Preseptor:
dr. R.A Neilan Amroisa., Sp.S., M.Kes
5
Epidemiologi
Tetraparese salah satunya disebabkan karena adanya cedera
pada medula spinalis menurut Pusat Data Cedera Medula
Spinalis (The National Spinal Cord Injury Data Research
Centre) memperkirakan ada 10.000 kasus baru cedera medula
spinalis setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka insidensi
paralisis komplet akibat kecelakaan diperkirakan 20 per
100.000 penduduk, dengan angka tetraparese 200.000 per
tahunnya. Kecelakaan bermotor merupakan penyebab utama
cedera medula spinalis.
2. Tetraparese
1. Tetraparese spastik flaksid
terjadi karena kerusakan yang terjadi karena kerusakan
mengenai Upper Motor Neuron yang mengenai lower
(UMN), sehingga menyebabkan Motor Neuron (LMN),
peningkatan tonus otot atau
sehingga menyebabkan
hipertoni.
penurunan tonus otot atau
hipotoni.
7
Patofisiologi
Tetraparese dapat disebabkan karena kerusakan Upper Motor Neuron (UMN) atau kerusakan
Lower Motor Neuron (LMN). Kelumpuhan/kelemahan yang terjadi pada kerusakan Upper Motor
Neuron (UMN) disebabkan karena adanya lesi di medula spinalis. Kerusakannya bisa dalam
bentuk jaringan scar, atau kerusakan karena tekanan dari vertebra atau diskus intervetebralis. Hal
ini berbeda dengan lesi pada LMN yang berpengaruh pada serabut saraf yang berjalan dari horn
anterior medula spinalis sampai ke otot.
Pada columna vertebralis terdapat nervus spinalis, yaitu nervus servikal, thorakal, lumbal,
dan sakral. Kelumpuhan berpengaruh pada nervus spinalis dari servikal dan lumbosakral dapat
menyebabkan kelemahan/kelumpuhan pada keempat anggota gerak. Wilayah ini penting, jika
terjadi kerusakan pada daerah ini maka akan berpengaruh pada otot, organ, dan sensorik yang
dipersarafinya.
Ada dua tipe lesi, yaitu lesi komplit dan inkomplit. Lesi komplit dapat menyebabkan
kehilangan kontrol otot dan sensorik secara total dari bagian dibawah lesi, sedangkan lesi
inkomplit mungkin hanya terjadi kelumpuhan otot ringan (parese) dan atau mungkin kerusakan
sensorik. Lesi pada UMN dapat menyebabkan parese spastic sedangkan lesi pada LMN
menyebabkan parese flacsid.
8
Patofisiologi Tiap lesi di medula spinalis yang merusak
daerah jaras kortikospinal lateral menimbulkan
kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN) pada otot-
otot bagian tubuh yang terletak di bawah tingkat lesi.
Lesi transversal medula spinalis pada tingkat
servikal, misalnya C5 mengakibatkan kelumpuhan
Upper Motor Neuron (UMN) pada otot-otot tubuh
yang berada dibawah C5, yaitu sebagian otot-otot
kedua lengan yang berasal yang berasal dari miotom
C6 sampai miotom C8, lalu otot-otot thoraks dan
abdomen serta segenap otot kedua tungkai yang
mengakibatkan kelumpuhan parsial dan defisit
neurologi yang tidak masif di seluruh tubuh. Lesi
yang terletak di medula spinalis tersebut maka akan
menyebabkan kelemahan/kelumpuhan keempat
anggota gerak yang disebut tetraparese spastik.
9
Patofisiologi
1
0
Tetraparese dengan Hemiparese
bilateral
1
1
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
- Anamnesis (Riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga)
- Pemeriksaan penunjang :
- Foto vertebrae servikal/lumbal -> untuk
mengetahui adanya trauma, penyempitan maupun
pergeseran susunan tulang belakang.
- Fungsi lumbal -> untuk menyingkirkan beberapa
penyakit pembanding seperti sindrom guillain barr
-> adanya peningkatan protein sito albumin yang
disertai peningkatan jumlah selnya.
- Elektromiografi -> menunjukkan adanya fibrilasi,
fasikulasi, atrofi dan denervasi (pada penyakit
ALS)
- MRI
1
2
Penatalaksanaa
n
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan penyebabnya, namun dapat dilakukan terapi umum
sebagai berikut :
1. Medikamentosa
Kortikosteroid -> untuk mengurangi nyeri, juga dipercaya dapat menghasilkan perbaikan
neurologis.
Antidiabetika -> pada kasus-kasus yang diperburuk oleh penyakit diabetes mellitus.
2. Terapi konservatif
a.) Tirah baring (bed rest)
b.) Memberi korset yang mencegah gerakan vertebra/membatasi gerak vertebra
c.) Memperbaiki keadaan umum penderita
3. Fisioterapi
Program : Infra Red, ROM (Range Of Motion) dan meningkatkan kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah
Terapi Okupasi
Problem : agak kesulitan melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan sendiri karena terlalu
lama berbaring.
Assesment : Pasien mengalami deconditioning syndrome. 1
3
Tetraparese dapat dijumpai pada beberapa
keadaan
1
4
1.) Mielitis transversa
Mielitis transversa adalah peradangan pada sumsum tulang belakang yang merupakan bagian
utama dari sistem saraf tubuh. Keadaan ini menyebabkan terganggunya sinyal yang diberikan oleh
saraf tulang belakang ke seluruh tubuh.
1
5
Myelitis transversa dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1.) Akut
Myelitis transversa akut terjadi ketika gejala-gejala berkembang
dalam jangka waktu beberapa jam atau beberapa hari.
2.) Subakut
Myelitis transversa subakut terjadi ketika gejala-gejala berkembang
dalam jangka waktu satu hingga empat minggu.
1
6
Dapat menyebabkan satu sampai dua segmen medula spinalis rusak
sekaligus, infeksi dapat langsung terjadi melalui emboli septik, luka terbuka
ditulang belakang, penjalaran osteomielitis atau perluasan proses meningitis
piogenik. Istilah mielitis tidak hanya digunakan jika medula spinalis
mengalami peradangan, namun juga jika lesinya mengalami peradangan dan
disebabkan oleh proses patologik yang mempunyai hubungan dengan
infeksi. Adakalanya reaksi imunologik timbul di medula spinalis setelah
beberapa minggu sembuh dari penyakit viral. Pada saat itu sarang-sarang
reaksi imunopatologik yang berukuran kecil tersebar secara difus sepanjang
medula spinalis. Serabut-serabut asenden dan desenden panjang dapat
terputus oleh salah satu lesi yang tersebar luas, sehingga dapat
menimbulkan kelumpuhan parsial dan defisit sensorik yang tidak masif di
seluruh tubuh atau yang dikenal dengan istilah tetraparese
1
7
2. poliomielitis
Adalah penyakit yang menyerang sistem saraf pusat. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus dan
sangat mudah menyebar terutama pada anak-anak dibawah usia 5 tahun.
1
8
Poliovirus biasanya menyebar dari orang ke orang
melalui feses yang terinfeksi yang memasuki mulut.
Poliovirus juga dapat menyebar melalui makanan atau air
yang mengandung kotoran manusia dan kadang-kadang
dari air liur yang terinfeksi. Mereka yang terinfeksi dapat
menyebarkan penyakit selama enam minggu bahkan jika
tidak ada gejala.
Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksin polio; namun,
beberapa dosis diperlukan agar vaksin menjadi efektif.
1
9
Gejala Polio
Penyakit polio memiliki dua tipe yaitu non-paralisis (tidak menyebabkan kelumpuhan) dan
paralisis (menyebabkan kelumpuhan). Berikut gejala penyakit polio berdasarkan tipenya.
a. Gejala Polio Non-paralisis :
-Demam.
-Radang tenggorokan
-Sakit kepala.
-Muntah.
-Lemas.
-Meningitis
2. Polineuropati kronis
Jika gejala penyakit telah lama terjadi dan tidak bisa diatasi
dengan segera. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit
dalam lainnya, seperti diabetes dan kegagalan fungsi ginjal.
2
2
4. Sindrom Guillain
Barre (SGB)
Sindrom Guillain-Barré adalah penyakit yang
terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang
sistem saraf tepi. Kondisi ini ditandai dengan
kesemutan dan kelemahan otot pada tungkai yang
dapat berkembang menjadi kelumpuhan.
2
3
Pada sindrom Guillain Barré, sistem kekebalan tubuh merusak mielin,
yaitu selaput saraf yang melindungi sistem saraf tepi. Sistem saraf tepi sendiri
berfungsi mengirim sensasi dari tubuh ke otak dan perintah gerak dari otak ke
otot. Kerusakan pada saraf tepi ini menyebabkan berkurang atau hilangnya
kemampuan saraf untuk mengirimkan sinyal dari tubuh ke otak dan juga
sebaliknya. Hal inilah yang menyebabkan penderita sindrom Guillain Barré
mengalami kelemahan dan merasakan sensasi tidak normal dari tubuhnya.
2
5
myasthenia gravis termasuk kondisi yang tidak dapat sembuh. Akan tetapi, perawatan dapat membantu
meringankan tanda dan gejala, seperti kelemahan otot lengan dan kaki, penglihatan ganda, dan kesulitan
berbicara, mengunyah, menelan, hingga bernapas.
Gejala paling utama dari kondisi ini adalah kelemahan pada otot rangka voluntary, yaitu otot yang berada
di bawah kendali Anda. Kegagalan otot untuk berkontraksi secara normal terjadi karena otot-otot tersebut
tidak dapat memberikan respons terhadap impuls saraf. Hal ini menyebabkan komunikasi antar saraf dan
otot tersumbat, sehingga menghasilkan kelemahan otot. Otot lemah yang berhubungan dengan myasthenia
gravis dapat memburuk dengan aktivitas tertentu dan membaik dengan istirahat.
Penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) adalah gangguan pada sistem saraf yang menyerang
sel-sel saraf pada otak dan tulang belakang sehingga penderita kehilangan kontrol terhadap
otot-otot lurik (otot yang digerakkan berdasarkan kemauan sendiri).
Kondisi ini terjadi saat sistem saraf di mana sel-sel tertentu (neuron), di dalam otak dan
sumsum tulang, mati secara perlahan. Seiring berjalannya waktu, otot menjadi lemah dan tidak
berfungsi, sehingga terjadi kelemahan otot, kecacatan, dan pada tingkatan yang sudah parah
dapat menyebabkan kematian. 2
7
Ada dua jenis tipe penyakit ALS:
1. Neuron motor atas: Sel saraf di otak.
2. Neuron motorik bawah: Sel saraf di sumsum tulang belakang.
Neuron motor ini mengendalikan semua gerakan refleks atau spontan di otot
lengan, kaki, dan wajah Anda. Neuron motor juga berfungsi memberikan perinta
kepada otot-otot Anda untuk berkontraksi sehingga Anda bisa berjalan, berlari,
mengangkat benda ringan di sekitar, mengunyah dan menelan makanan,
hingga bernapas.
Merupakan suatu penyakit yang menyerang usia pertengahan dan usia lanjut,
dimana diskus dan tulang belakang di leher mengalami kemunduran (degenerasi)
sehingga menekan saraf tulang belakang dan menyebabkan rasa nyeri di leher,
3
bahu, dan kepala.. 1
Salah satu penyebab spondilosis servikal yang paling sering adalah osteoartritis.
Osteoarthritis bisa terjadi seiring dengan pertambahan usia. Osteoartritis pada
leher akan menyebabkan tulang leher dan bantalannya mengalami kerusakan
jaringan. Kondisi ini selanjutnya menyebabkan penekanan pada saraf tulang
belakang.
3
3
Spondilitis Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis yang menyebar keluar paru-paru dan menyerang tulang
belakang, sehingga menyebabkan kerusakan pada tulang belakang.
3
4
Prognosis
3
5
Kesimpulan
3
7