringan
Plasenta bulat, kalau tissuenya keluar tetepada perdarahan tapi sedikit. Masalahnya kalau
misal ada yang tertingggal di pertama ibu, mengganggu kontraksi dan pembuluhnyatetap
tervbuka.
c. Trauma
Adanya laserasi, bayi yang besar/pinggul sempit -> memaksakan jalan lahir sehingga terjadi
robekan.
d. Trombin
Faktor pembekuan dari si ibu sendiri. Kalau faktor pembekuan2 nya sedikit jadi memperlama
dari perdarahan.
Sehingga dari ibu hamildiperlukan dilakukannya ANC secara rutin untuk mencegah
terjadinya perdarahn post-partum.
1. Atonia uteri umur, parietas, partus lama
2. Uterus erlalu regang dan besar ( mioma uteri)
3. Sisa plasenta dan selaput ketuban
4. Jalan lahir ada robekan peritoneum, serviks, dan rahim
5. Penyakit darah ( kelainan pemb. Darah)solusio plasenta, septik shock,
1. Persalinan yang terlalu cepat ( partus presipitatus) kontraksi uterus terlalu kuat
mengurangi kemampuan uterus untuk beretraksi
2. Umur yang tua/ muda
P6 -> Multiaparitas -> distenis uteri terlalu besar, dan terdapat adanya robekan
Sehingga myometrium tidak bisa kontraksi secara kuat, fungsi myometrium untuk mejempit arteri
spiralis di uterus Kalau tidak terjepit jadinya perdarahan post partum.
Dari PF : Nadi yang meningkat, TD yang turun -> di kala 4 diwaspadai adanya perdarahan post-
partum.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Kedokteran
DD dan Diagnosis
- Atonia uteri.Gejala :uterus yang tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan setelah
lahir, bisa menimbulkan syok.
Perdarahan aktif dan banyak -> darah bergumpal -> palpasi : fundus uteri setinggi pusat
atau lebih / tidak balikke bawah -> harus berhati2, karena darahnya bisa saja ada yang
terjebak kdi uterus ( perhitungan untuk transfusi darah)
- Laserasi jalan lahir : perdaeahan post-partum, darah segar yang mengalir setelah bayi
lahir, kontraksi uterus baik dan plasenta lengkap, disertai pucatlemah dan menggigil.
- Retensio plasenta : plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan post paprtum,
uterus berkontraksi baik, kadang2 tali pusat puutus akibat traksi/penarikan paksa yang
berlebihan, inversio uteri.
- Inversio uteri : uterus tidak teraba, vagina teraba massa, tampak tali pusat, perdarahan
segera setelah lahirdan nyeri.
9. Klasifikasi perdarahan post-partum?
Waktu :
Volume darah yang hilang TD SISTOLE Tanda dan Gejala Derajat SYOK
500- 1000 ml Normal - -
1000-1500 ml 80-100 mmHg Takikardi (<100x.mnt), RINGAN
berkeringat dan lemah
1500-2000 ml 70-80 mmHg Takikardi (100-120x.mnt) SEDANG
oliguria dangelisah
2000-3000 ml 50-70mmHg Takikardi (>120.mnt), BERAT
anuria
Penatalaksanaan
SYOK
Tanda dan gejala :
• Nadi cepat dan lemah (110 x/mnt atau lebih)
• Tekanan darah yang rendah (sistolik < 90 mmHg)
• Tanda lain : pernafasan cepat, pucat, akral dingin,
gelisah, urin sedikit
• Prinsip dasar penanganan : tujuan utama menstabilkan
kondisi pasien, memperbaiki volume cairan sirkulasi
darah, mengefisiensikan sistem sirkulasi darah.
Hamil 6x -> ibunya pada persalinan ke 5nya itu perdaraahan atau tidak -> untuk cari tahu akan
perdarahan lagi/engga,-> jaga2nyadengan dipasang infus untuk mengurangi syok hipovolemik
Diberikan oksitosin -> untukmembantu kontraksi dari uterus -> membantu menangani perdarahan
uterus
Sebelum melahirkan :
Tanya2 sudah ada atonia uteri, lakukan upaya pencegahan : pemberian oksitosin -> persalinannya
perlahan2.
Teknik Brandi –Andrew : beberapa menit setelah melahirkan plasenta akan llepas, jika sudah tampak
lepas -> tangan kiri dii atas simphysys dan fundus uterus, tangan kanan menarik dan dorong ke arah
fundus.
Evaluasi perlukaandari uterus dan jalan lahir -> Pelan2 -> perlukaan serviks berkurang -> mengurangi
perdarahan post partum
Secara umum :
eksplorasi cavum uteri : untuk mencari sisa plasenta/ saelput ketuban, plasenta
suksenturiata
inspekulo : untuk melihat robekan pada servix, dan vagia, dan juga varises.
Jika uterus tidak ada respons terhadap terapi physical dan farmakologis, bisa diberikan
injeksi intra muskular 15 ² methyl prostaglandin F 2 dengan interval 15-90 menit
Jika dicuragai ada sisa plasenta dilakukan explorasi dan pelepasan plasenta secara
manual Mungkin perlu dilakukan curettage. Genetalia diperiksa dengan teliti bila ada
laserasi perlu dilakukan repair
Perlu sampel darah untuk pemeriksaan clotting time maupun pemeriksaan yang lain:
hemoglobin/hematokrit, jumlah thrombosit, prothrombin time, partial prothrombin
time dan fibrinogen.
Bila terapi konvensional gagal, dicurigai adanya plasenta akreta maka ada indikasi dilakukan
laparatomy untuk ligasi arteri hipogastrika bilateral atau dilakukan histerektomi