Anda di halaman 1dari 51

Anggita Sabila Faza

30101800019
SGD 1 LBM 1 Kelompok 8
“Fungsi Penglihatan Normal”
Skenario :

Seorang laki-laki 41 tahun datang untuk melakukan pemeriksaan cek up mata. Dokter melakukan
pemeriksaan lengkap dan menuliskan status ophthalmologi pasien meliputi, visus jauh kedua mata
6/6, palpebra dan segmen anterior tenang, media refrakta jernih, diameter pupil 3mm, reflek pupil
langsung dan tidak langsung positif normal, retina, makula dan papil nervus optikus dalam batas
normal, tekanan bola mata normal, posisi bola mata ortoforia, gerak bola mata bebas ke segala
arah, tidak buta warna dan lapang pandang normal. Namun pasien mengeluh mata terasa lelah
untuk melihat dekat, sejak lebih kurang 1 tahun terakhir. Dokter kemudian memeriksa visus dekat
pasien, dan memberikan koreksi kacamata baca. Dokter menjelaskan bahwa anatomi dan fungsi
penglihatan pasien baik, visus jauh emetropia, namun pasien telah mengalami gangguan akomodasi
sehingga perlu menggunakan kacamata sferis positif untuk melihat dekat. Dokter meminta pasien
untuk kontrol kembali jika kacamata sudah tidak nyaman dan berpesan supaya menjaga mata
sebaik-baiknya dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A.

Step 1
1. Status ophthalmologi
2. Visus 6/6 : ketajaman penglihatan
Visus <6/6 : gangguan ketajaman penglihatan jarak jauh sebagai contoh hasil 6/20 maka obyek
tersebut dapat dilihat pada populasi dengan mata yang normal dari jarak 20 meter maka pasien dapat
melihat dari jarak 6 meter. Visus 1/60 : melihat jari dari jarak 1 meter di mana normalnya dapat dilihat
dari jarak 60 meter.
3. Segmen anterior tenang
4. Media refrakta jernih
5. Ortoforia : kedudukan bola mata seimbang. Kedudukan bola mata tidak berubah walaupun
refleks fusi diganggu. Fusi diartikan sebagai penyatuan eksitasi visual dari bayangan retina
yang berkorespondensi menjadi suatu presepsi visual tunggal. Fusi terjadi pada bayangan
didalam area panum yang merupakan suatu refleks sensorimotor
Kelainan seperti eksoforia : mata juling keluar , penyimpangan sumbu penglihatan ke arah
temporal
6. Emetropia : keadaan mata dengan kemampuan refraksi normal .
Abnormal  ametropia .
Refraksi : pembiasaan dalam optika arah rambat partikel cahaya
7.
Step 2
1. Jelaskan mengenai anatomi mata
2. Jelaskan mengenai fisiologi mata
a. Fungsi per organ
b. Jaras penglihatan
c. Akomodasi
d. Gerak bola mata
e. Refleks kornea
n
a
g
r
is
lv
u
c
o
m-
-
-
3.
4.
5.
6.
7.
Step 3
1.
Jelaskan mengenai histologi mata
Faktor yang mempengaruhi ketajaman penglihatan
Bagaimana kriteria mata baik dan normal
Mekanisme gerak bola mata (nervus, dan otot)
Mekanisme pengeluaran air mata

Jelaskan mengenai anatomi mata

a. Bulbus oculi

Selubung bulbus oculi

Cornea

Berasal dari kata cornu (tanduk) .bersifat jernih, transparan dan avascular. Bagian perifer
cornea berhubungan langsung dengan sclera melalui limbus cornea yang masuk kedalam
sulcus sclera.

Innervasi  n. Ciliaris cabang dari n. Ophtalmicus

Vaskularisasi 

 Sclera
Merupakan dinding bulbus oculi yg paling keras, sehingga penting untuk
mempertahan kan bentuk bulbus oculi.
Permukaan luar sclera berwarna ke putih – putihan dan tertutup oleh:
Conjuctiva bulbi
Capsula tenon
Jaringan episclera yg banyak mengandung pemb. darah.
Sclera disarafi oleh N. Ciliaris
Vaskularisasi  vasa episcleralis
 Tunika vasculosa
 Iris
Iris merupakan lanjutan corpus ciliare ke depan dan merupakan diafragma yang
membelakangi bola mata menjadi segmen anterior dan posterior . iris dibagian
tengah membentuk celah yang disebut pupil

Vascularisasi : a. Ciliaris posterior longum dan a. Ciliaris anterior yg membentuk


circulus iridis major & circulus iridis minor, pembuluh darah vena sesuai arterinya
dan bermuara ke v. Vorticosa.
Innervasi : parasympatis N.III, plexus nervosus pada corpus ciliare

 Corpus ciliaris
 Merupakan lanjutan ke depan tunica choroidea dan berakhir pada radix
iridis.
 Terdapat tonjolan panjang ( prosesus ciliaris) dan tonjolan yang pendek
( plica ciliaris )
 Prosesus ciliaris menghasilkan humor aquous.
 Pada proseseus ciliaris terbentang zonula zinii sebagai penggantung lensa
crystalina.
 Pada corpus ciliare terdapat M. Ciliaris untuk akomodasi.
 Kontraksi m.ciliaris secara keseluruhan  corpus ciliare terdorong ke
depan bawah zonula zinii menjadi kendor  lensa crystalina akan
menjadi lebih cembung. Peristiwa lebih cembungnya lensa ini disebut
akomodasi.
 Perdarahan : dari a. Ciliaris anterior
 Persarafan : Parasimpatis yg berasal dari N. III.
 Choroid (uvea posterior)

Tunica choroidea merupakan lapisan yang kaya dengan pembuluh darah sehingga dapat
memberikan nutrisi pada bangunan sekitarnya.

 Tunika nervosa
- Stratum pigmenti (disebutin aja masih gamudeng)

- Retina
Merupakan membran saraf yang tipis, halus, tidak berwarna dan transparan.
Berfungsi sebagai reseptor sinar.
Permukaan luar berhub.dg tunica choroidea,
Permukaan dalam berhub.dg membran hyaloidea ( pembungkus corpus vitreum )

1) Isi bulbus oculi


 Humor aquosus

HUMOR AQUOSUS

Humor aquosus diproduksi oleh processus ciliaris di corpus ciliare.

PengaliranHA : COP  pupil  COA trabecular meshwork


canalisschlemm v. ciliaris anterior

Fungsi HA selain berperan untuk menentukan tekanan intra oculi juga


memberikan nutrisi pada cornea dan lensa.

Tekanan intra oculi (TIO) normal 15-18 mmHg.Tekanan normal,


tertinggi pada waktu bangun tidur pagi hari dan terendah malam hari.

Penimbunan humor aquosusakanmengakibatkanpeningkatan TIO yang


disebutGlaukoma.
 Lensa crystalina

Pada manusia, lensa crystalina berbentuk biconvex, avasculair, tak berwarna dan
transparan.

Lensa terletak di belakang iris, didepan corpus vitreum.

Lensa ini digantungkan pada processus ciliare oleh zonula zinii atau ligamentum
suspensorium lentis.

Disebelah depan lensa terdapat humor aquosus.

Sedangkan hubungan lensa dengan corpus vitreum berupa daerah circulair yang
disebut ligamentum hyaloidea capsulare.Disini terdapat ruangan kecil yang
disebut spatium dari Berger.

Bagiantengahlensakerasnucleus lentis.Sedangkanbagianluarlunak yang


disebutcortex
lentis.Keduanyadisebutsubstansialentis.Lensadiliputiolehcapsulalentis

Lensa berfungsi memfokuskan cahaya ke retina, karena itu dapat berakomodasi.

 Corpus vitreum

Permukaan anteriornya berbentuk seperti cawan sesuai dengan lengkungan posterior lensa
fossa lenticulair (fossa pateller).

Corpus vitreum melekat erat pada dua daerah :

Di bagian anterior : pada epithel corpus ciliarebasis corpus vitreum.


Di bagian posterior : di sekeliling papilla nervi optici.

Corpus vitreumdibagimjd 3 daerah :Massa vitreum utama, Basis corpus vitreum,


Hyaloideus vitreus

Fungsidari corpus vitreum adalah mempertahankan bola mata serta ikut membantu
metabolisme retina.

Organon aculi accessoria

 Glandula lacrimalis
Terletak pada sudut atas lateral cavum orbita
Fungsi : menghasilkan air mata untuk melindungi cornea dari kekeringan &
untuk membersihkan cornea
Pengaliran air mata : glandula lacrimalis  punctum lacrimalis  canaliculi
lacrimalis  saccus lacrimalis  ductus nasolacrimalis  meatus nasi
inferior
Terdiri atas :
 Pars glandula lakrimalis  Bag.yang produksi air mata
 Pars ekskretorius  Bag yang menampung air mata dan mengalirkan ke
hidung
 Glandula sekretorius assesorius : Gld.Krause, gld Wolfring, sel goblet
Persarafan :
 N.trigeminus  sensoris
 N.simpatis  lwt gln.cervicale
 N.fascialis  parasimpatis
Glandula lakrimalis, terdiri atas :
 Pars orbitalis
 Pars palpebralis
Pars sekretorius : saluran sekresi  duktuli lakrimalis 6-12 buah bermuara di
forniks superior sebelah lateral. Bisa tertutup oleh proses sikatrik akibat :
 Trakhoma
 Trauma kimia
 Steven Johnson syndroma
Akibatnya produksi air mata berkurang/tidak ada sehingga menyebabkan
keratitis sicca
Pars ekskretorius
Terdiri atas :
 Pungtum lakrimalis
 Kanalikuli lakrimalis
 Sakus lakrimalis
 Duktus lakrimalis
 Meatus lakrimalis (ada valvula Hasner)
Mekanisme pengaliran air mata
 Gerakan berkedip
 Gerakan peristaltik
 Gaya berat (gravitasi)
 Gaya kapiler
 Gaya pompa (dari lig.canthi)
Tersumbat  nrocos  epifora
Fungsi air mata:
 sebagai cairan pelindung terhadap kekeringan dan
 sebagai antibakterial karena mengandung enzim lisozim
 sebagai pelicin pada waktu berkedip

 Mm. Ektrinsik bulbi


Bola mata digerakkan oleh otot-oto ekstrinsik.
Terdiri dari otot-otot ekstrinsik bola mata yaitu
4 musculi recti dan innervasi
-M. Rectus Superior disarafi N.III
-M. Rectus Medialisdisarafi N.III
-M. Rectus Inferior disarafi N.III
-M. Rectus Lateral disarafi N .VI
2 musculi obliqui :
-M. Obliquus Superior disarafi N.IV
-M. Obliquus Inferior disarafi N.III

sumbu geraknya ialah horizontal (elevasi dan depresi ) dan vertical (abduksi dan
adduksi)
 Palpebra
Merupakan penutup aditus orbita & pelindung bola mata
Tdd lapisan : cutis, subcutis, otot, lapisan submuscular, lapisan fibrous (tarsus)
Otot – otot palpebra : m.orbicularis oculi, m.levator palpebra, m.tarsalis

Secara anatomis dibagi 4 lapisan :


a. Lapisan epidermal :
b. Lapisan muskular :
• m. Levator palpebra
• m. Orbikularis okuli
• m. Mulleri
• m. Riolani
c. Lapisan tarsal :jaringan ikat padat sbg kerangka palpebra. Pada tarsus ada
Gld.Meibom dng produksi sebum. Fungsi :
• Memberi bentuk palpebra
• Origo & insertio otot
• Memberi kekuatan pada palpebra
d. Lapisan konjungtiva
Adapun fungsi palpebra, yaitu :
- Melindungi bola mata terhadap trauma dari luar yang
bersifat fisik atau kimiawi
- Memberi jalan masuk sinar ke dalam bola mata yang
dibutuhkan untuk penglihatan
- Pembasahan dan pelicinan seluruuh permukaan bola amta
terjadi karena pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai
akibat gerakan buka tutup kelopak mata
- Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang
terdapat pada permukaan bola mata

 Conjunctiva
Merupakan membran yang menutup sklera & kelopak bgn belakang
Mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet
Terdiri dari 3 bagian :
 Konjungtiva tarsal : menutupi tarsus
 Konjungtiva bulbi : menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di
bawahnya
 Konjungtiva fornises atau forniks : peralihan dari konjungtiva tarsal dan bulbi
Disarafi oleh n.trigeminus
Pada tepi bebas palpebra ada cilia (bulu mata)
cavum orbital
adalah ruangan berbentuk pyramid sisi empat

bagian2 orbita :

 basis
berbentuk segi empat, merpakan pintu masuk ke dalam orbita ,
karenanya disebut aditus orbitae

tepi atas dan tepi bawahnya disebut margo supraorbitalis dan margo
infraorbitalis.Tulang2 yang membentuk basis orbita adalah :

 os frontal
 os zygomaticus
 os maxila
 apex
terletak disebelah posterior , dibentuk oleh foramen optikum

terdapat pada ujung medial fissura orbitalis superior dekat canalis


opticus

 atap
disebelah depan adalah dibentuk oleh pars orbitalis os frontalis

disebelah belakang dibentuk oleh ala magna os sfenoidalis

antara os sfenoid dan os frontal terdapat suturabsfenofrontalis


atap ini membatasi orbita dengan fossa cranii anterior

 dasar
 dibagian anterolateral dibentuk oleh facies orbitalis ossis
zygomaticus
 dibagian tengah oleh facies orbitalis maxillae
 dibagian belakang oleh processus orbitalis ossis palatini
dasar orbita ini membatasi orbita dari sinus maxilaris

 dinding lateral
dibelah depan dibentuk oleh processus frontalis ossis zygomaticum
disebelah belakang dibentuk oleh ala magna ossis sphenoidalis
dan pars orbitalis ossis frontalis

 dinding medial
dibentuk oleh :

 processus frontalis maxillae


 os lacrimalis
 lamina orbitalis ossis ethmoidalis
 corpus sphenoidalis
Organa Sensuum Bagian Anatomi FK UNDIP
Media refrakta itu apa??
Media refrakta itu sendiri adalah organ-organ mata yang fungsinya untuk meneruskan sinar
sehingga bisa ditangkap oleh retina untuk proses melihat. Selain lensa yang termasuk dalam
media refrakta adalah kornea,humor akuos dan badan kaca.

Humor aquous (produksi, jalur, dll)?


Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak memiliki
pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan mengganggu lewatnya
cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan
kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini
mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika aqueous humor
tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh, karena sumbatan
pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan menyebabkan
peningkatan tekanan intraokuler (“di dalam mata”). Keadaan ini dikenal sebagai glaukoma.
Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous humor, yang
kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini menyebabkan
kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi.

(Lauralee Sherwood)

 Humor Aquos terdapat di Camera Oculi Anterior ( COA )


 Dihasilkan oleh korpus siliaris, dikumpulkan di COP, mengalir lewat celah antara
lensa dan iris (pupil) ke COA, keluar lewat trabekulum terus ke kanalis Schlemm.
 Pemeriksaan COA, yang dinilai :
* Kedalamannya (dg focal ilumination)

* Kejernihannya (melihat Tyndal effect)

 Fungsi

 Sebagai media refrakta


Bila keruh penglihatan kabur

 Suplai nutrisi lensa dan kornea


 Penentu tekanan bola mata
Bila tekanan bola mata naik disebut Glaukoma

(Buku Oftalmologi Umum, Vaugan)

2. Jelaskan mengenai fisiologi mata


Fisiologi
a. fungsi mata (umum) : untuk melihat
b. Fungsi bagian2 mata :
 Konjungtiva : palpebra, bulbaris, dan forniks
 Palpebra : menghindari dari trauma fisik maupun kimia.
 Sklera dan episklera : memberi bentuk pada mata
 Kornea : meneruskan cahaya yang masuk ke bola mata
 Iris : memberi pigmentasi pada mata, mengatur besar kecilnya pupil
 Korpus siliaris :tempat menempelnya zonula siliaris yang berfungsi untuk
fiksasi lensa, menghasilkan humor aquous
 Koroid : memberi nutrisi retina bagian luar
 Pupil : mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk
 Lensa : memfokuskan cahaya yang masuk dan akomodasi mata
 Retina : menangkap cahaya yang masuk melalui pupil
 Humor Vitreus : mediarefrakta, membentuk bola mata
 Humor Aquous : mempengaruhi tekanan intra okuler
Fungsi air mata
• sebagai cairan pelindung terhadap kekeringan dan
• sebagai antibakterial karena mengandung enzim lisozim
• sebagai pelicin pada waktu berkedip
 mekanisme akomodasi
Akomodasi adalah kemampuan mata untuk memfokuskan secara jelas pada suatu objek dari
jarak berapa pun disebabkan oleh elastisitas lensa (Olver dan Cassidy, 2011). Kekuatan lensa
bergantung pada bentuknya, yang dikendalikan oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah cincin
melingkar otot polos yang melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium (Sherwood,
2013). Pada mata normal ketika melihat jarak jauh, otot siliaris berelaksasi dan ligamentum
suspensorium meregang dan menarik lensa menyebabkan lensa tetap relatif datar (Hall dan
Guyton, 2017) dan kurang refraktif. Tetapi, untuk melihat jarak dekat otot ini berkontraksi
dan diatur oleh saraf parasimpatis, sehingga tegangan pada ligamentum suspensorium
berkurang yang menyebabkan lensa menjadi Iebih konveks, sehingga kekuatan lensa
meningkat dan lebih membelokkan berkas sinar (Sherwood, 2013). Stimulasi simpatis
memberi efek tambahan ketika otot siliaris relaksasi, tapi sangat kecil, sehingga hampir tidak
berperan dalam mekanisme akomodasi normal (Hall dan Guyton, 2017)
Serabut zonular relaksasi, otot siliaris kontraksi
• mekanisme penglihatan :
Cahaya kornea COA (Camera Oculi Anterior) pupil COP
lensa corpus vitreum retina (tepatnya di macula
luthea,lebih tepatnya di fovea centralis) mengubah gambaran
menjadi gelombang listrik oleh n. opticus  foramen opticum
n. opticus dextra et sinistra bergabung menjadi 1 pada chiasma
opticum  serabut nasal akan bersilangan menyatu dengan
serabut temporal kontralateraltractus opticus corpus
geniculatum lateral dan coliculus superior  tractus geniculotal
carina cortex penglihatan (visual primer) otak (lobus
ocipitalis) di sulcus calcarinus.
3. Jelaskan mengenai histologi mata
4. Faktor yang mempengaruhi ketajaman penglihatan
Usia
Seiring bertambahnya usia menyebabkan lensa mata kehilangan elastisitasnya. Hal seperti ini bisa
menimbulkan ketidaknyamanan penglihatan pada saat mengerjakan sesuatu pada jarak yang dekat
dan penglihatan jauh. Seseorang semakin tua akan kehilangan ketajaman penglihatan karena lensa
mata menjadi keruh atau kehilangan elastisitasnya. Selain itu iris juga tidak dapat berakomodasi
pada sinar redup, ketajaman manusia juga berkurang menurut umur lebih dari 40 tahun. Umumnya
manusia normal berakomodasi optimal sampai umur 40 tahun dan selanjutnya akan mengalami
penurunan daya akomodasi sehingga terjadinya kelainan
Jsj
5. Bagaimana kriteria mata baik dan normal
ciri ciri mata sehat.
1. Kedudukan bola mata lurus dan simetris.
2. Mata tidak terlihat bengkak
3. Mata tidak terlihat merah
4. Mata tidak terdapat benjolan
5. Kelopak mata dapat menutup sempurna
6. Bulu mata lentik keluar
7. Bagian depan mata ( Kornea ) terlihat jernih
8. Mata dapat melihat tajam dan terang
9. Pupil mata kelihatan Hitam kelam
10. Bagian mata nampak putih, halus dan selaputnya jernih
11. Kelopak Mata terang
12. Mata dapat melihat secara seimbang antara kanan dan kiri

6. Mekanisme gerakan otot mata?


Nama otot Origo Insersio Persarafan Fungsi

Otot-otot ekstrinsik bola mata

m. rectus Annulus Permukaan n. oculomotoris Mengangkat


superior tendineus superior bola (III) cornea ke atas
pada dinding mata tepat dan medial
posterior posterior
orbita terhadap taut
corneo-scleral

m. rectus Annulus Permukaan n. oculomotoris Menurunkan


inferior tendineus inferior bola (III) cornea ke
communis mata tepat bawah dan
pada dinding posterior medial
posterior terhadap taut
orbita corneo-scleral

m. rectus Annulus Permukaan n. oculomotoris Memutar bola


medialis tendineus medial bola (III) mata sehingga
communis mata tepat cornea
pada dinding posterior menghadap ke
posterior terhadap taut medial
orbita corneo-scleral
m. rectus Annulus Permukaan n. abduscens Memutar bola
lateralis tendineus lateral bola (VI) mata sehingga
communis mata tepat cornea
pada dinding posterior menghadap ke
posterior terhadap taut lateral
orbita corneo-scleral

m. obliqus Dinding Melalui n. trochlearis Memutar bola


superior posterior trochlea dan (IV) mata sehingga
orbita dilekatkan cornea
pada menghadap ke
permukaan bawah dan
superior bola lateral
mata, dibawah
m. rectus
superior

m. obliqus Dasar orbita Permukaan n. oculomotoris Memutar bola


inferior lateral bola (III) mata sehingga
mata, profunda cornea
terhadap m. menghadap ke
rectus lateralis atas dan lateral

Otot-otot intrinsic bola mata

m. sphincter Parasimpatis Konstriksi pupil


pupillae melalui n.
oculomotoris

m. dilator Simpatis Dilatasi pupil


pupillae

m. cilliaris Parasimpatis Mengatus


melalui n. bentuk lensa;
oculomotoris pada
akomodasi
membuat lensa
lebih bulat

Otot-otot palpebra

m. orbicularis
oculi

m. levator Belakang Permukaan Otot lurik oleh Mengangkat


palpebrae orbita anterior dan n. oculomotoris, palpebra
superioris pinggir atas otot polos oleh superior
tarsus superior saraf simpatis
7. Mekanisme pengeluaran air mata
 Proses Lakrimalis secara anatomis
Pengaliran air mata dari glandula lacrimalis setelah membasahi cornea akan mengalir ke
punctum lacrimalis – canaliculi lacrimalis – saccus lacrimalis – ductus nasolacrimalis – meatus
nasi inferior

Secara fisiologis
Rangsangan utama untuk sekresi lakrimalis dimediasi melalui rute parasimpatis. Hambatan dari
ganglion sfenopalatina akan menekan sekresi air mata.
Jalur suplai refleks sistem lakrimasi. (1) aktivasi saraf sensor aferen dari kornea dan konjungtiva
melalui Sistem Saraf Pusat (CNS) untuk menstimulasi saraf eferen parasimpatik dan simpatik (2)
yang menginervasi sel asini dan sel duktus kelenjar lakrimalis, yang menghasilkan (3) cairan
kelenjar lakrimalis yang mengandung protein, elektrolit, dan air melalui sistem saluran yang
membasahi permukaan mata (4) yang di drainase kembali ke kelenjar lakrimalis melalui sistem
drainase kelenjar lakrimalis (Dartt, 2009; Rocha et al., 2008).

 Fungsi Lakrimalis
a. sebagai cairan pelindung terhadap kekeringan
b. sebagai antibakterial karena mengandung enzim lisozim
c. sebagai pelicin pada waktu berkedip

8. Mekanisme berkedip
Volunter : cortek di otak  jaras cortoconuclear  nucleus nervi facialis (VII) 
merangsang M.orbicularis oculi  kontraksi  mata menutup dan membuka

Involunter reflek cornea

Reflek visual tubuh

Reflek cornea :

rangsangan dr conjungtiva atau cornea

N.trigeminus (sensoric)

nucleus nervi trigeminus

facikulus longitudinal medial

nucleus N.facialis

merangsang M.orbicularis oculi

mata menutup dan membuka


Reflek visual tubuh :

Cahaya

cornea

pupil (di atur iris)

dibiaskan lensa

trbentuk bayangan nyata di retina

sel batang + sel kerucut meneruskan sinyal cahaya melalui saraf optikus

bersilang di ciasma optikum

(serabut” bag. Nasal retina dan serabut” bag.temporal retina

Traktus optikus
Bersinaps di nukleus genikulatum lateral dorsalis

Colliculus superior (gerakan cepat kedua mata )

Jaras /tekto bulbaris jaras/tekto spinalis

N.VII cornue anterior medula spinalis

M.orbikularis oculi gerakan” tubuh

Kontraksi

Mata menutup membuka

9. Pemeriksaan mata
1.
(Anatomi mata, dr.Prijo Sudibyo,M.kes,Sp.S)

PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

Anamnesis
keluhan utama : digolongkan menurut lama, frekuensi, intermitensi dan cepat
timbulnya. Lokasi, berat dan keadaan lingkungan.
Riwayat kesehatan lalu
1. berpusat pada kesehatan umum
2. penyakit sistemik
3. gg vaskuler yang biasanya menyertai penyakit mata: diabetes dan hipertensi.
Riwayat keluarga
1. berhubungan dengan gg mata :
strabismus
glaucoma
katarak
masalah retina : degenerasi macula

PEMERIKSAAN OBYEKTIF

pemeriksaan visus
pemeriksaan fisik : untuk menilai fungsi maupun anatomi kedua mata.
1. adnexa (palpebra dan jaringan periokuler)
2. conjungtiva
3. cornea  keratometer (alat terkalibrasi yang mengukur radius kelengkungan
kornea dalam 2 merisian yang terpisah 90 derajat)
fotokeratoskop  alat yang menilai keseragaman dan ratanya permukaan dengan
memantulkan pola lingkaran konsentris ke atasnya.

Pachymeter  mengukur ketebalan kornea sentral.

4. camera oculi anterior  dengan gonioskopi, alat pemeriksaan anatomi kamera


anterior dengan pembesaran binokuler dan sebuah goniolens khusus.
5. pupil (simetris, ukuran, bentuk  bulat atau tidak teratur, reaksi terhadap cahaya
dan akomodasi)
6. lensa
7. corpus vitreus
8. retina

motilitas mata  mengevaluasi perpaduan kedua mata dan gerakannya, baik masing-
masing sendiri (ductions) dan bersama (version).

Daniel G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. widya medika

1. PEmeriksaaan Tajam Penglihatan


 Kartu Snellen
 Pin hole test
Bila tdpt perbaikan tajam penglihatan dgn menggunakan pin hole,
berarti ada kelainan refraksi, bila tjd kemunduran tjd gangguan pada
media refrakta
 Fogging testuntuk astigmatisma
 Uji celah stenopikmengetahui adanya astigmat, sumbu koreksi serta
ukuran astigmat
 Cross-cylinder Jackson2 lensa silinder sama tp dengan kekuaan yang
berlawanan
 Red-Green Balance Testbila huruf di atas warna hijau terlihat
jelasmyopi
 Uji dominan mata
 Uji crowding phenomenauntk mengetahui adanya ambliopia
2. Posisi Bola Mata, duksi, versi
 Normalorto (dg pemberian cahaya dan reflek)
3. Inspeksi dan palpasi
 Mikroftalmus, bufthalmos
 Bola mata yang menonjoldiukur dengan alat hertel
 Palpebra (fisura palpebra 10-12 mm)

 System air mata (uji Schirmer untuk mengetahui sekresi air mata dgn
kertas filter whatman, uji Anel untuk mengetahu adanya sumbatan pd
system ekskresi air mata dgn jarum anel dan alat suntik)
 Konjungtiva tarsalis dan bulbi
4. Pemeriksaan Tekanan BolaMata
Pengukuran tekanan intraocular:
a. Secara palpasi (dengan ujung jari telunjuk dua tangan)

b. Dengan tonometer Schiotz

indentasi pd permukaan kornea, makin rendah tekanan bola mata skala yang
terlihat akan lebih besar, kelemahannya mengabaikan sclera rigidity. Dapat
menyebabkan lecetnya korneakeratitis

c. Dengan tonometer aplanasi

Dgn alat tonometer yg dikaitkan dengan slitlamp, tidak dipengaruhi oleh factor
sklera

d. Dengan tonometer non kontak (NCT)


prinsip kerja hembusan udara pada permukaan kornea
5. Pemeriksaan Lapang Pandangan
 Konfrontasi
 Pemeriksaan kampimetri (tangent screen Bjerrum)
 Pemeriksaan perimetri
6. Pemeriksaan Bola Mata
 Segmen depan
• Kornea(diameter normal 12mm) jernih, dengan permukaan
licin dan rata
• Bilik mata depandapat diperiksa dengan sentolop/loupe
• Iris dan pupil
Irisadanya kripti srta warna kecoklatan yg ditimbulkan oleh
pigmen iris, kelainan sinekia anterior dan posterior
Pupilbulat, sama besar pd kedua mata
• Lensa
 Segmen Belakang
• Badan kacatehni retroiluminasi
• Papil sarafdilakukan penilaian batas, warna, pembuluh
darah serta cekungan/ekskavasio papil yang lebar
normalnya 0,2-0,3 dari diameter papil, warna normal
kemerahan, warna pucat berarti atropi
• Region macula pada oftalmoskoprefleks cekung agak
gealap
• Retina dan koroidwarna merah jingga dari retina yang
cerah dan bersih
7. Pemerksaan khusus
 Pemeriksaan dengan menggunakan lampu celah (slit lamp)
 Pemeriksaan dan perbaikan system air mata
 Tonografi
 Oftalmoskopi
 USG
 Biometri
 Retinometri
 Px X-ray
 Px dengan alat metal locator
 ERG
 Visual Evoked Response

ILmu Penyakit Mata, untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran,


Edisi ke2

Periksa mata dari bagian yg superfisial ke profunda agar tidak ada bagian yang
terlewatkan :

 Visus
 Supercilia (alis)  warna, bersih / tidak, mudah rontok / tidak
 Palpebra  edem, hematom, benjolan, menutup dengan rapat / tidak, membuka
dengan lebar / tidak
 Silia (bulu mata) normal, tumbuh ke dalam ( trichiasis ) / keluar
 Konjungtiva
 Kornea

a. Pemeriksaan visus
Pemeriksaan visus dilakukan dengan membaca kartu Snellen pada jarak 6 meter.
Masing-masing mata diperiksa secara terpisah, diikuti dengan pemeriksaan
menggunakan pinhole untuk menyingkirkan kelainan visus akibat gangguan refraksi.
Penilaian diukur dari barisan terkecil yang masih dapat dibaca oleh pasien dengan
benar, dengan nilai normal visus adalah 6/6. Apabila pasien hanya bisa membedakan
gerakan tangan pemeriksa maka visusnya adalah 1/300, sedangkan apabila pasien
hanya dapat membedakan kesan gelap terang (cahaya) maka visusnya 1/∞.

OPTOTYPE VAN SNELLEN


Pemeriksaan visus menggunakan suatu alat yaitu optotype. Jenis optotype antara
lain adalah optotype van snellen, optotype van straub dan optotype “E” chart ( untuk
penderita yang buta huruf ).

 Visus normal pada optotype van snellen adalah 6/6  penderita bisa membaca
tulisan pada optotype pada jarak 6 m yang seharusnya dapat dibaca oleh orang
normal pada jarak 6 m.
 Visus normal pada optotype van straub adalah 5/5  penderita bisa membaca
tulisan pada optotype pada jarak 5 m yang seharusnya dapat dibaca oleh orang
normal pada jarak 5 m.
 Contoh : visus penderita adalah 5/50  penderita bisa membaca tulisan pada
optotype pada jarak 5 m yang seharusnya dapat dibaca oleh orang normal pada jarak
50 m.

Jika dengan menggunakan tulisan pada optotype, pasien tidak bisa membaca sama
sekali pada baris yg pertama maka dapat dilakukan dengan :

 Hitung jari
Penderita hanya bisa menghitung jari dalam jarak tertentu. Minimal visusnya 1/60
 penderita hanya bisa menghitung jari pada jarak 1 m yang seharusnya dapat
dihitung oleh orang normal pada jarak 60 m.

 Lambaian / gerakan tangan


Penderita hanya bisa melihat lambaian tangan dalam jarak tertentu. Minimal
visusnya 1/300  penderita hanya bisa menghitung jari pada jarak 1 m yang
seharusnya dapat dihitung oleh orang normal pada jarak 60 m.

 Gelap dan terang ( cahaya )


Kalau penderita hanya bisa membedakan gelap dan terang. Visusnya 1/~ 
penderita hanya bisa membedakan gelap dan terang pada jarak 1 m yang
seharusnya dapat dihitung oleh orang normal pada jarak tak terhingga ( ~ ).

 Hal – hal yang perlu diperiksa :

o Arah datangnya sinar  kalau masih bisa berarti proyeksinya masih baik berarti
retina perifer masih berfungsi dengan baik.
o Membedakan warna dasar ( merah dan hijau )  kalau masih bisa berarti fungsi
macula lutea masih baik berarti visus central masih baik.
 Kalau tidak bisa membedakan gelap dan terang berarti visua = 0.

 Visus dipengaruhi oleh :

o Refraksi
o Media refrakta
o Syaraf

Ilmu Penyakit Mata, Seri Catatan Kuliah, FK Undip

b. Pemeriksaan refleks pupil


Pemeriksaan refleks pupil atau refleks cahaya terdiri dari reaksi cahaya langsung dan
tidak langsung (konsensual).

o Refleks cahya langsung / Reflek pupil direk maksudnya adalah mengecilnya pupil
(miosis) pada mata yang disinari cahaya.
o Refleks cahaya tidak langsung atau konsensual / Reflek pupil indirek adalah
mengecilnya pupil pada mata yang tidak disinari cahaya.
c. Pemeriksaan Placido Test / Keratoskop Plasido
Sumber cahaya dari belakang penderita, keratoskop plasido dihadapkan pada
penderita dan pemeriksa mengintip dari lubang yang ada di tengah keratoskop plasido
maka akan tampak gambar yang hampir sama dengan plasido dipermukaan kornea.

Gambaran konsentris  permukaannya normal

Gambaran bergelombang edem kornea

Gambaran terputus – putus  infiltrat defek kornea, misalnya ulcuskornea

Gambaran tidak konsentris  permukaan kornea tidak rata

Mata kanan pemeriksa harus melihat mata kanan yang diperiksa karena kalau tidak,
hidung keduanya akan bersentuhan.

 Tes fluoresensi : biasanya berwarna hijau  px. Defek kornea atau


px.kelenjar lakrimal
 Anestesi mata : pantocain

d. Test Buta Warna


Kartu ishihara adalah adalah kartu dengan titik2 berwarna yg kecerahannya dan
bayangannya membentuk angka, huruf atau yg lainnya. Kartu ini digunakan untuk
menguji daya pisah warna mata penderita yang diuji atas kemungkinan adanya buta
warna. Pada pemeriksaan pasien diminta melihat dan mengenali tanda gambar yang
diperlihatkan dalam waktu 10 detik.

e. Pemeriksaan lapang pandang


Pemeriksaan lapang pandang bertujuan untuk memeriksa batas perifer penglihatan,
yaitu batas dimana benda dapat dilihat bila mata difiksasi pada satu titik. Lapang
pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu dan tidak sama ke semua jurusan,
misalnya ke lateral kita dapat melihat 90 – 100o dari titik fiksasi, ke medial 60o, ke
atas 50 – 60o dan ke bawah 60 – 75o. Terdapat dua jenis pemeriksaan lapang pandang
yaitu pemeriksaan secara kasar (tes konfrontasi) dan pemeriksaan yang lebih teliti
dengan menggunakan kampimeter atau perimeter.

 Konfrontasi

Apabila tidak ada alat khusus untuk pemeriksaan lapang pandangan, dilakukan uji
konfrontasi untuk mengetahui secara kasar adanya defek pada lapang pandangan.
Pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa, muka menghadap muka pada jarak
60 cm. Pasien diminta menutup mata kirinya dengan telapak tangan kiri dan
melihat dengan mata kanannya ke arah mata kiri perneriksa. Benda obyek
dipegang sejauh mungkin ke samping di tengah-tengah jarak pasien-pemeriksa
dan pelan-pelan digerakkan ke arah sumbu penglihatan dan penderita diminta
untuk memberitahu apabila mulai melihat benda obyek. Hal ini diulangi pada
interval 30-45 derajat hingga mengelilingi 360 derajat perifer.

 Pemeriksaan Kampimetri
Pemetaan lapang pandangan untuk daerah sentral atau parasentral dilakukan
dengan menggunakan layar hitam yang disebut tangent screen Bjerrum. Pasien
duduk dua meter dari layar dan satu mata berfiksasi pada titik tengahnya. Obyek
digeser pelan-pelan dari tepi ke arah titik tengah dan penderita diminta
memberitahu pada saat benda mulai terlihat. Prosedur ini diulangi hingga
mengelilingi 360 derajat.

 Pemeriksaan Perimetri
Perimeter adalah alat berbentuk setengah bola dengan jari-jari 30 cm. Mata
penderita berada pada titik pusat bola clan berfiksasi pada bagian sentral parabola
perimeter. Obyek digeser pelan-pelan dari tepi ke arah titik sentral. Dicari batas-
batas pada seluruh lapangan pada saat obyek mulai terlihat. Luas lapang
pandangan yang normal adalah 90 derajat temporal, 70 derajat inferior, 60 derajat
nasal, 50 derajat superior.

f. Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan funduskopi di bidang neurologi bertujuan untuk menilai keadaan fundus
okuli terutama retina dan papil nervus optikus. Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan alat berupa oftalmoskop. Papil normal berbentuk lonjong, warna
jingga muda, di bagian temporal sedikit pucat, batas dengan sekitarnya tegas, hanya
di bagian nasal agak kabur. Selain itu juga terdapat lekukan fisiologis. Pembuluh
darah muncul di bagian tengah, bercabang keatas. Jalannya arteri agak lurus,
sedangkan vena berkelok-kelok. Perbandingan besar vena : arteri adalah 5:4 sampai
3:2.

(Http://yayanakhyar.wordpress.com)

g. Pemeriksaan Tekanan Bola Mata


Pengukuran tekanan bola mata yang paling sederhana adalah dengan menggunakan
dua jari telunjuk yang menekan secara bergantian bagian atas palpebra superior dan
merasakan tegangan bola mata. Dengan pengalaman seorang dokter dapat merasakan
tekanan bola mata yang biasanya dinyatakan dalam N (Normal), N+ 1, N+2, N+3
untuk tekanan yang lebih tinggi dibanding normal serta N-1, N-2, N-3 untuk tekanan
bola mata yang rendah. Pengukuran tekanan bola mata dengan menggunakan alat
dapat dilakukan dengan tonometer.

 Tonometer Schiotz:
Dilakukan inclentasi (penekanan) terhadap permukaan kornea. Dengan
beban tertentu akan terjadi kecekungan pada kornea dan akan terlihat perubahan
pada skala Schiotz. Makin rendah tekanan bola mata maka skala yang terlihat
akan lebih besar dan berlaku sebaliknya. Angka skala yang clitunjuk dilihat
nilainya di dalam tabel untuk konversi nilai tekanan dalam mmHg.

Kelemahan penggunaan Tonometer Schiotz adalah mengabaikan faktor


kekakuan sklera (scleral rigidity). Pemeriksaan dengan menggunakan alat ini perlu
dilakukan dengan hati-hati karena dapat menyebabkan lecetnya kornea yang
mengakibatkan keratitis.

 Tonometer Aplanasi :
Dilakukan dengan menggunakan alat Tonometer yang dikaitkan dengan
Slitlamp. Pengukuran tekanan bola mata di sini tidak dipengaruhi oleh faktor
kekakuan sklera.

Dengan perkembangan teknologi saat ini digunakan Tonometer non


kontak dengan prinsip kerja hembusan udara pada permukaan kornea yang
langsung dapat diketahui hasil pengukuran tekanan bola mata dalam mmHg.

h. Pemeriksaan Kelenjar Lakrimalis


 Uji produksi  tes Schirmer
Dng strip kertas saring dipasang pada konjungtiva, normal  5 menit basah
semua

 Uji saluran :
 Tes flourescein
o Mata ditetes flourescein 2%. Normal  flourescein masuk ke hidung
 Tes anel
o Pungtum ditusuk jarum tumpul  disemprot air, akan terasa masuk
hidung (pada bayi terlihat reflek menelan)

i. Tindal Efek / Oblique Illumination


Yaitu fenomena dimana terjadi pantulan2 cahaya oleh radang pada partikel2 COA.

Tindal ( + )  garis yang menghubungkan fokus kornea dan fokus iris, artinya da
kekeruhan di COA

Tindal ( - )  ada fokus sinar pada kornea dan di iris, tanpa ada gars yang
menghubungkannya
j. Fundus Reflek  untuk memeriksa keadaan media refrakta

Sumber cahaya dari kanan belakang pendrita, sinar dipenulkan ke dalam bola mata
melelui pupil ( yang sudah di lebarkan ) lalu pemeriksa mengintip pantulan sinar dari
dalam mata melelui lubang yang ada di tengah cermin.

Funduds reflek normal warnanya merah cemerlang. Kalau terjadi kekeruhan pada
media refrakta ( misal HA ) maka akan tampak bintik kehtaman / warna hitam dengan
latarbelakang merah.

Ilmu Penyakit Mata, Seri Catatan Kuliah, FK Undip

 Eksoftalmometer Hertel
Tindakan mengukur penonjolan bola mata dengan alat
Hertel.
Penonjolan :
 Kurang 20 mm : Mata normal
 21-23mm : Enteng
 23-27mm : Sedang
 ±28mm : Berat
 Oftalmoskop
Alat untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli. Pemeriksaan
oftalmoskopi di bagi menjadi 2, yaitu :
 Oftalmoskopi langsung : Daerah yang dilihat, paling perifer
sampai daerah ekuator, tidak stereoskopis, berdiri tegak atau
tidak berbalik, dan pembesaran 15x.
 Oftalmoskopi tidak langsung : Terlihat daerah fundus okuli 8x
diameter papil, dapat dilihat sampai daerah ora serata, karena
dilihat dengan 2 mata maka terdapat efek stereoskopik, dan
dengan pembesaraan 2-4x.

a. Pemeriksaan fisiologis mata


 Tes tajam penglihatan
 Tes lapang pandang
 Tes konfrontasi
 Perimeter
 Tekanan intraocular
 Reaksi pupil
 Pergerakan mata
 Kelopak mata
b. Pemeriksaan anatomis mata
 Kelopak mata dan segmen anterior
 Penggunaan fluoresein diagnostic
 Eversi kelopak mata atas
 Retina
c. Teknik pemeriksaan khusus
 Lensa diagnostic
 Retinoskopi
d. Teknik pemeriksaan penunjang
 USG
 Keratometri
 Sinoptofor
 Eksoftalmometer
 Tes elektrofisiologis
 Teknik pencitraan radiology
 Angiografi fluoreseinteknik pencitraan digital dan pemindaian (scan) laser
(buku “Lecture Notes Oftalmologi”, Bruce James, dkk)

1) Tes Fisiologis Mata


Tajam Penglihatan
DEWASA
Untuk menilai kekuatan resolusi mata.Menggunakan kartu Snellen, yang
terdiri dari baris-baris huruf yang ukurannya semakin kecil.Tiap baris diberi nomor dengan
jarak dalam meter dan lebar tiap huruf membentuk sudut 1 menit dengan mata. Tajam
penglihatan dicatat sebagai jarak baca (misal 6 meter) pada nomor baris, dari huruf terkecil
yang dilihat. Jika jarak baca ini adalah garis 6 meter, maka tajam penglihatan adalah 6/6.
Penglihatan diperiksa dengan kacamata bila pasien menggunakan kacamata, namun tes
pinhole akan mengoreksi kelainan refraksi sedang.
ANAK
Anak yang masih sangat kecil diamati untuk mengetahui apakah mereka dapat
mengikuti objek
2) Lapang Pandang
Tes Konfrontasi
Satu mata ditutup dan pemeriksa duduk diseberangnya, menutup matanya
pada sisi yang sama. Satu objek kemudian digerakkan dalam lapang pandang mulai dari
perifer menuju ke pusat. Pasien diminta mengatakan kapan ia pertama kali melihat objek
tersebut.
Perimeter
Lapang pandang kinetic di mana pasien menunjukkan saat ia pertama kali
melihat cahaya dengan ukuran dan tingkat kecerahan tertentu yang digerakkan dari perifer.
Lapang pandang static di mana pasien menunjukkan saat ia pertama kali
melihat cahaya stasioner pada tingkat kecerahan yang bertambah.
Sumber :Lecture Note Oftalmologi, Bruce James cs, ed 9

10. Djdjjd
11. Dhdh
12. jddjjd

Kemampuan fisik seseorang akan meningkat selama beberapa tahun dari awal hingga mencapai
puncaknya pada umur 25–30 tahun. Umur 25–30 tahun merupakan kelompok umur dengan
kemampuan fisik yang paling baik dalam siklus hidup manusia.(38) Kemampuan fisik tubuh akan
menurun secara bertahap, perlu tindakan dalam menjaga kondisi dan mengoptimalkan kemampuan
fisik. (39) kelelahan mata terjadi karena adanya penurunan fungsi organ tubuh khususnya
penurunan fungsi penglihatan yang sejalan dengan bertambahnya umur seseorang dan menjadi
meningkat secara signifikan(40)Semakin tua seseorang, lensa semakin kehilangan daya akomodasi
dan otot sulit menebalkan dan menipiskan mata. Setiap tahun lensa berkurang kelenturannya dan
kemampuan menyesuaikan diri hilang. (41) Usia memiliki efek kekuatan akomodasi, lensa mata
bertahap mengalami penurunan, sedangkan titik jauh tetap tidak berubah atau menjadi sedikit lebih
pendek.(42). Hasil penelitian pada kasir swalayan di gorontalo menunjukkan adanya hubungan usia
dengan kelelahan mata.(16) Penelitian pada juru las menunjukkan semakin banyak kelelahan mata
muncul pada usia yang lebih tua, terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kelelahan
mata. (

Anda mungkin juga menyukai