Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seluruh indera kita memberikan informasi yang spesifik yang kemudian akan
disatukan dan diolah diotak menjadi suatu informasi yang lengkap yang kemudian
akan mempengaruhi manusia dalam bertindak dan bagaimana memandang sesuatu.
Mata, sepasang panca indera yang mempunyai fungsi sangat penting dalam
melakukan aktifitas sehari-hari. Dengan sepasang mata yang berfungsi normal, kita
mampu melihat dunia dan berkarya dengan baik. Mata melakukan tugas dalam jangka
waktu yang lama secara terus menerus, sehingga suatu saat bisa mengalami
penyusutan fungsi. Tak sedikit yang harus menggunakan bantuan seperti kacamata,
lensa kontak dan bahkan terapi lasik yang mulai familiar saat ini.
Untuk tetap dapat melihat dengan jelas dan jeli, kita memang harus menjaga
fungsi normal mata. Apalagi sekarang banyak hal yang dapat merusak dan
mengurangi kejernihan pandangan, seperti debu, polusi udara, terlalu lama menonton
televisi dan melihat layar monitor. Hal seperti ini dapat menyebabkan berbagai
keluhan Salah satu nya yaitu Corpus alienum.
Corpus alienum adalah benda asing yang masuk kedalam tubuh. Istilah ini
sering digunakan dalam istilah medis. Merupakan salah satu penyebab cedera mata
yang paling sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan
bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa berakibat serius . Apabila suatu korpus
alienum masuk ke dalam bola mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat
serta timbul kerusakan dari isi bola mata dan terjadi iridocylitis serta panophthmitis.
Karena itu perlu cepat mengenali benda asing tersebut dan menentukan lokasinya di
dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dari mata?
2. Apa yang dimaksud Corpus alienum?
3. Bagaimana etiologi Corpus alienum?
4. Apa saja klasifikasi Corpus alienum?
5. Bagaimana tanda gejala Corpus alienum?
6. Bagaimana patofisiologi ?

1
7. Bagaimana pathway Corpus alienum?
8. Bagaimana pemeriksaan fisik dari Corpus alienum?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang Corpus alienum?
10. Bagaimana penatalaksanaan Corpus alienum?
11. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada Corpus alienum?

C. Tujuan
1. Mengetahui anatomi dari mata
2. Mengetahui pengertian Corpus alienum
3. Mengetahui etiologi Corpus alienum
4. Mengetahui klasifikasi Corpus alienum
5. Mengetahui tanda gejala Corpus alienum
6. Mengetahui patofisiologi Corpus alienum
7. Mengetahui pathway Corpus alienum
8. Mengetahui pemeriksaan fisik dari Corpus alienum
9. Mengetahui pemeriksaan penunjang Corpus alienum
10. Mengetahui penatalaksanaan Corpus alienum
11. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada Corpus alienum

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dasar penyakit


1. Anatomi mata
Mata merupakan organ indra rumit. Mata disusun dari bercak sensitive dan
cahaya primitip pada permukaan invertebrata. Dalam selubung
pelindungnya mata mempunyai lapsan reseptor yaitu system lensa bagi
pemfokusan cahaya atas reseptor dan merupakan suatu system syaraf untuk
mengantarkan impuls serta membentuk bayangan penglihatan yang disadari
menjadi sasaran. Secara structural bola mata bekerja seperti sebuah kamera, tetapi
mekanisme yang ada tidak dapat dibandingkan dengan apapun.lapisan syaraf yang
melapisi separuh bagian posterior bola mata merupakan bagian dari susunan
syaraf pusat yang dihubungkan melalui suatu berkas serat syaraf yang disebut
saraf optic. Lapisan fibrosa yang terletak diluar sesuai dengan durameter yang
berwarna putih keruh.antara lapisan fibrisa luar dan retina terdapat suatu lapisan
faskuler yang berfungsi sebagai nutrisi.
Pada iris terdapat suatu celah bulat dibagaian tengah dengan deameter yang
beragam yang disebut pupil. Retina berlanjut kedepan tetapi sebagai lapisan tanpa
saraf permukaan dalam badan siliar, iris atau bagaian siliar dan iridik aretina
Saraf optic tidak keluar pada kutup posterior bola mata, tempat keluarnya
sekitar tiga millimeter kesisi nasal dan satu millimeter di bawah kupula.mata
merupakan suatu bulatan yang sedikit asimetris dan agak gepeng dari
atas ke bawah.titik pusat lengkungan kornea dan sclera disebur kutub anterior
dan posterior.
a. Kelopak mata
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan
komea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk
melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola
mata.dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola mata
yang dibutuhkan untuk penglihatan.
Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi
karena pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat
gerakan buka tutup kelopak mata. Kedipan kelopak mata sekaligus
menyingkirkan debu yang masuk.kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis

3
pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus
yang disebut konjungtiva tarsal. Gangguan penutupan kelopak akan
mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis et
lagoftalmos.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian :
1) Kelenjar
Seperti : kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar
zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus.
2) Otot
Seperti : m. Orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak
atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi
margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai m.
Rioland. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi n.
Facial m. Levator palpebra, yang berorigo pada anulus foramen orbita
dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus m.
Orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit
tempat insersi m. Levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan)
palpebra.otot ini dipersarafi oleh n. Iii, yang berfungsi untuk mengangkat
kelopak mata atau membuka mata.
3) Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan
kelenjar di dalamnya atau kelenjar meibom yang bermuara pada margo
palpebra.
4) Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
5) Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada
seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan
ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar
meibom (40 bush di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).
6) Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. Palpebra.
7) Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal n.v,
sedang kelopak bawah oleh cabang ke ii saraf ke v. Konjungtiva tarsal
yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan
eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli.
Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel goblet
yang menghasilkan musin.

4
b. Sistem lakrimal
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola
mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli
lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior.
Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :
1) Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di
temporo antero superior rongga orbita.
2) Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli
lakrimal, sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal
terletak dibagian depan rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal
akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.
Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan
masuk ke dalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum
lakrimal tidak menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar melalui
margo palpebra yang disebut epifora. Epifora juga akan terjadi akibat
pengeluaran air mata yang berlebihan dari kelenjar lakrimal.
Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka
sebaiknya dilakukan penekanan pada sakus lakrimal. Bila terdapat
penyumbatan yang disertai dakriosistitis, maka cairan berlendir kental
akan keluar melalui pungtum lakrimal.

c. Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan
kelopak bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap
melalui konjungtiva ini.konjungtiva mengandung kelenjar musin yang
dihasilkan oleh sel goblet.musin bersifat membasahi bola mata terutama
kornea.
Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata seperti
bulu mata atau lensa kontak (contact lens), agar tidak tergelincir ke
belakang mata.bersama-sama dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi
air mata, selaput ini turut menjaga agar cornea tidak kering.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
1) Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar
digerakkan dari tarsus.
2) Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera
di bawahnya.

5
3) Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan
tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar
dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.

d. Bola mata
1) Sklera
Merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk
pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.
Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang
memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.kelengkungan kornea
lebih besar dibanding sklera.
2) Jaringan uvea
Merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi
oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi
perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan
suprakoroid.jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan
koroid.pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat
mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata.otot dilatator
dipersarafi oleh parasimpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar di
persarafi oleh parasimpatis.otot siliar yang terletak di badan siliar
mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi.
Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan
bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang
terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.

6
3) Retina
Retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan
lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris
yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan
diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan
koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi
retina.
Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat
gelatin yang hanya menempel pupil saraf optik, makula dan pars plans.
Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan
pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina.lensa terletak di
belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar
melalui zonula zinn.lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi
atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula
lutea.
Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar
lakrimal yang terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita.
4) Pupil
Pupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak
sedikitnya cahaya yang masuk.pupil anak-anak berukuran kecil akibat
belum berkembangnya saraf simpatis.orang dewasa ukuran pupil
adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang
dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.
Pupil waktu tidur kecil , hal ini dipakai sebagai ukuran tidur,
simulasi, koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat
dari:
a) Berkurangnya rangsangan simpatis
b) Kurang rangsangan hambatan miosis
Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis.di waktu
bangun korteks menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi
midriasis. Waktu tidur hambatan subkorteks hilang sehingga terjadi
kerja subkorteks yang sempurna yang akan menjadikan miosis. Fungsi
mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi

7
dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang
difragmanya dikecilkan.
5) Sudut bilik mata depan
Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan
pangkal iris.pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata.
Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata akan terjadi
penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehinga tekanan bola
mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut ini
didapatkan jaringan trabekulum, kanal schelmm, baji sklera, garis
schwalbe dan jonjot iris.
Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera
kornea dan disini ditemukan sklera spur yang membuat cincin
melingkar 360 derajat dan merupakan batas belakang sudut filtrasi
berta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula
mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen
yaitu badan siliar dan uvea.
Pada sudut fitrasi terdapat garis schwalbe yang merupakan akhir
perifer endotel dan membran descement, dan kanal schlemm
yang menampung cairan mata keluar ke salurannya.sudut bilik
mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma sudut
tertutup, hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia
posterior perifer.
6) Retina
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas
penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara
badan kaca dan koroid.
Bagian anterior berakhir pada ora serata.dibagian retina yang
letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea
(bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 - 2 mm yang berperan penting
untuk tajam penglihatan.ditengah makula lutea terdapat bercak
mengkilat yang merupakan reflek fovea.
Kira-kira 3 mm kearah nasal kutub belakang bola mata terdapat
daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik, yang
ditengahnya agak melekuk dinamakan ekskavasi faali.arteri retina

8
sentral bersama venanya masuk kedalam bola mata ditengah papil
saraf optik.arteri retina merupakan pembuluh darah terminal.
Retina terdiri atas lapisan:
a) Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel
batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
b) Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
c) Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut
dan batang. Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat
metabolisme dari kapiler koroid.
d) Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan
tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel
horizontal
e) Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal
dan sel muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina
sentral
f) Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan
tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion
g) Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron
kedua.
h) Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke
arch saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar
pembuluh darah retina.
Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara
retina dan badan kaca. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang
mendapat nutrisi dari koroid.lebih banyak daripada kerucut, kecuali
didaerah makula, dimana kerucut lebih banyak.
Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut saraf optik
dan tidak mempunyai daya penglihatan (bintik buta).
7) Badan kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang
terletak antara lensa dengan retina.badan kaca bersifat semi cair di
dalam bola mata.mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat
lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan
fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat.
Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke
retina.badan kaca melekat pada bagian tertentu jaringan bola

9
mata.perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata, pars
plana, dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak
terdapatnya pembuluh darah dan sel.pada pemeriksaan tidak
terdapatnya kekeruhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian
retina pada pemeriksaan oftalmoskopi.
Struktur badan kaca merupakan anyaman yang bening dengan
diantaranya cairan bening. Badan kaca tidak mempunyai pembuluh
darah dan menerima nutrisinya dari jaringan sekitarnya: koroid, badan
siliar dan retina.
8) Lensa mata
Lensa merupakan badan yang bening, bikonveks 5 mm
tebalnya dan berdiameter 9 mm pada orang dewasa.permukaan lensa
bagian posterior lebih melengkung daripada bagian anterior.kedua
permukaan tersebut bertemu pada tepi lensa yang dinamakan
ekuator.lensa mempunyai kapsul yang bening dan pada ekuator
difiksasi oleh zonula zinn pada badan siliar.lensa pada orang dewasa
terdiri atas bagian inti (nukleus) dan bagian tepi (korteks).nukleus lebih
keras daripada korteks.dengan bertambahnya umur, nukleus makin
membesar sedang korteks makin menipis, sehingga akhirnya seluruh
lensa mempunyai konsistensi nukleus.
9) Rongga orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan
terdapat 7 tulang yang membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal,
etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita yang terutama terdiri atas
tulang maksila, bersama-sama tulang palatinum dan zigomatikus.
Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi
rongga hidung.
Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan
dinding medialnya. Dinding orbita terdiri atas tulang :
a) Superior : os.frontal,
b) Lateral : os.frontal. Os. Zigomatik, ala magna os. Fenoid.
c) Inferior : os. Zigomatik, os. Maksila, os. Palatine.
d) Nasal : os. Maksila, os. Lakrimal, os. Etmoid
Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh
saraf optik, arteri, vena, dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus

10
karotid.fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh
saraf lakrimal (v), saraf frontal (v), saraf troklear (iv), saraf okulomotor
(iii), saraf nasosiliar (v), abdusen (vi), dan arteri vena oftalmik.fisura
orbita inferior terletak di dasar tengah temporal orbita dilalui oleh saraf
infra-orbita dan zigomatik dan arteri infra orbita.fosa lakrimal terletak
di sebelah temporal atas tempat duduknya kelenjar lakrimal.rongga
orbita tidak mengandung pembuluh atau kelenjar limfa.
10) Otot penggerak mata
Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk
pergerakkan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan
sewaktu aksi otot. Otot penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu :
a) Oblik inferior
b) Oblik superior
c) Rektus inferior
d) Rektus lateral, aksi abduksi
e) Rektus medius, aksi aduksi
f) Rektus superior

2. Pengertian
Corpus alienum adalah benda asing yang masuk kedalam tubuh. Istilah ini
sering digunakan dalam istilah medis. Merupakan salah satu penyebab cedera
mata yang paling sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun
kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa berakibat serius . Apabila
suatu korpus alienum masuk ke dalam bola mata maka biasanya terjadi reaksi
infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata dan terjadi iridocylitis
serta panophthmitis. Karena itu perlu cepat mengenali benda asing tersebut dan
menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.
Beratnya kerusakan pada organ organ di dalam bola mata tergantung dari
besarnya corpus alienum, kecepatannya masuk, ada atau tidaknya proses infeksi
dan jenis bendanya sendiri.bila ini berada pada segmen depan dari bola mata, hal
ini kurang berbahaya jika dibandingkan dengan bila benda ini terdapat di dalam
segmen belakang. Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi
salah satu dari ketiga perubahan berikut :
a. Mecanical effect
Benda yang masuk ke dalam bola mata hingga melalui kornea ataupun sclera.
Setelah benda ini menembus kornea maka ia masuk ke dalam kamera oculi

11
anterior dan mengendap ke dasar. Bila kecil sekali dapat mengendap di dalam
sudut bilik mata. Bila benda ini terus, maka ia akan menembus iris dan kalau
mengenai lensa mata akan terjadi catarack, traumatic. Benda ini bisa juga
tinggal di dalam corpus vitreus. Bila benda ini melekat di retina biasanya
kelihatan sebagai bagian yang dikelilingi oleh eksudat yang berwarna putih
serta adanya endapan sel sel darah merah, akhirnya terjadi degenerasi retina.
b. Permulaan terjadinya proses infeksi
Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata kemungkinan akan timbul
infeksi. Corpus vitreus dan lensa dapat merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman sehingga sering timbul infeksi supuratif. Juga kita tidak
boleh melupakan infeksi kuman tetanus.
c. Terjadinya perubahan-perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses
kimiawi (reaction of ocular tissue).

3. Etiologi
Penyebab cedera mata pada permukaan mata adalah benda asing ( benda hidup
atau benda mati).
a. Benda hidup misalnya serangga yang terbang berukuran kecil.
b. Benda mati misalnya percikan kaca, partikel yang terbawa angin, debu, serta
ranting pohon.
Selain itu Corpus Alienum dapat terjadi secara mekanik dan non mekanik
a. Mekanik, meliputi :
1) Trauma oleh benda tumpul, misalnya :
a) Terkena tonjokan tangan
b) Terkena lemparan batu
c) Terkena lemparan bola
d) Terkena jepretan ketapel, dan lain-lain
2) Trauma oleh benda tajam, misalnya:
a) Terkena pecahan kaca
b) Terkena pensil, lidi, pisau, besi, kayu
c) Terkena kail, lempengan alumunium, seng, alat mesin tenun.
3) Trauma oleh benda asing, misalnya:
Kelilipan pasir, tanah, abu gosok dan lain-lain
b. Non Mekanik, meliputi :
1) Trauma oleh bahan kimia:

12
a) Air accu, asam cuka, cairan HCL, air keras
b) Coustic soda, kaporit, jodium tincture, baygon
c) Bahan pengeras bakso, semprotan bisa ular, getah papaya, miyak putih
2) Trauma termik (hipermetik)
a) Terkena percikan api
b) Terkena air panas
3) Trauma Radiasi
a) Sinar ultra violet
b) Sinar infra merah
c) Sinar ionisasi dan sinar X

4. Klasifikasi
Berdasarkan keparahannya trauma mata diklasifikasi sebagai berikut:
a. Trauma Ringan
1) Trauma disembuhkan tanpa tindakan atau pengobatan yang berarti
2) Kekerungan ringan pada kornea
3) Prognosis baik
b. Trauma sedang
1) Kekeruhan kornea sehingga detail iris tidak dapat dilihat, tapi pupil masih
tampak
2) Iskemik mekrosis pada konjungtiva dan sklera
3) Prognosis sedang
c. Trauma berat
1) Kekeruhan kornea sehingga pupil tidak dapat dinilai
2) Konjungtiva dan sklera sangat pucat karena istemik nekrosis bera
3) Prognosis buruk

13
5. Tanda dan gejala
a. Ekstra Okular
1) Mendadak merasa tidak enak ketika mengedipkan mata
2) Ekskoriasi kornea terjadi bila benda asing menggesek kornea, oleh
kedipan bola mata.
3) Lakrimasi hebat.
4) Benda asing dapat bersarang dalam torniks atas atau konungtiva
5) Bila tertanam dalam kornea nyeri sangat hebat
b. Infra Okuler
1) Kerusakan pada tempat masuknya mungkin dapat terlihat di kornea, tetapi
benda asing bisa saja masuk ke ruang posterior atau limbus melalui
konjungtiva maupun sklera.
2) Bila menembus lensa atau iris, lubang mungkin terlihat dan dapat terjadi
katarak.
3) Masalah lain diantaranya infeksi skunder dan reaksi jaringan mata terhadap
zat kimia yang terkandung misalnya dapat terjadi siderosis.

6. Patofisiologi
Benda asing yaitu benda mati dan benda hidup. Benda mati misalnya partikel
kaca, partikel yang terbawa angin, debu, ranting pohon. Benda hidup misalnya
serangga yang berukuran kecil. Benda mati terbang melalui udara kemudian
masuk kedalam mata dan mengalami iritasi corpus alienum. Sedangkan benda
hidup terbang atau berjalan kemudian masuk mata sehingga mengalami iritasi
corpus alienum.

14
7. Pathway

Benda Mati Benda Hidup

(Partikel kaca, partikel yg terbawa (serangga kecil)


angin, debu, ranting pohon)

Melalui udara Terbang / berjalan

Diterbangkan

Masuk ke mata

Iritasi

Corpus Alienum

pembengkakan Pertumbuhan Pandangan kabur Ansietas


kuman

Penurunan
Kurangnya
Infeksi Lapang Pandang
Nyeri informasi

Gangguan
sensori Kurang
perceptual : pengetahuan
penglihatan

15
8. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan bagian luar mata
1) Posisi mata : dikaji simetris / tidak. Apakah exaptalamus
2) Alis mata bulu mata dan kelopak mata. Respon tutup mata dan berkedip.
2) Inspeksi area antara kelopak mata bawah dan atas apakah bebas ederma.
3) Inspeksi sclera dan konjugtiva: melihat warna, perubahan tekstur dan lain-
lain.
4) Iris dan pupil diinspeksi normalnya saat diberikan cahaya. Iris kontraksi
dan nervus optikus terstimulasi.

9. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan pada kasus trauma mata dilakukan baik subyektf maupun
obyektif.
1) Pemeriksaan subyektif
Pemeriksaan ketajaman penglihatan. Hal ini berkaitan dengan pembutatan
visum et repertum. Pada penderita yang ketajamannya menurun, dilakukan
pemeriksaan retraksi untuk mengetahui bahwa penurunan penglihatan
mungkin bukan disebabkan oleh trauma tetapi oleh kelainan retraksi yang
sudah ada sebelum trauma (Widodo, 2000)
2) Pemeriksaan Obyektif
Saat penderita kita inspeksi sudah dapat diketahui adanya kelainan di
sekitar mata seperti adanya perdarahan sekitar mata. Pembengkakan di
dahi, pipi, hidung dan lain-lain yang diperiksa pada kasus trauma mata
ialah: keadaan kelopak mata kornea, bilik mata depan, pupil, lensa dan
tundus, gerakan bola mata dan tekanan bola mata.
Pemeriksaan segmen anterior dilakukan dengan sentotop, loupe slit
lamp dan atlalmoskop. (Widodo, 2000).
b. Pemeriksaan Khusus
1) Pembiakan kuman dari benda yang merupakan penyebab trauma untuk
menjadi petunjuk pemberian obat antobiotik pencegah infeksi.
2) Pemeriksaan radiology foto orbita

16
Untuk melihat adanya benda asing yang radioopak, bila ada dilakukan
pemeriksaan dengan lensa kontak combrang dan dapat ditentukan apakah
benda asing intra okuler atau ektra okuler.
3) Pemeriksaan ERG : untuk mengetahui fungsi retina yang rusak atau yang
masih ada.
4) Pemeriksaan VER : untuk melihat fungsi jalur penglihatan pusat
penglihatan

10. Penatalaksanaan
a. Trauma Mata Benda Tumpul
Penanganan ditekankan pada utama yang menyertainya dan penilaian
terhadap ketajaman penglihatan. Setiap penurunan ketajaman penglihatan
tanda mutlak untuk melakukan rujukan kepada dokter ahli mata.
(mangunkusumo, 2000) Pemberian pertolongan pertama berupa:
1) Obat-obatan analgetik : untuk mengurangi rasa sakit. Untuk pemeriksaan
mata dapat diberikan anesteshi local: Pantokain 0,5% atau tetracain 0,5% -
1,0 %.
2) Pemberian obat-obat anti perdarahan dan pembengkakan
3) Memberikan moral support agar pasien tenang
4) Evaluasi ketajaman penglihatan mata yang sehat dan mata yang terkena
trauma
5) Dalam hal hitema ringan (adanya darah segar dala bilik mata depan) tanpa
penyulit segera ditangani dengan tindakan perawatan:
a) Tutup kedua bola mata
b) Tidur dengan posisi kepala agar lebih tinggi
c) Evaluasi ketajaman penglihatan
d) Evaluasi tekanan bola mata
6) Setiap penurunan ketajaman penglihatan atau keragu-raguan mengenai
mata penderita sebaiknya segera di rujuk ke dokter ahli mata.
b. Trauma mata benda tajam
Keadaan trauma mata ini harus segera mendapat perawatan khusus
karena dapat menimbulkan bahaya; infeksi, siderosis, kalkosis dan atlalmia
dan simpatika.
Pertimbangan tindakan bertujuan :

17
1) Mempertahankan bola mata
2) Mempertahankan penglihatan
Bila terdapat benda asing dalam bola mata, maka sebaiknya dilakukan
usaha untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada penderita diberikan:
1) Antibiotik spectrum luas
2) Analgetik dan sedotiva
3) Dilakukan tindakan pembedahan pada luka yang terbuka
c. Trauma mata benda asing
1) Ekstra Okular
a) Tetes mata
b) Bila benda asing dalam forniks bawah, angkat dengan swab.
c) Bila dalam farniks atas, lipat kelopak mata dan angkat
d) Bila tertanam dalam konjungtiva, gunakan anestesi local dan angkat
dengan jarum
e) Bila dalam kornea, geraka anestesi local, kemudian dengan hat-hati
dan dengan keadaan yang sangat baik termasuk cahaya yang baik,
angkat dengan jarum.
f) Pada kasus ulerasi gunakan midriatikum bersama dengan antibiotic
local selama beberapa hari.
g) Untuk benda asing logam yang terlalu dalam, diangkat dengan jarum,
bisa juga dengan menggunakan magnet.
2) Intra okuler
a) Pemberian antitetanus
b) Antibiotic
c) Benda yang intert dapat dibiarkan bila tidak menybabkan iritasi
d. Trauma mata bahan kimia
1) Trauma akali
b) Segera lakukan irigasi selama 30 menit sebanyak 2000 ml; bila
dilakukan irigasi lebih lama akan lebih baik.
c) Untuk mengetahui telah terjadi netralisasi bisa dapat dilakukan
pemeriksaan dengan kertas lokmus; pH normal air mata 7,3
d) Diberi antibiotic dan lakukan debridement untuk mencegah infeksi
oleh kuman oportunie.

18
e) Diberi sikoplegik karena terdapatnya iritis dan sineksis posterior
f) Beta bloker dan diamox untuk mengatasi glukoma yang terjadi
g) Steroid diberikan untuk menekan radang akibat denoturasi kimia dan
kerusakan jaringan kornea dan konjungtiva namun diberikan secara
hati-hati karena steroid menghambat penyembuhan.
h) Kolagenase intibitor seperti sistein diberikan untuk menghalangi efek
kolagenase.
i) Vitamin C diberikan karena perlu untuk pembentukan jaringan
kolagen.
j) Diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek.
k) Karataplasti dilakukan bila kekerutan kornea sangat menganggu
penglihatan.
1) Trauma Asam
a) Irigasi segera dengan gara fisiologis atau air.
b) Control pH air mata untuk melihat apakah sudah normal
c) Selanjutnya pertimbangan pengobatan sama dengan pengobatan yang
diberikan pada trauma alkali.
Tindakan pada trauma kimia dapat juga tergantung dari 4 fase peristiwa, yaitu:
a. Fase kejadian (immediate)
Tujuan dari tindakan adalah untuk menghilangkan materi penyebab
sebersih mungkin, yaitu meliputi:
1) Pembilasan dengan segera, denan anestesi tapical terlebih dahulu.
2) Pembilasan dengan larutan non toxic (NaCl 0,9% ringer lastat dan
sebagainya) sampai pH air mata kembali normal.
b. Fase Akut (sampai hari ke-7)
Tujuan tindakan adalah mencegah terjadinya penyulit dengan prinsip
sebagai berikut:
1) Mempercepat proses re-epitelisasi kornea
2) Mengontrol tingkat peradangan
3) Mencegah infeksi sekunder
4) Mencegah peningkatan tekanan bola mata
5) Suplemen / anti oksidan
6) Tindakan pembedahan

19
c. Fase Pemulihan Dini (early repair : hari ke 7 21)
Tujuannya membatasi penyakit setelah fase 2
d. Fase pemulihan akhir (late repair : setelah hari ke 21)
Tujuannya adalah rehabilitasi fungsi penglihatan
Benda asing di mata harus dikeluarkan. Agar benda asing terlihat lebih
jelas dan untuk melihat adanya goresan atau benda asing pada mata, bisa
diberikan obat tetes mata khusus yang mengandung zat warna flouresensi.
Kemudian diberikan obat tetes mata yang mengandung obat bius untuk
mematikan rasa dipermukaan mata. Dengan menggunakan alat penerangan
khusus, benda tersebut bisa dibuang oleh dokter. Benda asing seringkali bisa
diambil dengan menggunakan kapas steril yang lembab atau kadang dengan
mengguyur mata dengan air steril.
Jika benda asing menyebabkan goresan kecil pada permukaan kornea,
diberikan salep antibiotik selama beberapa hari. Goresan yang lebih besar
memerlukan pengobatan tambahan. Pupil diusahakan tetap melebar dengan
pemberian obat, lalu dimasukkan antibiotik dan mata ditutup dengan plester.
Sel-sel pada permukaan mata beregenerasi dengan cepat, meskipun
goresannya besar, penyembuhannya akan berlangsung selama 1-3 hari.
Jika benda asing telah menembus ke lapisan mata yang lebih dalam,
segera hubungi dokter spesialis mata.

B. Konsep dasar asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Data biografi (meliputi identitas pasien seperti : Nama, Jenis kelamin,
pekerjaan, agama)
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan pendahuluan diambil untuk menentukan masalah primer
pasien seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, rasa terbakar pada mata,
mata basah, pandangan ganda, bercak dibelakang mata dan lain-lain.
c. Riwayat penyakit apa yang terakhir di derita oleh pasien
1) Masa anak : Strabismus, ambliopia, cedera
2) Dewasa : Glausoma, katarak, cidera / trauma mata.
3) Penyakit keluarga : Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga

20
d. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan bagian luar mata
a) Posisi mata : dikaji simetris / tidak. Apakah exaptalamus
b) Alis mata bulu mata dan kelopak mata. Respon tutup mata dan
berkedip.
2) Inspeksi area antara kelopak mata bawah dan atas apakah bebas ederma.
3) Inspeksi sclera dan konjugtiva: melihat warna, perubahan tekstur dan lain-
lain.
4) Iris dan pupil diinspeksi normalnya saat diberikan cahaya. Iris kontraksi
dan nervus optikus terstimulasi.
e. Tes Diagnostik
Untuk menilai :
1) Ketajaman serta fungsi penglihatan
2) Pemeriksaan keadaan organ mata
3) Penggolongan keadaan trauma

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan tingkah laku
ekspresif (merintih, menangis)
b. Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman, gangguan
penglihatan.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya benda asing ke dalam mata
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
ditandai dengan klien bertanya-tanya tentang penyakitnya.

3. Intervensi keperawatan
No dx Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ttv klien 1. Untuk mengetahui
keperawatan selama 3x24 jam keadaan umum klien
diharapkan nyeri klien 2. Ukur skala nyeri 2. Untuk mengetahui
berkurang dengan k.h : klien tingkat nyeri klien
a. Skala nyeri 3-0 3. Ajarkan teknik 3. Untuk mengurangi
b. Ekspresi wajah tenang distraksi nyeri klien

21
c. Klien tampak rileks 4. Ciptakan 4. Memberikan rasa
d. Ttv dalam batas normal lingkungan yang nyaman pada klien
nyaman
5. Kolaborasi : 5. Analgetik dapat
berikan analgetik menurunkan nyeri
sesuai indikasi pasien
Dx 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji & 1. Menentukan seberapa
keperawatan selama 3x24 jam dokumentasikan bagus visus klien
diharapkan perubahan sensori ketajaman
persepsi tidak terjadi dengan pengelihatan
k.h : 2. Kaji deskripsi 2. Memberikan data
a. Mengalami peningkatan fungsional dasar tentang
lapang pandang tentang apa yg pandangan akurat klien
bisa dilihat oleh
klien 3. Meningkatkan
3. Adaptasikan kemandirian klien
lingkungan
dengan kebutuhan
visual klien 4. Klien sering
4. Gunakan mengalami fotofobia
kacamata dan sehingga cahaya akan
hindari sinar menyulitkan klien
matahari
Dx 3 Setelah diberikan asuhan 1. Diskusikan 1. Menurunkan jumlah
keperawatan selama 3x24 jam pentingnya bakteri pada tangan,
diharapkan resiko infeksi klien mencuci tangan mencegah
dapat diatasi dengan kh : sebelum kontaminasi.
a. Tidak terjadi infeksi. menyentuh atau
mengobati mata.
2. Gunakan atau 2. Teknik aseptic
tunjukkan tekhnik menurunkan resiko
yang tepat untuk penyebaran bakteri dan
membersihkan kontaminasi silang
mata dari dalam

22
ke luar dengan
tisu basah atau
bola kapas untuk
tiap usapan, ganti
balutan dan
masukkan lensa
3. Infeksi mata terjadi 2-
kontak bila
3 hari setelah prosedur
menggunakan
dan memerlukan upaya
3. Observasi atau
intervensi
diskusikan tanda
terjadinya infeksi
contoh
4. Sediaan topical
kemerahan,
digunakan secara
kelopak bengkak.
profilaksis dimana
4. Berikan obat
terapi lebih agresif
sesuai indikasi :
diperlukan bila terjadi
antibiotic
infeksi dan digunakan
(topical,parenteral
untuk inflamasi
,/
subkonjungtiva,st
eroid)

Dx 4 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji informasi 1. Meningkatkan


keperawatan selama 3x24 jam tentang kondisi pemahaman dan
diharapkan klien dapat individu. meningkatkan kerja
memahami dan mengetahui sama
informasi dengan k.h : 2. Tekankan 2. Pengawasan periodik
a. Klien dapat memahami pentingnya menurunkan resiko
kondisi/proses penyakit dan evaluasi komplikasi serius
pengobatan perawatan rutin

3. Informasikan 3. Dapat beraksi silang


pasien untuk atau campur dengan
menghindari tetes obat yg diberikan

23
mata yang dijual
bebas

4. Implementasi
Tahap pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dan
merupakan tahapan dimana perawat merealisasikan rencana keperawatan ke
dalam tindakan keperawatan nyata, langsung pada klien.tindakan keperawatan itu
sendiri merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan yang telah diktentukan
dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan sudah berhasil di capai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Corpus alienum adalah benda asing yang masuk kedalam tubuh. Istilah ini
sering digunakan dalam istilah medis. Merupakan salah satu penyebab cedera mata
yang paling sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan
bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa berakibat serius . Apabila suatu korpus
alienum masuk ke dalam bola mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat
serta timbul kerusakan dari isi bola mata dan terjadi iridocylitis serta panophthmitis.
Karena itu perlu cepat mengenali benda asing tersebut dan menentukan lokasinya di
dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.
Ada 4 diagnosa yang dapat diangkat yaitu:
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan tingkah laku
ekspresif (merintih, menangis)
2. Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman, gangguan
penglihatan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya benda asing ke dalam mata
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
ditandai dengan klien bertanya-tanya tentang penyakitnya.
B. Saran
Dalam materi trend dan issue pada sistem neurobehavior I ini, kami harap
agar para dosen atau fasilitator bersedia untuk mengoreksi kekurangan dari makalah
kami serta kami harapkan agar para dosen atau fasilitator dapat memberikan
pengetahuan atau informasi yang lebih baik dan lengkap lagi dari makalah yang telah
kami buat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, marilynn e. Dkk. 2003. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: egc


Brunner and suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal-bedah edisi 8, voleme 2.
Jakarta: egc
Nanda ,diagnosa keperawatan,definisi dan klasifikasi 2005-2006

26

Anda mungkin juga menyukai