Anda di halaman 1dari 28

Aduh, Aku Kok Ngeflek?

Seorang wanita G1P0A0 berusia 28 tahun dibawa keluarganya ke unit gawat


darurat RS dengan keluhan keluar flek darah dari jalan lahir sejak 3 hari yang
lalu. Darah berwarna merah kecoklatan disertai nyeri perut bawah, tidak disertai
gumpalan dan jaringan. Riwayat menarche usia 12 tahun, siklus haid teratur,
selama 5-7 hari. Riwayat menikah 1 kali dengan suami sekarang selama 1
tahun. Pasien pernah melakukan tes pack 2 minggu yang lalu hasinya positif.
Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 80
kali/menit dan temperatur 36,5oC, uterus 1-2 jari di atas simpisis. Pemeriksaan
obstetri didapatkan fluxus pada vagina, porsio sebesar jempol tangan,
permukaan licin, OUE tertutup, corpus uteri sebesar telur angsa, adneksa dan
parametrium dalam batas normal, cavum douglasi tidak menonjol dan tidak
didapatkan nyeri goyang servix. Dokter merencanakan pemeriksaan penunjang
HCG kualitatif, darah rutin dan USG.

Step 1
1. Fluxus : pendarahan, fisiologis  menstruasi . patologis : diluar jadwal
menstruasi abortus.
2. Nyeri goyang servix: nyeri yang terjadi pada servix apabila dilakukan
pemeriksaan servix, px nya digerakan atau digoyangkan khas pada KET
(kehamilan ektopik)
3. Cavum douglas : ruangan diantara rectum dan uterus. Excavatio recto
uterina/ culdesac  jika teraba jika ada cairan, biasanya pada kasus KET.

Step 2
1. Mengapa pasien mengeluhkan keluar flek darah dari jalan lahir sejak 3
hari yang lalu?
2. Apa interpretasi darah merah kecoklatan disertai nyeri perut bawah, tidak
disertai gumpalan dan jaringan ?
3. Apakah hubungan riwayat siklus menstruasi , pernikahan satu kali dengan
riwayat perdarahan pervagina?
4. Apa ciri-ciri darah yang keluar dari jalan lahir yang bersifat patologis
pada kehamilan?
5. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik pada kasus diskenario?
6. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan obstetri pada kasus diskenario?
7. Mengapa dokter merencanakan pemeriksaan penunjang HCG kualitatif,
darah rutin dan USG?
8. Bagaimana alur diagnosis perdarah pervagina?
9. Bagaimana diagnosis dan diagnosis banding dari kasus diskenario?
10.Apa saja faktor resiko dan etiologi dari kasus diskenario?
11.Bagaiman patofisiologi dari kasus diskenario?
12.Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kasus diskenario?
13.Bagaimana tatalaksana dan edukasi dari kasus diskenario?
Step 3
1. Mengapa pasien mengeluhkan keluar flek darah dari jalan lahir sejak 3
hari yang lalu?
Etiologi gangguan pada uterus  perubahan struktur pada sel
endometrium gangguan pertumbuhan janin  sel sel bergdegenerasi
sel di endometrium perdarahan desidua basalis  jika dibiarkan,
menyebabkan jaringan nekrotik sel radang  perdarahan pervagina ,
hasil fertilisasi lepas  kontraksi uterus dan endometrium  manifestasi
nyeri perut bagian bawah
Wanita hamil biasanya 70 tidak mengalami perdarahan
Mekanisme wanita hamil tidak mengalami flek
2. Apa ciri-ciri darah yang keluar dari jalan lahir yang bersifat patologis
pada kehamilan?
Patologi :
Darah yang berwarna kehitaman terjadi pada solutio plasenta , kelebihan
zat besi
Darah yang bersama gelembung mola  mola hidatidosa
Berwarna merah terang , jumlah banyak dan nyeri hebat
Darah beserta gumpalan jaringan dan janin yang tidak sempurna
terbentuk (tidak mudah hancur jika disentuh)
Fisiologi : normalnya jika tidak diikuti gejala lainnya
Bercak dalam jumlah sedikit, tidak berlangsung lama , tidak mengotori
celana dalamnya.
Tabel!!
3. Apa interpretasi darah merah kecoklatan disertai nyeri perut bawah, tidak
disertai gumpalan dan jaringan
Darah agak gelap: bersifat patologis. Tidak disertai gumpalan dan
jaringan  menentukan jenis abortus. Termasuk abortus iminens< 20
minggu, hasil konsepsi masih di uterus, OUE tertutup
Insipien : < 20 minggu hasil konsepsi masih di uterus, OUE terbuka
Abortus inkomplit : hasil konsepsi di uterus sudah ada di luar (sebagian)
Tidak ada
- Abortus iminens : darah sedikit, uterus normal , test pack +.
Kemungkinan : Janin masih bisa dipertahankan , meragukan, janin
dalam keadaan tidak baik
- Abortus insipiens : uterus normal, serviks terbuka,
- Missed abortus : serviks tertutup , test pack –, janin telah mati minggu
ke 20 ,
Ada :
Abortus inkomplit : test pack -/+
Abortus komplit : perdarahan sedikit, uterus kecil, ekspulsi seluruh
jaringan
Abortus spontan : tanpa intervensi medis  kelainan pada ibu, janin
Abortus provokatus : sengaja digugurkan
- Menurut kaidah ilmu : indikasi kepentingan dr ibu , (ca cerviks)
didasarkan pada dokter
- Kriminal : oleh ibu hamil tanpa alsan medis yang sah, menimbulkan
bahaya infertilitas, infeksi .

