Anda di halaman 1dari 37

Tetraparese

Oleh : -Ani oktasari (21360271)


-Mohamad Amin Pradana
(21360290)

Preseptor:
dr. R.A Neilan Amroisa., Sp.S., M.Kes

BAGIAN SMF ILMU SARAF RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG


AMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
2021
Pendahuluan
Susunan neuromuskular terdiri dari Upper motor neuron
(UMN) dan lower motor neuron (LMN). Upper motor neurons
(UMN) merupakan kumpulan saraf-saraf motorik yang
menyalurkan impuls dan area motorik di korteks motorik sampai
inti-inti motorik di saraf kranial di batang otak atau kornu anterior.
Berdasarkan perbedaan anatomik dan fisiologik kelompok UMN
dibagi dalam susunan piramidal dan susunan ekstrapiramidal.
Susunan piramidal terdiri dari traktus kortikospinal dan traktus
kortikobulbar. Traktus kortikobulbar fungsinya untuk gerakan-
gerakan otot kepala dan leher, sedangkan traktus kortikospinal
fungsinya untuk gerakan-gerakan otot tubuh dan anggota gerak.
Sedangkan lower motor neuron (LMN), yang merupakan kumpulan
saraf-saraf motorik yang berasal dari batang otak, pesan tersebut
dari otak dilanjutkan ke berbagai otot dalam tubuh seseorang. 2
pendahuluan
Tetraparese berdasarkan topisnya dibagi menjadi dua,
yaitu :

1. Tetraparese spastik yang terjadi karena kerusakan


yang mengenai upper motor neuron (UMN),
sehingga menyebabkan peningkatan tonus otot atau
hipertoni.
2. Tetraparese flaksid yang terjadi karena kerusakan
yang mengenai lower motor neuron (LMN),
sehingga menyebabkan penurunan tonus atot atau
hipotoni.
3
Definisi
Tetraparese diistilahkan juga sebagai quadriparese, yang keduanya
merupakan parese dari keempat ekstremitas. "Tetra" dari bahasa yunani
sedangkan "quadra" dari bahasa latin. Tetraparese adalah
kelumpuhan/kelemahan yang disebabkan oleh penyakit atau trauma pada
manusia yang menyebabkan hilangnya sebagian fungsi motorik pada
keempat anggota gerak, dengan kelumpuhan/kelemahan lengan lebih
atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai. Hal ini diakibatkan
oleh adanya kerusakan otak, kerusakan tulang belakang pada tingkat
tertinggi (khususnya pada vertebra cervikalis), kerusakan sistem saraf
perifer kerusakan neuromuscular atau penyakit otot. Kerusakan
diketahui karena adanya lesi yang menyebabkan hilangnya fungsi
motorik pada keempat anggota gerak, yaitu lengan dan tungkai. 4
Etiologi
Penyebab umum dari tetraparesis :
- Sindrom Guillain-Barre (polineuropati pasca infeksi)
- Kompresi sumsum tulang belakang
- Perdarahan ke dalam rongga syringomyelia
- Mielitis transversa, Mielitis akut
- Oklusi arteri spinalis anterior
- Poliomielitis

5
Epidemiologi
Tetraparese salah satunya disebabkan karena adanya cedera
pada medula spinalis menurut Pusat Data Cedera Medula
Spinalis (The National Spinal Cord Injury Data Research
Centre) memperkirakan ada 10.000 kasus baru cedera medula
spinalis setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka insidensi
paralisis komplet akibat kecelakaan diperkirakan 20 per
100.000 penduduk, dengan angka tetraparese 200.000 per
tahunnya. Kecelakaan bermotor merupakan penyebab utama
cedera medula spinalis.

Data di Amerika Serikat menunjukkan urutan frekuensi


disabilitas neurologis karena cedera medula spinalis traumatika
sebagai berikut : (1) tetraparese inkomplet (29,5 %), (2)
paraparese komplet (27,3 %), (3) paraparese inkomplet (21,3%)
dan (4) tetraparese komplet (18,5%).
Klasifikasi

2. Tetraparese
1. Tetraparese spastik flaksid
terjadi karena kerusakan yang terjadi karena kerusakan
mengenai Upper Motor Neuron yang mengenai lower
(UMN), sehingga menyebabkan Motor Neuron (LMN),
peningkatan tonus otot atau
sehingga menyebabkan
hipertoni.
penurunan tonus otot atau
hipotoni.

