Anda di halaman 1dari 68

SISTEM

PENGLIHATAN
Ismafiaty, M.Kep
ANFIS SISTEM PENGLIHATAN
BAGIAN-BAGIAN MATA SECARA
UMUM

Kornea
Kornea atau selaput bening adalah bagian bolamata yang terletak paling depan dan
tembus pandang. Sifat tembus pandang (transparan) ini memungkinkan cahaya untuk
masuk dan mencapai layar yang berisi sel-sel penerima cahaya dalam bolamata. Sisi luar
kornea dilapisi oleh air mata, sedangkan sisi dalamnya terdapat cairan akueous. Kornea
berfungsi untuk melindungi mata serta melakukan pembiasan pada lensa mata. Kornea
juga berfungsi menerima seluruh cahaya yang masuk ke mata.

Iris
Iris merupakan bagian mata yang mengatur besar-kesilnya pupil. Iris juga memberi warna
pada mata seperti hitam dan coklat untuk orang asia, biru dan hijau untuk orang eropa.

Pupil
Pupil adalah lubang kecil di tengah iris yang berfungsi mengatur banyaknya cahaya yang
masuk kedalam bola mata. Bila cahaya terlalu terang, pupil akan mengecil, dan sebaliknya
bila cahaya kurang (gelap) pupil akan membesar. Besar-kecilnya pupil dibentuk oleh iris.
Lensa mata
Lensa mata berfungsi untuk membentuk bayangan pada retina. Bayangan
yang terbentuk harus tepat pada retina sehingga dapat terlihat dengan jelas.
Untuk mengatur agar bayangan selalu jatuh pada retina, lensa dapat menebal
dan menipis disesuaikan dengan jarak benda terhadap mata. Bayangan yang
terbentuk pada retina bersifat nyata, terbalik diperkecil.

Otot akomodasi
Otot akomodasi berfungsi menarik dan mendorng lensa mata sehingga lensa
mata dapat menebal dan menipis.

Retina
Retina merupakan layar pada mata untuk menangkap bayangan yang dibentuk
oleh lensa mata. Retina adalah bagian mata yang peka terhadap cahaya.
BAGIAN-BAGIAN MATA SECARA
UMUM

Bintik kuning
Bintik kuning merupakan bagian yang paling peka terhadap cahaya. Bila
bayangan suatu benda jatuh pada bintik kuning benda akan terlihat sangat
jelas.

Bintik buta
Bintik buta merupakan bagian yang tidak peka terhadap cahaya. Bila bayangan
suatu benda jatuh tepat di bintik buta, maka benda tidak terlihat oleh mata.

Syaraf mata
Syaraf mata berfungsi membawa sinyal-sinyal gambar yang dihasilkan oleh
mata ke otak.
PROSES MELIHAT
1. Cahaya memantulkan obyek dan
mengirim pada garis lurus menuju
mata Anda.
2. Cahaya melalui kornea, menuju
pupil dan diteruskan ke lensa
mata.
3. Kornea dan lensa membelokkan
(membiaskan) cahaya agar di
fokuskan ke retina.
4. Photoreceptors pada retina
mengkonversi cahaya menjadi
gelombang elektrik.
5. Gelombang elektrik melalui saraf
optik menuju otak.
6. Otak memproses sinyal-sinyal itu
menjadi sebuah bayangan
(image).
PALPEBRA Lubang orbita dilindungi oleh
lipatan tipis yang dapat bergerak
yaitu kelopak mata (palpebrae)
yang terletak di depan mata.
Fisura palpebral merupakan
lubang berbentuk elips di antara
palpebral superior dan palpebral
inferior, tempat masuk ke dalam
sakkus konjungtiva. Glandula
sebasea bermuara langsung ke
dalam folikel bulu mata. Glandula
siliaris merupakan modifikasi
kelenjar keringat, sedangkan
konjungtiva adalah membrane
mukosa yang tipis melapisi
palpebral.
Aparatus lakrimalis terdiri atas pars
APARATUS LAKRIMALIS orbitalis yang besar dan pars
palpebralis yang kecil, saling
berhubungan pada ujung lateral
aponerosis muskulus levator palpebrae
superior. Kelenjar ini terletak di atas
bola mata bagian anterior dan superior
orbita, mempunyai 12 saluran yang
bermuara pada permukaan bawah
kelenjar dan pada bagian lateral forniks
(lateral konjungtiva). Persarafan
glandula lakrimalis berasal dari nucleus
lakrimalis dan Nervus fasialis (N.VII).
Air mata mengalir membasahi kornea
dan mengumpul dalam sakus lakrimalis
melalui punkta lakrimalis berjalan ke
medial lalu bermuara dalam sakus
lakrimalis.
TULANG ORBITA

