A. Pengertian
- Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh yang terjadi akibat
kekerasan (Mansjoer, 2000)
- Bekas gigit (Bite Mark) dapat berupa luka lecet tekan berbentuk garis lengkung
terputus-putus hematoma tau luka robek dengan tepi rata, luka gigitan umumnya
masih baik strukturnya sampai 3 jam pasca trauma, setelah itu dapat beruba bentuk
akibat elastisitas kulit (Mansjoer,2000)
- Vulnus morsum merupakan luka yang tercabik-cabik yang dapat berupa memar
yang disebabkan oleh gigitan binatang atau manusia (Morison J,2003)
B. Etiologi
D. Komplikasi
- Gigitan ular, gejala sistemik berupa gagal ginnjal, syok dan koma dan bisa
menyebabkan kematian
- Gigitan anjing, kerusakan sel syaraf, kelumpuhan otot-otot serta kematian
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Gigitan ular
- Pada pemeriksaan darah dapat dijumpai hipoprototrombinemia, trombositopenia,
hipofibrinogenemia dan anemia
- Pada foto rontgen thoraks dapat dijumpai emboli paru dan atau edema paru
2. Gigitan anjing
- Diagnosis pada manusia ditegakkan dengan tes antibodi netraslisasi rabies yang
positif dan
- Diagnosis pada hewan ditegakkan dengan pemeriksaan otak secara otopsi. Pada
otopsi otak akan ditemukan badan inklusivirus (Negri’s bodies) didalam sel saraf
F. Penatalaksanan
a. Gigitan ular
Cegah penyebaran bisa dari daerah gigitan
- Pasang tourniquet didaerah proksimal daerah gigitan atau pembengkakan untuk
membendung sebagian aliran limfe dan vena
- Letakkan daerah gigitan lebih rendah dari tubuh
- Boleh diberikan kompres es local
- Usahakan penderita setenang mungkin, bisa diberikan petidine 50 mg im untuk
menghilangkan nyeri
Perawatan luka
- Hindari kontak luka dengan larutan asam KmnO4, yodium, atau benda panas
- Zat anestetik disuntikkan disekitar luka, jangan kedalam luka bila perlu
pengeluaran dibantu dengan penghisapan melalui breast pump
1. Bila mungkin berikan suntikkan anti bisa (antivenin) dengan dosis 4-5 ampul
dewasa, anak-anak dengan dosis yang lebih besar (2-3 kali)
2. Perbaikan sirkulasi
- Kopi pahit pekat
- Kafein Na benzoate 0,5 g/iv
- Bila perlu diberikan vasokonstriktor, misal epedrin 10-25 mg dalam 500-100 ml
cairan/drip
3. Obat lain
- ATS 1500-3000 ui
- Toksoid tetanus 1ml
- Antibiotik
b. Gigitan anjing
1. Luka dibersihkan dengan sabun dan air berulang-ulang
2. Irigasi dengan larutan betadine, bila perlu lakukan debridement
3. Jangan melakukan anestesi infiltrasi local tetapi anestesi dengan cara blok atau
umum
4. Balut luka secara longgar dan observasi luka 2 kali sehari
5. Berikan ATS atau HTIG
6. Bila luka gigitan berat berikan suntikkan infiltrasi serum anti rabies disekitar luka
PATOFLOW
Etiologi vulnus morsum
( gigitan manusia, binatang,
dll )
↓
Traumatik jaringan
↓
Terputusnya kontinuitas
jaringan
↓
Kerusakan syaraf perifer
↓
Menstimulasi pengeluaran
Kerusakan kulit neurotransmitter Perdarahan berlebih
↓ (prostaglandin, histamine, ↓
Rusaknya barier tubuh bradikinin, serotonin) Perpindahan cairan
↓ ↓ intravaskuler ke
Terpapar dengan lingkungan Serabut eferen ekstravaskuler
↓ ↓ ↓
Resti infeksi Medula spinalis Keluarnya cairan tubuh
↓ (ketidakseimbangan)
Korteks serebri ↓
↓ Kekurangan volume cairan
Serabut aferen ↓
↓ Resti syok hipovolemik
Nyeri
↓
Kemempuan ambang batas
tubuh tidak menahan
↓
Syok neurogenik
Stress
↓
Ansietas
↓
Gangguan pola istirahat
dan tidur
Aktifitas motorik
terbatas
↓
Kekuatan otot menurun
↓
Gangguan mobilisasi fisik
Defisit
perawatan diri
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kedaruratan
A. Pengkajian
1. Airway
· Tidak adanya sputum atau secret
· Tidak adanya lender dan darah
· Tidak adanya benda asing pada saluran pernafasan
2. Breathing
· Tidak adanya sesak nafas ataupun tidak menggunakan nafas tambahan, seperti
retraksi dan pernafasan cuping hidung serta apneu
· Frekuensi nafas dalam batas normal
· Irama teratur tidak dalam maupun dangkal
· Nafas tidak berbunyi dan suara nafas vesicular tidak wheezing dan ronchi
