Anda di halaman 1dari 25

1. Sebutkan otot-otot Pupil dan persyarafan pupil ?

2. Sebutkan lapisan-lapisan dari Lensa


3. Apa Zenula Zini ?
4. Sebutkan traktus pada Iris
5. Produksi Aqous Humor dan jelaskan jalan aqous humor ?
6. Apa-apa saja produksi air mata
7. Volume vitreus
8. Pengganti dari vitreus silicon oil
9. Apa itu Papil, fovea, macula
10. Otot dari orbicularis okuli Nervus VII di Palpebra
11. Kelenjar meibom
12. Macam macam konjungtivitis
13. Perbedaan tirtilem dan aqous humor
14. Volume korpus vitreus
15. Perbedaan kalazion dan hordeolum
16. Apa itu Blefariitis Eviserasi Enukleasi, dan Eksenterasi

1. Apa itu ECCS,SICCS


2. Apa itu Asigmatisme simpleks
3. Apa itu Compositus
4. Jenis-jenis ablasio retina dan pengertian
5. Perbedaan presbiopi dengan hipermiopi
6. Interprestasi jika ada silinder minus, silinder plus?

Jawab :

1. Dua otot invoulunter yang mengontrol ukuran pupil yaitu : musculus sphincter pupillae yang distimulasi secara
parasimpatis menutup pupil menutup pupil, dan Musculus dilator Pupil yang distimulasi secara simpatis membuka pupil.
Respons pupil bersifat paradox : Respon simpatis biasanya terjadi segera, dapat memerlukan waktu 20 menit bagi pupil
untuk berdilatasi sebagai respon terhadap cahaya rendah ,seperti pada bioskop yang digelapkan. Respon parasimpatis
biasanya lebih lambat daripada respon simpatis, demikian puka kontriksi papilari yang distimulasi secara parasimpatis
normalnya bersifat instan. Pada neurologis reflex pupil pada cahaya diuji menggunakan senter selama pemeriksaan
neurologis. Refleks tersebut yang melibatkan N II(Aferen) dan NIII(Eferen), adalah kontriksi cepat pupil yang
memberikan repons terhadap sinar. Aapabila adanya cahaya memasukisatu mata, kedua pupil berkontraksi karena masing-
masing retina mengirimkan serat serat kedalam tractus opticus dari kedua sis. Musculus spincter pupillae diinervasi oleh
serat parasimpatis : akibatnya terputusnya serat-serat tersebut menyebabkan dilatasi pupil karena kerja tak-berlawanan
musculus dilator pupillae yang diinervasi secara simpatis. Tanda pertama kompresi nervus aculomotorius adalah
kelambatan ipsilateral respon pupil terhadap cahaya.
2.

3. Lensa ditahan pada tempatnya oleh sekelompok serat yang tersusun radiaf yakni zonula ciliaris elastis, yang terinsersi pada kapsul lensa dan pada badan siliar.
Sistem ini penting untuk proses yang dikenal sebagai akomodasi, yang dapat memfokuskan objek dekat dan jauh dengan mengubah kecembungan lensa.
Bila mata sedang istirahat atau memandang objek yang jauh, lensa tetap diregangkan oleh zonula pada bidang yang tegak lurus terhadap sumbu optik. Agar
dapat memfokuskan benda dekat, m. ciliaris berkontraksi, dan menimbulkan pergeseran koroid dan badan siliar ke depan. Hal tersebut mengurangi ketegangan
yang ditimbulkan zonula pada lensa sehingga memungkinkan lensa membulat dan menebal serta menjaga objek pada fokusnya.

4.

5.

7. Cornea, lris, dan Sclera membentuk Angulus iridocornealis. Lapisanepitel Corpus ciliare menghasilkan Humor aquosus yang mengalir dari Camera oculi posterior ke
anterior. Corpus ciliare terbagi menjadi bagian yang datar (Pars plana) danbagian yang meninggi (Pars plicata). Pars plicata berperan sebagai origo untuk sekitar 70
Procc. ciliares. Corpus ciliare dilapisi oleh epitel siliar, yang pada area Pars plicata menghasilkan Humor aquosus untuk Angulus iridocornealis. Serat-serat zonula
{ligamentumsuspensorium, Zonula ciliares) melintas di antara epitel siliar dan kapsula lensa.
9. Pemeriksaan fundus oculi dengan oftalmoskopi direk (funduskopi) memungkinkan penilaian klinis keadaan Retina, pembuluh darahnya (terutama A dan V. centralis
retinae), Discus nervi optici, serta Macula lutea dan Fovea centralis (titik penglihatan sentral). Pembuluh darah Retina (A dan V. centralis retinae dan percabangannya)
dapat diperiksa dan dibedakan berdasarkan diameternya (diameter arteri lebih kecil). Dalam keadaan normal, Discus nervi optici berbatas tegas, berwarna kuning
sampai oranye, dan memiliki depresi sentral (Excavatio disci). Sekitar 3-4 mm ke sisi temporal Discus nervi optici terletak Macula lutea (mengandung konsentrasi sel-
sel kerucut paling tinggi untuk penglihatan warna). Banyak cabang pada Vasa centralis retinae menyatu secara radial ke Macula, tetapi gagal mencapai pusat (Fovea
centralis). Fovea centralis disuplai oleh Choroidea. (dai buku sobbota)

- makula lutea adalah area berpigmen berbentuk oval di tengah retina mata manusia dan pada hewan lain. Makula pada manusia memiliki diameter sekitar 5,5 mm (0,22
in) dan dibagi lagi menjadi daerah umbo, foveola , foveal avascular, fovea , parafovea , dan perifovea. Makula bertanggung jawab atas penglihatan warna sentral,
resolusi tinggi, yang dimungkinkan dalam cahaya yang baik; dan penglihatan semacam ini terganggu jika makula rusak, misalnya pada degenerasi makula . Makula
klinis terlihat jika dilihat dari pupil, seperti pada oftalmoskopi atau fotografi retina