7
Patofisiologi
Tetraparese dapat disebabkan karena kerusakan Upper Motor Neuron (UMN) atau kerusakan
Lower Motor Neuron (LMN). Kelumpuhan/kelemahan yang terjadi pada kerusakan Upper Motor
Neuron (UMN) disebabkan karena adanya lesi di medula spinalis. Kerusakannya bisa dalam
bentuk jaringan scar, atau kerusakan karena tekanan dari vertebra atau diskus intervetebralis. Hal
ini berbeda dengan lesi pada LMN yang berpengaruh pada serabut saraf yang berjalan dari horn
anterior medula spinalis sampai ke otot.
Pada columna vertebralis terdapat nervus spinalis, yaitu nervus servikal, thorakal, lumbal,
dan sakral. Kelumpuhan berpengaruh pada nervus spinalis dari servikal dan lumbosakral dapat
menyebabkan kelemahan/kelumpuhan pada keempat anggota gerak. Wilayah ini penting, jika
terjadi kerusakan pada daerah ini maka akan berpengaruh pada otot, organ, dan sensorik yang
dipersarafinya.
Ada dua tipe lesi, yaitu lesi komplit dan inkomplit. Lesi komplit dapat menyebabkan
kehilangan kontrol otot dan sensorik secara total dari bagian dibawah lesi, sedangkan lesi
inkomplit mungkin hanya terjadi kelumpuhan otot ringan (parese) dan atau mungkin kerusakan
sensorik. Lesi pada UMN dapat menyebabkan parese spastic sedangkan lesi pada LMN
menyebabkan parese flacsid.
8
Patofisiologi Tiap lesi di medula spinalis yang merusak
daerah jaras kortikospinal lateral menimbulkan
kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN) pada otot-
otot bagian tubuh yang terletak di bawah tingkat lesi.
Lesi transversal medula spinalis pada tingkat
servikal, misalnya C5 mengakibatkan kelumpuhan
Upper Motor Neuron (UMN) pada otot-otot tubuh
yang berada dibawah C5, yaitu sebagian otot-otot
kedua lengan yang berasal yang berasal dari miotom
C6 sampai miotom C8, lalu otot-otot thoraks dan
abdomen serta segenap otot kedua tungkai yang
mengakibatkan kelumpuhan parsial dan defisit
neurologi yang tidak masif di seluruh tubuh. Lesi
yang terletak di medula spinalis tersebut maka akan
menyebabkan kelemahan/kelumpuhan keempat
anggota gerak yang disebut tetraparese spastik.
9
Patofisiologi

Lesi di otot dapat berupa kerusakan struktural pada serabut


otot atau selnya yang disebabkan infeksi, intoksikasi
eksogen/endogen, dan degenerasi herediter. Karena serabut
otot rusak, kontraktilitasnya hilang dan otot tidak dapat
melakukan tugasnya. Penyakit di otot bisa berupa miopati dan
distrofi, dapat menyebabkan kelemahan di keempat anggota
gerak biasanya bagian proksimal lebih lemah dibanding
distalnya.

1
0
Tetraparese dengan Hemiparese
bilateral

Tetraparese dengan hemiparese bilateral (bihemiparese)


mempunyai arti yang sama yaitu kelemahan pada keempat
anggota gerak. Namun, pada bihemiparese
kelemahan/kelumpuhannya tidak terjadi langsung pada
keempat anggota gerak. Bihemiparese bersifat kerusakan
pada upper motor neuron, yaitu adanya infark di hemispere
serebral bilateral dapat disebabkan karena dua lesi iskemik
didaerah kedua arteri serebri (anterior/media) atau di kedua
kapsula interna. Lesi pada arteri basilaris dapat
menyebabkan infark pada daerah mesensefalon. Lesi ini
dapat disebabkan oleh adanya arterosklerosis, emboli,
aneurisma, dan inflamasi.