· Reflek batuk ada
· AGD dalam batas normal (PO2 35-45 mmhg dan PCO2 80-100 mmhg)
3. Circulation
· Nadi menurun dan teratur
· Tekanan menurun
· Distensi vena jugularis tidak kiri dan kanan tidak ada
· Crt dalam batas normal
· Warna kulit kemerahan dan edema
· Sianosis
· Sirkulasi jantung (irama jantung teratur, bunyi jantung jantung normal S1dan
S2, nyeri dada tidak ada)
4. Disability
- Terjadi penurunan kesadaran (GCS) pada pada daerah ekstremitas
- Drugs, pemberian antivenin (anti bisa), analgetik (petidine)
5. Exposure
· Adanya edema
· Adanya kemerahan
· Kekakuan otot
6. Fluid
· Output, nausea vomiting, anoreksia dan , berkeringat.
7. Good Vital
· Terjadi penurunan pada tekanan darah
· Pada nadi terjadi penurunan
· Pernafasan dalam batas normal
· Suhu dalam batas normal
8. Head to-toe
· Kepala :
Bentuk simetris, distribusi rambut merata, kebersihan rambut.
1. Mata : bentuk simetris, tidak anemis,pupil isokor
2. Hidung : Bentuk simetris
3. Telinga : bentuk simetris kiri dan kanan
4. Bibir : Bentuk simetris
· Leher :
Tidak ada pembesaran vena jugularis dan pembesaran kelenjar getah bening
· Dada :
Paru-paru : frekuensi > 24x/mnt, irama teratur
· Jantung :
Bunyi jantung : normal S1 dan S2, HR menurun
· Abdomen :
1. Bentuk : simetris
2. Bising usus dalam batas normal (6-10x/mnt)
3. Ada mual dan muntah
· Ekstremitas :
1. Akral dingin
2. Edema
3. Kekakuan otot
4. Nyeri
5. Kekuatan otot menurun
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d adanya edema
2. Kekurangan volume cairan b.d anoreksia, nausea vomiting dan intake tidak
adekuat
3. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan kulit
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama perawatan , gangguan perfusi jaringan perifer tidak
terjadi dengan kriteria :
- Nadi teratur (60-100 x/menit)
- TD dalam batas normal
- Tidak ada edema
No Intervensi Rasional
1 Obsevasi warna, sensasi, gerakan nadiPembentukan odema dapat
perifer melalui dopler dan pengisiansecara cepat menekan
kapiler pada ekstremitas luka,pembuluh darah sehingga
bandingakan dengan ekstremitas yangmempengaruhi sirkulasi
tidak sakit
2 Tinggikan eksteremitas yang sakit denganMeningkatkan sirkulasi
tepat sistemik atau aliran balik
vena dan dapat menurunkan
edema
3 Ukur TD pada ekstremitas yangDapat mengetahui secara
mengalami luka, lepaskan manset TDberkesinambungan TD dan
setelah mendapatkan hasil menentukan intervensi yang
tepat, dengan dibiarkan
manset pada tempatnya dapat
meningkatkan pembentukan
edema
4 Dorong latihan gerak aktif pada bagianMeningkatkan sirkulasi local
tubuh yang tidak sakit dan sistemik
5 Observasi nadi secara tertur Disritmia jantung dapat
terjadi akibat perpindahan
elektrolit
Diagnosa 2
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama perawatan kebutuhan cairan terpenuhi dengan
kriteria :
- TTV dalam batas normal
- Menunjukan perbaikan keseimbangan cairan
- Haluaran urine normal
No Intervensi Rasional
1 Awasi tanda vital, CVP, perhatikanMemberi pedoman untuk
pengisian kapiler dan kekuatan nadipenggantian cairan dan
perifer mengkaji respon
kardiovaskuler
2 Awasi haluaran urine dan observasiPenggantian cairan harus
warna urine difiltrasi untuk meyakinkan
rata-rata atau balance
haluaran urine dan
pemasukan
3 Observasi mual muntah sesuai denganUntuk mengobservasi output
frekuensinya cairan dan menyesuaikan
intake cairan
4 Berikan penggantian cairan IV yangResusitasi cairan
dihitung, elektrolit, plasma dan albumin menggantikan kehilangan
cairan elektrolit dan
membantu pencegahan
komplikasi
5 Observasi pemeriksaan laboratoriumMengidentifikasi kehilangan
( Hb, Ht, elektrolit dan natrium urine ) darah atau kerusakan sel
darah merah dan kebutuhan
penggantian cairan dan
elektrolit
Diagnosa 3
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keprawtan, nyeri berkurang dengan kriteria :
- Ekspresi wajah atau postur tubuh rileks
- Dapat beristirahat dengan tepat
- Nyeri berkurang/ terkontrol dengan TTV dalam keasaan normal.