-Papil : Diskus optikus (papilla N. Opticus) merupakan bagian dari nervus optikus yang terdapat intra okuler dimana dapat dili- hat dengan pemeriksaan memakai alat
Ophthalmoscope. Adapun bagian-bagian dari Nervus Optikus yang mempunyai panjang 50,0 mm itu adalah sebagai berikut (3,5) :

• Bagian intra okuler sepanjang 0,70 mm

• Bagian intra orbita sepanjang 33,00 mm

• Bagian intra kanalikuler sepanjang 6,00 mm • Bagian intra kranial sepanjang 10,00 mm

Ncrvus Optikus ini muncul dari belakang bola mata (orbita) melalui lubang pada sclera dengan diameter sekitar 1,50 mm. Sedang letak dari pada diskus optikusnya
berada sekitar 0,3 mm di bawah dan 1,0 mm disebelah nasal fovea centralis.
10. Gerakan bola mata dikontrol oleh enam otot ekstraokular di dalam orbita (empat otot rectus: Mm. recti superior, inferior, medialis, dan lateralis; dua otot oblik: Mm.
obliqui superior dan inferior). Semua otot ekstra-okular berorigo pada Anulus tendineus communis (tendinous anulus of ZINN), kecuali M. obliquus inferior (berorigo
pada Facies orbitalis Maxilla di lateral lncisura lacrimalis maxillae di region anterior atau medial orbita) dan M. obliquus superior (origo pada Corpus ossis sphenoidalis
di medial Anulus tendineus communis dan selubung dural N. opticus). Keenam otot berinsertio pada Sclera. Keempat otot rectus ekstraokular masuk di anterior ekuator
bola mata, sedangkan otot oblik orbita masuk di posterior ekuator. Struktur tendinosa seperti kerekan (Trochlea), yang menempel di anterior area atas Os frontale dan
bekerja sebagai hipomoklion untuk M. obliquus superior, mengarahkan otot ke belakang ke area insersionya di atas bola mata sebelah posterior ekuatornya. Anulus
tendinosa ZINN juga merupakan origo M. levator palpebrae superioris yang berproyeksi ke dalam kelopak mata atas (Palpebra superior).

Otot ekstraokular terdiri dari 7 otot, yaitu 4 otot rektus, 2 otot oblik dan 1 otot levator palpebra. Secara umum otot ekstraokular berperan dalam menggerakkan bola
mata, tetapi otot levator palpebral memiliki fungsi yang berbeda. Otot ini berfungsi untuk elevasi palpebra superior.Otot ekstraokular mendapat inervasi dari tiga
nervus kranial. Nervus kranial III (nervus okulomotor) memiliki dua cabang yaitu superior dan inferior. Cabang superior memberi inervasi kepada otot rektus superior
dan otot levator palpebral superior. Cabang inferior memberi inervasi kepada otot rektus medial, rektus inferior, dan oblik inferior. Nervus kranial IV (nervus troklear)
memberi inervasi kepada otot oblik superior. Nervus kranial VI (nervus abdusens) memberi inervasi kepada otot rektus lateral.
11. Meibom ""merupakan jenis kelenjar tertentu dalam kelopak mata.Terdapat sekitar 25 hingga 40 kelenjar
meibom di kelopak mata atas dan sekitar 20 hingga 30 kelenjar di kelopak mata bawah. Fungsi kelenjar ini
adalah untuk mensekresikan minyak ke permukaan mata. Minyak ini membantu menjaga agar air mata tidak
menguap terlalu cepat. Disfungsi kelenjar meibom (DKM) adalah penyumbatan atau bentuk abnormalitas
lainnya pada kelenjar meibomian sehingga tidak mensekresikan cukup minyak ke dalam air mata. Karena
lapisan air mata pada permukaan mata menguap lebih cepat, maka DKM dikaitkan dengan sindrom mata
kering. Selain itu juga dikaitkan dengan gangguan kelopak mata yang disebut blefaritis.

Nama lain untuk disfungsi kelenjar meibom adalah "meibomianitis."

Kelenjar meibom berfungsi untuk memproduksi cairan yang digunakan bersama dengan air mata. Namun, jika
penyumbatan terjadi pada kelenjar meibom, tentu cairan menumpuk dan membuat kelopak mata terlihat
bengkak atau muncul benjolan yang berisi cairan.
12.

1. Konjungtivitis bakteri hiperakut/Konjungtivitis purulent akut

Etiologi :
Neisseria gonokok, N. Meningokok, Hemophilus spesies, Streptokok, dan Coryne bacterium
diphtheria.
Gambaran klinis :
Konjungtivitis purulent akut yang disebabkan oleh N. gonokok (konjungtivitis gonore) pada
bayi barulahir usia 1-3 hari, memerlukan perhatian serius. Terdapat konjungtivitis hiperakut
bilateral, eksudat(sekret) serosanguinolen lalu menjadi purulent kental kekuningan. Edem palpebra yang berat,
kemosis yang berat. Tanpa terapi dapat menyebabkan ulkus kornea, perforasi kornea bahkan dapat terjadi
endoftalmitis. Konjungtivitis gonore pada bayi perlu didiagnosis diferensial dengan konjungtivitis purulent
kausa klamidia.

Terapi konjungtivitis gonore pada bayi:


Irigasi konjungtiva dengan larutan salin tiap jam sampai sekret teratasi. Tetesi
fluoroquinolone atau gentamisin. Dianjurkan injeksi ceftriaxone IM atau IV dengan dosis
tunggal 25-50 mg/kgBB atau cefotaxim dosis tunggal 100 mg/kgBB pada kasus dimana
terdapat kelainan lain selain konjungtivitisnya.

