Step 1
1. Fluxus : pendarahan, fisiologis menstruasi . patologis : diluar jadwal
menstruasi abortus.
2. Nyeri goyang servix: nyeri yang terjadi pada servix apabila dilakukan
pemeriksaan servix, px nya digerakan atau digoyangkan khas pada KET
(kehamilan ektopik)
3. Cavum douglas : ruangan diantara rectum dan uterus. Excavatio recto
uterina/ culdesac jika teraba jika ada cairan, biasanya pada kasus KET.
Step 2
1. Mengapa pasien mengeluhkan keluar flek darah dari jalan lahir sejak 3
hari yang lalu?
2. Apa interpretasi darah merah kecoklatan disertai nyeri perut bawah, tidak
disertai gumpalan dan jaringan ?
3. Apakah hubungan riwayat siklus menstruasi , pernikahan satu kali dengan
riwayat perdarahan pervagina?
4. Apa ciri-ciri darah yang keluar dari jalan lahir yang bersifat patologis
pada kehamilan?
5. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik pada kasus diskenario?
6. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan obstetri pada kasus diskenario?
7. Mengapa dokter merencanakan pemeriksaan penunjang HCG kualitatif,
darah rutin dan USG?
8. Bagaimana alur diagnosis perdarah pervagina?
9. Bagaimana diagnosis dan diagnosis banding dari kasus diskenario?
10.Apa saja faktor resiko dan etiologi dari kasus diskenario?
11.Bagaiman patofisiologi dari kasus diskenario?
12.Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kasus diskenario?
13.Bagaimana tatalaksana dan edukasi dari kasus diskenario?
Step 3
1. Mengapa pasien mengeluhkan keluar flek darah dari jalan lahir sejak 3
hari yang lalu?
Etiologi gangguan pada uterus perubahan struktur pada sel
endometrium gangguan pertumbuhan janin sel sel bergdegenerasi
sel di endometrium perdarahan desidua basalis jika dibiarkan,
menyebabkan jaringan nekrotik sel radang perdarahan pervagina ,
hasil fertilisasi lepas kontraksi uterus dan endometrium manifestasi
nyeri perut bagian bawah
Wanita hamil biasanya 70 tidak mengalami perdarahan
Mekanisme wanita hamil tidak mengalami flek
2. Apa ciri-ciri darah yang keluar dari jalan lahir yang bersifat patologis
pada kehamilan?
Patologi :
Darah yang berwarna kehitaman terjadi pada solutio plasenta , kelebihan
zat besi
Darah yang bersama gelembung mola mola hidatidosa
Berwarna merah terang , jumlah banyak dan nyeri hebat
Darah beserta gumpalan jaringan dan janin yang tidak sempurna
terbentuk (tidak mudah hancur jika disentuh)
Fisiologi : normalnya jika tidak diikuti gejala lainnya
Bercak dalam jumlah sedikit, tidak berlangsung lama , tidak mengotori
celana dalamnya.
Tabel!!
3. Apa interpretasi darah merah kecoklatan disertai nyeri perut bawah, tidak
disertai gumpalan dan jaringan
Darah agak gelap: bersifat patologis. Tidak disertai gumpalan dan
jaringan menentukan jenis abortus. Termasuk abortus iminens< 20
minggu, hasil konsepsi masih di uterus, OUE tertutup
Insipien : < 20 minggu hasil konsepsi masih di uterus, OUE terbuka
Abortus inkomplit : hasil konsepsi di uterus sudah ada di luar (sebagian)
Tidak ada
- Abortus iminens : darah sedikit, uterus normal , test pack +.
Kemungkinan : Janin masih bisa dipertahankan , meragukan, janin
dalam keadaan tidak baik
- Abortus insipiens : uterus normal, serviks terbuka,
- Missed abortus : serviks tertutup , test pack –, janin telah mati minggu
ke 20 ,
Ada :
Abortus inkomplit : test pack -/+
Abortus komplit : perdarahan sedikit, uterus kecil, ekspulsi seluruh
jaringan
Abortus spontan : tanpa intervensi medis kelainan pada ibu, janin
Abortus provokatus : sengaja digugurkan
- Menurut kaidah ilmu : indikasi kepentingan dr ibu , (ca cerviks)
didasarkan pada dokter
- Kriminal : oleh ibu hamil tanpa alsan medis yang sah, menimbulkan
bahaya infertilitas, infeksi .
Step 4
STEP 7
1. Mengapa pasien mengeluhkan keluar flek darah dari jalan lahir sejak hari
yang lalu?
Pada awal abortus terjadi pendarahan yang menyebabkan janin terlepas. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi
koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu
villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan
sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah
ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion
kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. ILMU KEBIDANAN. Jakarta: Tridasa Printer.
. Fisiologis Perdarahan fisiologis adalah aliran darah dari vagina yang
terjadi pada waktu yang tepat selama bulan itu atau pada jumlah-
jumlah yang sesuai. Yang disebut perdarahan fisiologis adalah
menstruasi.
2. Patologis perdarahan yang terjadi diluar perdarahan menstruasi,
dimana bisa disebabkan :
Menopause Fenomena makin mudanya usia wanita memasuki
fase menopause atau istilah kedokterannya klimakterik selayaknya
dibarengi dengan pemahaman yang tepat. palagi banyak ibu
yang mengalami perdarahan ketika berada di fase ini. Perdarahan
yang terjadi disebabkan ovum !sel telur& sudah tidak bisa
berovulasi !keluar dari indung telurnya& lagi.
Keguguran banyak wanita yang tidak menyadari kalau dirinya
sedang hamil. Terutama mereka yang baru pertama kali hamil dan
usia kehamilan masih sangat muda. Perdarahan yang menyebabkan
keguguran bisa disebabkan beberapa hal : ketidaksempurnaan
janin, sehingga tubuh berusaha mengeluarkannya. ketidaknormalan
hormon ibu, danya infeksi.
Ketidak seimbangan hormone estrogen dan progesterone bisa
jadi siklus mens tidak teratur
Alat kontrasepsi benda asing yang bisa jadi ditolak tubuh
Perdarahan implantasi
Perdarahan dari desidua (lapisan placenta) lapisan nya mengalami robekan
terjadi nekrosis hasil konsepsi terlepas uterus menganggap itu benda
asing gumpalan darah keluar dari tubuh
- Estrogen dan progesterone : untuk penebalan dinding endometrium, peran
hormone tsb sangat penting ketika estrogen dan progesterone
mengalami penurunan dinding endometrium menipis
Fungsi placenta untuk memberi nutrisi : bagaimana caranya?
Plasenta dalam dunia medis disebut sebagai “organ sementara” yang
terdiri atas selaput dan pembuluh darah. Plasenta menghubungkan ibu
dan janin untuk mensuplai zat hara, oksigen, dan makanan. Awal mula
terbentuknya plasenta dimulai dari pembentukan blastocyst yaitu sebuah
sel berongga yang berbentuk seperti bola kemudian menempel di
rahim ibu. Bagian dalam sel blastocyst tersebut akan menjadi embrio,
dan lapisan luarnya akan berisi darah Selama kurang lebih 21 hari,
plasenta akan terus berkembang dan menjadi penghubung utama antara
embrio dan ibu. Plasenta akan menjadi jembatan pertukaran nutrisi,
oksigen, limbah atau sisa buangan. Karbondioksida atau CO2 yang
bersumber dari bayi akan dibawa oleh sel-sel darah melalui tali pusat
menuju plasenta untuk diproses dan dibersihkan, kemudian dikembalikan
kepada ibu dalam bentuk darah bersih.
Tali pusar bentuknya melingkar-lingkar seperti spiral, sangat panjang dan
cukup lentur sehingga memungkinkan bayi untuk bergerak secara bebas
dan mencegahnya dari terputusnya pasokan nutrisi. Tali pusat terdiri atas
1 vena dan 2 arteri. 2 arteri yang berada di tali pusat akan berfungsi untuk
memompa dan menerima oksigen serta nutrisi dari ibu. Sedangkan vena
akan membawa darah yang mengandung oksigen dari plasenta ke atrium
kanan jantung janin.
Proses janin makan dimulai dari, saat Ibu mengkonsumsi
makanan, sistem pencernaan di dalam tubuhnya akan mengelompokkan
makanan-makanan tersebut dan membagi-baginya menjadi partikel-
partikel kecil dan kemudian diserap oleh tubuh. Nutrisi akan mengalir
melalui darah plasenta dan kemudian diteruskan kepada janin.
Sumber : Peran Asupan Zat Gizi Makronutrien Ibu Hamil terhadap
Berat Badan Lahir Bayi di Kota Padang Jurnal Kesehatan Andalas.
2015
Perdarahan pada kehamilan sendiri berarti perdarahan melalui vagina
yang terjadi pada masa kehamilan, bukan perdarahan dari organ atau
sistem lainnya.
Perdarahan pervaginam pada kehamilan muda adalah perdarahan
yang terjadi sebelum kehamilan 22 minggu.1 World Health
Organization (WHO) IMPAC menetapkan batas usia kehamilan kurang
dari 22 minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas
usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
Terdapat klasifikasi perdarahan pada kehamilan muda, yaitu:
1. Abortus Abortus merupakan suatu proses ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan.
2. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) Kehamilan ektopik terganggu
adalah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
bersangkutan berhubung dengan besarnya kemungkinan terjadi
keadaan yang gawat.
3. Mola hidatidosa Mola hidatidosa merupakan kehamilan abnormal
dimana hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan hidrofik.
Sumber : Buku Ajar Ginekologi Sistem Blok Reproduksi. Rasjidi, Imam. Penerbit Buku
Kedokteran : EGC. 2019.
Sumber : Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Prihatin. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. 2013.
KLASIFIKASI
Abortus dapat dibagi atas dua golongan:
1. Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis
atau pun medisinalis, semata-mata disebabkan oieh faktor-faktor alamiah.
2. Abortus Provakatus (induced abortion)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan
maupun alat-alat. Abortus ini terbagi menjadi:
2. Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
3. Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis.
Terapi: Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan
desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kure-
tase. Dapat juga dilakukan histerotomia anterior.Hendaknya pada
penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.
Komplikasi: Bisa timbul hipo atau afibrinogenemia. Fetus yang sudah
mati begitu melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali untuk dilakukan
kuretase
9. Abortus Habitualis (Keguguran berulang): keadaan dimana penderita
mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan
abortus habitualis 3,6 - 9,8% dari abortus spontan.Kalau seorang
penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut maka optimisme
untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adalah sekitar 63%.Kalau
abortus 3 kali berturut-turut, maka kemungkinan kehamilan ke 4 berjalan
normal hanya sekitar 16%.
Etiologi:
(1) Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi
pembuahan hasilnya adalah pembuahan yang patologis.
(2) Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, kesalahan
korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta
menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis. Ini dapat
dibuktikan dengan mengukur kadar pregnandiol dalam urin. Selain itu
juga bergantung kepada keadaan gizi si ibu (malnutrisi), kelainan antomis
dari rahim, febris undulands (contagious abortion), hipertensi oleh karena
kelainan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/villi terganggu dan fetus
jadi mati.Dapat juga gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesus
antagonisme.
Pemeriksaan:
(1) Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomali kongenital.
(2) BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada
atau tidak gangguan glandula thyroidea.
(3) Psiko analisis.
Terapi: Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis
lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada
sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau
dihentikan. Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif:
SHIRODKAR atau MC DONALD (cervical cerclage),
10. Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik: keguguran yang disertai infeksi
genital. Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau
peritoneum.
Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus, atau abortus buatan,
terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat- syarat asepsis dan
antisepsis.Bahkan pada keadaan tertentu dapat terjadi perforasi rahim.
Diagnosis:
(a) Adanya abortus: amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah
ditolong di luar rumah sakit
(b) Pemeriksaan: kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan
dan sebagainya.
(c) Tanda-tanda infeksi alat genital: demam, nadi cepat, perdarahan,
berbau, uterus besar dan lembek, nyeri tekan, lekositosis
(d) Pada abortus septik: kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil,
nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun sampai syok. Perlu diobservasi
apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.
Terapi:
(1) Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang
cukup
(2) Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan
pembiakan dan uji kepekaan obat):
- Berikan suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam
- Berikan suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam.
- Atau antibiotika spektrum luas lainnya.
(3) 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih
cepat bila terjadi perdarahan banyak; lakukan dilatasi dan kuretase untuk
mengeluarkan hasil konsepsi
(4) Infus dan pemberian antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan
kemajuan penderita
(5) Pada abortus septik terapi sama saja, hanya dosis dan jenis antibiotika
ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan
dan uji kepekaan kuman.
(6) Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya perda-
rahan; dilakukan bila keadaan umum membaik dan panas mereda.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal
9. Bagaimana diagnosis dan diagnosis banding dari kasus diskenario?
Perdarahan pada kehamilan muda terjadi pada usia gestasi <20 minggu.
Penyebab kondisi ini adalah abortus, mola hidatidosa, atau kehamilan
ektopik terganggu.
A. Abortus keluarnya hasil pembuahan secara spontan sebelum mampu
bertahan hidup.
Terjadi perdarahan pada desidua basalis yang disertai dengan
nekrosis jaringan sekitarnya. Selain itu, ovum terlepas dan hal
tersebut merangsang kontraksi uterus sehingga menyebabkan
ekspulsi jaringan.
B. Mola Hidatidosa kehamilan abnormal yang memiliki karakter seperti
buah anggur serta uterus yang mengalami distensi. Biasanya,
tidak ada janin intak yang terbentuk dimana Mola hidatidosa dapat terjadi
secara komplit maupun parsial, dimana pada Mola
parsial embrio masih terbentuk.
Manifestasi klinis :
- Perdarahan uterus abnormal pada trimester pertama
- Mual dan muntah secara berlebihan
- Ukuran uterus lebih besar daripada usia gestasi
Pada pemeriksaan penunjang kadar β-HCG meningkat, pada USG
terdapat gambaran badai salju (snowflakes) atau sarang lebah
(honeycomb), tidak adanya kantung gestasi ataupun fetus.
C. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) Kehamilan yang terjadi
implantasi ovum diluar rongga uterus.
Manifestasi klinis
- Nyeri, biasanya terjadi karena ruptur, dapat bersifat bilateral, unilateral,
lokal, ataupun menyeluruh.
- Perdarahan dari vagina, biasanya bercak-bercak (spotting)
- Perubahan uterus, dapat membesar dan melunak seperti pada kehamilan,
Terabanya massa adneksa (pada 1/3 pasien)
Pada pemeriksaan penunjang β-HCG positif pada kehamilan
ektopik.
Etiologi :
- Infeksi dan Penyakit Ibu
Penyakit toxoplasmosis bukan disebabkan virus tetapi disebabkan oleh sejenis
parasit toxoplasma gondii. Bila penyakit ini menjangkiti seorang wanita hamil,
maka pada janin dalam kandungannya juga akan berisiko terinfeksi dan
menimbulkan berbagai kecacatan fisik pada anak setelah dilahirkan. Infeksi
toxoplasma gondii menyebabkan abortus spontan sebesar 4%, lahir mati sebesar
3%, toxoplasmosis bawaan 20%
- Defek Trombofilik
Actitvated protein C resistance (APCR) merupakan jenis terbanyak dari defek
trombofilik, dengan prevalensi sekitar 3 - 5%. Merupakan keadaan dengan
peningkatan kadar hlmosiitein darah yang dihubungkan dengan trombosis dan
penyakit vaskuler prematur, juga dapat disebabkan kekurangan asam folat.
- Penyakit Kronis
Hipertensi Prognosis ibu dengan hipertensi esensial berat dan kehamilan
kurang baik. Angka kematian pada hipertensi esensial berkisar antara 1% dan
2%, kematian biasanya disebabkan perdarahan otak, dekompensasio kordis,
atau uremia.
DM peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan atau
resistensi insulin. Beberapa gangguan endokrin telah terlibat dalam abortus
spontan berulang, salah satu diantaranya adalah diabetes mellitus. Abortus
spontan dan malformasi kongenital mayor meningkat pada wanita dengan
diabetes dependen-insulin. Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol
metabolik pada trimester pertama.
- Pengaruh Endokrin
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme,
diabetes mellitus, dan defisiensi progesteron. Diabetes tidak
menyebabkan abortus jika kadar gula dapat dikendalikan dengan baik.
Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari
korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan
insiden abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan
desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan
mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut
berperan dalam peristiwa kematiannya.
- Kelainan kromosom
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah
trisomi, poliploidi, kelainan kromosom sex serta kelainan kromosom
lainnya. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
Faktor Risiko :
- Usia
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan danvpersalinan adalah 20-30 tahun. Risiko
keguguran spontan tampak meningkat dengan bertambahnya usia
terutama setelah usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal
atau tidak, wanita dengan usia lebih tua, lebih besar kemungkinan
keguguran baik janinnya normal atau abnormal. Semakin lanjut
usia wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada, indung
telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin.
Makin lanjut usia wanita, maka risiko terjadi abortus, makin
meningkat karena menurunnya kualitas sel telur atau
ovum dan meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom.
- Faktor Paternal
Translokasi kromosom dalam sperma dapat menimbulkan zigot
yang mendapat bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu banyak,
sehingga terjadi abortus
Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik
lahir hidup maupun mati. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, Bayi yang dilahirkan
oleh ibu dengan paritas tinggi mempunyai risiko tinggi terhadap
terjadinya abortus sebab kehamilan yang berulang-ulang menyebabkan
rahim tidak sehat. Dalam hal ini kehamilan yang berulang
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang
mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin akan berjurang dibanding pada
kehamilan sebelumnya, keadaan ini dapat menyebabkan kematian pada
bayi.
- Pekerjaan
Ibu yang memiliki aktifitas lebih banyak dalam artian bekerja dapat
memiliki risiko yang lebih tinggi akan terjadinya keguguran atau
dalam istilah kesehatan abortus
- Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
Misalnya, sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan,
laparatomi, dan lain-lain. Dapat juga karena trauma langsung
terhadap fetus: selaput janin rusak langsung karena instrument, benda,
dan obatobatan.
- Faktor Janin
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid
vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari
ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu
bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin
besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50- 80%).
Sumber : Ilmu Kandungan Edisi Ketiga 2011; BUKU AJAR
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN TRIMESTER 1 PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG; LAPORAN KASUS ABORTUS
IMINENS JUNI 2015 FAKTOR RESIKO, PATOGENESIS, DAN
PENATALAKSANAAN A.A Gde Kiki Sanjaya Dharma Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana ISSN: 2089-9084 ISM, VOL. 3 NO.1,
MEI-AGUSTUS
Laboratorium
Darah Lengkap
Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik;
LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
Tes Kehamilan
Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara
prediktif. Hasil positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal
(blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan ektopik).
b. Ultrasonografi
USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5
minggu;
Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia
kehamilan 5 - 6 minggu);
Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan
USG dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau
non-viabel.
Buku ajar Perdarahan Pada Kehamilan trimester 1,FK Universitas
Lampung
13.Bagaimana tatalaksana dan edukasi dari kasus diskenario?
Perdarahan, cara mengatasinya dengan mengosongkan uterus dari sisa–sisa janin
dan transfuse darah, bila tidak segera ditolong menyebabkan kematian. Perforasi
uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.
Apabila terjadi perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luas
cedera sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya. Syok terjadi karena perdarahan
dan infeksi berat (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Missed abortion adalah kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang
dari 20 hari dan tidak dapat dihindari (James L Lindsey,MD , 2007). Gejalanya seperti
abortus immines yang kemudian menghilang secara spontan disertai kehamilan
menghilang, mamma agak mengendor, uterus mengecil, tes kehamilan negative.
Dengan USG dapat diketahui apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan
usia kehamilan (Sarwono Prawirohardjo,2002). Dengan human chorionic
gonadotropin (hCG) tests bisa diketahui kemungkinan keguguran (James L
Lindsey,MD , 2007).Biasanya terjadi pembekuan darah. Penanganannya, Pada
kehamilan kurang dari 12 minggu dilakukan pembukaan serviks uteri dengan
laminaria selama + 12 jam kedalam servikalis, yang kemudian diperbesar dengan busi
hegar sampai cunam ovum atau jari dapat masuk ke dalam kavum uteri. Pada
kehamilan lebih dari 12 minggu, maka pengeluaran janin dengan infuse intravena
oktsitosin dosis tinggi. Apabila fundus uteri tingginya sampai 2 jari dibawah pusat,
maka pengeluaran janin dapat dikerjakan dengan penyuntikan larutan garam 20%
kedalam dinding uteri melalui dinding perut. Apabila terdapat hipofibrinogenemia,
perlu persediaan fibrinogen (Sarwono Prawirohardjo,2002). Pemberian misoprostol
(Cytotec) 400-800 mcg dengan dosis tunggal atau ganda untuk mengurangi rasa sakit
(James L Lindsey,MD , 2007).
Medical aborsi adalah cara terakhir untuk melindungi seperti surgical aborsi dengan
mengetahui resiko kehamilan ectropic , aborsi spontan, kelahiran dengan berat yang
minim, dan kelahiran premature sebagai rangkaian kehamilan. Efek medical aborsi
berturut-turut dalam kehamilan adalah sulit untuk hamil lagi, disebabkan kematian
ditiga minggu pertama kehamilan. Faktor resiko untuk kehamilan ectropic ditemukan
dengan kenaikan resiko yang signifikan untuk kehamilan ectopic berhubungan dengan
aborsi medik tetapi tidak dengan surgical abortion,sebagai bandingan dengan wanita
yang tidak pernah melakukan aborsi. (Professor Paul D. Blumenthal, MD, MPH and
Beverly Winikoff, MD, MPH, 2007.)
MENEGAKKAN DIAGNOSIS?
Tindakan klinik yang dapat kita lakukan untuk mengetahui terjadinya abortus antara
lain: 1) terlambat haid kurang dari 20 minggu, 2) pemeriksaan fisik yang terdiri dari
keadaan umum tampak lemah, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi
normal atau cepat dan kecil, dan suhu badan normal atau meningkat, 3) perdarahan
pervagina yang disertai keluarnya jaringan janin, mual, dan nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus, 4) pemeriksaan ginekologi meliputi inspeksi vulva dengan melihat
perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan janin, dan tercium/tidak bau busuk dari
vulva Inspekulo, 5) perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, dan ada/tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium, dan 6) colok vagina dengan melihat porsio masih terbuka
atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai
atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
saat perabaan adneksa, dan kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri (Arif
Mansjoer dkk, 2004).