No Intervensi Rasional
1 Tutup luka sesegera mungkin Suhu dan gerakan udara
dapat menyebabbkan nyeri
pada pemajanan ujung saraf
2 Observasi keluhan nyeri, perhatikanPerubahan lokasi/ karakter/
lokasi atau karakter, intensitas intersitas nyeri dapat
mengidentifikasi terjadinya
komplikasi
3 Jelaskan prosedur/ berikan informasiDukungan empati dapat
setelah debridement luka membantu mengurangi nyeri
atau meningkatkan relaksasi
4 Dorong ekspresi perasaan teentang nyeri Pernyataan memungkinkan
pengungkapan emosi dan
dapat meningkatkan
mekanisme koping
5 Dorong penggunaan tekhnik manajemenMemfokuskan kembali
stress dan tekhnik relaksasi perhatian dan meningkatkan
relaksasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Volume 1.
Jakarta : EGC
Cecily. L. Betz (2002). Buku Saku Keperawatan pediatrik. Edisi 3. Jakarta : ECG
Gallo and hudak. 1997. Keperawatan kritis pendekatan holistik jilid 1. Jakarta : EGC
Tim Training dan Tim Pengkaji Medis Internasional SOS. 2008. PPGD (Pertolongan
Pertama Gawat Darurat) Level 2. International SOS Training Departement: Jakarta
Asuhan Keperawatan pada pasien mual dan muntah
Mual merupakan perasaan ingin muntah subjektif. Muntah adalah pengeluaran isi
lambung melaui osofagus dan mulut. Mual dan muntah merupakan pengalaman
yang hamper dirasakan semua orang. Muntah juga merupakan mekanisme
pertahanan tubuh dari bahan yang berbahaya dari saluran pencernaan. Reflek
muntah dikontrol oleh pusat muntah di otak. Mekanisme terjadinya mutah sangat
komplek. Banyak penyebab yang dapat menyebabkan muntah yaitu:
1. infeksi virus
2. stress
3. kehamilan
4. obat
5. myocardial infark
6. uremia
7. kondisi lain
Intervensi terapeutik
Mual dan muntah sangat sedikit memerlukan intervensi. Akan tetapi jika dibiarkan
akan menyebabkan dehidrasi dan ketidak seimbangan elektrolit. Kehilangan asam
klorida dari lambung dapat menyebabkan terjadinya metabolic alkalosis. Muntah
yang hitam seperti kofi menunjukan muntah bercampur dengan darah. Proteksi pada
jalam napas selama muntah merupakan tindakan yang ling penting untuk mencegah
adanya aspirasi. Resiko aspirasi meningkat pada pasien dengan penurunan
kesadaran, orang tua, dan kegagalan reflek gag. Tepatkan pasien dalam posisi yang
nyaman sehingga muntahan keluar. Pemukulan punggung saat muntah dapat
menyebabkan aspirasi.
Pengkajian/pengumpulan data
1. kelemahan
2. sakit kepala
3. tidak mampu untuk berkonsentrasi
4. postural hypotensi
1. bingunng
2. oliguria
3. kulit dingin dan lembab
4. nyeri dada dan perut
Hasil yang diinginkan: pasien menyatakan mual dan muntah tidak ada
Hasil yang diinginkan: Jalan napas dan suara paru pasien bersih
Kekurangan Cairan
Hasil yang diinginkan: tanda vital pasien dalam batas normal
Evaluasi
Pasien menunjukan mual tidak ada, suara paru bersih, dan tanda vital normal.