Orbita adalah rongga berbentuk


pyramid dengan basis di depan
dan apeks di belakang. Atap
orbita dibentuk oleh pars orbitalis
ossis frontalis yang memisahkan
orbita dengan fossa kranii
anterior. Dinding lateral orbita
terdiri atas os zigomatikum dan
ossis sphenoidalis sedangkan
dasarnya dibentuk oleh fasies
orbitalis maxilaris.
ISI BOLA MATA
Isi bola mata adalah media refraksi yang
terdiri dari aqueous humor, korpus vitrous,
dan lensa.
A. Aqueous Humor, menyokong dinding bola
mata dengan memberi tekanan dari dalam
dan memberi makan pada lensa, serta
membuang produk metabolism karena
lensa tidak memiliki pembuluh darah.
B. Korpus Vitrous, menambah daya
pembesaran mata, menyokong
permukaan posterior lensa dan membantu
melekatkan pars nervosa pada pars
pigmentosa retina.
C. Lensa, Badan bikonkevs yang transparan
terletak di belakang iris, di dekat korpus
vitreum, dan dikelilingi oleh prosesus
siliaris
PENGKAJIAN MATA
PENGKAJIAN MATA
PENGKAJIAN MATA
PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi

1. Postur dan Gambaran Mata


• Observasi postur dan gambaran klien
• Catat kombinasi pakaian yang tidak lazim, mungkin mengindikasikan
colour vision defect, demikian juga karakteristik postur yang menarik perhatian
seperti mendongakkan kepala yang dapat merupakan tanda sikap kompensasi
untuk memperoleh pandangan yang jelas.

2. Kesimetrisan Mata
Observasi kesimetrisan mata kanan dan kiri. Mata dikaji letaknya pada orbit.
Perawat memeriksa apakah salah satu mata lebih besar, lebih menonjol kedepan
melalui pemeriksaan posisi istirahat dari garis mata atas.Eksoftalmus adalah
suatu kondisi tempat bola mata menonjol ke depan. Enoftalmus adalah bola mata
yang cekung ke dalam.
3. Alis dan Kelopak Mata
• Kaji distribusi pertumbuhan rambut, masih semurna atau tidak. Jika tidak
sempurna, apakah disengaja atau karena suatu penyakit.
• Anjurkan klien mengkangkat kening atau alis untuk menentukan perbedaan
antara sisi kanan dan kiri. Perawat juga melihat kelopak mata untuk
menentukan adanya ptosis, kemerahan, kelemahan, lesi, krusta atau
pembengkakan.
• Kelopak mata seharusnya secara normal menutup lengkap, dengan batas
kelopak mata atas dan bawah saling mendekat. Palpebra yang membelok ke
dalam disebut entropion dan jika membelok keluar disebut ektropion.

4. Konjungtiva
Konjungtiva normal berwarna merah muda pucat dan mengkilat. Jika terdapat
benjolan, bedakan apakah bening (folikel), merah kasar (papil), putih keras
(litiasis)
5. Kelenjar Lakrimal
Perawat dapat mengobservasi bagian kelenjar lakrimal dengan cara
meretraksikan kelopak atas dan menyuruh klien untuk melihat ke bawah.
Kelenjar lakrimal dikaji terhadap adanya edema. Perawat dapat menekan sakus
lakrimalis dekat pangkal hidung untuk memeriksa adanya obstruksi duktus
nasolakrimalis. Jika di dalamnya terdapat peradangan, penekanan pada
daerah ini akan menyebabkan keluarnya cairan dari pungtum lakrimalis.

