Oleh
Malikatus Sa’diyah (7421007)
Asuhan keperawatan ini dibuat untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah Prodi
Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang.
No Nama Nim
1 Malikatus Sa’diyah 421007
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. Kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
gerak. Hal ini diakibatkan oleh adanya kerusakan yang diketahui karena adanya
lesi pada keempat anggota gerak, yakni lengan dan tungkai. Pusat Data Nasional
Cedera Medula Spinalis (The National SpinalCord Injury Data Research Centre)
memperkirakan ada 10.000 kasus baru cedera medula spinalis setiap tahunnya di
20 per 100.000 penduduk, dengan angka tetraparese 200.000 per tahunnya. Pada
tetraparese terjadi kelumpuhan pada keempat anggota gerak tetapi pada beberapa
kasus tungkai dan lengan masih dapat digunakan atau jari-jari tangan tidak dapat
memegang kuat suatu benda tetapi jari-jari tersebut masih bisa digerakkan, atau
tidak bisa menggerakkan tangan tetapi lengannya masih bisa digerakkan. Hal ini
TINJAUAN TEORI
1.1 Definisi
Parese adalah suatu kondisi yang ditandai oleh berkurangnya fungsi motorik
pada suatu bagian tubuh akibat lesi pada mekanisme saraf atau otot.
Kelemahan merupakan hilangnya sebagian fungsi otot pada satu atau lebih
Hal ini diakibatkan oleh adanya kerusakan otak, kerusakan tulang belakang
saraf perifer, kerusakan neuromuscular atau penyakit otot. Penyebab khas pada
kerusakan ini adalah trauma (seperti tabrakan mobil, jatuh atau sport injury)
atau karena penyakit (seperti mielitis transversal, polio, atau spina bifida).
ekstremitas atas dan satu ekstremitas bawah pada sisi yang sama.
1.2 Etiologi
1.4 Klasifikasi
Tetraparese dapat disebabkan oleh karena kerusakan Upper Motor Neuron (UMN)
atau kerusakan Lower Motor Neuron (LMN). Kelumpuhan atau kelemahan yang
terjadi pada kerusakan Upper Motor Neuron (UMN) disebabkan karena adanya lesi di
medula spinalis. Kerusakan terjadi karena tekanan dari vertebra atau diskus
intervetebralis. Hal ini berbeda dengan lesi pada LMN yang berpengaruh pada serabut
saraf yang berjalan dari anterior medula spinalis sampai ke otot.
Pembagian tetraparese berdasarkan kerusakan topisnya, yaitu :
a) Tetraparese Spastik, Tetraparese spastik terjadi karena kerusakan yang
mengenai upper motor neuron (UMN), sehingga menyebabkan peningkatan
tonus otot atau hipertoni.
b) Tetraparese flaksid, Tetraparese flaksid terjadi karena kerusakan yang
mengenai lower motor neuron (LMN), sehingga menyebabkan penurunan
tonus atot atau hipotoni.
1.5 Komplikasi
Komplikasi yang paling umum adalah:
Masalah pernapasan seperti atelectasis, hipersekresi, bronkospasme, edema
paru dan pneumonia
Tromboemboli paru dan emboli lain (pembekuan darah)
Infeksi saluran kencing dan paru
Dekubitus
Hilangnya kontrol kandung kemih
Nyeri
1.6 Patofisiologi
Tetrapase dapat disebabkan karena kerusakan Upper Motor Neuron
(UMN)atau kerusakan Lower Motor Neuron (LMN). Kelemahan yang terjadi pada
kerusakan (UMN) disebabkan karena adanya lesi di medulla spinalis. Kerusakannya
bisa berupa bentuk jaringan scar, atau kerusakan karena tekanan dari vertebrata. Hal
ini berbeda pada lesi LMN yang berpengaruh pada sebuah saraf yang berjalan dari
horn anterior medulla spinalis sampai ke otot. Pada columna vertebralis terdapat
nervus spinalis, yaitu nervus servikal, torakal, lumbal, dan sacral. Kelumpuhan
berpengaruh pada nervus spinalis dari servikal dan lumbosacral dapat menyebabkan
kelemahan/kelumpuhan pada keempat anggota gerak. Wilayah ini penting. Jika terjadi
kerusakan pada daerah ini maka akan berpengaruh pada otot, organ, dan sensorik yang
dipersarafinya.
Ada dua tipe lesi yaitu lesi komplit dan lesi inkomplit. Lesi komplit
dapatbmenyebabkan kehilangan kontrol otot dan sensorik secara total dari bagian
bawah lesi, sedangkan lesi inkomplit mungkin hanya terjadi kelumpuhan otot ringan
(parese) dan atau mungkin kerusakan sensorik. Lesi pada UMN dapat menyebabkan
parese spastic sedangkan lesi pada LMN menyebabkan parese flacsid.
1.7 Pathway
Trauma (seperti tabrakan mobil, jatuh/ sport injury),
Cedera medulla spinalis atau karena penyakit reaksi auto imun dan infeksi
(sepertimielitis transversal, polio,atau spinal bifida).
Kelemahan/paralisis
Kelumpuhan
Motorik Sensorik
Autoimun
2.1. Pengkajian
A. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa identitas umum seperti nama, umur, alamat, agama, jenis kelamin, suku
bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal MRS, nomor register dan
diagnosa keperawatan
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan masa lalu, baik penyakit kronis, menular dan menurun seperti
penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, TBC, hepatitis, penyakit gangguan
reproduksi, abortus
b. Riwayat kesehatan sekarang, ketika klien belum masuk tahap inpartu sudah ada
cairan ketuban yang merembes secara spontan namun tidak diikuti tanda- tanda
persalinan
c. Riwayat kesehatan keluarga, apakah terdapat penyakit menurun dalam keluarganya
seperti penyakit jantung, DM, TBC, penyakit kelamin
d. Riwayat psikososial, biasanya klien cemas bagaimana cara merawat bayinya juga
mengatasi perubahan tubuh yang terjadi sehingga membuat klien merasa rendah diri
bahkan depresi.
3. Kebutuhan Dasar Khusus
a. Pengkajian pola nutrisi klien seperti frekuensi makan, nafsu makan, jenis makanan
sebelum dan saat MRS, makanan yang tidak disukai atau alergi
b. Pola eliminasi: BAK dan BAB klien frekuensinya berapa kali, warna, bau dan
konsistensinya seperti apa, apakah terdapat keluhan atau tidak
c. Pola Personal Hygiene: Klien mandi, oral hygiene, dan cuci rambut frekuensinya
berapa kali per hari, dengan sabun, shampo atau tidak, frekuensinya berapa kali
sehari
d. Pola Istirahat dan Tidur: berapa lama tidur, kebiasaan sebelum tidur, keluhan tidur,
e. Pola Aktivitas dan Latihan: apa kegiatan klien sebelum dan saat MRS, berapa
waktu bekerja, melakukan olahraha atau tidak, kegiatan yang dilakukan waktu
luang dan keluhan dalam aktivitas
f. Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
4. Pemeriksaan fisik head to toe
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kulit kepala, warna rambut, jenis rambut, ada
atau tidaknya cloasma gravidarum, dan ada tidaknya lesi dan benjolan
b. Leher
Terkadang ditemukan pembesaran kelenjar tiroid karena proses mengerang yang
salah
c. Mata
Bentuk mata simetris atau tidak, warna pupil, sklera ikterik atau tidak, konjungtiva
anemis biasanya ditemui karena proses persalinan yang mengalami pendarahan, ada
tidaknya pembengkakan pada kelopak mata
d. Telinga
Bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihannya, apakah ada cairan
yang keluar dari telinga atau tidak, apakah terdapat lesi dan benjolan atau tidak
e. Hidung
Apakah terdapat sumbatan seperti sekret dan polip, apakah terdapat lesi atau tidak,
apakah ditemukan benjolan atau tidak, pada ibu post partum terkadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
f. Dada
Bagaimana bentuk dada, simetris atau tidak, adakan lesi dan benjolan, biasanya
terdapat pembesaran payudara dan hiperpigmentasi pada areola mamae dan papila
mamae ibu melahirkan
g. Sirkulasi Jantung
Berapa kecepatan denyut nadi apical, bagaimana irama jantung teratur atau tidak,
apakah ada kelainan bunyi jantung,
h. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor dan terkadang striae masih terasa nyeri. Fundus
uteri 3 jari dibawah pusat
i. Genitalia
Pengeluaran darah bercampur lendir, air ketuban, apabila terdapat mekonium (feses
yang dihasilkan janin dalam kandungan) yang keluar maka terdapat kelainan letak
bayi.
j. Rektum
Terkadang pada klien nifas terdapat luka pada anus karena ruptur uteri
k. Ekstremitas
Pemeriksaan edema untuk melihat kelainan karena pembesaran uterus,
preeklampsia, penyakit jantung atau ginjal
l. Muskuloskeleteal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan kemampuan mobilitas karena
luka episiotomi
5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yaitu suatu penelitian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan merupakan bagian
vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien
mencapai kesehatan yang optimal. Tujuan diagnosis keperawatan adalah untuk
mengidentifikasi respons klien, keluarga, komunitas, terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017). Diagnosis yang
mungkin muncul dalam kasus ini adalah ikterik neonatus, hipertermia, nutrisi
kurang dari kebutuhan, gangguan pola tidur, gangguan pola nafas, dll.
6. Intervensi Keperawatan
Dalam buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), menjelaskan
pengertian intervensi yaitu segala bentuk penatalaksanaan yang dilakukan perawat
dengan dasar pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran yang diharapkan
(PPNI, 2018). Intervensi keperawatan juga bermakna tindakan yag dilakukan perawat
dalam menjembatani klien mencapai tujuan dan luaran yang diharapkan, De Laune and
Ladner, (2011) dalam (Siregar et al., 2021). Intervensi keperawatan mencangkup
perawatan langsung atau tidak langsung kepada individu, keluarga, maupun orang-
orang yang dirujuk perawat, dokter, atau pemberi layanan kesehatan lainnya.
7. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan untuk mengatasi
diagnosa dilaksanakan sesuai intervensi keperawatan yang sudah dibuat, setiap
implementasi, akan ada respon hasil dari pasien setiap harinya. keperawatan ini
dilakukan dengan tujuan pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri (Self
care) dengan penyakit yang ia alami sehingga pasien mencapai derajat kesembuhan
yang optimal dan efektif (Lazuarti, 2020).
8. Evaluasi Keperawatan
Menurut Manurung (2011), evaluasi keperawatan merupakan kegiatan yang
secara berkala dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan
rencana keperawatan. Tahap Evaluasi Menurut Ali (2009) dalam (Sharfina, 2018) yaitu
terdapat beberapa tahap evaluasi keperawatan yaitu:
IV. Riwayat penyakit Masalalu : pasien tidak mempunyai riwayat penyakit menular, tidak
mempunyai penyakit keturunan sebelumnya.
Pola makan/minum :
- Sebelum Mrs : makan 3x sehari pola makan teratur, tidak ada pantangan
makanan. Banyaknya minum dalam sehari 1.000-1500 cc.
- Saat Mrs porsi makan dan minum berkurang.
Pola kebersihan diri :
- Sebelum MRS : Pasien mandi pagi dan sore, sikat gigi
- Sesudah MRS : di seka oleh perawat dan keluarga.
Pola hubungan peran (konsep diri) : Sebelum Mrs pasien perilaku baik, bersosialisasi
dengan lingkungannya. Saat Mrs pasien hanya bersosialisasi dengan keluarganya. Px
seorang pansiunan polri.
Pola penanggulangan stress : pasien mengatakan jika merasa sedih atau stress pasien
mengalihaknya dengan mendengarkan murotal Al-qur’dan sebagai hiburannya dengan
nonton TV.
a) Keadaan umum: pasien nampak lemah, kesadaran compos mentis, GCS 456,
wajah pucat, nyeri tangan dan leher, terpasang dower kateter.
b) Tanda-tanda vital: Tekanan nadi 130/90 mmHg, Frekuensi nadi 80/mnt, suhu
36 C, RR 24x/mnt.
c) Pemeriksaan kepala dan leher: tidak ada jejas, warna rambut hitam agak
memutih, tidak ada lessi.
d) Mata: simetris, tidak anemis, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak
buta warna, pupil isokor
e) Hidung: tidak sinusitis, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lessi, tidak ada benjolan
f) Telinga: bersih, tidak ada nyeri tekan, simetris.
g) Mulut: bibir pucat, mulut bersih, tidak ada caries gigi
h) Integumen: kulit dingin dan lembab, turgor kulit baik
i) Toraks:
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris, irama pernafasan teratur,
frekuensi pernafasan normal.
Palpasi : tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan
Auskultasi : bunyi pernafasan vesikuler pada semua lapang paru, tidak ada
bunyi tambahan.
O2 nasal 4 lpm
Nead up 30
Injeksi ranitidine 50mg
Injeksi ondon 4 mg
Injeksi pirasetam
Injeksi santagesik
Call neck
Injeksi neprlpredmjolone
Pasang DK
1. Analisis Data
Nama : Tn. S Dx Medis:Tetraparese
2. Diagnosa Prioritas
Nama : Tn. S Dx Medis: Tetraparese
No RM : 53-17-20 Ruangan : Yudistira 2
B. Nead up 30
c. Injeksi ranitidine 50mg
d. Injeksi ondon 4 mg
e. Injeksi pirasetam
f. Injeksi santagesik
G. Call neck
5. Catatan Perkembangan
Nama :Tn. S Dx Medis :Tetraparese
No RM :53-17-20 Ruangan :Yudistira
DAFTAR PUSTAKA
Mardjono M, Sidharta P. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. Hal 30-3.
Guyton AC, Hall JE. Fisiologi Saraf. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
sebelas. Jakarta : EGC. Hal 55-62.
Lumbantobing SM. 2010. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta :
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 20-5.
Harsono. 2010. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jakarta : Gadjah Mada University Press.
Hal 44-7.
Priguna Sidharta M D Phd. 2008. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta :
Dian Rakyat. Hal 44-8
Sylvia A Price, Lorraine M Wilson . 2008. Buku ajar patofisiologi. Edisi keenam.
Jakarta : EGC. Hal 95-7.