1
1
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
- Anamnesis (Riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga)
- Pemeriksaan penunjang :
- Foto vertebrae servikal/lumbal -> untuk
mengetahui adanya trauma, penyempitan maupun
pergeseran susunan tulang belakang.
- Fungsi lumbal -> untuk menyingkirkan beberapa
penyakit pembanding seperti sindrom guillain barr
-> adanya peningkatan protein sito albumin yang
disertai peningkatan jumlah selnya.
- Elektromiografi -> menunjukkan adanya fibrilasi,
fasikulasi, atrofi dan denervasi (pada penyakit
ALS)
- MRI

1
2
Penatalaksanaa
n
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan penyebabnya, namun dapat dilakukan terapi umum
sebagai berikut :
1. Medikamentosa
Kortikosteroid -> untuk mengurangi nyeri, juga dipercaya dapat menghasilkan perbaikan
neurologis.
Antidiabetika -> pada kasus-kasus yang diperburuk oleh penyakit diabetes mellitus.
2. Terapi konservatif
a.) Tirah baring (bed rest)
b.) Memberi korset yang mencegah gerakan vertebra/membatasi gerak vertebra
c.) Memperbaiki keadaan umum penderita
3. Fisioterapi
Program : Infra Red, ROM (Range Of Motion) dan meningkatkan kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah
Terapi Okupasi
Problem : agak kesulitan melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan sendiri karena terlalu
lama berbaring.
Assesment : Pasien mengalami deconditioning syndrome. 1
3
Tetraparese dapat dijumpai pada beberapa
keadaan

1.) Mielitis transversa


2.) Poliomielitis
3.) Polineuropati
4.) Sindrom Guillain Barre (SGB)
5.) Miastenia Gravis
6.) Amyotrophic Lateral Sclerosis
(ALS)
7.) Spondilosis Servikalis
8.) Spondilitis Tuberkulosis

1
4
1.) Mielitis transversa

Mielitis transversa adalah peradangan pada sumsum tulang belakang yang merupakan bagian
utama dari sistem saraf tubuh. Keadaan ini menyebabkan terganggunya sinyal yang diberikan oleh
saraf tulang belakang ke seluruh tubuh.
1
5
Myelitis transversa dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

1.) Akut
Myelitis transversa akut terjadi ketika gejala-gejala berkembang
dalam jangka waktu beberapa jam atau beberapa hari.

2.) Subakut
Myelitis transversa subakut terjadi ketika gejala-gejala berkembang
dalam jangka waktu satu hingga empat minggu.

1
6
Dapat menyebabkan satu sampai dua segmen medula spinalis rusak
sekaligus, infeksi dapat langsung terjadi melalui emboli septik, luka terbuka
ditulang belakang, penjalaran osteomielitis atau perluasan proses meningitis
piogenik. Istilah mielitis tidak hanya digunakan jika medula spinalis
mengalami peradangan, namun juga jika lesinya mengalami peradangan dan
disebabkan oleh proses patologik yang mempunyai hubungan dengan
infeksi. Adakalanya reaksi imunologik timbul di medula spinalis setelah
beberapa minggu sembuh dari penyakit viral. Pada saat itu sarang-sarang
reaksi imunopatologik yang berukuran kecil tersebar secara difus sepanjang
medula spinalis. Serabut-serabut asenden dan desenden panjang dapat
terputus oleh salah satu lesi yang tersebar luas, sehingga dapat
menimbulkan kelumpuhan parsial dan defisit sensorik yang tidak masif di
seluruh tubuh atau yang dikenal dengan istilah tetraparese
1
7
2. poliomielitis

Adalah penyakit yang menyerang sistem saraf pusat. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus dan
sangat mudah menyebar terutama pada anak-anak dibawah usia 5 tahun.
1
8
Poliovirus biasanya menyebar dari orang ke orang
melalui feses yang terinfeksi yang memasuki mulut.
Poliovirus juga dapat menyebar melalui makanan atau air
yang mengandung kotoran manusia dan kadang-kadang
dari air liur yang terinfeksi. Mereka yang terinfeksi dapat
menyebarkan penyakit selama enam minggu bahkan jika
tidak ada gejala.
Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksin polio; namun,
beberapa dosis diperlukan agar vaksin menjadi efektif.