6. Sklera
Sklera dikaji warnanya, biasanya putih. Warna kekuningan dapat merupakan
indikasi icterus  masalah sistemik
7. Kornea
Diobservasi dengan cara memberikan sinar secara serong dari beberapa sudut.
Kornea seharusnya transparan, halus, bersinar dan jernih.
Observasi adanya kekeruhan yang mungkin infiltrate atau sikatrik akibat trauma atau
cedera. Sikatrik kornea dapat berupa nebula(bercak seperti awan), Makula (bercak
putih), dan leukoma (bercak putih yang dapat dilihat dari jarak jauh). Perawat juga
memeriksa refleks kornea nanun, jika klien sadar dan refleks berkedip positif atau
kien menggunakan lensa kontak maka refleks ini tidak diuji.

8. Pupil
Pupil normal berbetuk bulat, letak sentral dan dalam ukuran yang sama kiri dan
kanan (isokor) dan apabila ukuran pupil yang tidak sama disebut anisokor. Individu
dengan myopia mempunyai pupil yang lebih besar, sedangkan individu hipermetropia
mempunyai pupil yang lebih kecil. Ukuran pupil normal adalah 2-6 mm. Pupil yang
ukurannya < normal disebut konstriksi dan pupil yang > normal disebut berdilatasi.
Konstriksi pupil terhadap cahaya merupakan respon yang normal. Pupil juga
mengecil atau konstriksi dalam respon terhadap akomodasi.
Palpasi

Setelah palpasi, lakukan palpasi pada mata dan struktur yang berhubungan.
Digunakan untuk menentukan adanya tumor, nyeri tekan dan keadaan tekanan
intraocular (TIO). Palpasi ringan pada kelopak mata terhadap adanya
pembengkakan dan kelemahan.
Ketajaman Penglihatan
1. Uji penglihatan jauh
a. Snellen chart
Snellen chart adalah satu dari beberapa alat sederhana yang digunakan oleh
perawat untuk mencatat penglihatan jauh. Untuk dewasa, kartu dilengkapi dengan
tulisan, nomor, gambar atau huruf tunggal yang diletakkan dalam berbagai posisi.
b. Hitung Jari
Apabila klien tidak dapat membaca huruf terbesar, perawat dapat menentukan
ketajaman penglihatan dengan meletakkan jari di depan klien dan meminta klien
untuk menghitung jari. Jika klien dapat menghitung jari pemeriksa dari jarak 6
meter visusnya adalah 6/60.
c. Gerak Tangan
Klien yang tidak dapat menghitung jari diuji dengan gerakan tangan (Hand
Motion). Jika klien dapat mengidentifikasi dengan benar 3 kali dari lima kali
perintah (tegak-berhenti, kanan-kiri, atas-bawah) pada jarak 1 meter maka
ketajaman penglihatan dicatat 1/300.
2. Uji penglihatan dekat
Dilakukan pada klien yang mengemukakan mengalami kesulitan dalam membaca
dengan menggunakan kartu Jaeger untuk menguji penglihatan dekat. Kartu ini
dipegang pada jarak 35 cm dari mata. Klien diinstruksikan untuk membaca huruf
dalam kartu. Nilai Jaeger yaitu baris terbawah tempat klien dapat mengidentifikasi
lebih ½ karakter. Misalnya: J2 pada 35 cm.”
3. Lapangan Pandang
Uji ini hanya memberikan perkiraan kasar dari lapang pandang seseorang dan digunakan
untuk mendeteksi kelainan lapang pandang yang lebih besar. (lateral 90, medial 60, atas
50, bawah 70)

4. Penglihatan Warna
Colour vision yang sangat normal sangat penting untuk pekerjaan tertentu. Test yang paling
sering digunakan untuk menilai buta warna adalah Ishihara Chart yang berisi angka yang
tersusun dari titik-titik berwarna yang dlakukan terhadap mata secara bergantian.