2. Konjungtivitis Bakteri Akut

Etiologi : Stafilokokus Aureus, Stafilokok epidermidis, streptokokus pneumoni, Hemofilus


influenza.
Gambaran klinis : injeksi konjungtiva yang hebat, mata merah (pink eye), sekret
mukopurulen, merasa ada benda asing, edema palpebral dan saling melengket waktu
bangun pagi, kadang ada lakrimasi, kemosis, membran dan perdarahan subkonjungtiva.
Konjungtivitis bakteri sering terdapat dalam bentuk epidemi, konjungtivitis yang disebabkan
oleh H. Influenza pada anak kadang-kadang disertai otitis media.
Terapi: terapi awal dengan antibiotik tetes mata atau salep mata seperti neomisin
polymixin, chloramfenikol, fluroquinolon/ciprofloxacin, levofloxacin, tobramisin, gentamisin.
Apabila terapi awal yang diberikan tidak memberikan respon maka terapi diberikan sesuai
dengan hasil pemeriksaan mikrobiologi.

3.Konjungtivitis Bakteri Akut


Etiologi : Stafilokokus Aureus, Stafilokok epidermidis, streptokokus pneumoni, Hemofilus
influenza.
Gambaran klinis : injeksi konjungtiva yang hebat, mata merah (pink eye), sekret
mukopurulen, merasa ada benda asing, edema palpebral dan saling melengket waktu
bangun pagi, kadang ada lakrimasi, kemosis, membran dan perdarahan subkonjungtiva.
Konjungtivitis bakteri sering terdapat dalam bentuk epidemi, konjungtivitis yang disebabkan
oleh H. Influenza pada anak kadang-kadang disertai otitis media.
Terapi: terapi awal dengan antibiotik tetes mata atau salep mata seperti neomisin
polymixin, chloramfenikol, fluroquinolon/ciprofloxacin, levofloxacin, tobramisin, gentamisin.
Apabila terapi awal yang diberikan tidak memberikan respon maka terapi diberikan sesuai
dengan hasil pemeriksaan mikrobiologi.
4. Konjungtivitis Bakteri Subakut
Etiologi : H. Influenza, Escherechia Coli, Proteus Spesies
Gambaran klinis : Eksudat tipis, lakrimasi
5. Konjungtivitis Bakteri Kronik
Ditemukan bersama-sama dakriosistitis kronik, disfungsi kelenjar meibom (DKM) dan
blefaritis kronik.
Gambar 3. Konjungtivitis virus. Tampak konjungtiva hiperemis dengan sekret yang serous
1. Keratokonjungtivitis Epidemi
Etiologi : Adenovirustipe 8,19
Gambaran Klinis : Umumnya bilateral, mulai pada satu mata lalu ke mata sebelahnya.Pada
awalnya konjungtiva hiperemis, gejala iritasi dan sekret serous. Terdapat folikel pada
konjungtivitis disertai adenopati preaurikuler. Konjungtivitis berlangsung7-14 hari, disertai
keratitis pungtat superfisial, kadang disertai perdarahan subkonjungtiva, membran dan
edema palpebral.
Terapi : tetes mata yang berifat astringen untuk mengurangi hiperemi. Bila ada infeksi
sekunder diberikan antibiotik topikal.
Demam Faringokonjungtivitis
Merupakan tipe konjungtivitis yang sangat menular
Gambaran klinis : Terdapat gejala konjungtivitis disertai faringitis dan demam. Penyakit
bersifat akut, konjungtivitis dengan sekret serous, fotofobi, edema palpebral, folikel
pseudomembran dan keratitis epitel superfisial. Konjungtivitis ini sangat menular.
Terapi : Pengobatan bersifat simptomatik dengan pemberian astringen, antibiotic dan
steroid pada fase awal.
2. Konjungtivitis Herpetik (Herpes simpleks)
Biasanya mengenai anak-anak.
Gambaran klinis : Infeksi primer diawali sebagai konjungtivitis folikuler akut yang kadang
disertai vesikel pada tepi palpebral. Dapat terjadi unilateral dan terdapat adenopati
preaurikuler.
Terapi : antiviral topikal dan sistemik
3. Konjungtivitis Hemoragik Akut
Gambaran klinis : Konjungtivitis disertai perdarahan subkonjungtiva, bilateral, terdapat
tanda-tanda iritasi seperti merasa ada benda asing dalam mata, sakit, fotofobia, lakrimasi,
edema palpebral, kemosis, sekret seromukous, folikel konjungtiva, adenopati preaurikuler,
keratitis epithelial. Konjungtivitis ini bersifat menular.
Terapi : Pengobatan simptomatik diberikan tetes mata artifisial tears, antibiotik jika
dikhawatirkan terjadi infeksi sekunder. Antiviral topikal maupun sistemik tidak diperlukan.

Konjungtivitis Alergi
Klasifikasi
1. Keratokonjungtivitis vernal

2. Keratokonjungtivitis atopi

3. Konjungtivitis alergi akut (Seasonal/konjungtivitis Hay Fever)


4. Giant Papillary Conjungtivitis (Konjungtivitis papiler raksasa)
Patogenesis
Mekanisme dasar terbentuknya konjungtivitis alergi dimana konjungtivitis alergi termasuk Alur reaksi sebagai
berikut:
reaksi hipersensitivitas tipe I.

Ekspose allergen yang tersensitasi

Alergen melekat ke sel mast ditangkap oleh reseptor

Sel mast bereaksi, terjadi degranulasi

Sel mast melepaskan histamine dan mediator lain

Reaksi alergi (gatal, merah, lakrimasi, secret mukoid, fotofobi)

Gambaran klinis
Gejala umum konjungtivitis alergi adalah merah, kadang disertai sakit, edem, gatal yang
berulang, dan bisa menahun. Pada konjungtiva terdapat papil terutama pada konjungtivitis
alergi menahun dan sering rekuren.
1. Keratokonjungtivitis Vernal
Terutama terdapat pada anak laki-laki, umur rata-rata 7 tahun dan cenderung berkurang
setelah umur 10 tahun. Jika dibiarkan tanpa pengobatan akan menyebabkan sikatriks dan
konjungtivalisasi kornea.
Gambaran klinis : gatal yang hebat, berair (lakrimasi) seperti ada benda asing, sekret kental.
Terdapat papilla pada konjungtiva tarsalis superior dan bentuk papil besar-besar
menyerupai batu kali yang dikenal sebagai “cobble stone”. Papil besar ini berbentuk
polygonal dengan atap rata, injeksio konjungtiva, pada daerah limbus atau prelimbus
terdapat titik-titik keputihan terutama pada orang afrika yang disebut “Horner Trantas Dot”.
Daerah limbus pigmentasi, kornea yang terlibat terdapat plak, dan ulserasi terutama pada
1. bagian superior.

Gambar 4. Cobble stone appearance pada konjungtiva palpebra superior pada


konjungtivitis vernal
Gambar 5. Trantas dot (tanda panah)
pada limbus kornea pada konjungtivitis vernal
1. Keratokonjungtivitis Atopi
Terdapat pada orang dewasa yang bersifat kronis.Biasanya ada riwayat atopi seperti asma,
ekseem.
Gambaran klinis : gatal, lakrimasi, merasa seperti ada benda asing, sekret mukus
berlangsung sepanjang tahun. Palpebra seperti eritema (merah), kering dan menebal.Pada
konjungtiva terdapat papil. Pada kasus yang berat dan lama akan terjadi sikatriks
konjungtiva. Papil pada keratokonjungtivitis atopi tampak lebih kecil, dapat ditemukan pada
palpebra superior dan inferior.Karena perlangsungan yang lama, terjadi neovaskularisasi
kornea pada limbus.
2. Konjungtivitis seasonal (konjungtivitis “Hay Fever”)
Konjungtivitis alergi seasonal terdapat sepanjang tahun dan sering terjadi kekambuhan
terutama pada musim gugur.
Gambaran klinis : Konjungtivitis ini menyertai “Hay Fever” dengan gejala gatal, merah,
berair, edema palpebra, kemosis berat, perlangsungan akut.Alergen berasal dari serbuk sari,
rumput, bulu hewan. Jika sudah kronik dan menetap dapat timbul papil pada konjungtiva.
3. Giant papillary conjungtivitis
Gambaran klinis : Gejala mirip konjungtivitis vernal. Dapat dijumpai pada pemakai lensa
kontak, mata buatan (artificial eye) yang biasanya terbuat dari bahan plastik.
Terapi konjungtivitis alergi
Terapi konjungtivitis alergi tergantung pada beratnya penyakit. Konjungtivitis seasonal yang akut diberikan
topikal vasokonstriktor, anti histamin, atau steroid pada fase akut. Konjungtivitis vernal, dapat diberikan topikal
anti histamin dan penstabil sel mast, vasokonstriktor, kompres dingin. Penggunaan steroid perlu followup.
Pemakaian lama steroid topikal atau sistemik dapat menyebabkan glaukoma dan katarak.
4. Konjungtivitis kausa klamidia
Terdapat 2 bentuk konjungtivitis kausa klamidia :
1. Trakoma
2. Konjungtivitis inklusi : konjungtivitis klamidial
5. Trakoma
Etiologi
Penyebab trakoma adalah chlamidia trachomatis. Merupakan suatu konjungtivitis
follikularis kronik bilateral. Penyebaran melalui kontak langsung atau melalui benda/ alat
yang tercemar.
Gambaran klinis
Tanda dan gejala pada awalnya mirip konjungtivitis bakteri seperti lakrimasi, nyeri, sekret
(eksudat), edema palpebra, kemosis, konjungtiva bulbal hiperemis, hipertrofi papiler, folikel.
Folikel lebih sering terdapat pada konjungtiva tarsal superior tetapi kadang-kadang juga
terdapat pada konjungtiva tarsal inferior. Folikel menyerupai papiler hipertrofi yang
kemudian mengalami nekrose dan sembuh dengan sikatriks. Folikel pada limbus mengalami
cekungan disebut “Herbert Pits”. Jika folikel berada pada limbus superior akan terbentuk
pannus yang merupakan membrane fibrovaskuler.

Diagnosis trakoma ditegakkan apabila terdapat 2 diantara gambaran klinis berikut :


1. Konjungtivitis folikel pada tarsal superior
2. Limbal folikel, “Herbert Pits”,
3. Sikatriks konjungtiva tarsal yang spesifik.
4. Pannus pada limbus kornea superior.
Klasifikasi
WHO membuat grading sederhana trakoma :
T.F : Folikel konjungtiva tarsal superior
T.I : Inflamasi konjungtiva difus
T.S : Sikatriks pada konjungtiva
T.T : Perubahan silia; trikiasis; entropion
C.O : Kekeruhan kornea.
Terapi :
Oral :
- Tetrasiklin 1-1,5 gram/hari dalam 4 dosis selama 3-4 minggu
- Doksisiklin 100 mg 2 kali sehari selama 3 minggu
- Eritromisin 1 gram/hari (4 dosis) selama 3-4 minggu.
- Azitromycin 1 gram dosis tunggal
Topikal : salep mata tetrasiklin atau eritromisin 4 kali/hari.
5. Konjungtivitis Inklusi
Sering juga disebut konjungtivitis klamidia. Jenis konjungtivitis klamidia pada orang dewasa
termasuk golongan penyakit hubungan seksual (PHS) dimana penderita mengalami uretritis
atau servicitis klamidia. Agen klamidia ditularkan ke mata melalui prilaku seksual atau
melalui tangan ke mata. Pada neonatus infeksi terjadi melalui persalinan melalui
kontaminasi serviks.
Gambaran klinis :
Terdapat folikel yang lebih banyak ditemukan pada konjungtiva tarsal inferior dan forniks,
sekret mukopurulen, adenopati preaurikuler pada kornea terdapat infiltrat subepitelial.
Terapi :
Oral :
- Azitromycin 1000 mg dosis tunggal; atau
- Doksisiklin 100 mg 2 kali/hari selama 7 hari;
- Tetracyclin 250 mg 4 kali/hari selama 7 hari;
- Eritromycin 500 mg 4 kali/hari selama 7 hari.
6. Konjungtivitis Klamidia pada Neonatus
Gambaran klinis :
Gejala klinis konjungtivitis klamidia pada neonates berbeda pada orang dewasa :
1. Tidak terdapat folikel pada neonates.
2. Sekret eksudat mukopurulen yang lebih hebat, edema, kemosis konjungtiva lebih
berat.
3. Dapat ditemukan membrane pada konjungtiva tarsal.
4. Respon lebih baik pada obat topical.
Konjungtivitis klamidia neonates perlu di DD dengan oftalmia neonatorum gonorhoe pada
bayi baru lahir dimana konjungtiva klamidia onset 5-10 hari sedangkan Gonorhoe 3-5 hari.
Terapi :
Eritromicyn 12,5 mg/KgBB (oral) 4x/hari selama 14 hari.
Eritromisin salep mata atau sulfonamide (topikal)
13.(masih belum tau ini jawabannya atau engga)

Bisa jadi jawaban nomor 13.

Aqueous humor terletak di antara retina dan lensa mata. Vitreous humor terletak antara lensa mata dan retina.
Aqueous humor berfungsi meyokong lensa mata dan mensuplai nutrisi ke lensa mata. Vitreous humor berfungsi
menghantarkan cahaya dari lensa ke retina, mempertahankan bentuk mata dan melindungi mata dari benturan.
Vitreous humor:

1. Konsistensi cairan di dalamnya seperti gel

2. Terdapat pada pangkal bola mata, antara lensa dan retina

3. Mempertahankan letak retina pada bola mata dan memberi bentuk bola mata

Aqueous humor

1. Konsistensi cairan di dalamnya benar-benar cair

2. Terdapat antara kornea dan lensa

3. Berfungsi dalam melembabkan struktur mata dan membuang kotoran pada struktur mata yang tidak dilalui
pembuluh darah
14.Vitreus adalah gel transparan yang menempati rongga vitreus. Vitreus memiliki bentuk hampir sferis, kecuali
pada bagian anterior yang memiliki bentuk cekung karena keberadaan lensa. Struktur vitreus terdiri dari korpus
vitreus, korteks vitreus, vitreous base, dan vitreoretinal interface.

Vitreus merupakan struktur berbentuk seperti gel yang memiliki volume 4 ml dan mengisi rongga posterior
mata. Struktur vitreus membentuk sekitar 80% dari volume mata dan merupakan struktur tunggal terbesar mata.
Korpus vitreus tersusun dari air sebanyak 98%. Komponen lainnya yang menyusun korpus vitreus adalah
komponen kolagen dan non kolagen.1,2

Vitreus mengalami perubahan seiring bertambahnya usia. Perubahan vitreus yang paling dominan adalah
synchysis senilis yang mengacu pada pencairan gel vitreus dengan bertambahnya usia. Peristiwa yang terkait
dengan penuaan vitreus dengan bertambahnya usia adalah posterior vitreous detachment. Hal tersebut adalah
hasil akhir dari serangkaian perubahan vitreus yang terjadi sepanjang hidup di gel korpus vitreus dan perubahan
pada struktur vitreus.1-3 Sari kepustakaan ini akan membahas mengenai anatomi, komposisi dan perubahan
biokimia vitreus dalam proses penuaan.

Lokasi korpus vitreus berdekatan dengan korpus siliar, zonula, dan lensa di segmen anterior mata dan
berdekatan dengan retina di segmen posterior mata. Korpus vitreus sebagian besar terdiri dari air dan berperan
sangat penting dalam menjaga kejernihan media optik dan integritas struktur mata. Kejernihan korpus vitreus
dihasilkan dari penyebaran serat kolagen yang diatur oleh molekul asam hialuronat. Serat kolagen korpus
vitreus memiliki konsentrasi tertinggi di vitreous base dan konsentrasi terendah dalam korpus vitreus sentral.
Korpus vitreus terdiri dari korpus vitreus primer dan sekunder. Korpus vitreus primer adalah korpus vitreus
yang pertama terbentuk dan pada saat masa perkembangan akan terdorong oleh korpus vitreus sekunder.
Korpus vitreus sekunder mengisi ruang antara retina dan lensa posterior dan membentuk membran antara
korpus vitreus primer dan sekunder yang membentuk dinding dari kanal Cloquet. Kanal Cloquet akan
menghilang 6 minggu sebelum lahir dan akan terisi oleh cairan.
15.
KALAZION

Hordeolum interna dapat berubah menjadi kalazion, yang merupakan suatu nodul kronis lipogranulomatosa
yang mengenai kelenjar Meibom atau kelenjar Zeis. Lesi ini dapat hilang dalam beberapa minggu hingga
beberapa bulan, jika isi sebaseus mengalami drainase spontan baik secara eksternal menuju kulit kelopak mata
atau secara internal menuju tarsus atau saat lipid yang ekstrusi

16. Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan
radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan
folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam
kelenjar didekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam
keadaan normal ditemukan di kulit.
Gambar 2. Radang pada kelopak mata (blefaritis)

Biasanya orang sering menganggap kelelahan pada mata, mata yang berpasir, terasa silau juga tidak
nyaman bila terkena sinar matahari atau pada saatberada pada lingkungan yang berasap, memberikan
gambaran berupa mata merah dan seperti ada benda asing di dalam mata
Blefaritis dapat disebabkan infeksi staphylococcus, dermatitis seboroik, gangguan kelenjar meibom, atau
gabungan dari ketiganya. Blefaritis anterior biasanya disebabkan karena infeksi staphylococcus atau
dermatitis seboroik yang menyerang bulu mata. Pada infeksi staphylococcus aureus, didapatkan pada
50% pada pasien yang menderita blefaritis, tapi hanya 10% orang yang tidak memberikan gejala
blefaritis namun ditemukan bakteri staphylococcus.
Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi:
• Blefaritis anterior: Blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar, tempat dimana bulu mata
tertanam. Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (staphyloccus blepharits) atau
ketombe di kepala dan alis mata (blefaritis seboroik). Walaupun jarang, dapat juga disebabkan karena
alergi.
• Blefaritis posterior: Blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian dalam, bagian yang kontak langsung
dengan bola mata. Blefaritis posterior dapat disebabkan karena produksi minyak oleh kelenjar di
kelopak mata yang berlebihan (blefaritis meibom) yang akan mengakibatkan terbentuknya lingkungan
yang diperlukan bakteri untuk bertumbuh.
2.ENTROPION
Entropion merupakan keadaan di mana margo palpebra terlipat/mengarah ke dalam.
D. KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
1. Entropion kongenital
Merupakan kondisi yang jarang ditemukan, didapatkan sejak lahir.

2. Entropion Sikatrikal
Merupakan jenis yang sering ditemukan, biasanya melibatkan palpebra superior. Keadaan
ini disebabkan kontraksi sikatrikal dari konjungtiva palpebra. Penyebab yang umum yaitu
trakoma, konjungtivitis membranosa, luka bakar, pemfigus, dan sindrom Stevens-Johnson

3. Entropion spastik
Terjadi disebabkan spasme muskulus orbikularis pada pasien dengan kondisi iritasi kronik
pada kornea. Kelainan ini umumnya ditemukan pada orang tua dan melibatkan palpebra
inferior.

4. Entropion senilis
Merupakan jenis yang sering ditemukan dan hanya melibatkan palpebra inferior pada
manula.
Faktor etiologik yang berperan adalah:
- Kelemahan atau dehisensi fasia kapsulopalpebra
- Degenerasi jaringan penyambung palpebra yang memisahkan muskulus orbikularis
- Kelemahan ligamentum horizontal palpebral

5. Entropion mekanik
Terjadi disebabkan kurangnya support oleh bola mata pada palpebra. Sehingga keadaan ini
dapat ditemukan pada orang dengan ptisis bulbi, enoftalmus, dan setelah operasi enukleasi
atau eviserasi.
E. DIAGNOSIS
Hasil Anamnesis (Subjektif)
Gejala yang muncul disebabkan gesekan silia pada kornea dan konjungtiva, sehingga mirip
dengan trikiasis. Kondisi ini termasuk sensasi benda asing, iritasi, lakrimasi, fotofobia.
Hasil Pemeriksaan Fisik (Objective)
Pada pemeriksaan, didapatkan margo palpebra berputar mengarah ke dalam dan silia dapat
menyentuh kornea.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi mirip dengan komplikasi akibat trikiasis, yaitu abrasi kornea rekuren, kekeruhan
kornea superfisial, vaskularisasi kornea dan ulkus kornea yang tidak dapat sembuh.
G. PENATALAKSANAAN
- Terapi untuk sebagian besar jenis entropion adalah pembedahan.
- Untuk entropion spastik, selain terapi pembedahan, dapat dilakukan terapi penyebab
blefarospasme, misalnya singkirkan perban atau kondisi kornea yang berkaitan, plester
adhesif pada palpebra inferior selama spasme akut, injeksi toksin botulinum pada
muskulus orbikularis untuk meringankan spasme.
H. KRITERIA RUJUKAN
Oleh karena dapat menimbulkan komplikasi pada kornea, segera rujuk ke dokter spesialis
mata kasus dengan entropion.
Pertanyaan tambahan
1.Jenis Teknik Operasi Katarak

Terdapat beberapa teknik operasi katarak yang memiliki masing-masing kesulitan dan keunggulan berbeda-
beda. Teknik operasi katarak tersebut, diantaranya:

1. ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction

ECCE ini merupakan teknik operasi katarak konvensional, dimana lensa dikeluarkan melalui sayatan selebar 8-
10mm. Teknik operasi ini membutuhkan waktu penyembuhan dan pemulihan yang lebih lama.

2. SICS (Small Incision Cataract Surgery)

Teknik operasi ini menggunakan jahitan dengan sayatan 6 – 10 mm. Proses operasinya membutuhkan waktu 15-
30 menit.

3. Phacoemulsification

Operasi dengan teknik phacoemulsification ini merupakan operasi tanpa jahitan, dimana pasien bisa pulih dan
sembuh lebih cepat. Proses operasi Phacoemusification ini juga terbilang lebih cepat, dengan menghabiskan
waktu sekitar 10-15 menit. Teknik operasi ini mampu mengurangi rasa nyeri, ngeres atau ketidaknyamanan
setelah operasi. Pasca operasi dengan teknik ini, bahkan pasien bisa Langsung pulang dengan waktu
penyembuhan kurang lebih 2 minggu hingga 1 bul

Setidaknya, Anda harus tahu tentang Teknik operasi katarak yang dijalani. Semoga sehat sellau dan
mendapatkan operasi Katarak terbaik agar terbebas dari Kebutaan akibat Katarak

Berikut 4 macam operasi katarak yang bisa Anda pilih berdasarkan jenis penghancuran lensa:

1. Phacoemulsification

Pada teknik ini, dokter akan menghancurkan lensa mata pasien menggunakan gelombang suara berfrekuensi
tinggi. Dokter akan membuat sayatan kecil pada bola mata, lalu memasukkan alat yang mampu
mengeluarkan gelombang suara ultra ke dalam lensa.

Dari situlah, lensa akan akan hancur dengan sendirinya. Sehingga dokter bisa mengangkat dan
menggantinya dengan IOL. Teknik ini merupakan metode yang lebih aman dibandingkan dengan operasi
katarak ECCE (ekstrakapsular). Metode ini dianggap sebagai standar modern prosedur bedah katarak.

2. Intrakapsular

Umumnya, teknik ini mempunyai tingkat keberhasilan yang besar. Dalam teknik intrakapsular, dokter akan
membuat sayatan besar untuk mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya dari mata. Kemudian, dokter
akan memasangkan IOL persis di area lensa sebelumnya.

3. Ekstrakapsular
Kebalikan dari intrakapsular, dalam teknik operasi ekstrakapsular, dokter akan menghancurkan lensa mata
dan mengangkat seluruhnya. Namun, kapsul di belakang lensa dibiarkan untuk menempatkan lensa yang
baru. Biasanya dokter mengaplikasikan teknik ini pada pasien dengan katarak yang lumayan padat, sehingga
proses penghancurannya lebih sulit.

4. Operasi Katarak Laser (Femtosecond Laser-Assisted Cataract Surgery)

FLACS/Operasi Katarak dengan laser merupakan terobosan operasi katarak tercanggih menggunakan laser
femtosecond dengan tingkat akurasi yang tinggi, yang menjalankan keseluruhan proses operasi katarak
menggunakan sinar laser, tanpa pisau bedah. Teknik ini merupakan evolusi operasi katarak yang paling
canggih saat ini.

Demikian pembahasan tentang macam-macam operasi katarak. Jika Anda atau anggota keluarga Anda
menderita katarak, sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk segera menjalani operasi katarak. Kunjungi
Jakarta Eye Center (JEC) untuk mendapatkan solusi kesehatan mata terbaik dari dokter profesional.

2. Berdasarkan kelainan refraksi yang menyertai astigmatisma dapat diklasifikan

berdasarkan posisi hasil bayangan yang jatuh dengan posisi retina (Remón et al., 2017). Jika,

salah satu bayangan jatuh pada retina disebut astigmatisma simpleks dan jika bayangan lain

yang dibentuk jatuh didepan retina maka disebut astigmatisma miopia simpleks, sedangkan

jika bayangan lain jatuh dibelakang retina maka disebut astigmatisma hiperopia simpleks.

Astigmatisma kompositus adalah astigmatisma yang terjadi jika kedua bayangan yang

dibentuk tidak jatuh diretina. Astigmatisma miopia kompositus terjadi jika kedua bayangan

terdapat didepan retina sedangkan disebut astigmatisma hiperopia kompositus jika kedua

bayangan jatuh dibelakang retina. Astigmatisma mikstus adalah astigmatisma yang terjadi

jika salah satu bayangan jatuh didepan retina dan bayangan lainnya jatuh dibelakang retina

(Sinjab, 2018).

Astigmatisme merupakan kondisi dimana sinar cahaya tidak direfraksikan dengan sama pada semua
meridian. Jika mata astigmatism melihat gambaran palang, garis vertikal dan horizontalnya akan tampak
terfokus tajam pada dua jarak pandang yang berbeda. Astigmatisme dapat menyebabkan gangguan terhadap
kehidupan serta pekerjaan sehari-hari, seperti distorsi bidang visual atau adanya gambaran kabur pada
semua jarak, fotofobia, ketidaknyamanan pada mata, serta kesulitan mengemudikan kendaraan bermotor di
malam hari Mata astigmatisme bisa dianggap berbentuk seperti bola sepak yang tidak memfokuskan sinar
pada satu titik tapi banyak titik. Astigmatisma miopikus simplek yaitu dimana satu meridian utama jatuh
tepat diretina (emetropia) dan yang lainnya jatuh di depan retina (miopia). Presbiopia adalah keadaan
fisiologis yang menyebabkan hilangnya akomodasi secara bertahap selama dekade kelima kehidupan.
Perubahan yang berkaitan dengan usia ini terjadi pada protein di dalam lensa sehingga menjadikan lensa
lebih keras dan kurang elastis seiring waktu. Perubahan seiring pertambahan usia juga terjadi pada serat otot
di sekeliling lensa. Dengan elastisitas yang lebih rendah, semakin sulit bagi mata untuk fokus pada objek
dekat. Presbiopi atau mata tua disebabkan oleh faktor daya akomodasi lensa mata yang tak bekerja dengan
baik akibatnya lensa mata tidak dapat menfokuskan cahaya yang masuk ke bintik kuning dengan tepat.
Kedua mata tidak bisa melihat jelas yang jauh maupun dekat. Daya akomodasi adalah kemampuan lensa
mata untuk mencembung dan memipih.

Berdasarkan kelainan refraksi yang menyertai astigmatisma dapat diklasifikan


berdasarkan posisi hasil bayangan yang jatuh dengan posisi retina (Remón et al., 2017). Jika,
salah satu bayangan jatuh pada retina disebut astigmatisma simpleks dan jika bayangan lain
yang dibentuk jatuh didepan retina maka disebut astigmatisma miopia simpleks, sedangkan
jika bayangan lain jatuh dibelakang retina maka disebut astigmatisma hiperopia simpleks.
Astigmatisma kompositus adalah astigmatisma yang terjadi jika kedua bayangan yang
dibentuk tidak jatuh diretina. Astigmatisma miopia kompositus terjadi jika kedua bayangan
terdapat didepan retina sedangkan disebut astigmatisma hiperopia kompositus jika kedua
bayangan jatuh dibelakang retina. Astigmatisma mikstus adalah astigmatisma yang terjadi
jika salah satu bayangan jatuh didepan retina dan bayangan lainnya jatuh dibelakang retina
(Sinjab, 2018).
Pada pasien didapatkan astigmatisma miopia simplek didapatkan dari hasil pemeriksaan
visus yang dilakukan. Diagnosis astigmatisme ditentukan berdasarkan gejala-gejala dan
tanda-tanda astigmatisme dan pemeriksaan Oftalmologi yaitu pemeriksaan Visus didapatkan
visus OD 6/7,5 dan OS 6/9. Koreksi OD C-0,25 x 108 = 6/6 Koreksi OS C-0,75 x 82 = 6/6.
Adissi OD +1.25 Addisi OS+1.25. Pada pemeriksaan Refraksi dengan kipas astigmat
didapatkan pada derajat 108
4. ABLASIO RETINA
C. DEFINISI
Ablasio retina adalah suatu keadaan dimana lapisan neurosensori retina terlepas dari
lapisan epitel pigmen retina (RPE).
D. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Penyebab ablasio retina sampai saat ini belum diketahui secara pasti namun ada
beberapa hal yang diduga menjadi pencetus ablasio retina, yaitu:
1. Umur
Ablasio retina bisa terjadi pada semua umur tapi paling sering pada umur tua sekitar
40-60 tahun.
2. Miopia tinggi
Miopia yang disertai degenerasi retina, dapat menimbulkan robekan dan
menyebabkan ablasio retina.
3. Afakia
4. Trauma
E. PATOFISIOLOGI
1. Ablasio retina primer atau rhegmatogen
Sebagian besar ablasio retina terjadi akibat adanya satu atau lebih robekan
robekan atau lubang-lubang di retina, dikenal sebagai ablasio retina regmatogen
(Rhegmatogenous Retinal Detachment). Kadang-kadang proses penuaan yang
normal pun dapat menyebabkan retina menjadi tipis dan kurang sehat, tetapi yang
lebih sering mengakibatkan kerusakan dan robekan pada retina adalah menyusutnya
korpus vitreus. Korpus vitreus melekat erat pada beberapa lokasi. Bila korpus vitreus
menyusut, ia dapat menarik sebagian retina pada tempat perlekatannya, sehingga
menimbulkan robekan atau lubang pada retina. Beberapa jenis penyusutan korpus
vitreus merupakan hal yang normal terjadi pada lanjut usia dan biasanya tidak
menimbulkan kerusakan pada retina. Korpus vitreus dapat pula menyusut pada bola
mata yang tumbuh menjadi besar sekali (kadang-kadang ini merupakan akibat dari
1. rabun jauh), peradangan, atau karena trauma.
Pada sebagian besar kasus, retina baru lepas setelah terjadi perubahan besar
struktur korpus vitreus. Bila sudah ada robekan-robekan retina, cairan dari korpus
vitreus dapat masuk ke lubang di retina dan dapat mengalir di antara lapisan
sensoris retina dan epitel pigmen retina. Cairan ini akan mengisi celah potensial
antara dua lapisan tersebut di atas sehingga mengakibatkan retina lepas.
Gambar 1. a. ablasio retina regmatogen, b. funduskopi ablasio retina regmatogen

2. Ablasio retina eksudatif


Ablasio retina eksudatif dapat terjadi karena adanya kerusakan epitel pigmen retina
(pada keadaan normal berfungsi sebagai outer barrier), karena peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah oleh berbagai sebab atau penimbunan cairan
yang terjadi pada proses peradangan.
3. Ablasio retina traksional
Ablasio retina traksi disebabkan adanya jaringan parut (fibrosis) yang melekat pada
retina. Kontraksi jaringan parut tersebut dapat menarik retina sehingga terjadi
ablasio retina.
F. DIAGNOSIS
Hasil anamnesis
- Penurunan visus
- Floaters
- Fotopsia
- Gangguan lapangan pandang
Faktor resiko
- Umur tua
- Miop tinggi
- Afakia
- Trauma
- Diabetes Mellitus
- Infeksi sistemik : TB atau penyakit autoimun
HASIL PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG SEDERHANA (OBJEKTIF)
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan status generalis
2. Pemeriksaan visus, umumnya menurun.
3. Pemeriksaan tekanan bola mata, kesan hipotoni
4. Pemeriksaan oftalmologi
a. Segmen anterior normal
b. Tampak tobacco dust (Sheiffer’s sign)
5. Pemeriksaan lapang pandang, sering didapatkan gangguan lapangan pandang
6. Pemeriksaan funduskopi didapatkan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan
retina. Retina tampak keabu- abuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid.
Pemeriksaan penunjang :
1. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta
antara lain diabetes mellitus, maupun kelainan darah.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) mata.
PENEGAKAN DIAGNOSIS (ASSESSMENT)
Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan penunjang.
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
Penatalaksanaan
- Vitrektomi pars plana
- Scleral buckle
- Pneumatic retinopexy
- Pengobatan penyakit sistemik yang mendasari bila ada, seperti DM dan infeksi
toxoplasmosis, sarcoidosis, dll.
Konseling dan Edukasi
- Semakin cepat diterapi semakin bagus prognosis pemulihan visus.
- Walaupun secara anatomi retinal tampak melekat kembali, tetapi pasien biasanya
tetap mengalami penurunan kualitas penglihatan.
- Kontrol rutin, jika terdapat floaters, fotopsia dan penurunan visus.
- Kontrol rutin untuk penyakit yang mendasari.
Kriteria rujukan
Ablasio retina harus segera dirujuk ke spesialis mata, agar dilakukan penanganan
secepat mungkin.
G. SARANA DAN PRASARANA
1. Snellen chart
2. Tonometri
3. Slit lamp
4. Penlight
5. Perimetri
6. USG B Scan
7. Funduskopi
H. PROGNOSIS
Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio,
diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan. Terapi yang cepat prognosis lebih baik.
Prognosis lebih buruk bila mengenai makula atau jika telah berlangsung lama.

Anda mungkin juga menyukai