1
9
Gejala Polio
Penyakit polio memiliki dua tipe yaitu non-paralisis (tidak menyebabkan kelumpuhan) dan
paralisis (menyebabkan kelumpuhan). Berikut gejala penyakit polio berdasarkan tipenya.
 
a. Gejala Polio Non-paralisis :
-Demam.
-Radang tenggorokan
-Sakit kepala.
-Muntah.
-Lemas.
-Meningitis

b. Gejala Polio Paralisis :


-Gejala awal yang muncul menyerupai polio non-paralisis namun setelah satu minggu,
gejala lainnya akan mengikuti.
-Kehilangan reflex tubuh
-Nyeri otot dan kram otot
-Kaki menjadi terkulai. 2
-Tungkai atau lengan terasa lemah 0
3. Polineuropati

Polineuropati (polyneuropathy) adalah kerusakan dari beberapa saraf perifer yang


terjadi pada waktu bersamaan. Kerusakan  bisa memengaruhi saraf tepi di bagian
tubuh seperti kulit, otot, dan juga organ-organ dalam.
Apabila saraf perifer mengalami kerusakan, akibatnya sinyal tidak terkirim ke otak.
Akibatnya, polyneuropathy sering menyebabkan kelemahan dan sensasi kebas (mati
rasa dan nyeri) di tangan dan kaki. 2
1
Jenis-Jenis Polineuropati
1. Polineuropati akut
Terjadi saat pasien mengalami kondisi ini secara tiba-tiba
dan gejalanya tidak selalu muncul. Umumnya karena reaksi
autoimun atau infeksi pada saraf. Jika ditangani dengan tepat,
polineuropati akut dapat disembuhkan dalam waktu yang relatif
singkat.

2. Polineuropati kronis
Jika gejala penyakit telah lama terjadi dan tidak bisa diatasi
dengan segera. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit
dalam lainnya, seperti diabetes dan kegagalan fungsi ginjal.

2
2
4. Sindrom Guillain
Barre (SGB)
Sindrom Guillain-Barré adalah penyakit yang
terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang
sistem saraf tepi. Kondisi ini ditandai dengan
kesemutan dan kelemahan otot pada tungkai yang
dapat berkembang menjadi kelumpuhan.

2
3
Pada sindrom Guillain Barré, sistem kekebalan tubuh merusak mielin,
yaitu selaput saraf yang melindungi sistem saraf tepi. Sistem saraf tepi sendiri
berfungsi mengirim sensasi dari tubuh ke otak dan perintah gerak dari otak ke
otot. Kerusakan pada saraf tepi ini menyebabkan berkurang atau hilangnya
kemampuan saraf untuk mengirimkan sinyal dari tubuh ke otak dan juga
sebaliknya. Hal inilah yang menyebabkan penderita sindrom Guillain Barré
mengalami kelemahan dan merasakan sensasi tidak normal dari tubuhnya.

Penyebab Sindrom Guillain-Barré


Belum diketahui apa yang menyebabkan sindrom Guillain-Barré. Namun,
penyakit ini diduga merupakan reaksi autoimun, yaitu kondisi ketika sistem
kekebalan tubuh (antibodi) yang seharusnya menyerang mikroorganisme atau
benda asing malah menyerang sistem saraf tepi.
Meski penyebabnya belum jelas, ada dugaan bahwa reaksi autoimun pada
sindrom Guillain-Barré dipicu oleh infeksi saluran pernapasan atau infeksi
saluran pencernaan tertentu 2
4
. 5. Miastenia
Gravis

Miastenia Gravis (MG) adalah sebuah penyakit auto imun yang


menyebabkan gangguan neuromuskuler, yaitu kondisi yang
mengganggu sistem otot dan saraf.
Kondisi ini menyebabkan otot-otot pada area mata, wajah,
tenggorokan, lengan, dan kaki melemah dan mudah lelah.