5. Uji Kebutaan
Seseorang dikatakan buta bila visus terbaik dengan lensa korektif pada mata adalah ≤ 5/50
atau diameter terluas dari lapang pandangan tidak lebih dari 20.
6. Fungsi otot ekstra okuler
a. Corneal Light Refleks
Digunakan untuk menentukan paralisme atau kelurusan kedua mata. Caranya
dengan menyuruh klien melihat ke depan kemudian perawat mengarahkan
sinar senter pada kedua kornea dari jarak 30-40 cm pada jam 1(untuk OD) dan
jam 11 (untuk OS). Ketidaksimetrisan reflek mengindikasikan adanya kelainan
mata (deviasi) karena kelemahan otot ekstraokuler.
b. Six Cardinal Position
Menguji gerakan mata melalui enam posisi pandangan utama. Perawat
meminta klien untuk tidak menggerakan kepala dan menggerakkan mata
mengikuti objek kecil seperti pena. Ke sisi kanan klien, kanan atas, kanan
bawah, kiri, kiri atas, kiri bawah. Perawat perlu mencatat adanya distagmus
paralelisme.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji Laboratorium
Kultur dan smear dari corneal atau konjungtiva digunakan untuk membantu
mendiagnosa infeksi.

2. Radiografi
a. Computed Tomografi
Pengujian ini dapat memvisualisasikan bola mata, otot ekstraokuler dan saraf
optif. Pengujian ini merupakan metode sensitive untuk mendeteksi tumor di
ruang orbita
b. Pemeriksaan dengan slitlamp
Memungkinkan untuk mengetahui letak abnormalitas pada kornea, lensa atau
vitreus humor anterior.
c. Fuoresin/ Pewarnaan kornea
Penetesan fluoresin untuk melihat iregularitas permukaan kornea yang tidak
mudah dilihat. Penggunaan pewarnaan kornea merupakan indikasi kasus
trauma kornea, dll. Digunakan jika tidak ada slitlamp.
3. Tonometri
a. Merupakan cara pengukuran tekanan intra okuler dengan menggunakan alat
terkalibrasi yang melekukkan apeks kornea
b. Alat untuk mengukur tekanan intra okuler (TIO) disebut Tonometer
c. Ada 2 macam tonometer  tonometry schiotz dan tonometer aplanasi

4. Elektroretinografi
Penggambaran responretina terhadap stimulasi cahaya dengan meletakkan
elektroda lensa kontak pada kornea klien kemudian diberikan cahaya berbagai
kecepatan dan intensitas  U/ mendeteksi perubahan vaskuler pada retina.
GANGGUAN PADA MATA

Gangguan Refraksi

Katarak

Glaukoma
GANGGUAN REFRAKSI
GANGGUAN REFRAKSI
Keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina tetapi di bagian
depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang
tajam.

Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia, dan


Astigmatisma.
MIOPIA

Kondisi ketika cahaya yang


masuk ke mata jatuh di
depan retina. Hal ini
membuat penderitanya
mampu melihat objek jarak
dekat secara jelas, tetapi
sulit melihat objek yang
jaraknya jauh. Miopi yang
tergolong berat dapat
meningkatkan risiko
terjadinya ablasi retina,
katarak, dan glaukoma.
American Academy of Opthalmology membedakan penyebab miopi menjadi dua
jenis, yaitu:
1. Miopi tinggi
bentuk rabun jauh dengan kondisi yang lebih parah di mana bola mata menjadi
lebih panjang dari ukuran normal. Jika mata minus ini sudah dialami sejak kecil,
kondisi ini dapat membaik pada umur 20-30 tahun.
Kondisi ini juga meningkatkan risiko a terkena kondisi lain  retina robek, katarak,
dan glaukoma.
2. Miopi degeneratif
disebut juga miopi ganas  jenis rabun jauh langka  diwariskan dari orangtua
 bola mata memanjang dengan sangat cepat dan menyebabkan rabun jauh
parah, yang biasanya terjadi pada remaja atau orang dewasa awal.
Bisa semakin parah seiring bertambahnya usia  berisiko tinggi mengalami
komplikasi miopi  retina lepas, pertumbuhan pembuluh darah abnormal pada
mata (neovaskularisasi koroid), dan glaukoma.
Gejala Miopia :
1. Kabur bila melihat jauh
Faktor risiko : 2. Membaca atau melihat benda
1. Riwayat keluarga kecil harus dari jarak dekat
2. Gangguan endokrin 3. Lekas lelah bila membaca
3. Kebiasaan membaca yang ( karena konvergensi yang tidak
salah sesuai dengan akomodasi )
4. Kondisi lingkungan 4. Astenovergens (Berair Seperti
5. Kekurangan vitamin melihat benang dilpg pandang,
pd miopia tinggi)
5. keluhan sakit kepala
6. Dapat disertai dengan juling dan
celah kelopak yang sempit.
Tata Laksana

1. Menggunakan kacamata atau lensa kontak


Menggunakan lensa korektif dapat membantu mengurangi peningkatan
kelengkungan kornea atau panjang mata  mencegah mata minus bertambah
parah.

2. Operasi
Jika tidak ingin menggunakan kacamata maka operasi mata korektif dapat
membantu mengurangi atau bahkan menghilangkan ketergantungan kacamata
atau lensa kontak.
Terdapat 2 metode operasi yang umum dilakukan untuk memperbaiki mata
minus, yaitu:
• Keratektomi fotorefraktif (penggunaan laser untuk menghilangkan lapisan
jaringan kornea)
• Lasik mata
HIPERMETROPI

Hipermetropi atau rabun


dekat merupakan keadaan
gangguan kekuatan
pembiasan mata dimana
sinar sejajar jauh tidak cukup
dibiaskan sehingga titik
fokusnya terletak dibelakang
retina
Gejala Hipermetropi
• Penglihatan tidak fokus ketika
Etiologi : melihat objek yang dekat.
• Sumbu utama bola mata • Harus menyipitkan mata untuk
yang terlalu pendek. melihat sesuatu lebih jelas.
• Daya pembiasan bola • Mata terasa tegang, sakit atau
mata yang terlalu lemah terbakar
• Kelengkungan Kornea • Mata lelah atau sakit kepala usai
dan Lensa tidak Adekuat melihat pada jarak dekat dalam
• Perubahan posisi lensa. waktu lama, misalnya menulis,
membaca atau menggunakan
komputer.
Tata Laksana

1. Penggunaan kacamata atau lensa kontak


Kacamata dan lensa kontak adalah cara paling sederhana untuk
mengatasi hipermetropi.

2. Operasi laser
Ada 3 jenis operasi laser yang dapat dilakukan untuk membentuk ulang
kornea agar penglihatan penderita menjadi lebih baik, yaitu:
• Laser-assisted in situ keratomileusis (LASIK)
• Laser-assisted subepithelial keratectomy (LASEK)
• Photorefractive keratectomy (PRK)
ASTIGMATISMA

 Gangguan penglihatan
akibat kelainan pada
kelengkungan kornea atau
lensa mata. Kondisi ini
menyebabkan pandangan
kabur atau menyimpang,
baik dalam jarak dekat
maupun jauh.
 Kondisi optik mata, di mana
sinar-sinar sejajar tidak
dibiaskan pada satu titik
fokus tunggal.
Etiologi :
• Kelengkungan (kurvatura) dan
• Kekuatan refraksi permukaan kornea dan/atau lensa yang berbeda-beda di
antara berbagai meridian sehingga terdapat lebih dari satu titik fokus.

