Anda di halaman 1dari 20

SGD LBM 4 REPRODUKSI

A. JUDUL: Mengapa Aku Mengeluarkan Cairan dari Jalan Lahir?

B. SKENARIO

Seorang wanita G2P1A0, usia 27 tahun, hamil 38 minggu, datang ke unit gawat darurat RS dengan
keluhan keluar cairan ngepyok dari jalan lahir. Cairan berwarna jernih dan berbau khas. Keluhan
tidak disertai mulas dan pengeluaran lendir darah. Pasien memiliki riwayat keputihan selama
kehamilan. Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 88x/menit,
frekuensi napas20x/menit dan temperatur 37oC. Pemeriksaan Leopold didapatkan janin tunggal,
hidup, intra uterine, letak kepala, punggung kanan. Pemeriksaan DJJ didapatkan 11-12-12 dan
TBJ: 2900 gram. HIS diamati terjadi 1-2x tiap 10 menit, durasi 10-20 detik, disertai relaksasi.
Pemeriksaan inspekulo terlihat cairan menggenang di forniks posterior dan vagina, tidak berbau,
tes lakmus warna menjadi biru dan ditemukan lanugo pada pemeriksaan mikroskop. Pemeriksaan
dalam didapatkan portio kenyal, OUE terbuka 2 cm, effacement 30%, KK (-), bagian terbawah
janin teraba keras di Hodge I, tidak ada bagian yang menumbung maupun berdenyut, POD sulit
dinilai. Dokter melakukan pemeriksaan untuk menentukan Bishop Score dan merencanakan
terminasi kehamilan pervaginam pada pasien tersebut.

STEP 1
- Inspekulo : pemeriksaan menggunakan alat spekulum
- Lanugo : sejenis rambut halus tumbuh di tubuh janin saat dalam
Rahim, bisa menghilang / menetap, muncul pd minggu ke 16 lanjut minggu
ke 32 stlh kehamilan, setelah lahir prematur akan semakin banyak nanti
lamakelamaan akan hilang, rambut mulai rontok dengan bersamaan
caiuran keluar
- Bishop score : digunakan untuk menilai menentukan persalinan
pervaginam, lbh dari 5, sbg skoring pemberian oksitosin
STEP 2
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi dari gejala klinis yang dialami oleh
pasien?
2. Mengapa keluar cairan berwarna jernih dan berbau khas dan Keluhan tidak
disertai mulas dan pengeluaran lendir darah?
3. Apa hubungan riwayat keputihan dengan scenario?
4. Mengapa tidak ditemukan mulas dan tidak ditemukan bloody show?
5. Apa interpretasi dari pemeriksaan leopold dan inspekulo?
6. Apa alasan dokter melakukan terminasi kehamilan pervaginam padahal
pembukaan masih 2?
7. Bagaimana alur dx dari scenario?
8. Bagaimana cara menghitung bishop score?
9. Apa pemeriksaan lab & penunjang scenario?
10.Bagaimana patofisiologi dari scenario?
11.Apa saja faktor yang mempengaruhi persalinan pada ibu di scenario?
12.Apa saja komplikasi dari scenario?
13.Bagaimana penatalkasanaan scenario?

STEP 3
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi dari gejala klinis yang dialami oleh
pasien?
- Ketuban pecah : air ngepyok  ketuban pecah. Ada cairan keluar dr jalan
lahir kemungkinan air ketuban keluar.
- Keputihan : mengarah pd infeksi  mempengaruhi pada air ketuban dan
mrpkn faktor risiko pecah ketuban
- Serviks inkompeten
- Ketegangan Rahim
- Tekanan intrauterine

Normal : ketuban pecah pd akhir kala 1 dan awal kala 2. Kala 1 (fase laten
(pembk 1 – 3) & fase aktif (pemb 4 – 10))
Kala 1  mulai dari tanda npartum , HIS, bloody show, pecah ketuban,
effisment 100%, pembukaan 1 – 10
Kala 2  mulai pembukaan 10 - pengeluaran janin
Kala 3  pengeluaran plasenta
Kala 4  monitoring perdarahan dan partograf

Fase laten multipara , unipara

Fase aktif ada 3 : (2 jam) –>pembukaan berapa masing2


a. Akselerasi
b. Lereng maksimum
c. Deselerasi

KETUBAN MULAI PECAH PD FASE MANA???

2. Mengapa keluar cairan berwarna jernih dan berbau khas dan Keluhan tidak
disertai mulas dan pengeluaran lendir darah?
- Cairan jernnih dan bau khas  curiga ketuban pecah terlalu dini
- Tidak mulas  ibu pecah ketuban tanpa tanda kontraksi HIS
- Pengeluaran tidak ada lendir darah  blm ada tanda inpartu, tidak ada HIS,
sering keluar lendir darah krn robekan serviks, pecah ketuban, VT terdapat
serviks lengkap

3. Apa hubungan riwayat keputihan dengan scenario?


- Keputihan ada infeksi bakteri  ada bacillus kolagen, dekat di daerah
amnion, fibroblast, dan trophoblast  bakteri melakukan proses
biomekanik  Enzim proteolitik  memecah protein, pdhl kolagen &
fibroblast dr protein
- Tanda inflamasi  il-1 & prostaglandin  kolagenase  mrpkn enzim
mengubah pretein jadi peptide as amino  depolarisasi kolagen  makin
tipis  makin mudah utk pecah  pecah sblm waktunya  KPD
PROSES PERJALANAN BAKTERI DARI VAGINA KE RAHIM
- Jika janin kurang dr 37 minggu tdk disarankan VT  jaringan akan
akumulasi flora normal dari segemen bawah Rahim  bisa terjadi
penipisan
- Tes lakmus untuk cek carian amnion  basa (biru)
Asam vagina mematikan flora normal, tp karena ada basa akibat pecah
amnion  bakteri jd mudah masuk

4. Mengapa tidak ditemukan mulas dan tidak ditemukan bloody show?


Mulas karena kontraksi  kontraksi HIS
Bloody show  robekan kecil dari serviks

Pecah ketuban
- Pecah kurang dari 37 minggu  preterm, rembes lama sampai 1 minggu.
Perlu dilakukan rawat inap RS
- Pecah setelah 37 minggu  pecah sampai 90% dalam 24 jam, aterm
KPD  lama mengakhiri kehamilan selama (pr ahmada)

5. Apa interpretasi dari pemeriksaan leopold dan inspekulo?


- Pemeriksaan Leopold didapatkan janin tunggal, hidup, intra uterine, letak
kepala, punggung kanan
- Pemeriksaan DJJ didapatkan 11-12-12 dan TBJ: 2900 gram  frekuensi
normal (120-160), regular, TBJ 2,5 – 3, KRITERIA BERAT JANIN DLM
KEHAMILAN
- HIS diamati terjadi 1-2x tiap 10 menit, durasi 10-20 detik, disertai
relaksasi. HIS adekuat : durasi 40 – 60 detik, frekuensi : 4 kali dlm 10
menit  pd scenario HIS tdk adekuat
- Pemeriksaan inspekulo terlihat cairan menggenang di forniks posterior dan
vagina, tidak berbau, tes lakmus warna menjadi biru dan ditemukan lanugo
pada pemeriksaan mikroskop  cairan amnion pecah
- Pemeriksaan dalam didapatkan portio kenyal, OUE terbuka 2 cm,
effacement 30%, KK (-), bagian terbawah janin teraba keras di Hodge I,
tidak ada bagian yang menumbung maupun berdenyut, POD sulit dinilai 
pecah tp pembukaan belum sempurna, Hodge I belum masuk
6. Bagaimana cara menghitung bishop score?
Ada 5 :
- Pembukaan serviks
0 : blm ada pembukaan
1 : pembukaan 1-2 cm
2 : pembukaan 3– 4cm
3 : pembukaan > 5 cm
- Pendataran serviks
0 : effacement 0 – 30%
1 : 40-50%
2 : 60-70%
3 :>= 80%
- Penurunan kepala / station (dr spina ischiadica)
0 : -3
1 : -2
2 : -1 & 0
3 : +1 & +2
- Konsistensi serviks
0 : konsistensi keras
1 : sedang
2 : lunak/kenyal
- Posisi serviks
0 : belakang
1 : sejalan arah lahir
2 : ke depan

Interpretasi : pd multigravida & kehamilan >36 minggu


Skor 0 – 4 : angka keberhasilan induksi 50 – 60%
Skor 5 – 9 : keberhailan 80 –90%
Skor >9 : keberhasilan mendekati 100%

Dari scenario:
Kenyal 2, effacement 0, dilatasi/ pembukaan 1, station / turun kepala 0,
posisi serviks (?) = score<5  tidak bisa memulai persalinan tanpa induksi.
Kalau tidak bisa di SC
7. Bagaimana alur dx dari scenario?
1. Anamnesis
- Lihat penderita keluar cairan vagina
- Umur kehamilan
- Tanda inpartu
- Bau atau tidak lendir
- HIS dinilai
2. PF
- inspeksibtk vagina ada kelainan, cairan keluar dr vagina dinilai bau
jumlah warna
- VT  utk emngetahui ketuban sdh pecah / blm, posisi bayi dmn,
- dengan speculum adakah cairan
3. Lab
- dg kertas lakmus (TES NITRAZIN LAKMUS) dinilai PH cairan.
Ph basa : air ketuban +. Ph asam : cairan /lendir di vagina, normalnya 4 –
4,5. Amnion : 7 – 7,5, dibantu dg mikroskop utk melihat air ketuban
terdapat gambaran daun pakis (FERN TEST)
- leukosit ada infeksi / tdk
- USG  amnion masih ada / tdk, menilai kesejahteraan janin. Pada KPD
biasanya cairan amnion sudah sedikit
TANDA TANDA KESEJAHTERAAN JANIN PADA KPD
- kardiotopografi menentukan sdh terjadi kegawatan janin/ blm
- amniosintesis rasio lesitin, spingomielin, fosfatidil sterol (evaluasi bayi
apakah paru-paru sudah matang / belum belum matang kasih kortikosteroid

8. Bagaimana patofisiologi dari scenario?


- Karena infeksi Karena ada infeksi sehingga waktu pemecahan semakin
dini dan penipisan semakin cepat
- Karena ketidak keseimbangan MMPS (matriks metalo proteinase) merpk
mesiator utama dari degradasi kolagen dr selaput ketuban
- TIMP mrpk inhibitor MMP, supaya tidak didegradasi MMP kemudian di
sintesis TIMP
- Menejalng persalinan  degradasi meningkat  kolagen meningkat 
kolagen tipe 4 di sukai oleh MMP  memicu mediator inflamsi 
prostaglandin keluar  HIS & pematangan  semakin menignkat kolagen
 makin tipis  pecah amnion
- Vit C membantu pembentukan kolagen  kolagen berkurang  pembuat
selaput ketuban  makin tipis

9. Apa saja faktor risiko kondisi pada ibu dan janinyang mempengaruhi KPD?
10.Apa alasan dokter melakukan terminasi kehamilan pervaginam padahal
pembukaan masih 2?
11.Apa saja komplikasi dari scenario?
12.Bagaimana penatalkasanaan scenario?
13.ETIOLOGI KPD?

STEP 5
STEP 3
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi dari gejala klinis yang dialami oleh
pasien?
a. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh
terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi
persalinan (Julianti, 2001). Usia untuk reproduksi optimal bagi
seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas
usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan
(Depkes, 2003). Usia seseorang sedemikian besarnya akan
mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ reproduksinya
sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam
menerima kehamilan.
b. Sosial ekonomi (Pendapatan)
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan
kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa
uang yang mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kehidupan
hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang
menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya
pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak
mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005).
c. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari
anak pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas
yaitu primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah
seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin
mancapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah
seorang wanita yang telah mengalami kehamilan dengan usia kehamilan
minimal 28 minggu dan telah melahirkanbuah kehamilanya
2 kali atau lebih. Sedangkan grande multipara adalah seorang wanita
yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28
minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali
(Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan
pernah mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak
kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih beresiko akan
mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
d. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat
besi. Jika persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan
mengurangi persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan
anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil
mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume
30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34
minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan
ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang.
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan
yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga.
Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian
intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan
mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus,
persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis dan ketuban
pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his,
retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri
(Manuaba, 2009). Menurut Depkes RI (2005), bahwa anemia
berdasarkan hasil pemeriksaan dapat digolongkan menjadi (1) HB >
11 gr %, tidak anemia, (2) 9-10 gr % anemia sedang, (3) < 8 gr %
anemia berat.
e. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang
intensitas tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok
mengandung lebih dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi termasuk
karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida hidrogen, dan lain-lain.
Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan gangguan
gangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko
lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003).
f. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan
kejadian KPD dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi
kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali
mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD
secara singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam
membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban
pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan
atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih
beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD
sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan
kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan
berikutnya (Helen, 2008).
g. Serviks yang inkompetensik
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan
pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan
lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena
tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi
yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau
merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang
memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan
mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga
yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta
keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2009).
h. Tekanan intra uterm yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini,
misalnya :
1) Trauma; berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
amniosintesis
2) Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang
berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim
secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi
rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative
kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah (Saifudin.
2002)
pembukaan berapa masing2

KETUBAN MULAI PECAH PD FASE MANA???


2. Mengapa keluar cairan berwarna jernih dan berbau khas dan Keluhan tidak
disertai mulas dan pengeluaran lendir darah?

3. Apa hubungan riwayat keputihan dengan scenario?


PROSES PERJALANAN BAKTERI DARI VAGINA KE RAHIM

4. Mengapa tidak ditemukan mulas dan tidak ditemukan bloody show?


KPD  lama mengakhiri kehamilan selama (pr ahmada)

5. Apa interpretasi dari pemeriksaan leopold dan inspekulo?


KRITERIA BERAT JANIN DLM KEHAMILAN

6. Bagaimana cara menghitung bishop score?


Bishop score (nilai bishop) adalah suatu standarisasi objektif dalam memilih
pasien yang lebih cocok untuk dilakukan induksi persalinan tetak verteks.
Faktor yang dinilai yaitu:
 Pembukaan seviks
 Pendataran serviks (dengan stasion bidang hodge)
 Penurunan kepala (dengan palpasi perlimaan)
 Konsistensi serviks
 Posisi serviks

Cara Menghitung Bishop Score (Nilai Bishop) - Image Source


Keterangan :
 Metode ini telah digunakan selama beberapa tahun dan telah terbukti
memuaskan.
 Nilai Bishop ≥ 6 bisa berhasil induksi dan persalinan pervaginam.
 Seleksi pasien untuk induksi persalinan pervaginam dengan letak verteks.
 Dipakai pada multiparitas dan kehamilan usia 36 minggu atau lebih
Membaca Hasil Penilaian Bishop Score
Bila jumlah nilai pelvic:
 10 (matang) -> segera lahir sekitar 15 menit
 Lebih dari 7 -> kemungkinan persalinan pervaginam 100%
 Nilai 5-7 -> kemungkinan persalinan pervaginam 40-60%
 Lebih dari 5 -> kemungkinan persalinan pervaginam 0-15%.
Jika skor bishop lebih dari atau sama dengan 6 berarti kondisi serviks
matang dan jika kurang dari atau sama dengan 5 berarti seviks belum
matang.
Tindakan yang dilakukan jika serviks belum matang:
 Jika Nilai skor Bishop ≤ 5 lakukan pematangan serviks terlebih dahulu.
 Pematangan serviks dengan prostaglandin dan Kateter Foley.
Tindakan yang dilakukan jika serviks sudah matang:
 Lakukan Amniotomi (pemecahan ketuban).
 Jika 1 jam his tidak baik, lakukan pemberian oksitoksi drip.
 Jika ibu mengalami PEB, amniotomi bersamaan dengan oksitoksin drip.

7. Bagaimana alur dx dari scenario?


btk vagina
TANDA TANDA KESEJAHTERAAN JANIN PADA KPD
Memantau kesejahteraan janin dapat dilakukan tenaga kesehatan maupun
ibu hamil sendiri. Bidan sangat penting untuk mengajarkan kepada ibu bagaimana
caranya memantau kesejahteraan janinnya karena bidan atau tenaga kesehatan
tidak dapat selalu memantau kesejahteraan janin setiap saat. Supaya janin segera
diketahui jika ada tanda – tanda bahaya maka ibu hamil harus melakukan
pemantauan janinnya setiap hari.
1. Memantau kesejahteraan janin oleh tenaga kesehatan.
 USG dilakukan oleh dokter untuk menentukan usia gestasi, pemantauan
keadaan janin, pemeriksaan panjang kepala – bokong janin (CRL : Crown –
Rumplength).
 Menghitung denyut jantung janin (djj) dengan menggunakan stetoscope
monocular atau stetoscope leanec , bisa juga dengan Dopller biasanya
dilakukan oleh bidan dengan cara : tempelkan stetoscope / dopller pada
perut ibu bagian punctum maximum, bedakan djj dengan denyut nadi ibu
dengan cara meraba nadi pada pergelangan tangan ibu, kemudian hitung
denyut jantung janin satu menit penuh.
 Non Stres Test (NST) / Uji NonStres . Indikasi NST :
1. Diduga terdapat IUGR
2. Riwayat IUGR pada kehamilan terdahulu
3. DM
4. Hipertensi
5. Gestasi multiple
6. Ologohidramnion
7. Melewati HPL
8. PROM (Premature rupture of membranes) / ketuban pecah dini
9. Penurunan gerakan janin
10.Riwayat lahir mati
 Prosedur Uji Nonstres (NST).
1. Tempatkan pasien pada posisi miring ( kiri atau kanan)
2. Awali pemantauan janin elektronik eksternal (FHR dan kontraksi)
3. Identifikasi batas FHR (Fetal Heart Rate) minimal 3 menit.
4. Lanjutkan pemantauan sampai minimal 20 menit
2. Memantau kesejahteraan janin oleh ibu hamil.
Dengan menghitung gerakan janin (FMC: Fetal Movement Counting).
Metode sederhana FMC:
1. Minta ibu untuk meletakkan 10 uang logam dalam mangkok
2. Ambil satu uang logam setiap kali janin bergerak
3. Apabila tidak seluruh uang logam ibu ambil dalam waktu dua jam, maka ibu
hamil supaya segera periksa ke bidan atau dokter.
FMC yang dilakukan ibu hamil sehari-hari bisa berbeda-beda. Tanyakan
pada ibu hamil untuk menentukan satu waktu dalam sehari ketika janin biasanya
aktif dan ibu hamil mempunyai waktu untuk fokus pada pergerakan janin.
Misalnya pada jam 8 pagi ketika ibu setelah makan pagi maka biasanya gerakan
janin aktif dan ibu bisa istirahat sambil membaca koran sehingga bisa fokus
memperhatikan gerakan janin. Setiap hari pada saat yang sama yaitu jam 8 pagi,
mulai hitunglah gerakan janin dan catat pada buku kecil berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk mengidentifikasi 10 gerakan janin. Jika suatu saat untuk
mencapai 10 gerakan janin memerlukan waktu yang lebih lama dari biasanya atau
tidak terjadi gerakan maka ibu hamil segra periksa ke bidan atau dokter.
KUNJUNGAN RUTIN
Selama kehamilan waktu yang tersisa setelah pemeriksaan pertama, ibu
hamil diharapkan datang periksa ke klinik atau fasilitas kesehatan. Jadwal
pemeriksaan kehamilan diatur seperti; pada saat usia kehamilan 28 minggu,
pemeriksaan dilakukan 4 minggu sekali; setelah memasuki usia kehamilan 28
minggu sampai 36 minggu, pemeriksaan 2 minggu sekali; dan setelah usia
kehamilan 36 minggu sampai melahirkan pemeriksaan semakin intensif yaitu satu
minggu sekali. Apabila terdapat komplikasi, kelainan maka diharapkan segera
datang periksa dan tidak menunggu jadual pemeriksaan berikutnya.
Tabel Jadwal kunjungan ibu hamil

(Sumber: WHO, 2013).


Hal – hal yang perlu dilakukan pada kunjungan ulang adalah :
1. Riwayat kehamilan sekarang meliputi :
 Menanyakan bagaimana perasaan klien sejak kunjungan terakhirnya
 Menanyakan apakah klien mempunyai pertanyaan atau kekhawatiran sejak
kunjungan terakhirnya
 Menanyakan tentang gerakan janin dalam 24 jam terakhir
 Menanyakan apakah ada masalah atau tanda – tanda bahaya yangmungkin
dialami klien sejak kunjungan terakhir
 Menanyakan apakah ada keluhan yang biasa dialami sejak hamil
 Menanyakan kepada ibu mengenai status nutrisi, suplemen zat besi dan
immunisasi Tetanus Toxoid (TT).
2. Pendekatan umum untuk pemeriksaan meliputi:
 Mengamati penampilan klien, suasana emosi dan sikap tubuh selama
pemeriksaan
 Menjelaskan semua prosedur pemeriksaan
 Melanjutkan pertanyaan yang perlu diklarifikasi sambil melakukan
pemeriksaan
3. Tes laboratorium dan tanda bahaya meliputi :
 Meminta klien BAK untuk pemeriksaan proteinuria dan Urine Glukose kalau
perlu
 Mengukur tekanan darah
4. Pemeriksaan fisik meliputi :
 Mengukur tinggi fundus uteri dengan tangan kalau usia kehamilan > 12
minggu, atau dengan pita ukuran kalau usia kehamilan > 22 minggu
 Melakukan palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda
kalau usia kehamilan > 28 minggu
 Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui letak, presentasi, posisi dan
penurunan kepala janin kalau usia kehamilan > 36 minggu
 Menghitung djj dengan fetoscope kalau usia kehamilan > 18 minggu
Penyuluhan dan persiapan persalinan / kesiagaan komplikasi meliputi :
 Menjelaskan kepada ibu mengenai ketidaknyamanan normal yang dialami.
 Sesuai dengan usia kehamilan, ajarkan kepada ibu mengenai pemberian
ASI, KB, latihan (exercise) olah raga ringan, istirahat, nutrisi dan
pertumbuhan janin
 Mendiskusikan tentang rencana persiapan kelahiran/kegawat daruratan.
 Mengajari ibu mengenai tanda – tanda bahaya, pastikan ibu memahami apa
yang dilakukan jika menemukan tanda – tanda bahaya.
 Jadwalkan kunjungan ulang berikutnya
 Mendokumentasikan hasil kunjungan pada catatan SOAP

Gejala Dan Gejala Dan Tanda


Tanda Yang Selalu Yang Kadang-Kadang Diagnosis
Ada Ada Kemungkina

 Ketuban pecah
tiba-tiba
 Cairan tampak di
introitus
Keluar cairan  tidak ada his Ketuban
ketuban dalam 1 jam Pecah Dini (KPD)

 Riwayat keluar
cairan
 Cairan vagina  Nyeri pada uterus
berbau
 DJJ cepat
 Demam
 Perdarahan
menggigil
pervaginan
 Nyeri peru sedikit-sedikit Amnionitis

 Cairan vagina
berbau  Gatal
 Tidak ada  Keputihan
riwayat
 Nyeri perut
ketuban Vaginitis/servi
pecah  Disuria sitis

Cairan vagina  Nyeri perut Perdarahan


berdarah Antepartum
 Gerak janin
berkurang
 Perdarahan
banyak

 Pembukaan dan
pendataran
Cairan Awal
serviks
berupa darah dan persalinan preterm
lender  Ada his atau aterm

8. Bagaimana patofisiologi dari scenario?

9. Apa saja faktor risiko kondisi pada ibu dan janinyang mempengaruhi KPD?

10.Apa alasan dokter melakukan terminasi kehamilan pervaginam padahal


pembukaan masih 2?

11.Apa saja komplikasi dari scenario?


Komplikasi ketuban pecah dini yang biasa timbul diantaranya yaitu :
 Infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke
intrauterin,
 persalinan preterm (jika terjadi pada usia kehamilan preterm),
 prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat
hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong dan letak lintang),
 oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air
ketuban habis,
 perdarahan post partum, dan atonia uteri.
12.Bagaimana penatalkasanaan scenario?
3.5.1 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan Preterm
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan preterm berupa
penanganan konservatif, antara lain:1
- Rawat di Rumah Sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu
dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan
kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu
- Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
- Jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
- Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Sedian terdiri atas betametason 12 mg sehari
dosis tunggal selama 2 hari atau deksametason IM 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali
- Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
busa (-): beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu
- Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
- Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi
- Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin)

3.5.2 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan Aterm


Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm berupa
penanganan aktif, antara lain:1
- Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesaria.
Dapat pula diberikan misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4
kali.
- Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi, dan
persalinan di akhiri:
a. bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian induksi. Jika
tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
b. bila skor pelvik > 5 induksi persalinan, partus pervaginam.
13.ETIOLOGI KPD?
b. Etiologi
Penyebab terjadinya ketuban pecah dini diantaranya yaitu : Serviks inkompeten,
ketegangan rahim berlebihan, kehamilan ganda, hidramnion, kelainan letak janin dalam rahim
(letak sungsang, letak lintang), kemungkinan kesempitan panggul, kelainan bawaan dari
selaput ketuban, dan infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

Anda mungkin juga menyukai