2
5
myasthenia gravis termasuk kondisi yang tidak dapat sembuh. Akan tetapi, perawatan dapat membantu
meringankan tanda dan gejala, seperti kelemahan otot lengan dan kaki, penglihatan ganda, dan kesulitan
berbicara, mengunyah, menelan, hingga bernapas.
Gejala paling utama dari kondisi ini adalah kelemahan pada otot rangka voluntary, yaitu otot yang berada
di bawah kendali Anda. Kegagalan otot untuk berkontraksi secara normal terjadi karena otot-otot tersebut
tidak dapat memberikan respons terhadap impuls saraf. Hal ini menyebabkan komunikasi antar saraf dan
otot tersumbat, sehingga menghasilkan kelemahan otot. Otot lemah yang berhubungan dengan myasthenia
gravis dapat memburuk dengan aktivitas tertentu dan membaik dengan istirahat.

Gejala myasthenia gravis adalah:


- Kesulitan bernapas karena kelemahan otot-otot dinding dada.
- Tidak bisa mengunyah atau menelan, menyebabkan sering tersedak.
- Kesulitan naik tangga, mengangkat barang, atau bangun dari tempat duduk.
- Sulit berbicara.
- Wajah lumpuh atau otot wajah lemah.
- Suara serak atau perubahan suara. 2
- Penglihatan ganda. 6
6. Amyotrophic Lateral Sclerosis
(ALS)

Penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) adalah gangguan pada sistem saraf yang menyerang
sel-sel saraf pada otak dan tulang belakang sehingga penderita kehilangan kontrol terhadap
otot-otot lurik (otot yang digerakkan berdasarkan kemauan sendiri).
Kondisi ini terjadi saat sistem saraf di mana sel-sel tertentu (neuron), di dalam otak dan
sumsum tulang, mati secara perlahan. Seiring berjalannya waktu, otot menjadi lemah dan tidak
berfungsi, sehingga terjadi kelemahan otot, kecacatan, dan pada tingkatan yang sudah parah
dapat menyebabkan kematian. 2
7
Ada dua jenis tipe penyakit ALS:
1. Neuron motor atas: Sel saraf di otak.
2. Neuron motorik bawah: Sel saraf di sumsum tulang belakang.

Neuron motor ini mengendalikan semua gerakan refleks atau spontan di otot
lengan, kaki, dan wajah Anda. Neuron motor juga berfungsi memberikan perinta
kepada otot-otot Anda untuk berkontraksi sehingga Anda bisa berjalan, berlari,
mengangkat benda ringan di sekitar, mengunyah dan menelan makanan,
hingga bernapas.

Tanda-tanda & gejala ALS


-Kesulitan berjalan atau melakukan aktivitas sehari-hari secara normal.
-Adanya kelemahan pada kaki, telapak kaki, dan mata kaki.
-Adanya kelemahan pada area tangan.
-Gangguan bicara dan gangguan menelan.
-Kram otot dan muncul kedutan di lengan, bahu, dan lidah. 2
-Menangis, tertawa, dan menguap di luar kendali. 8
Kondisi tersebut menyebabkan degenerasi saraf motorik bagian atas
(brain) dan saraf motorik bagian bawah (spinal cord) dengan kombinasi
tanpa Upper Motor Neuron (UMN) dan Lower Motor Neuron (LMN).
Penurunan kualitas saraf ini, menyebabkan kelemahan pada otot dan dapat
berakhir pada kematian. Proses degenerasi hanya menyerang pada neuron
motorik, yaitu sel-sel saraf yang mengatur pergerakkan otot. Akibat
kelemahan itu, kemampuan tubuh untuk mengatur gerakan otot yang
disadari akan hilang secara perlahan-lahan. Misalnya memegang, menjentik,
menggaruk, dan sebagainya. Namun penyakit ini tidak mempengaruhi saraf
sensoris (perasa) dan fungsi mental. Meskipun penyebab pasti ALS belum
diketahui, teori yang dikenal saat ini menyatakan Neurotransmiter Glutamat
(suatu zat kimia yang menghantarkan implus atau sinyal ke sel-sel saraf).
2
9
Penyakit ALS mengakibatkan sistem neuromuscular tidak
berfungsi karena kedua saraf motorik penderita ALS telah rusak.
Penyakit ALS menyebabkan saraf-saraf motorik yang berada di
otak dan batang tubuh mengecil, dan pada akhirnya menghilang.
Akibatnya, otot-otot tubuh tidak lagi mendapat sinyal untuk
bergerak karena otot yang berada dalam tubuh kehilangan
pemasok nutrisinya, sehingga otot-otot yang menjadi lebih kecil
dan melemah. Saraf-saraf di dalam nuromuscular yang memberi
nutrisi ke otot-otot tersebut terlokalisir, sehingga menyebabkan
tumbuhnya jaringan yang rusak menggantikan saraf-saraf yang
normal.
3
0
7. Spondilosis
Servikalis

Merupakan suatu penyakit yang menyerang usia pertengahan dan usia lanjut,
dimana diskus dan tulang belakang di leher mengalami kemunduran (degenerasi)
sehingga menekan saraf tulang belakang dan menyebabkan rasa nyeri di leher,
3
bahu, dan kepala.. 1
Salah satu penyebab spondilosis servikal yang paling sering adalah osteoartritis.
Osteoarthritis bisa terjadi seiring dengan pertambahan usia. Osteoartritis pada
leher akan menyebabkan tulang leher dan bantalannya mengalami kerusakan
jaringan. Kondisi ini selanjutnya menyebabkan penekanan pada saraf tulang
belakang.

Penyebab Spondilosis Servikal :


1. Penipisan bantalan tulang
Tulang leher berbentuk seperti pilar yang memiliki ruas. Di antara ruas tersebut
diisi oleh bantalan tulang. Seiring bertambahnya usia, bantalan ini akan menipis
akibat berkurangnya cairan pada bantalan tersebut.
2. Herniasi bantalan tulang
Akibat penuaan, tulang leher juga dapat mengalami kerapuhan dan retak. Hal ini
bisa menyebabkan terjadinya penonjolan (herniasi) bantalan tulang yang akhirnya
menekan saraf tulang belakang.
3. Ligamen kaku
Penuaan juga dapat menyebabkan ligamen atau jaringan ikat di antara tulang leher
menjadi kaku dan tidak fleksibel.
4. Pengapuran tulang leher
Sebagai respons terhadap menipisnya bantalan tulang, tulang leher akan
membentuk jaringan tambahan dalam upaya menjaga keutuhan tulang leher.
Jaringan tulang tambahan ini dapat menekan saraf tulang belakang. 3
2
8.) Spondilitis Tuberkulosis

merupakan infeksi pada tulang belakang


yang disebabkan oleh bakteri penyebab
TBC.

3
3
Spondilitis Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis yang menyebar keluar paru-paru dan menyerang tulang
belakang, sehingga menyebabkan kerusakan pada tulang belakang.

Beberapa faktor risiko terjadinya spondylitis TB diantaranya :


-kontak erat/paparan yang lama kepada pasien yang terinfeksi TBC
-tinggal di area dengan kepadatan penduduk berlebih
-malnutrisi
-usia lanjut
-kondisi sosial ekonomi yang rendah.

3
4
Prognosis

Prognosis penderita dipengaruhi oleh


pengobatan terhadap penyebab tetraparesis
itu sendiri. Diagnosis sedini mungkin dan
dengan pengobatan yang tepat,
prognosisnya baik meskipun tanpa tindakan
operatif. Penyakit dapat kambuh jika
pengobatan tidak teratur atau tidak
dilanjutkan setelah beberapa saat.

3
5
Kesimpulan

Tetraparese bukan merupakan suatu penyakit akan


tetapi merupakan suatu akibat dari beberapa
penyebab. Salah satu penyebab tersebut adalah
adanya kerusakan medulla spinalis oleh karena
trauma vertebra.
Pada beberapa keadaan dapat kita jumpai
tetraparese misalnya pada penyakit infeksi (Mielitis
Transversa, Poliomielitis), Sindrom Guillain Barre
(SGB), Polineropati, Miastenia Grafis atau
Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS).
Thankyou 
Any
questions ?

3
7

Anda mungkin juga menyukai