Faktor resiko :
• Infeksi yang mengakibatkan jaringan parut pada kornea
• Miopia (rabun jauh) atau rabun dekat (hipermetropi) yang sudah parah
• Melakukan operasi mata yang menyebabkan adanya perubahan kornea
• Gangguan mata lainnya, seperti keratoconus (degenerasi kornea) atau
penipisan kornea
• Adanya benjolan pada kelopak mata yang menekan kornea
• Terlahir prematur atau stunting
• Mengalami sindrom down
Gejala :
• Distorsi penglihatan, misalnya garis lurus menjadi terlihat miring
• Pandangan yang kabur (samar) atau tidak fokus
• Sulit melihat saat malam hari
• Mata mudah lelah dan terasa tidak nyaman
• Sering menyipitkan mata saat melihat sesuatu
• Iritasi pada mata
• Sakit kepala

Tata Laksana :
1. lensa silinder.
dpt dikombinasi dengan lensa sferis
2. Operasi laser
• Laser-assisted in situ keratomileusis (LASIK)
• Laser-assisted subepithelial keratectomy (LASEK)
• Photorefractive keratectomy (PRK)
• Small-incision lenticule extraction (SMILE)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Uji ketajaman penglihatan pada kedua mata dari jarak jauh (Snellen)
dan jarak dekat (Jaeger).
2. Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk membuktikan
kemungkinan ada atau tidaknya kebutaan.
3. Uji gerakan otot-otot mata.
4. Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di retina.
5. Mengukur tekanan cairan di dalam mata. (tonometri)
6. Pemeriksaan retina.
KATARAK
• Katarak adalah penurunan progresif kejernihan
lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih
abu-abu dan ketajaman penglihatan berkurang.

• Katarak terjadi apabila protein pada lensa yang


secara normal transparan terurai dan mengalami
koagulasi pada lensa
ETIOLOGI

1. Usia lanjut dan proses penuaan


2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti
merokok atau bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolic
(misalnya diabetes) dan obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
ETIOLOGI

Akibat proses penuaan atau trauma yang menyebabkan perubahan pada


jaringan mata. Lensa mata sebagian besar terdiri dari air dan protein.
Dengan bertambahnya usia, lensa menjadi semakin tebal dan tidak
fleksibel. Hal ini menyebabkan gumpalan protein dan mengurangi cahaya
yang masuk ke retina, sebuah lapisan yang sensitif terhadap cahaya yang
terletak di belakang dalam mata, yang pada akhirnya menyebabkan
pandangan kabur dan tidak tajam. Perubahan lensa diawali dengan warna
kuning kecokelatan ringan, tetapi semakin memburuk seiring dengan
bertambahnya waktu.
MANIFESTASI KLINIS
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gejala lainya adalah :
1. Sering berganti kaca mata
2. Penglihatan sering pada salah satu mata.
Jenis Katarak
1. Katarak nuklir
Katarak nuklir merupakan jenis katarak yang terbentuk di bagian tengah
lensa. Jenis katarak ini paling sering ditemui pada lansia. Pada lansia yang
memiliki rabun dekat, gejala awal katarak nuklir bisa berupa perbaikan
penglihatan, karena munculnya katarak menciptakan efek rabun jauh yang
menetralkan kondisi rabun dekatnya.
Jenis Katarak
2. Katarak kortikal
Jenis katarak ini terjadi di tepi luar lensa atau di area yang dikenal sebagai
korteks. Katarak kortikal membentuk area putih seperti jari-jari roda yang
mengelilingi lensa. Kondisi ini membuat cahaya yang masuk ke mata jadi
tersebar dan menyebabkan penderitanya sering merasa silau atau
mengalami penglihatan yang kabur.
Jenis Katarak
3. Katarak subcapsular
Terdapat 2 jenis katarak subscapsular, yaitu posterior dan anterior. Katarak
subcapsular posterior terbentuk di area belakang lensa, tepat di jalur
cahaya saat melewati lensa, dan biasanya disebabkan oleh diabetes.
Sementara itu, katarak subcapsular anterior terletak di depan lensa yang
biasanya disebabkan oleh cedera.
Jenis Katarak
4. Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah jenis katarak yang terbentuk sejak bayi lahir atau
selama masa kanak-kanak. Tanda bayi mengalami katarak adalah bagian
tengah mata atau pupil terlihat abu-abu atau putih. Bahkan, seluruh pupil
mungkin terlihat tertutup.
5. Katarak traumatik
Katarak traumatik bisa berkembang ketika ada cedera pada bola mata,
misalnya akibat suhu panas, bahan kimia, atau serpihan batu. Katarak ini
bisa terjadi segera setelah cedera atau baru muncul hingga beberapa tahun
kemudian.
Pemeriksaan Penunjang

1. Kartu mata snellen /


mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akueus/
vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke ret
ina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, gluk
oma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papile
dema, perdarahan.
Pemeriksaan Penunjang

7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.


8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
WOC KATARAK
Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. Memeriksakan mata secara teratur pada dokter spesialis mata.
b. Melindungi mata dari benturan dan cahaya matahari yang terlalu lama,
dengan menggunakan kacamata yang melindungi dari sinar ultraviolet
baik UVA dan UVB.
c. Mempertahankan kadar gula darah agar tetap normal, pada pengidap
diabetes.
d. Membatasi kebiasaan menyetir di malam hari.
e. Memperbaiki pencahayaan di rumah.
f. Menggunakan kaca pembesar saat membaca.
2. Penatalaksanaan medis
a. Small incision cataract surgery (phacoemulsification).
Operasi ini dilakukan dengan melakukan insisi kecil pada tepi kornea.
Selanjutnya, dokter akan menyinarkan gelombang ultrasound untuk
menghancurkan lensa lalu diambil menggunakan alat penghisap.
b. Extracapsular surgery.
Operasi ini membutuhkan insisi yang lebih besar untuk mengeluarkan inti
lensa yang berkabut. Selanjutnya, sisa lensa dikeluarkan dengan
menggunakan alat penghisap.
GLAUKOMA
Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh
meningkatnya tekanan bola mata.
Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidak-
seimbangan antara produksi cairan dan pembuangan cairan dalam jaringan
saraf halus yang ada di retina dan di belakang bola mata.)
KLASIFIKASI GLAUKOMA
1. Glaukoma Primer (Primary Glaucoma)
a. Glaukoma Sudut Terbuka
Disebut sudut terbuka karena humor
aqueous mempunyai pintu terbuka ke
jaringan trabekular. Pengaliran
dihambat oleh perubahan degeneratif
jaringan trabekular, saluran schleem,
dan saluran yg berdekatan

b. Glaukoma Sudut Tertutup (Sudut Sempit)


Disebut sudut tertutup karena ruang
anterior secara anatomis menyempit
sehingga iris terdorong ke depan,
menempel ke jaringan trabekular dan
menghambat humor aqueous
mengalir ke saluran schlemm.
2. Glaukoma Sekunder (Secondary Glaucoma)
disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes,
trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya.
Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid
juga dapat meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu
tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang
menggunakan obat-obatan tersebut

3. Glaukoma Kongenital (Congenital Glaucoma)


Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau
segera setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh
sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak
berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata
meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata
bayi, bagian depan mata berair dan berkabut dan peka
terhadap cahaya.
4. Glaukoma Absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/terbuka) dimana
sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut
kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan
eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa
sakit
ETIOLOGI
meningkatnya tekanan di dalam mata (tekanan intraokular), baik akibat
produksi cairan mata yang berlebihan, maupun akibat terhalangnya
saluran pembuangan cairan tersebut.
idioptatik
TANDA DAN GEJALA

1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga)


2. Pandangan berkabut, melihat halo disekitar lampu
3. Mual, muntah, berkeringat
4. Konjungtiva hyperemia dan siliar
5. Visus menurun
6. Edema kornea
7. Bilik mata depan dangkal ( mungkin tidak ditemui pada glaucoma sudut terbuka)
8. Pupil melebar lonjong, tidak ada reflek terhadap cahaya
9. TIO meningkat
TANDA DAN GEJALA
Pemeriksaan Penunjang
1. Kartu mata Snellen/mesin telebinokular(tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus
humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik
2. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
4. Pengukuran gonioskop :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
5. Tes Provokatif : digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya
meningkat ringan.
6. Pemeriksaan oftalmoskopi : Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng
optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
7. Darah lengkap, LED:Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan Aterosklerosisi, PAK.
9. Tes Toleransi Glukosa : Menentukan adanya DM.
Penatalaksanaan
1. Surgical
a. Laser trabeculoplasty
Tindakan ini dilakukan dengan local anastesi untuk membuat lubang dijaringan
trabekular untuk membuka sudut , untuk mempermudah aliran keluar aquos
humor. Komplikasi bedah laser ditandai dengan sakit kepala yang tidak berkurang
dengan asetaminofen dan atau disertai mual, nyeri dahi, dan atau perubahan tajam
penglihatan.
b. Operasi filtrasi
Jenis ini meliputi trefinasi, sklerektomi atau sklerostomi dengan membuat saluran
dari ruang anterior ke luar subkonjungtiva.
c. Laser irodotomy atau iridectomy perifer
Kedua prosedur ini mengurangi tekanan dengan mengeluarkan bagian iris untuk
membangun kembali outflow aquos humor.
d. Cyclocryotherapy
Tindakan ini secara pemanen merusak sel dalam badan silier dan menurunkan
produksi aquos humor.
2. Non Surgical
a. Supresi pembentukan humor akuos
Penghambat adrenergic beta adalah obat yang paling luas digunakan untuk terapi
glaukoma. Obat ini dapat digunakan tersendiri atau dikombinasikan dengan obat
lain. Preparat yang tersedia sekarang yaitu timolol maleat 0,25% dan 0,5%,
betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5%, dan metipranolol
0,3%.
1) Apraklonidin adalah suatu agonis adrenergik α2 baru yang menurunkan pembentukan humor
akuos tanpa efek pada aliran keluar.
2) Inhibitor karbonat anhidrase sistemik asetazolamid adalah yang paling banyak digunakan,
tetapi terdapat alternatif lain yaitu diklorfenamid dan metazolamid. Digunakan untuk glaukoma
kronik apabila terapi topikal tidak memberi hasil memuaskan dan glaukoma akut dimana
tekanan intraokuler yang sangat tinggi yang perlu segera di kontrol. Obat ini mampu menekan
pembentukan humor akuos sebesar 40-60%.
3) Brimonidine adalah agonis alpha adrenergik yang terutama menurunkan produksi humor
akuos dan yang kedua untuk meningkatkan aliran keluar humor akuos.
b. Fasilitasi Aliran keluar humor akuos.
1) Obat parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar humor akuos dengan bekerja pada
jalinan trabekular meshwork melalui kontraksi otot siliaris. Obat pilihan adalah pilokaprin,
larutan0,5-6% yang diteteskan beberapa kali sehari, atau gel 4% yang diteteskan sebelum
tidur.
2) Analog prostaglandin meningkatkan sekresi uveoskleral
c. Penurunan volume korpus vitreum.
Obat-obat hiperosmotik menyebabkan darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar dari
korpus vitreum. Selain itu terjaid penurunan produksi humor akuos. Obat yang paling sering
digunakan adalah Gliserin (gliserol) oral.
d. Miotik, midriatik dan sikloplegik
Konstriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup akut primer dan
pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil penting dalam pengobatan penutupan sudut
akibat iris bombe karena sinemia posterior. Apabila penutupan sudut disebabkan oleh pergeseran
lensa ke anterior, sikloplegik (siklopentolat dan atropin) dapat digunakan untuk melemaskan otot
siliaris sehingga mengencangkan aparatus zonularis dalam usaha untuk menarik lensa
kebelakang
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai