30101800019
SGD 1 LBM 1 Kelompok 8
“Fungsi Penglihatan Normal”
Skenario :
Seorang laki-laki 41 tahun datang untuk melakukan pemeriksaan cek up mata. Dokter melakukan
pemeriksaan lengkap dan menuliskan status ophthalmologi pasien meliputi, visus jauh kedua mata
6/6, palpebra dan segmen anterior tenang, media refrakta jernih, diameter pupil 3mm, reflek pupil
langsung dan tidak langsung positif normal, retina, makula dan papil nervus optikus dalam batas
normal, tekanan bola mata normal, posisi bola mata ortoforia, gerak bola mata bebas ke segala
arah, tidak buta warna dan lapang pandang normal. Namun pasien mengeluh mata terasa lelah
untuk melihat dekat, sejak lebih kurang 1 tahun terakhir. Dokter kemudian memeriksa visus dekat
pasien, dan memberikan koreksi kacamata baca. Dokter menjelaskan bahwa anatomi dan fungsi
penglihatan pasien baik, visus jauh emetropia, namun pasien telah mengalami gangguan akomodasi
sehingga perlu menggunakan kacamata sferis positif untuk melihat dekat. Dokter meminta pasien
untuk kontrol kembali jika kacamata sudah tidak nyaman dan berpesan supaya menjaga mata
sebaik-baiknya dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A.
Step 1
1. Status ophthalmologi
2. Visus 6/6 : ketajaman penglihatan
Visus <6/6 : gangguan ketajaman penglihatan jarak jauh sebagai contoh hasil 6/20 maka obyek
tersebut dapat dilihat pada populasi dengan mata yang normal dari jarak 20 meter maka pasien dapat
melihat dari jarak 6 meter. Visus 1/60 : melihat jari dari jarak 1 meter di mana normalnya dapat dilihat
dari jarak 60 meter.
3. Segmen anterior tenang
4. Media refrakta jernih
5. Ortoforia : kedudukan bola mata seimbang. Kedudukan bola mata tidak berubah walaupun
refleks fusi diganggu. Fusi diartikan sebagai penyatuan eksitasi visual dari bayangan retina
yang berkorespondensi menjadi suatu presepsi visual tunggal. Fusi terjadi pada bayangan
didalam area panum yang merupakan suatu refleks sensorimotor
Kelainan seperti eksoforia : mata juling keluar , penyimpangan sumbu penglihatan ke arah
temporal
6. Emetropia : keadaan mata dengan kemampuan refraksi normal .
Abnormal ametropia .
Refraksi : pembiasaan dalam optika arah rambat partikel cahaya
7.
Step 2
1. Jelaskan mengenai anatomi mata
2. Jelaskan mengenai fisiologi mata
a. Fungsi per organ
b. Jaras penglihatan
c. Akomodasi
d. Gerak bola mata
e. Refleks kornea
n
a
g
r
is
lv
u
c
o
m-
-
-
3.
4.
5.
6.
7.
Step 3
1.
Jelaskan mengenai histologi mata
Faktor yang mempengaruhi ketajaman penglihatan
Bagaimana kriteria mata baik dan normal
Mekanisme gerak bola mata (nervus, dan otot)
Mekanisme pengeluaran air mata
a. Bulbus oculi
Cornea
Berasal dari kata cornu (tanduk) .bersifat jernih, transparan dan avascular. Bagian perifer
cornea berhubungan langsung dengan sclera melalui limbus cornea yang masuk kedalam
sulcus sclera.
Vaskularisasi
Sclera
Merupakan dinding bulbus oculi yg paling keras, sehingga penting untuk
mempertahan kan bentuk bulbus oculi.
Permukaan luar sclera berwarna ke putih – putihan dan tertutup oleh:
Conjuctiva bulbi
Capsula tenon
Jaringan episclera yg banyak mengandung pemb. darah.
Sclera disarafi oleh N. Ciliaris
Vaskularisasi vasa episcleralis
Tunika vasculosa
Iris
Iris merupakan lanjutan corpus ciliare ke depan dan merupakan diafragma yang
membelakangi bola mata menjadi segmen anterior dan posterior . iris dibagian
tengah membentuk celah yang disebut pupil
Corpus ciliaris
Merupakan lanjutan ke depan tunica choroidea dan berakhir pada radix
iridis.
Terdapat tonjolan panjang ( prosesus ciliaris) dan tonjolan yang pendek
( plica ciliaris )
Prosesus ciliaris menghasilkan humor aquous.
Pada proseseus ciliaris terbentang zonula zinii sebagai penggantung lensa
crystalina.
Pada corpus ciliare terdapat M. Ciliaris untuk akomodasi.
Kontraksi m.ciliaris secara keseluruhan corpus ciliare terdorong ke
depan bawah zonula zinii menjadi kendor lensa crystalina akan
menjadi lebih cembung. Peristiwa lebih cembungnya lensa ini disebut
akomodasi.
Perdarahan : dari a. Ciliaris anterior
Persarafan : Parasimpatis yg berasal dari N. III.
Choroid (uvea posterior)
Tunica choroidea merupakan lapisan yang kaya dengan pembuluh darah sehingga dapat
memberikan nutrisi pada bangunan sekitarnya.
Tunika nervosa
- Stratum pigmenti (disebutin aja masih gamudeng)
- Retina
Merupakan membran saraf yang tipis, halus, tidak berwarna dan transparan.
Berfungsi sebagai reseptor sinar.
Permukaan luar berhub.dg tunica choroidea,
Permukaan dalam berhub.dg membran hyaloidea ( pembungkus corpus vitreum )
HUMOR AQUOSUS
Pada manusia, lensa crystalina berbentuk biconvex, avasculair, tak berwarna dan
transparan.
Lensa ini digantungkan pada processus ciliare oleh zonula zinii atau ligamentum
suspensorium lentis.
Sedangkan hubungan lensa dengan corpus vitreum berupa daerah circulair yang
disebut ligamentum hyaloidea capsulare.Disini terdapat ruangan kecil yang
disebut spatium dari Berger.
Corpus vitreum
Permukaan anteriornya berbentuk seperti cawan sesuai dengan lengkungan posterior lensa
fossa lenticulair (fossa pateller).
Fungsidari corpus vitreum adalah mempertahankan bola mata serta ikut membantu
metabolisme retina.
Glandula lacrimalis
Terletak pada sudut atas lateral cavum orbita
Fungsi : menghasilkan air mata untuk melindungi cornea dari kekeringan &
untuk membersihkan cornea
Pengaliran air mata : glandula lacrimalis punctum lacrimalis canaliculi
lacrimalis saccus lacrimalis ductus nasolacrimalis meatus nasi
inferior
Terdiri atas :
Pars glandula lakrimalis Bag.yang produksi air mata
Pars ekskretorius Bag yang menampung air mata dan mengalirkan ke
hidung
Glandula sekretorius assesorius : Gld.Krause, gld Wolfring, sel goblet
Persarafan :
N.trigeminus sensoris
N.simpatis lwt gln.cervicale
N.fascialis parasimpatis
Glandula lakrimalis, terdiri atas :
Pars orbitalis
Pars palpebralis
Pars sekretorius : saluran sekresi duktuli lakrimalis 6-12 buah bermuara di
forniks superior sebelah lateral. Bisa tertutup oleh proses sikatrik akibat :
Trakhoma
Trauma kimia
Steven Johnson syndroma
Akibatnya produksi air mata berkurang/tidak ada sehingga menyebabkan
keratitis sicca
Pars ekskretorius
Terdiri atas :
Pungtum lakrimalis
Kanalikuli lakrimalis
Sakus lakrimalis
Duktus lakrimalis
Meatus lakrimalis (ada valvula Hasner)
Mekanisme pengaliran air mata
Gerakan berkedip
Gerakan peristaltik
Gaya berat (gravitasi)
Gaya kapiler
Gaya pompa (dari lig.canthi)
Tersumbat nrocos epifora
Fungsi air mata:
sebagai cairan pelindung terhadap kekeringan dan
sebagai antibakterial karena mengandung enzim lisozim
sebagai pelicin pada waktu berkedip
sumbu geraknya ialah horizontal (elevasi dan depresi ) dan vertical (abduksi dan
adduksi)
Palpebra
Merupakan penutup aditus orbita & pelindung bola mata
Tdd lapisan : cutis, subcutis, otot, lapisan submuscular, lapisan fibrous (tarsus)
Otot – otot palpebra : m.orbicularis oculi, m.levator palpebra, m.tarsalis
Conjunctiva
Merupakan membran yang menutup sklera & kelopak bgn belakang
Mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet
Terdiri dari 3 bagian :
Konjungtiva tarsal : menutupi tarsus
Konjungtiva bulbi : menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di
bawahnya
Konjungtiva fornises atau forniks : peralihan dari konjungtiva tarsal dan bulbi
Disarafi oleh n.trigeminus
Pada tepi bebas palpebra ada cilia (bulu mata)
cavum orbital
adalah ruangan berbentuk pyramid sisi empat
bagian2 orbita :
basis
berbentuk segi empat, merpakan pintu masuk ke dalam orbita ,
karenanya disebut aditus orbitae
tepi atas dan tepi bawahnya disebut margo supraorbitalis dan margo
infraorbitalis.Tulang2 yang membentuk basis orbita adalah :
os frontal
os zygomaticus
os maxila
apex
terletak disebelah posterior , dibentuk oleh foramen optikum
atap
disebelah depan adalah dibentuk oleh pars orbitalis os frontalis
dasar
dibagian anterolateral dibentuk oleh facies orbitalis ossis
zygomaticus
dibagian tengah oleh facies orbitalis maxillae
dibagian belakang oleh processus orbitalis ossis palatini
dasar orbita ini membatasi orbita dari sinus maxilaris
dinding lateral
dibelah depan dibentuk oleh processus frontalis ossis zygomaticum
disebelah belakang dibentuk oleh ala magna ossis sphenoidalis
dan pars orbitalis ossis frontalis
dinding medial
dibentuk oleh :
(Lauralee Sherwood)
Fungsi
Otot-otot palpebra
m. orbicularis
oculi
Secara fisiologis
Rangsangan utama untuk sekresi lakrimalis dimediasi melalui rute parasimpatis. Hambatan dari
ganglion sfenopalatina akan menekan sekresi air mata.
Jalur suplai refleks sistem lakrimasi. (1) aktivasi saraf sensor aferen dari kornea dan konjungtiva
melalui Sistem Saraf Pusat (CNS) untuk menstimulasi saraf eferen parasimpatik dan simpatik (2)
yang menginervasi sel asini dan sel duktus kelenjar lakrimalis, yang menghasilkan (3) cairan
kelenjar lakrimalis yang mengandung protein, elektrolit, dan air melalui sistem saluran yang
membasahi permukaan mata (4) yang di drainase kembali ke kelenjar lakrimalis melalui sistem
drainase kelenjar lakrimalis (Dartt, 2009; Rocha et al., 2008).
Fungsi Lakrimalis
a. sebagai cairan pelindung terhadap kekeringan
b. sebagai antibakterial karena mengandung enzim lisozim
c. sebagai pelicin pada waktu berkedip
8. Mekanisme berkedip
Volunter : cortek di otak jaras cortoconuclear nucleus nervi facialis (VII)
merangsang M.orbicularis oculi kontraksi mata menutup dan membuka
Reflek cornea :
N.trigeminus (sensoric)
nucleus N.facialis
Cahaya
cornea
dibiaskan lensa
sel batang + sel kerucut meneruskan sinyal cahaya melalui saraf optikus
Traktus optikus
Bersinaps di nukleus genikulatum lateral dorsalis
Kontraksi
9. Pemeriksaan mata
1.
(Anatomi mata, dr.Prijo Sudibyo,M.kes,Sp.S)
PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Anamnesis
keluhan utama : digolongkan menurut lama, frekuensi, intermitensi dan cepat
timbulnya. Lokasi, berat dan keadaan lingkungan.
Riwayat kesehatan lalu
1. berpusat pada kesehatan umum
2. penyakit sistemik
3. gg vaskuler yang biasanya menyertai penyakit mata: diabetes dan hipertensi.
Riwayat keluarga
1. berhubungan dengan gg mata :
strabismus
glaucoma
katarak
masalah retina : degenerasi macula
PEMERIKSAAN OBYEKTIF
pemeriksaan visus
pemeriksaan fisik : untuk menilai fungsi maupun anatomi kedua mata.
1. adnexa (palpebra dan jaringan periokuler)
2. conjungtiva
3. cornea keratometer (alat terkalibrasi yang mengukur radius kelengkungan
kornea dalam 2 merisian yang terpisah 90 derajat)
fotokeratoskop alat yang menilai keseragaman dan ratanya permukaan dengan
memantulkan pola lingkaran konsentris ke atasnya.
motilitas mata mengevaluasi perpaduan kedua mata dan gerakannya, baik masing-
masing sendiri (ductions) dan bersama (version).
System air mata (uji Schirmer untuk mengetahui sekresi air mata dgn
kertas filter whatman, uji Anel untuk mengetahu adanya sumbatan pd
system ekskresi air mata dgn jarum anel dan alat suntik)
Konjungtiva tarsalis dan bulbi
4. Pemeriksaan Tekanan BolaMata
Pengukuran tekanan intraocular:
a. Secara palpasi (dengan ujung jari telunjuk dua tangan)
indentasi pd permukaan kornea, makin rendah tekanan bola mata skala yang
terlihat akan lebih besar, kelemahannya mengabaikan sclera rigidity. Dapat
menyebabkan lecetnya korneakeratitis
Dgn alat tonometer yg dikaitkan dengan slitlamp, tidak dipengaruhi oleh factor
sklera
Periksa mata dari bagian yg superfisial ke profunda agar tidak ada bagian yang
terlewatkan :
Visus
Supercilia (alis) warna, bersih / tidak, mudah rontok / tidak
Palpebra edem, hematom, benjolan, menutup dengan rapat / tidak, membuka
dengan lebar / tidak
Silia (bulu mata) normal, tumbuh ke dalam ( trichiasis ) / keluar
Konjungtiva
Kornea
a. Pemeriksaan visus
Pemeriksaan visus dilakukan dengan membaca kartu Snellen pada jarak 6 meter.
Masing-masing mata diperiksa secara terpisah, diikuti dengan pemeriksaan
menggunakan pinhole untuk menyingkirkan kelainan visus akibat gangguan refraksi.
Penilaian diukur dari barisan terkecil yang masih dapat dibaca oleh pasien dengan
benar, dengan nilai normal visus adalah 6/6. Apabila pasien hanya bisa membedakan
gerakan tangan pemeriksa maka visusnya adalah 1/300, sedangkan apabila pasien
hanya dapat membedakan kesan gelap terang (cahaya) maka visusnya 1/∞.
Visus normal pada optotype van snellen adalah 6/6 penderita bisa membaca
tulisan pada optotype pada jarak 6 m yang seharusnya dapat dibaca oleh orang
normal pada jarak 6 m.
Visus normal pada optotype van straub adalah 5/5 penderita bisa membaca
tulisan pada optotype pada jarak 5 m yang seharusnya dapat dibaca oleh orang
normal pada jarak 5 m.
Contoh : visus penderita adalah 5/50 penderita bisa membaca tulisan pada
optotype pada jarak 5 m yang seharusnya dapat dibaca oleh orang normal pada jarak
50 m.
Jika dengan menggunakan tulisan pada optotype, pasien tidak bisa membaca sama
sekali pada baris yg pertama maka dapat dilakukan dengan :
Hitung jari
Penderita hanya bisa menghitung jari dalam jarak tertentu. Minimal visusnya 1/60
penderita hanya bisa menghitung jari pada jarak 1 m yang seharusnya dapat
dihitung oleh orang normal pada jarak 60 m.
o Arah datangnya sinar kalau masih bisa berarti proyeksinya masih baik berarti
retina perifer masih berfungsi dengan baik.
o Membedakan warna dasar ( merah dan hijau ) kalau masih bisa berarti fungsi
macula lutea masih baik berarti visus central masih baik.
Kalau tidak bisa membedakan gelap dan terang berarti visua = 0.
o Refraksi
o Media refrakta
o Syaraf
o Refleks cahya langsung / Reflek pupil direk maksudnya adalah mengecilnya pupil
(miosis) pada mata yang disinari cahaya.
o Refleks cahaya tidak langsung atau konsensual / Reflek pupil indirek adalah
mengecilnya pupil pada mata yang tidak disinari cahaya.
c. Pemeriksaan Placido Test / Keratoskop Plasido
Sumber cahaya dari belakang penderita, keratoskop plasido dihadapkan pada
penderita dan pemeriksa mengintip dari lubang yang ada di tengah keratoskop plasido
maka akan tampak gambar yang hampir sama dengan plasido dipermukaan kornea.
Mata kanan pemeriksa harus melihat mata kanan yang diperiksa karena kalau tidak,
hidung keduanya akan bersentuhan.
Konfrontasi
Apabila tidak ada alat khusus untuk pemeriksaan lapang pandangan, dilakukan uji
konfrontasi untuk mengetahui secara kasar adanya defek pada lapang pandangan.
Pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa, muka menghadap muka pada jarak
60 cm. Pasien diminta menutup mata kirinya dengan telapak tangan kiri dan
melihat dengan mata kanannya ke arah mata kiri perneriksa. Benda obyek
dipegang sejauh mungkin ke samping di tengah-tengah jarak pasien-pemeriksa
dan pelan-pelan digerakkan ke arah sumbu penglihatan dan penderita diminta
untuk memberitahu apabila mulai melihat benda obyek. Hal ini diulangi pada
interval 30-45 derajat hingga mengelilingi 360 derajat perifer.
Pemeriksaan Kampimetri
Pemetaan lapang pandangan untuk daerah sentral atau parasentral dilakukan
dengan menggunakan layar hitam yang disebut tangent screen Bjerrum. Pasien
duduk dua meter dari layar dan satu mata berfiksasi pada titik tengahnya. Obyek
digeser pelan-pelan dari tepi ke arah titik tengah dan penderita diminta
memberitahu pada saat benda mulai terlihat. Prosedur ini diulangi hingga
mengelilingi 360 derajat.
Pemeriksaan Perimetri
Perimeter adalah alat berbentuk setengah bola dengan jari-jari 30 cm. Mata
penderita berada pada titik pusat bola clan berfiksasi pada bagian sentral parabola
perimeter. Obyek digeser pelan-pelan dari tepi ke arah titik sentral. Dicari batas-
batas pada seluruh lapangan pada saat obyek mulai terlihat. Luas lapang
pandangan yang normal adalah 90 derajat temporal, 70 derajat inferior, 60 derajat
nasal, 50 derajat superior.
f. Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan funduskopi di bidang neurologi bertujuan untuk menilai keadaan fundus
okuli terutama retina dan papil nervus optikus. Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan alat berupa oftalmoskop. Papil normal berbentuk lonjong, warna
jingga muda, di bagian temporal sedikit pucat, batas dengan sekitarnya tegas, hanya
di bagian nasal agak kabur. Selain itu juga terdapat lekukan fisiologis. Pembuluh
darah muncul di bagian tengah, bercabang keatas. Jalannya arteri agak lurus,
sedangkan vena berkelok-kelok. Perbandingan besar vena : arteri adalah 5:4 sampai
3:2.
(Http://yayanakhyar.wordpress.com)
Tonometer Schiotz:
Dilakukan inclentasi (penekanan) terhadap permukaan kornea. Dengan
beban tertentu akan terjadi kecekungan pada kornea dan akan terlihat perubahan
pada skala Schiotz. Makin rendah tekanan bola mata maka skala yang terlihat
akan lebih besar dan berlaku sebaliknya. Angka skala yang clitunjuk dilihat
nilainya di dalam tabel untuk konversi nilai tekanan dalam mmHg.
Tonometer Aplanasi :
Dilakukan dengan menggunakan alat Tonometer yang dikaitkan dengan
Slitlamp. Pengukuran tekanan bola mata di sini tidak dipengaruhi oleh faktor
kekakuan sklera.
Uji saluran :
Tes flourescein
o Mata ditetes flourescein 2%. Normal flourescein masuk ke hidung
Tes anel
o Pungtum ditusuk jarum tumpul disemprot air, akan terasa masuk
hidung (pada bayi terlihat reflek menelan)
Tindal ( + ) garis yang menghubungkan fokus kornea dan fokus iris, artinya da
kekeruhan di COA
Tindal ( - ) ada fokus sinar pada kornea dan di iris, tanpa ada gars yang
menghubungkannya
j. Fundus Reflek untuk memeriksa keadaan media refrakta
Sumber cahaya dari kanan belakang pendrita, sinar dipenulkan ke dalam bola mata
melelui pupil ( yang sudah di lebarkan ) lalu pemeriksa mengintip pantulan sinar dari
dalam mata melelui lubang yang ada di tengah cermin.
Funduds reflek normal warnanya merah cemerlang. Kalau terjadi kekeruhan pada
media refrakta ( misal HA ) maka akan tampak bintik kehtaman / warna hitam dengan
latarbelakang merah.
Eksoftalmometer Hertel
Tindakan mengukur penonjolan bola mata dengan alat
Hertel.
Penonjolan :
Kurang 20 mm : Mata normal
21-23mm : Enteng
23-27mm : Sedang
±28mm : Berat
Oftalmoskop
Alat untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli. Pemeriksaan
oftalmoskopi di bagi menjadi 2, yaitu :
Oftalmoskopi langsung : Daerah yang dilihat, paling perifer
sampai daerah ekuator, tidak stereoskopis, berdiri tegak atau
tidak berbalik, dan pembesaran 15x.
Oftalmoskopi tidak langsung : Terlihat daerah fundus okuli 8x
diameter papil, dapat dilihat sampai daerah ora serata, karena
dilihat dengan 2 mata maka terdapat efek stereoskopik, dan
dengan pembesaraan 2-4x.
10. Djdjjd
11. Dhdh
12. jddjjd
Kemampuan fisik seseorang akan meningkat selama beberapa tahun dari awal hingga mencapai
puncaknya pada umur 25–30 tahun. Umur 25–30 tahun merupakan kelompok umur dengan
kemampuan fisik yang paling baik dalam siklus hidup manusia.(38) Kemampuan fisik tubuh akan
menurun secara bertahap, perlu tindakan dalam menjaga kondisi dan mengoptimalkan kemampuan
fisik. (39) kelelahan mata terjadi karena adanya penurunan fungsi organ tubuh khususnya
penurunan fungsi penglihatan yang sejalan dengan bertambahnya umur seseorang dan menjadi
meningkat secara signifikan(40)Semakin tua seseorang, lensa semakin kehilangan daya akomodasi
dan otot sulit menebalkan dan menipiskan mata. Setiap tahun lensa berkurang kelenturannya dan
kemampuan menyesuaikan diri hilang. (41) Usia memiliki efek kekuatan akomodasi, lensa mata
bertahap mengalami penurunan, sedangkan titik jauh tetap tidak berubah atau menjadi sedikit lebih
pendek.(42). Hasil penelitian pada kasir swalayan di gorontalo menunjukkan adanya hubungan usia
dengan kelelahan mata.(16) Penelitian pada juru las menunjukkan semakin banyak kelelahan mata
muncul pada usia yang lebih tua, terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kelelahan
mata. (