Abortus hibertualis : kejadian berulang.


Bagaimana perbedaan abortus iminens dan komplit
Iminens : tidak ada kontraksi , hasil konsepsi belum keluar,
Komplit : ada kontraksi, hasil konsepsi keluar lalu OUE tertutup
Setelah perdarahan lalu diinspeksi, ada jaringan ga?
4. Apakah hubungan riwayat siklus menstruasi , pernikahan satu kali dengan
riwayat perdarahan pervagina?
Siklusmens : apakah ada hubungan dengan kelainan dengan siklus
mens
poliminorea  bisa mens dalam satu bulan lebih dari 1x
Oligominore : siklus mens lebih panjang , perdarahan sama
Amenorea  tidaka ada mens ,
Kelainan dengan jumlah yang dikeluarkan
Hipomenore : perdarahan lebih sedikit
Hipermenore : perdarahan lebih lama dan banyak pada hari biasanya , dan
sering gonta ganti pembalut
Riwayat mens dengan riwayat perdarahan pervagina
Siklus mens tidak teratur
Riwayat pernikahan dengan perdarahan :
5. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik pada kasus diskenario?
tekanan darah 120/80 mmHg  normal
abortus  penurunan tekanan darah , demam tinggi, menggigil, takikardi
denyut nadi 80 kali/menit  normal
temperatur 36,5  normal  apakah abortus bisa karena infeksi atau
tidak
uterus 1-2 jari di atas simpisis hamil minggu ke 12, bisa mennetukan
jenis abortus. Misalkan minggu dan tinggi fundus tidak sesuai dapat
mengindikasi suatu penyakit dalam kehamilan .
ttv kaitannya dengan perdarahan semester 1
ttv menyingkirkan dd

6. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan obstetri pada kasus diskenario?


fluxus pada vagina  peluruhan hasil konsepsi
porsio sebesar jempol tangan
permukaan licin,
OUE tertutup plasenta hanya terlepas sebagian, belum kontraksi
sepenuhnya
corpus uteri sebesar telur angsaperkiraan usia 12 minggu,
adneksa dan parametrium dalam batas normal,
cavum douglasi tidak menonjol  tidak ada darah atau cairan dalam
cavum,
tidak didapatkan nyeri goyang servix jika ada curiga KET
7. Mengapa dokter merencanakan pemeriksaan penunjang HCG kualitatif,
darah rutin dan USG?
Usg  untuk mengetahui pertumbuhan janin dan pelepasan plasenta.
Kaitan dengan treatment , janin sehat? Bedrest , progesteron
endometrium biar tambah kuat. Jika meninggal evkuasi
HCG  positif jika masih ada janin
Darah rutin  hb  untuk menilai penderita mengalami anemia atau
tidak mola hidatidosa
Leukosit  ada infeksi atau tidak. Leukositosis  abortus septik

8. Bagaimana alur diagnosis perdarah pervagina?


Anamnesis
- Riwayat terlambat haid
- Trauma
- Waktu , sifat dan jumlah perdarahan
- Nyeri ?
- Riwayat keluarnya jaringan pada saat pedarahan
- Demam ?

Pemeriksaan fisik : tanda syok


Ginekologi : bau,
Hamil / tidak
Tidak  ca cerviks, trauma
Hamil
 >20 minggu : plasenta previa merah segar
Bagian terbawah belum masuk panggul, dominan janinan masih
hidup
solutio plasenta  merah tua kehitaman
ada faktor predisposisi janin
 < 20 minggu : abortus , mola , KET
Iminens
Insipiens
Inkomplit
Komplit
Missed abortus

Mola hidatidosa  darah coklat , ada gelembung, bunyi jantung tidak


terdengar, beta hcg meningkat
KET terganggu : nyeri perut bawah, tanda syok , nyeri pergerakan
Abortus KTE, mola perbandingan
Macam2 abortus

9. Bagaimana diagnosis dan diagnosis banding dari kasus diskenario?


< 20 minggu
Abortus
Mola hidatidosa : uterus tidak teraba
KET
Abortus habitualis : abortus berullang
Missed abortus : janin sudah dalam keadaan mati, tanda2 kehamilan
mulai menghilang (disingkirkan dengan tes urin)
Dx : abortus iminens : oue tertutup, bercak x gumpalan
10.Apa saja faktor resiko dan etiologi dari kasus diskenario?
11.Bagaiman patofisiologi dari kasus diskenario?
12.Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kasus diskenario?
13.Bagaimana tatalaksana dan edukasi dari kasus diskenario?

Step 4
STEP 7
1. Mengapa pasien mengeluhkan keluar flek darah dari jalan lahir sejak hari
yang lalu?
Pada awal abortus terjadi pendarahan yang menyebabkan janin terlepas. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi
koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu
villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan
sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah
ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion
kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. ILMU KEBIDANAN. Jakarta: Tridasa Printer.
 . Fisiologis  Perdarahan fisiologis adalah aliran darah dari vagina yang
terjadi pada waktu yang tepat selama bulan itu atau pada jumlah-
jumlah yang sesuai. Yang disebut perdarahan fisiologis adalah
menstruasi.
 2. Patologis  perdarahan yang terjadi diluar perdarahan menstruasi,
dimana bisa disebabkan :
 Menopause  Fenomena makin mudanya usia wanita memasuki
fase menopause atau istilah kedokterannya klimakterik selayaknya
dibarengi dengan pemahaman yang tepat. palagi  banyak ibu
yang mengalami perdarahan ketika berada di fase ini. Perdarahan
yang terjadi disebabkan ovum !sel telur& sudah tidak bisa
berovulasi !keluar  dari indung telurnya& lagi.
 Keguguran  banyak wanita yang tidak menyadari kalau dirinya
sedang hamil. Terutama mereka yang  baru pertama kali hamil dan
usia kehamilan masih sangat muda. Perdarahan yang menyebabkan
keguguran bisa disebabkan beberapa hal : ketidaksempurnaan
janin, sehingga tubuh berusaha mengeluarkannya. ketidaknormalan
hormon ibu, danya infeksi.
 Ketidak seimbangan hormone estrogen dan progesterone  bisa
jadi siklus mens tidak teratur
 Alat kontrasepsi  benda asing yang bisa jadi ditolak tubuh
 Perdarahan implantasi
Perdarahan dari desidua (lapisan placenta)  lapisan nya mengalami robekan
 terjadi nekrosis  hasil konsepsi terlepas  uterus menganggap itu benda
asing  gumpalan darah keluar dari tubuh
- Estrogen dan progesterone : untuk penebalan dinding endometrium, peran
hormone tsb sangat penting  ketika estrogen dan progesterone
mengalami penurunan  dinding endometrium menipis
 Fungsi placenta untuk memberi nutrisi : bagaimana caranya?
 Plasenta dalam dunia medis disebut sebagai “organ sementara” yang
terdiri atas selaput dan pembuluh darah. Plasenta menghubungkan ibu
dan janin untuk mensuplai zat hara, oksigen, dan makanan. Awal mula
terbentuknya plasenta dimulai dari pembentukan blastocyst yaitu sebuah
sel berongga yang berbentuk seperti bola  kemudian menempel di
rahim ibu. Bagian dalam sel blastocyst tersebut  akan menjadi embrio,
dan lapisan luarnya akan berisi darah  Selama kurang lebih 21 hari,
plasenta akan terus berkembang dan menjadi penghubung utama antara
embrio dan ibu. Plasenta akan menjadi jembatan pertukaran nutrisi,
oksigen, limbah atau sisa buangan. Karbondioksida atau CO2 yang
bersumber dari bayi akan dibawa oleh sel-sel darah melalui tali pusat
menuju plasenta untuk diproses dan dibersihkan, kemudian dikembalikan
kepada ibu dalam bentuk darah bersih.
 Tali pusar bentuknya melingkar-lingkar seperti spiral, sangat panjang dan
cukup lentur sehingga memungkinkan bayi untuk bergerak secara bebas
dan mencegahnya dari terputusnya pasokan nutrisi. Tali pusat terdiri atas
1 vena dan 2 arteri. 2 arteri yang berada di tali pusat akan berfungsi untuk
memompa dan menerima oksigen serta nutrisi dari ibu. Sedangkan vena
akan membawa darah yang mengandung oksigen dari plasenta ke atrium
kanan jantung janin.
 Proses janin makan dimulai dari, saat Ibu mengkonsumsi
makanan, sistem pencernaan di dalam tubuhnya akan mengelompokkan
makanan-makanan tersebut dan membagi-baginya menjadi partikel-
partikel kecil dan kemudian diserap oleh tubuh. Nutrisi akan mengalir
melalui darah plasenta dan kemudian diteruskan kepada janin.
Sumber : Peran Asupan Zat Gizi Makronutrien Ibu Hamil terhadap
Berat Badan Lahir Bayi di Kota Padang Jurnal Kesehatan Andalas.
2015
 Perdarahan pada kehamilan sendiri berarti perdarahan melalui vagina
yang terjadi pada masa kehamilan, bukan perdarahan dari organ atau
sistem lainnya.
 Perdarahan pervaginam pada kehamilan muda adalah perdarahan
yang terjadi sebelum kehamilan 22 minggu.1 World Health
Organization (WHO) IMPAC menetapkan batas usia kehamilan kurang
dari 22 minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas
usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
 Terdapat klasifikasi perdarahan pada kehamilan muda, yaitu:
 1. Abortus Abortus merupakan suatu proses ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan.
 2. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) Kehamilan ektopik terganggu
adalah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
bersangkutan berhubung dengan besarnya kemungkinan terjadi
keadaan yang gawat.
 3. Mola hidatidosa Mola hidatidosa merupakan kehamilan abnormal
dimana hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan hidrofik.

Sumber : Buku Ajar PERDARAHAN PADA KEHAMILAN TRIMESTER 1.


Yudho, Arif. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG. 2018.
Hadijono S. Manajemen dan Rujukan Perdarahan Postpatum dalam
Upaya Penurunan Morbiditas dan Mortalitas Maternal. 2009.
 Pada awal abortus terjadi pendarahan dalam desidua basalis, kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya yang menyebabkan hasil
konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.Kemudian
uterus berkontraksi untukmengeluarkan benda asing tersebut.Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu vilikorialis belum menembus desidua
secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
pendarahan.
 Pada kehamilan lebih 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu dari
padaplasenta.Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera dilepas
dengan lengkap.Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam
bentuk miniatur.Hasil konsepsipada abortus dapat dikeluarkan dalam
berbagai bentuk.Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak
kecil tanpa bentuk yang jelas, mungkin pula janin telah mati lama,
mola kruenta, maserasi, fetus kompresus.
Sumber : ABORSI / ABORTUS. Fransisca S. K. S.Ked (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya
Kusuma Surabaya)
JENIS ABORTUS.2010.

 Perdarahan pervaginam patologis berdasarkan macamnya seperti keluarnya


darah dengan warna merah . Dengan jumlahnya yang banyk, serta
perdarahan disertai nyeri hebat.Perdarahan ini dapat disebabkan karena
abortus, kehamilan”ektopik ataupun mola hidatidosa.
Sumber : Riza Pramudia Armida*, Ririn Ratnasari*, Nur Hidayati*. STUDI
KASUS KEHAMILAN DENGAN MASALAH KECEMASAN, ANEMIA DAN RIWAYAT
ABORTUS DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN LILIS S., S.ST. UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PONOROGO HEALTH SCIENCES JOURNAL. 2019.

Abortus dapat diklasifikasikan menjadi :


 Abortus iminens : perdarahan pervaginam pada
kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-
tanda dilatasi serviks yang meningkat.
 Abortus insipiens : bila perdarahan diikuti dengan
dilatasi serviks.
 Abortus inkomplit : bila sudah sebagian jaringan janin
dikeluarkan dari uterus. Bila abortus inkomplit disertai
infeksi genitalia disebut abortus infeksiosa.
 Abortus komplit : bila seluruh jaringan janin sudah
keluar dari uterus.
 Missed abortion : kematian janin sebelum 20 minggu,
tetapi tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

Sumber : Buku Ajar Ginekologi Sistem Blok Reproduksi. Rasjidi, Imam. Penerbit Buku
Kedokteran : EGC. 2019.




Sumber : Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Prihatin. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. 2013.

Mekanisme wanita hamil tidak mengalami flek


2. Apa ciri-ciri darah yang keluar dari jalan lahir yang bersifat patologis?
Tabel!!
3. Apa interpretasi darah merah kecoklatan disertai nyeri perut bawah, tidak
disertai gumpalan dan jaringan?
Kontraksi yang terjadi pada uterus  peluruhan
Mengapa uterus bisa berkontraksi? Ilustrasi saat uterus berkontraksi
Oksitosin merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh neurohipofisis
yang secara khusus menyebabkan kontraksi uterus. Oksitosin
meningkatkan kontraksi otot polos melalui mekanisme: (1) otot uterus
meningkatkan jumlah reseptor - reseptor oksitosin sehingga
meningkatkan responnya terhadap dosis oksitosin yang diberikan selama
beberapa bulan kehamilan, (2) Kecepatan sekresi oksitosin oleh
neurohipofisis sangat meningkat pada saat persalinan.
Oksitosin merangsang kontraksi uterus melalui mekanisme Ca2+
dependent dan Ca2+ independent. Jalur Ca2+ independent adalah dengan
melalui jalur Rho kinase (Tahara M et al, 2002). Oksitosin tidak hanya
memicu pengeluaran Ca2+ intraseluler, tetapi juga meningkatkan
aktivitas Ca2+ terhadap uterus melalui mekanisme yang melibatkan G-
protein (Tahara M et al, 2002).
Jika terdapat nekrosis  nyeri berlebihan
Penyebab nyeri : karena saraf. Nyeri somatic/visceral/kolik?
Sumber : PENGARUH OKSITOSIN TERHADAP KONTRAKSI
OTOT POLOS UTERUS Risma Aprinda Kristanti El-Hayah Vol. 5,
No.1 September 2014

Bagaimana perbedaan abortus iminens dan komplit


4. Apakah hubungan riwayat siklus menstruasi , pernikahan satu kali dengan
5. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik pada kasus diskenario?
 Tekanan darah : 120/80 mmHg (normal)
 Denyut nadi : 80 kali/menit (normal)
 Suhu : 36,5° C (normal)
 Uterus : 1-2 jari di atas symphisis
 Px obstetri : adanya fluxus pada vaginacuriga adanya perdarahan
(normalnya jika tidak haid maka tidak ada)
 Porsio : sebesar jempol tangan (normalnya adalah 2-3 cm,
tergantung jempol tangan pemeriksa)
 Permukaan : licin
 OUE : tertutup (normal mungkin adanya perdarahan sedikit)
 corpus uteri sebesar telur angsa  hampir sama seperti uterus yang
teraba 1-2 jari di atas simfisis
 adneksa dan parametrium dalam batas normal
 cavum douglasi tidak menonjol  normal, jika menonjol ada
perdarahan, seperti pada KET
 tidak didapatkan nyeri goyang servix  normal. Jika ada nyeri
goyang biasa pada KET

Sumber : Ilmu Kandungan Edisi Ketiga 2011; kulpak dr.Gunawan Kusuma


Sp.OG

6. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan obstetri pada kasus diskenario?


 Pemeriksaan fisik
- TD : 120/80 -> normal
- Denyut nadi 80 x/menit -> normal
- Suhu : 36,5 -> normal (TDK TJD INFX)
- Uterus 1-2 jari diatas simpisi : usia kehamilan 12 minggu/ 3 bulan (T1)
 Pemeriksaan obstetric
- Fluxus vagina : kontraksi uterus -> keluran darah
- OUE tertutup : abortus
- Porsio sebesar jempol tangan dan permukaan licin :
- Cavum doglass tidak menonjol : cavum douglass menonjol à perdarahan akibat
rupture janin pada KET
- Corpus uteri sebesar telur angsa : besarnya 1-2 jari diatas simpisis -> kehamilan 12
minggu
- Nyeri goyang servik (-) : tidak ada indikasi KET

7. Mengapa dokter merencanakan pemeriksaan penunjang HCG kualitatif,


darah rutin dan USG?
HCG
- Tes kehamilan: positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah
abortus.
- Jangan terpengaruh hanya pemeriksaan B-HCG yang positif, karena meskipun
janin sudah mati, B-HCG mungkin masih tinggi, bisa bertahan sampai 2 bulan
setelah kematian janin.
HCG meningkat pada keadaan :
- Patologis: Mola hidatidosa, choriocarcinoma, tumor testis (chorio epithelioma),
tumor ovarium, hematuri, proteinuri>50 gr/dl.
- Fisiologis: Menopause, Luteinizing Hormon (LH) saat ovulasi. Buku Petunjuk
Praktikum Patologi Klinik, FK Unissula, 2020.
USG :
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
Arif mansjoer,dkk. 2004. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta: Media
Aesculapius
- Px. USGutk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui keadaan
plasenta apakah sudah terjadi pelepsan atau belum.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. ILMU KEBIDANAN. Jakarta: Tridasa Printer.
8. Bagaimana alur diagnosis perdarah pervagina?
Abortus KTE, mola perbandingan
Macam2 abortus

KLASIFIKASI
Abortus dapat dibagi atas dua golongan:
1. Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis
atau pun medisinalis, semata-mata disebabkan oieh faktor-faktor alamiah.
2. Abortus Provakatus (induced abortion)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan
maupun alat-alat. Abortus ini terbagi menjadi:
2. Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
3. Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis.

Klinis Abortus Spontan


Dapat dibagi atas:
1. Abortus Kompletus (Keguguran lengkap): Artinya seluruh hasil
konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim
kosong. Perdarahan den nyeri minimal, Seluruh hasil konsepsi
telah dikeluarkan , Ukuran uterus dalam bates normal,Servik
tertutup
Terapi: hanya dengan uterotonika.
4. Abortus Inkompletus (Keguguran bersisa): Hanya sebagian dari hasil
konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
5. Gejala: didapati antara lain adalah
Manfes: amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas; perdarahan yang bisa
sedikit atau banyak, dan biasanya berupa stolsel (darah beku); sudah ada
keluar fetus atau jaringan; pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada
abortus provakatus yang dilakukan oleh orang yang tidak ahli, sering
teijadi infeksi. Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru
terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa
jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang
berukuran lebih kecil dari seharusnya. Perdarahan hebat sering
menyebabkan syok ,Perdarahan disease gumpalan darah den jaringan
konsepsi , Servile terbuka , Sebagian basil konsepsi masih tertinggal
dalam kavum uteri
Terapi: Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian
cairan dan transfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat
mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat-obat
uterotonika dan antibiotika.
6. Abortus Insipiens (Keguguran sedang berlangsung): Adalah abortus yang
sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang
teraba. Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Perdarahan dengan
gumpalan darah , Nyeri lebih kuat ,Servik terbuka den teraba ketuban
,Hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri .
Manfes: nyeri abdomen ( kram suprapubik intermitten, progresif
=kontraksi uterus yg menimbulkan dilatasi serviks), perdarahn pervagina,
abortus timbul sblm 12 minggu stlh siklus haid terakhir, kebocoran
amnion

Terapi: seperti abortus inkompletus.


7. Abortus Iminens (Keguguran membakat): Keguguran membakat dan
akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan
memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat.
Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu
ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi
kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus
dikosongkan (kuret). Perdarahan minimal dengan nyeri/tidak ,Uterus
sesuai dengan umur kehamilan ,Servile belum membuka, Test hamil :
positif , USG : Produk kehamilan dalam betas normal
Manfes: perdarahan per vagina, nyeri abdomen, gejala hamil, satu siklus
haid terlewatkan
Diagnosis:px pelvis: pd px spekulum ada darah kecoklatan dlm vagina,
ostium uteri tertutup, pd px bimanual: uterus membesar, lunak dan tidak
nyeri tekan, px urinalisis: urin normal
Tatalaksana:
- tirah baring/batasi aktivitas, jika ada alat kontrasepsi dlm rahim haus
diangkat,

1. Missed Abortion: keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap


berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau
lebih. Fetus yang meninggal ini:
(a) bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati
(b) bisa diresorbsi kembali sehingga hilang
(c) bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut: fetus papyraceus
(d) bisa jadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan
mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
8. Gejala: Dijumpai amenorea; perdarahan sedikdt-sedikit yang berulang
pada permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah
tinggi, malahan tambah rendah, Kalau tadinya ada gejala-gejala
kehamilan, belakangan menghilang, diiringi dengan reaksi kehamilan
yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus mati. Pada
pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit. Sekali-sekali
pasien merasa perutnya dingin atau kosong.Perdarahan minimal ,Sering
didahului oleh tanda abortus iminen yang kemudian menghilang
spontan/setelah tempi ,Tanda den gejala laumil menghilang ,USG : Hasil
konsepsi masih dalam uterus namun tak ada tanda ke` langsungan
hidupnya

Terapi: Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan
desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kure-
tase. Dapat juga dilakukan histerotomia anterior.Hendaknya pada
penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.
Komplikasi: Bisa timbul hipo atau afibrinogenemia. Fetus yang sudah
mati begitu melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali untuk dilakukan
kuretase
9. Abortus Habitualis (Keguguran berulang): keadaan dimana penderita
mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan
abortus habitualis 3,6 - 9,8% dari abortus spontan.Kalau seorang
penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut maka optimisme
untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adalah sekitar 63%.Kalau
abortus 3 kali berturut-turut, maka kemungkinan kehamilan ke 4 berjalan
normal hanya sekitar 16%.
Etiologi:
(1) Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi
pembuahan hasilnya adalah pembuahan yang patologis.
(2) Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, kesalahan
korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta
menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis. Ini dapat
dibuktikan dengan mengukur kadar pregnandiol dalam urin. Selain itu
juga bergantung kepada keadaan gizi si ibu (malnutrisi), kelainan antomis
dari rahim, febris undulands (contagious abortion), hipertensi oleh karena
kelainan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/villi terganggu dan fetus
jadi mati.Dapat juga gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesus
antagonisme.
Pemeriksaan:
(1) Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomali kongenital.
(2) BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada
atau tidak gangguan glandula thyroidea.
(3) Psiko analisis.
Terapi: Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis
lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada
sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau
dihentikan. Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif:
SHIRODKAR atau MC DONALD (cervical cerclage),
10. Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik: keguguran yang disertai infeksi
genital. Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau
peritoneum.
Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus, atau abortus buatan,
terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat- syarat asepsis dan
antisepsis.Bahkan pada keadaan tertentu dapat terjadi perforasi rahim.
Diagnosis:
(a) Adanya abortus: amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah
ditolong di luar rumah sakit
(b) Pemeriksaan: kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan
dan sebagainya.
(c) Tanda-tanda infeksi alat genital: demam, nadi cepat, perdarahan,
berbau, uterus besar dan lembek, nyeri tekan, lekositosis
(d) Pada abortus septik: kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil,
nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun sampai syok. Perlu diobservasi
apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.
Terapi:
(1) Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang
cukup
(2) Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan
pembiakan dan uji kepekaan obat):
- Berikan suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam
- Berikan suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam.
- Atau antibiotika spektrum luas lainnya.
(3) 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih
cepat bila terjadi perdarahan banyak; lakukan dilatasi dan kuretase untuk
mengeluarkan hasil konsepsi
(4) Infus dan pemberian antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan
kemajuan penderita
(5) Pada abortus septik terapi sama saja, hanya dosis dan jenis antibiotika
ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan
dan uji kepekaan kuman.
(6) Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya perda-
rahan; dilakukan bila keadaan umum membaik dan panas mereda.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal
9. Bagaimana diagnosis dan diagnosis banding dari kasus diskenario?
 Perdarahan pada kehamilan muda terjadi pada usia gestasi <20 minggu.
Penyebab kondisi ini adalah abortus, mola hidatidosa, atau kehamilan
ektopik terganggu.
A. Abortus  keluarnya hasil pembuahan secara spontan sebelum mampu
bertahan hidup.
 Terjadi perdarahan pada desidua basalis yang disertai dengan
nekrosis jaringan sekitarnya. Selain itu, ovum terlepas dan hal
tersebut merangsang kontraksi uterus sehingga menyebabkan
ekspulsi jaringan.
B. Mola Hidatidosa  kehamilan abnormal yang memiliki karakter seperti
buah anggur serta uterus yang mengalami distensi. Biasanya,
tidak ada janin intak yang terbentuk dimana Mola hidatidosa dapat terjadi
secara komplit maupun parsial, dimana pada Mola
parsial embrio masih terbentuk.
 Manifestasi klinis :
- Perdarahan uterus abnormal pada trimester pertama
- Mual dan muntah secara berlebihan
- Ukuran uterus lebih besar daripada usia gestasi
 Pada pemeriksaan penunjang kadar β-HCG meningkat, pada USG
terdapat gambaran badai salju (snowflakes) atau sarang lebah
(honeycomb), tidak adanya kantung gestasi ataupun fetus.
C. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)  Kehamilan yang terjadi
implantasi ovum diluar rongga uterus.
 Manifestasi klinis
- Nyeri, biasanya terjadi karena ruptur, dapat bersifat bilateral, unilateral,
lokal, ataupun menyeluruh.
- Perdarahan dari vagina, biasanya bercak-bercak (spotting)
- Perubahan uterus, dapat membesar dan melunak seperti pada kehamilan,
Terabanya massa adneksa (pada 1/3 pasien)
 Pada pemeriksaan penunjang β-HCG positif pada kehamilan
ektopik.

Sumber : Ilmu Kandungan Edisi Ketiga 2011; BUKU AJAR PERDARAHAN


PADA KEHAMILAN TRIMESTER 1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

10.Apa saja faktor resiko dan etiologi dari kasus diskenario?


Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah.
Sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan
masih hidup. Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat disebabkan oleh hal-hal
berikut ini:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau
cacat kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil
muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah
sebagai berikut:
- Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X.
- Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
- Pengaruh dari luar akibat radiasi, virus, obat-obatan.
b. Kelainan pada plasenta misalnya endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales
dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
c. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, anemia berat, dan
keracunan.
d. Kelainan Traktus Genetalis
Mioma uteri, kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Sebab lain
abortus dalam trisemester ke 2 ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan
oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatari serviks berlebihan, konisasi,
amputasi atau robekan serviks luar yang tidak dijahit.
Kapita Selekta. Jakarta : balai penerbitFK UI, 2001

 Etiologi :
- Infeksi dan Penyakit Ibu
Penyakit toxoplasmosis bukan disebabkan virus tetapi disebabkan oleh sejenis
parasit toxoplasma gondii. Bila penyakit ini menjangkiti seorang wanita hamil,
maka pada janin dalam kandungannya juga akan berisiko terinfeksi dan
menimbulkan berbagai kecacatan fisik pada anak setelah dilahirkan. Infeksi
toxoplasma gondii menyebabkan abortus spontan sebesar 4%, lahir mati sebesar
3%, toxoplasmosis bawaan 20%
- Defek Trombofilik
Actitvated protein C resistance (APCR) merupakan jenis terbanyak dari defek
trombofilik, dengan prevalensi sekitar 3 - 5%. Merupakan keadaan dengan
peningkatan kadar hlmosiitein darah yang dihubungkan dengan trombosis dan
penyakit vaskuler prematur, juga dapat disebabkan kekurangan asam folat.
- Penyakit Kronis
Hipertensi  Prognosis ibu dengan hipertensi esensial berat dan kehamilan
kurang baik. Angka kematian pada hipertensi esensial berkisar antara 1% dan
2%, kematian biasanya disebabkan perdarahan otak, dekompensasio kordis,
atau uremia.
DM  peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan atau
resistensi insulin. Beberapa gangguan endokrin telah terlibat dalam abortus
spontan berulang, salah satu diantaranya adalah diabetes mellitus. Abortus
spontan dan malformasi kongenital mayor meningkat pada wanita dengan
diabetes dependen-insulin. Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol
metabolik pada trimester pertama.
- Pengaruh Endokrin
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme,
diabetes mellitus, dan defisiensi progesteron. Diabetes tidak
menyebabkan abortus jika kadar gula dapat dikendalikan dengan baik.
Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari
korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan
insiden abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan
desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan
mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut
berperan dalam peristiwa kematiannya.
- Kelainan kromosom
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah
trisomi, poliploidi, kelainan kromosom sex serta kelainan kromosom
lainnya. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
 Faktor Risiko :
- Usia
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan danvpersalinan adalah 20-30 tahun. Risiko
keguguran spontan tampak meningkat dengan bertambahnya usia
terutama setelah usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal
atau tidak, wanita dengan usia lebih tua, lebih besar kemungkinan
keguguran baik janinnya normal atau abnormal. Semakin lanjut
usia wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada, indung
telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin.
Makin lanjut usia wanita, maka risiko terjadi abortus, makin
meningkat karena menurunnya kualitas sel telur atau
ovum dan meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom.
- Faktor Paternal
Translokasi kromosom dalam sperma dapat menimbulkan zigot
yang mendapat bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu banyak,
sehingga terjadi abortus
Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik
lahir hidup maupun mati. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, Bayi yang dilahirkan
oleh ibu dengan paritas tinggi mempunyai risiko tinggi terhadap
terjadinya abortus sebab kehamilan yang berulang-ulang menyebabkan
rahim tidak sehat. Dalam hal ini kehamilan yang berulang
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang
mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin akan berjurang dibanding pada
kehamilan sebelumnya, keadaan ini dapat menyebabkan kematian pada
bayi.
- Pekerjaan
Ibu yang memiliki aktifitas lebih banyak dalam artian bekerja dapat
memiliki risiko yang lebih tinggi akan terjadinya keguguran atau
dalam istilah kesehatan abortus
- Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
Misalnya, sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan,
laparatomi, dan lain-lain. Dapat juga karena trauma langsung
terhadap fetus: selaput janin rusak langsung karena instrument, benda,
dan obatobatan.
- Faktor Janin
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid
vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari
ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu
bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin
besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50- 80%).
Sumber : Ilmu Kandungan Edisi Ketiga 2011; BUKU AJAR
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN TRIMESTER 1 PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG; LAPORAN KASUS ABORTUS
IMINENS JUNI 2015 FAKTOR RESIKO, PATOGENESIS, DAN
PENATALAKSANAAN A.A Gde Kiki Sanjaya Dharma Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana ISSN: 2089-9084 ISM, VOL. 3 NO.1,
MEI-AGUSTUS

11.Bagaiman patofisiologi dari kasus diskenario?


 Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam
desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis
jaringan di sekitarnya. Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya, sehingga menjadi benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
 Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil
konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya
karena villi korialis belum menembus desidua
secara mendalam. Pada kehamilan antara 8
sampai 14 minggu villi korialis menembus
desidua lebih dalam, sehingga umumnya
plasenta tidak terlepas sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas umumnya
dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin,
disusul beberapa waktu kemudian plasenta.
Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk,
seperti kantong kosong amnion atau benda kecil
yang tidak jelas bentuknya (blighted ovum),
janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi, atau fetus
papiraseus.

Sumber : Ilmu Kandungan Edisi Ketiga 2011; BUKU AJAR


PERDARAHAN PADA KEHAMILAN TRIMESTER 1
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
 Pada awal abortus  terjadi perdarahan desidua basalis  diikuti
nekrosis jar.sekitar sebabkan hasil konsepsi terlepas  dianggap benda
asing oleh uterus  berusaha mengeluarkan  kontraksi uterus
meningkat.

 Sumber : Buku Ajar Ginekologi Sistem Blok Reproduksi. Rasjidi, Imam.


Penerbit Buku Kedokteran : EGC. 2019.

12.Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kasus diskenario?

Laboratorium
 Darah Lengkap
 Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik;
 LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
 Tes Kehamilan
Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara
prediktif. Hasil positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal
(blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan ektopik).
b. Ultrasonografi
 USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5
minggu;
 Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia
kehamilan 5 - 6 minggu);
 Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan
USG dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau
non-viabel.
Buku ajar Perdarahan Pada Kehamilan trimester 1,FK Universitas
Lampung
13.Bagaimana tatalaksana dan edukasi dari kasus diskenario?
 Perdarahan, cara mengatasinya dengan mengosongkan uterus dari sisa–sisa janin
dan transfuse darah, bila tidak segera ditolong menyebabkan kematian. Perforasi
uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.
Apabila terjadi perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luas
cedera sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya. Syok terjadi karena perdarahan
dan infeksi berat (Sarwono Prawirohardjo, 2002).

 Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20


minggu, janin masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya terjadi
perdarahan melalui ostium uteri eksternum disertai mual, uterus membesar sebesar
tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif.
Penanganannya : 1) Berbaring, cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan sehingga rangsang mekanik berkurang. 2) Pemberian hormon
progesterone. 3) Pemeriksaan USG (Sarwono Prawirohardjo, 2002).

 Abortus insipiens adalah peristiwa peradangan uterus pada kehamilan sebelum 20


minggu dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya rasa mules menjadi lebih sering
dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran janin dengan kuret vakum atau cunam
ovum, disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu bahaya peforasi
pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan
pemberian infuse oksitosin. Sebaliknya secara digital dan kerokan bila sisa plasenta
tertinggal bahaya perforasinya kecil (Sarwono Prawirohardjo,2002).

 Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20


minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal,
servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang – kadang
sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum
sisa janin dikelurkan, dapat menyebabkan syok. Penanganannya, diberikan infuse
cairan NaCl fisiologik dan transfusi, setelah syok diatasi dilakukan kerokan. Saat
tindakan disuntikkan intramuskulus ergometrin untuk mempertahankan kontraksi otot
uterus (Sarwono Prawirohardjo,2002).

 Penderita abortus kompletus ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah


menutup, uterus sudah mengecil dan tidak memerlukan pengobatan khusus, apabila
menderita anemia perlu diberi sulfas ferrosus atau transfuse (Sarwono
Prawirohardjo,2002).

 Missed abortion adalah kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang
dari 20 hari dan tidak dapat dihindari (James L Lindsey,MD , 2007). Gejalanya seperti
abortus immines yang kemudian menghilang secara spontan disertai kehamilan
menghilang, mamma agak mengendor, uterus mengecil, tes kehamilan negative.
Dengan USG dapat diketahui apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan
usia kehamilan (Sarwono Prawirohardjo,2002). Dengan human chorionic
gonadotropin (hCG) tests bisa diketahui kemungkinan keguguran (James L
Lindsey,MD , 2007).Biasanya terjadi pembekuan darah. Penanganannya, Pada
kehamilan kurang dari 12 minggu dilakukan pembukaan serviks uteri dengan
laminaria selama + 12 jam kedalam servikalis, yang kemudian diperbesar dengan busi
hegar sampai cunam ovum atau jari dapat masuk ke dalam kavum uteri. Pada
kehamilan lebih dari 12 minggu, maka pengeluaran janin dengan infuse intravena
oktsitosin dosis tinggi. Apabila fundus uteri tingginya sampai 2 jari dibawah pusat,
maka pengeluaran janin dapat dikerjakan dengan penyuntikan larutan garam 20%
kedalam dinding uteri melalui dinding perut. Apabila terdapat hipofibrinogenemia,
perlu persediaan fibrinogen (Sarwono Prawirohardjo,2002). Pemberian misoprostol
(Cytotec) 400-800 mcg dengan dosis tunggal atau ganda untuk mengurangi rasa sakit
(James L Lindsey,MD , 2007).

 Medical aborsi adalah cara terakhir untuk melindungi seperti surgical aborsi dengan
mengetahui resiko kehamilan ectropic , aborsi spontan, kelahiran dengan berat yang
minim, dan kelahiran premature sebagai rangkaian kehamilan. Efek medical aborsi
berturut-turut dalam kehamilan adalah sulit untuk hamil lagi, disebabkan kematian
ditiga minggu pertama kehamilan. Faktor resiko untuk kehamilan ectropic ditemukan
dengan kenaikan resiko yang signifikan untuk kehamilan ectopic berhubungan dengan
aborsi medik tetapi tidak dengan surgical abortion,sebagai bandingan dengan wanita
yang tidak pernah melakukan aborsi. (Professor Paul D. Blumenthal, MD, MPH and
Beverly Winikoff, MD, MPH, 2007.)

 Setelah abortus pertumbuhan virus Chlamydia, gonorrhoea dan bacterial


vaginosis meningkat. Untuk mengurangi infeksi setelah abortus diberikan antibiotik 1
g rectally, azithromycin 1 g pada saat abortus, dan doxycycline 100 mg secara oral 2
kali per hari selama 1 minggu. (Janesh K. Gupta and Cara Williams, 2004)

MENEGAKKAN DIAGNOSIS?
 Tindakan klinik yang dapat kita lakukan untuk mengetahui terjadinya abortus antara
lain: 1) terlambat haid kurang dari 20 minggu, 2) pemeriksaan fisik yang terdiri dari
keadaan umum tampak lemah, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi
normal atau cepat dan kecil, dan suhu badan normal atau meningkat, 3) perdarahan
pervagina yang disertai keluarnya jaringan janin, mual, dan nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus, 4) pemeriksaan ginekologi meliputi inspeksi vulva dengan melihat
perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan janin, dan tercium/tidak bau busuk dari
vulva Inspekulo, 5) perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, dan ada/tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium, dan 6) colok vagina dengan melihat porsio masih terbuka
atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai
atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
saat perabaan adneksa, dan kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri (Arif
Mansjoer dkk, 2004).

Arif mansjoer,dkk. 2004. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta: Media Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai