Anda di halaman 1dari 30

UVEITIS

MILA WIDYASTUTI

ANATOMI
Mata terdapat dalam cavum orbita yang berbentuk seperti piramida, pada apeks posterior terdapat kanal optik tempat masuknya saraf optik. Fissura orbita superior dan inferior merupakan tempat lewatnya pembuluh darah dan saraf kranial untuk bagian orbita. Bola mata/bulbus oculi terdiri dari: Kornea Suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior. Terdiri dari: 1. Ep berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk -> daya regenerasi cukup baik (tanpa parut) 2. Membr Bowman -> membran tipis homogen yg mempertahankan bentuk kornea, sembuh dengan jaringan parut. 3. Subsansia propria (stroma kornea)-> serabut kolagen, subs dasar, dan fibroblas yg mjd dasar kornea. Merupakan lapisan paling tebal terdiri atas jaringan kolagen yang tersusun dalam lamel sejajar dengan permukaan kornea. Diantara kolagen terdapat matriks. Bersifat higroskopis, menarik air dari bilik mata depan. 4. Membr descemet 5. Lap endotel kornea -> mempertahankan kejernihan kornea dan tidak punya daya regenerasi, tidak mengandung pembuluh darah, jernih, dan bening.

Sklera suatu lapisan luar keras yang opak di posterior. Merupakan tempat melekatnya otot ekstraokular dan pada posterior, sklera ditembus oleh saraf optik. Limbus sambungan antara sklera dan kornea

Konjungtiva konjungtiva palpebra: selaput tipis yang menutup seluruh permukaan posterior palpebra (superior dan inferior) Konjungtiva bulbi: melipat ke permukaan luar sklera Iris merupakan bagian berwarna dari mata dan perpanjangan dari korpus siliaris. Strukturnya sirkuler dan membuka di tengah disebut pupil yang berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk. Otot sfingter diatur oleh sistem parasimpatis sementara otot dilator (meluas dari iris di perifer ke arah sfingter) diatur oleh sistem simpatis. Melekat di perifer pada bagian anterior korpus siliaris. Bagian posterior dilapisi oleh epitel berpigmen dua lapis. o Sudut iridokornea: Sudut yang dibentuk oleh kornea, dilapisi oleh jaringan sel dan kolagen(jalinan trabekula) serta kanalis schlemm untuk drainase dari aqueous humor. Cairan masuk melalui vakuola pada lapisan endotelnya melalui ruang interselular. Bilik mata: COA (kornea-iris) dan COP (iris-lensa-korpus siliar).

Korpus siliaris terdiri atas tiga bagian: o M. Siliaris: terletak di anterior dan mengandung otot siliaris polos sirkular, longitudinal, dan radial yang kontraksinya mengubah bentuk lensa dan mengatur fokus mata . Diatur saraf parasimpatis N.III serta merupakan tempat perlekatan dari iris. o Pars plikata (processus ciliaris): bertugas mensekresi aqueous humor. Dibentuk oleh dua lapisan epitel (berpigmen & nonberpigmen) dengan stroma vaskular. Sel epitel memperlihatkan banyak lipatan kedalam, yang meningkatkan daerah permukaannya untuk transpor cairan dan bahan terlarut. Kapiler stroma berfenestrasi, sehingga konstituen plasma dapat memasukinya. Taut erat antara sel epitel tanpa pigmen menghasilkan suatu sawar yang mencegah terjadinya difusi bebas ke bilik posterior. Penting untuk sekresi aktif akueous oleh sel tanpa pigmen.

Pars plana: terdiri dari stroma yang relatif avaskular yang ditutupi oleh lapisan epitel dua lapis.

Koroid lapisan kaya pembuluh darah yang melapisi segmen posterior dan memberi nutrisi pada permukaan dalam retina. Koroid melekat erat pada retina dan mengikat longgar pada sklera(karena adanya aliran aqueos humor serta pembuluh darah). Merupakan lapisan berpigmen. Membran dasarnya bersama dengan membran dasar epitel pigmen retina (EPR) membentuk membran Bruch yang aselular, yang berfungsi sebagai sawar difusi antara koroid dan retina. Pembuluh darah besar untuk memperdarahi bagian perifer sedangkan pembuluh darah kecil untuk retina. Terdiri dari: 1. Lap suprakoroid 2. Lap vaskulosa V.Vortikosa 3. Lap koriokapilaris 4. Membrana Bruch (lamina elastika)

Lensa merupakan bikonveks elastic disc yang transparan. Terletak dibelakang iris dan difiksasi oleh serabut halus yg terbentang diantara lensa dan korpus siliaris. Terdiri dari kapsul kolagen di bagian luar yang dibawah bagian anteriornya terletak lapisan sel epitel satu lapis. Ke arah ekuator epitel menghasilkan serabut lensa. Serabut lensa merupakan bagian besar massa lensa. Serabut ini merupakan sel memanjang yang tersusun dalam lapisan yang melengkung di ekuator lensa. Serabutserabut ini bertemu di anterior dan posterior untuk membentuk sutura 4

lensa. Dengan pertambahan usia, serabut yang letaknya di dalam kehilangan nukleus dan organel intraselularnya. Serabut yang usianya tertua ditemukan di sentral dan membentuk nukleus lensa; serabut perifer menyusun korteks lensa.

Epitel pigmen retina (retinal pigmen epithelium) o o o o o o o Terbentuk dari satu lapisan sel. Melekat longgar pada retina kecuali di perifer (ora serata) dan di sekitar lempeng optik. Membentuk mikrovili yang menonjol di antara lempeng segmen luar sel batang dan sel kerucut dan menyeimbanginya. Memfagosit sisa segmen eksternal sel batang dan kerucut. Memfasilitasi pasase nutrien dan metabolit antara retina dan koroid Berperan dalam regenerasi rodopsin dan opsin sel kerucut, pigmen visual fotoreseptor yang mengolah kembali vitamin A. Granula melanin yang mengabsorbsorpsi cahaya yang terpancar.

Retina terdiri dari fotoreseptor (sel batang dan kerucut) dan neuron, dan beberapa diantaranya diantaranya (sel ganglion) bersatu membentuk serabut saraf optik. terdiri dari 2 bagian: o o o Posterior dan lateral -> bagian optic (sensitif terhadap cahaya) Anterior -> nonvisual part (menutupi permukaan dalam corpus ciliaris dan iris) Pertemuan keduanya -> ora serrata (garis irregular) Bagian posterior mata (fundus): o Macula lutea: lateral dari blind spot. Terlihat sebagai bercak kuning yang terdiri dari sel batang dan kerucut dan merupakan daerah yang paling fotosensitif. Fovea centralis: cekungan kecil di posterior retina, di tengah macula lutea. Hanya mengandung sel kerucut saja. Optic disc: tempat masuk N.II ke bola mata, disebut juga blind spot sebab tanpa fotoreseptor. Terdiri dari 10 lapisan: 5

o o

1. Lap epitel retina

pigmen

6. Lap inti dalam 7. Lap plexiform dalam 8. Lap sel ganglion 9. Lap serat saraf 10. Membran limitans interna

2. Lap batang & kerucut 3. Membran externa 4. Lap inti luar 5. Lap plexiform luar Sel fotoreseptor: limitans

o Sel kerucut-> bertanggung jawab untuk penglihatan siang hari. Subgrup sel kerucut responsif terhadap panjang gelombang pendek, menengah, dan panjang (biru, hijau, merah). Sel-sel ini terkonsentrasi di fovea yang bertanggung jawab untuk penglihatan detil seperti membaca huruf kecil. o Sel batang-> berfungsi untuk penglihatan malam. Sel-sel ini sensitif terhadap cahaya dan tidak memberikan sinyal informasi panjang gelombang(warna). Sel batang menyusun sebagian besar fotoreseptor di retina bagian lainnya.

Cairan yang mengisi bola mata: o Aqueous humor: terdapat dalam bilik mata COA dan COP. Diproduksi oleh korpus siliaris. Berfungsi untuk menyokong dinding bola mata dengan memberikan tekanan dari dalam, sehingga menjaga bentuk bola mata juga memberikan nutrisi kepada kornea dan lensa serta mengangkut hasil metabolisme. Vitreous humor: gel jernih, menempati 2/3 bola mata. Terdiri dari air (98%) dan sisanya merupakan asam hialuronat dan anyaman kolagen halus serta terdapat sedikit sel. Melekat 6

erat pada retina perifer, pars plana, dan di sekitar lempeng optik, dan agak longgar pada makula dan pembuluh darah retina. Memiliki peran nutritif dan suportif.

Kelopak mata (lempeng tarsal) terdiri atas lapisan permukaan kulit; otot-otot orbikularis; suatu lapisan kolagen kuat (lempeng tarsal); suatu lapisan epitel, konjungtiva,berlanjut sampai ke bola mata. M.levator palpebra, berjalan ke arah kelopak mata atas dan berinsersi pada lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh saraf ketiga. Kerusakan pada saraf ini menimbulkan jatuhnya kelopak mata (ptosis). Suatu otot polos datar yang muncul dari permukaan profunda levator berinsersi pada lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh sistem saraf simpatis. Jika persarafan simpatis rusak (seperti pada sindrom Horner) akan terjadi ptosis ringan. Tepi kelopak mata adalah letak sambungan mukokutan. Sambungan ini mengandung muara kelenjar minyak Meibom yang terletak di lempeng tarsal. Kelenjar ini mensekresikan komponen lipid dari film air mata. Di medial, pada kelopak mata atas dan bawah, dua pungta kecil membentuk bagian awal sistem drainase lakrimal.

Otot ekstraokuler Otot intrinsik untuk mengontrol lensa dan ukuran pupil o M. ciliaris 7

o o

M. Sphincter pupil M. Dilator pupil

Otot ekstrinsik untuk pergerakan bolamata atau membuka kelopak mata atas o o o o o o o M. Rectus oculi medial (III) M. Rectus oculi superior (III) M. Rectus oculi inferior (III) M. Rectus oculi lateral (VI) M. Obliquus oculi superior (IV) M. Obliquus oculi inferior (III) M levator palpebrae superior (III)

M. Orbicularis oculi o o o Orbita part mengelilingi orbita Palpebral part di kelopak mata Lacrimal part di tepi medial, berjalan ke dalam untuk melekat pada crista lacrimalis posterior membantu drainage air mata

Persarafan N. Opticus (II) dibentuk oleh akson-akson yang berasal dari lapisan sel ganglion retina, yang membentuk lapisan serabut saraf, lapisan retina terdalam. Berjalan keluar dari mata melalui lempeng kribiformis sklera, suatu struktur yang menyerupai penyaring. Di orbita, saraf optik dikelilingi oleh selubung yang dibentuk oleh dura, araknoid, dan piamater yang mengelilingi otak. Saraf optik terendam dalam cairan serebrospinalis. Arteri dan vena retina sentral memasuki mata di pusat saraf optik. Serabut saraf ekstraokular memiliki mielin; serabut yang berada dalam mata tidak bermielin. 8

N. Okulomotorius (III) meninggalkan otak tengah di ventral di antara pedunkulus serebri. Saraf ini kemudian berjalan diantara a. Serebri posterior dan a. Serebeli superior dan kemudian di lateral dari a. Komunikans poterior. Saraf ini memasuki sinus kavernosus pada dinding lateral dan memasuki orbita melalui fisura orbita superior. N. Trochlearis (IV) saraf ini mengalami persilangan (dekusasio) dan meninggalkan aspek dorsal otak tengah di bawah kolikulus inferior. Awalnya saraf ini melengkung di sekitar otak tengah sebelum berjalan seperti saraf ketiga di antara arteri serebri posterior dan serebeli superior untuk memasuki aspek lateral sinus kavernosus inferior terhadap saraf ketiga. Saraf keempat memasuki orbita melalui fisura orbita superior. N. Abdusens serabut berjalan dari batas inferior pons. Serabut ini memiliki perjalanan intrakranial yang panjang, berjalan ke arah atas sepanjang pons dan membentuk sudut di anterior di atas os petrosa dan masukke sinus kavernosus dimana saraf ini terletak inferomedial terhadap saraf keempat dan letaknya dekat dengan arteri karotis interna. Saraf ini kemudian memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Perjalanannya yang panjang menjadi penting karena saraf ini dapat terlibat dalam berbagai patologi intrakranial termasuk fraktur basis kranii, invasi oleh tumor nasofaring, dan peningkatan tekanan intrakranial.

Vaskularisasi Arteri karotis interna a.oftalmika a. Retina

(retina) a.Siliaris posterior (saraf optik anterior, koroid) a.Muskularis anterior (otot-otot ekstraokuar) korpus siliris) Sawar darah retina kerusakan sawar akan memberikan tanda pada retina Bagian dalam: dibentuk oleh sel endotel kapiler retina dihubungkan dengan taut erat sehingga pembuluh darah tsb impermeabel terhadap molekul kecil Bagian luar: dibentuk dari kapiler koroid yang memiliki fenestrasi dan mudah bocor dan sel epitel prigmen retina yang dihubungkan dengan taut erat. 9 (iris, a. Siliaris

FISIOLOGI
FUNGSI: Kelopak mata Memberikan proteksi mekanis pada bola mata anterior Mensekresi bagian berminyak dari lapisan film air mata Menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea Mencegah mata menjadi kering Memiliki pungta tempat air mata mengalir ke sistem drainase lakrimal

Kornea Merefraksikan cahaya dan bersama dengan lensa memfokuskan cahaya ke retina Melindungi struktur mata internal

Uvea (akomodasi dan nutrisi) M.sphincter pupil miosis parasimpatis M. dilatator pupil midriasis simpatis M. siliaris : untuk akomodasi Lihat jauh korpus siliaris kontarksi (memendek) serabut zonula meregang kelengkungan lensa bertambah/mencembung Korpus siliaris Produksi aqueous humor : merupakan ultrainfiltrat plasma yang dihasilkan di stroma processus ciliaris dan dimodifikasi oleh fungsi sawar dan processus secretorius epitel siliaris. Aliran aqueous humor : COP pupil COA jalinan trabekula di sudut COA Dreinase aquos : Melalui kanalis schlemm saluran eferen ke sistem vena Kontraksi otot siliar memperbesar pori jalinan dreinase cepat

PENGLIHATAN Media refraksi terdiri dari kornea, lensa vitrous humor.

10

Cahaya masuk kornea pupil (diatur oleh iris) dibiaskan oleh lensa bayangan jatuh tepat pada fovea centalis retina (nyata, terbalik, diperkecil) sinyal diteruskan oleh sel batang dan sel kerucut N.opticus chiasma opticum traktus optikus korpus genikulatum lateralis traktus geniculocalcarina lobus occipital, area penglihatan primer (area Broadman 17) & area penglihatan sekunder (area Broadman 18,19) otak membalik bayangan dari retina menjadi semu, tegak, diperbesar.

Sel batang 100 million per retina Vision in shades of gray Scotopic vision (malam hari) High sensitivity Low acuity Much convergence in retinal pathway More numerous in periphery

Sel kerucut 300 million per retina Color vision Photopic vision (siang hari) Low sensitivity High acuity Little Concentrated in fovea central

TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI UVEITIS adalah inflamasi dari traktus uvea dengan berbagai penyebabnya.

ETIOLOGI Uveitis anterior: Spondilitis ankilosa Sindrom Reiter Artritis juvenil kronik 11

Uveitis heterokromik Fuch

Uveitis posterior: Toksoplasmosis AIDS dan retinis CMV

Panuveitis: Oftalmia simpatika

KLASIFIKASI 1) Lokasi utama bercak peradangan o Uveitis anterior : inflamasi iris bersama dengan peningkatan permeabilitas vaskular, dinamakan iritis atau uveitis anterior. Sel darah putih yang bersirkulasi dalam akueous humor bilik mata anterior dapat dilihat dengan slit lamp. Protein yang juga bocor dari pembuluh darah terlihat dengan sifat penyebaran cahayanya pada sinar slit lamp sebagai flare. Uveitis intermediate : inflamasi pars plana (korpus siliaris posterior) atau disebut siklitis. Uveitis posterior : menghasilkan sel inflamasi di cairan vitreus. Selain itu juga terdapat inflamasi di koroid(koroiditis) atau retina(retinitis) Panuveitis : uveitis anterior dan posterioir terjadi bersamaan

o o

2) Berat dan perjalanan penyakit o o o o Akut serangan terjadi satu atau dua kali, dan penderita sembuh sempurna diluar serangan tersebut. Subakut Kronik serangan terjadi berulang kali tanpa pernah sembuh sempurna di antaranya. Residif serangan terjadi lebih dari dua kali disertai penyembuhan yang sempurna di antara serangan-serangan tersebut.

3) Patologi o Granulomatosa

12

Terdapat invasi mikroba ke jaringan uvea oleh organisme penyebab (Toxoplasma gondii, Mycobacterium tuberculosis). Reaksi seluler >> reaksi vaskular Injeksi silier tidak hebat iris bengkak dan gambaran radiernya kabur Di tepi pupil dapat terbentuk Koeppe nodule (penimbunan sel di tepi pupil) Keratik presipitat besar mutton fat deposit (makrofag dan pigmen-pigmen) memberikan gambaran seperti berminyak. COA terlihat keruh, lebih banyak sel dibanding fibrin. Badan kaca keruh Visus media refrakta terganggu Rasa sakit sedang dan fotofobia sedikit Pemeriksaan PA sel limfosit, epiteloid, dan makrofag.

Non- granulomatosa

Lebih sering pada uveitis anterior Penyebabnya diduga alergi Timbulnya akut Reaksi vaskular >> reaksi seluler Injeksinya hebat Badan kaca tidak keruh Cairan COA mengandung lebih banyak fibrin daripada sel dapat terbentuk hipopion. Nyeri lebih hebat, fotofobia, dan visus lebih menurun Pemeriksaan PA sel plasma dan sel mononuklear pada iris dan badan silier. Non granulomatosa Granulomatosa Onset Sakit Fotofobia Penglihatan kabur Merah sirkumkorneal Perisipitat keratik Pupil Akut Nyata Nyata Sedang Nyata Putih halus Kecil dan Tersembunyi Tidak ada atau ringan Ringan Nyata Ringan Kelabu besar takKecil dan

tak

teratur 13

teratur Synechia posterior Kadang-kadang Nodul iris Kadang-kadang Tempat Uvea anterior Perjalanan Akut Rekurens Sering

(bervariasi) Kadang-kadang Kadang-kadang Uvea posterior dan posterior Menahun Kadang-kadang

4) Demografi, lateralisasi dan faktor penyerta Distribusi menurut usia, jenis kelamin, suku bangsa dan ras, unilateral atau bilateral, penyakit peserta yang mendasari. 5) Penyebab Bakteri : tuberkulosis, sifilis Virus : herpes simpleks, herpes zooster, citomegalovirus Jamur : candida Parasit : toksoplasma, toksokara Imunologik : sindrom Bechet, sindroma vogt-koyanagi-harada, oftalmia simpatika, poliarteritis nodosa, granulomatosis wagener Penyakit sistemik : penyakit kolagen, artitis reumatoid, multipel sklerosis, sarkoidosis, penyakit vaskular Neoplasmik : leukemia, melanoma maligna, reticulum cell sarcoma Lain-lain : AIDS

6) Berdasarkan anatominya Iritis Siklitis (badan siliaris posterior) Koroiditis Retinitis

EPIDEMIOLOGI Insidensi uveitis sekitar 15 per 100.000 orang. Sekitar 75% merupakan uveitis anterior. Sekitar 50% pasien dengan uveitis menderita penyakit sistemik terkait PATOFISIOLOGI Uveitis anterior

dilatasi pembuluh darah kecil , hiperemi perikorneal (pericorneal vascular injection)

14

Permeabilitas pembuluh darah eksudasi, iris edema, pucat, pupil reflex sampai dgn hilang,pupil miosis Migrasi sel-sel radang dan fibrin ke COA, COA keruh, flare (+) Sel radang menumpuk di COA, hipopion (bila proses akut) Migrasi eritrosit ke COA, hifema (bila proses akut) Sel-sel radang melekat pada endotel kornea (keratic precipitate) Sel-sel radang, fibrin, fibroblast menyebabkan iris melekat pada kapsul lensa anterior (sinekia posterior) dan pada endotel kornea (sinekia anterior) Sel-sel radang, fibrin, fibroblas menutup pupil (seklusio pupil / oklusio pupil) Gangguan aliran aquous humor dan peningkatan tekanan intra okuler dan terjadi glaukoma sekunder Gangguan metabolisme pada lensa, lensa jadi keruh, katarak komplikata Peradangan menyebar bisa menjadi endoftalmitis dan panoftalmitis

Uveitis posterior

ANAMNESIS Pasien dapat mengeluhkan: Nyeri okular (jarang pada uveitis poterior atau koroiditis) Fotofobia Penglihatan kabur Mata merah Uveitis posterior bisa tidak terasa sakit. Tentukan gejala sistemik yang terkait: Gejala pernafasan seperti sesak nafas, batuk, dan batuk dan sifat sputum yang diproduksi (sarkoidosis atau tuberkulosis terkait)

15

Masalah kulit. Eritema nodosum (lesi meninggi berwarna kemerahan yang nyeri pada lengan dan tungkai) dapat terjadi pada penyakit granulomatosa seperti sarkoidosis dan penyakit Bechet. Pasien dengan penyakit Bechet juga dapat mengalami tromboflebitis, dermatografia, dan ulserasi oral serta genital. Psoriasis (berkaitan dengan artritis) mungkin disertai dengan uveitis. Penyakit sendi. Spondilitis ankilosa dengannyeri punggung berhubungan dengan uveitis anterior akut. Pada anak-anak artritis juvenil kronis dapat berhubungan dengan uveitis. Penyakit reiter (yang klasik adalah uretritis, konjungtivitis, dan artritis seronegatif) juga dapat berkaitan dengan uveitis anterior. Penyakit usus. Kadang uveitis dapat berkaitan dengan penyakit inflamasi usus seperti kolitis kronis ulseratif, penyakit inflamasi usus seperti kolitis ulseratif, penyakit Chrohn, dan penyakit whipple. Penyakit infeksi. Sifilis dengan manifestasi proteannya dapat menyebabkan uveitis (terutama koroiditis posterior). Penyakit herpetik (shingles) juga dapat menyebabkan uveitis. Sitomegalovirus (CMV) dapat menyebabkan uveitis terutama pada pasien dengan AIDS. Infeksi jamur dan infeksi metastasis juga bisa mengakibatkan uveitis, biasanya pada pasien dengan gangguan sistem imun.

GEJALA KLINIS Pada pemeriksaan: Tajam penglihatan dapat menurun Mata akan mengalami inflamasi pada penyakit anterior akut, kebanyakan di sekitar limbus (infeksi siliar) Sel-sel radang dapat terlihat menyatu pada endotel kornea terutama di inferior (presipitat keratitis atau KP) Pemeriksaan slit lamp akan memperlihatkan sel akueous dan flare. Jika inflamasi berat maka bisa terdapat sejumlah sel darah putih sehingga menimbulkan suatu massa inferior (hipopion) Pembuluh darah iris dapat mengalami dilatasi Iris dapat menempel pada lensa (sinekia posterior atau PS) Tekanan intraokular bisa meningkat Mungkin ditemukan sel-sel vitreous Mungkin ditemukan fokus inflamasi pada retina atau koroid Bisa didapatkan edema makular

16

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan ditujukan untuk menentukan kaitan sistemik dan sebagian diarahkan oleh jenis uveitis yang terjadi. Uveitis anterior kemungkinan besar dikaitkan dengan spondilitis ankilosa dan penentuan HLA dapat mengkonfirmasi diagnosis. Adanya KP yang besar dan kemungkinan nodul pada iris dapat menandakan sarkoidosis; pemeriksaan rontgen toraks, kalsium serum, dan kadar angiotensis converting enzyme dalam serum tepat dilakukan. Pada retinokoroiditis toksoplasmik, fokus inflamasi sering terletak pada batas parut koroid inflamasi lama. Uveitis posterior mungkin memiliki penyebab infektif atau inflamasi sistemik. Beberapa penyakit seperti infeksi virus CMV pada pasien positif HIV memiliki tampilan khas dan dengan anamnesis yang tepat mungkin tidak diperlukan tes diagnostik lebih lanjut. Gejala terkait juga dapat membantu mengarahkan diagnosis penyakit sistemik (misal demam, diare, penurunan berat badan). Tidak semua kasus uveitis anterioir membutuhkan pemeriksaan penunjang pada pertama, kecuali didapatkan gejala sistemik terkait.

DIAGNOSIS BANDING Konjungtivitis : penglihatan tidak kabur, renspon pupil normal, ada tahi mata, dan umumnya tidak ada rasa sakit, fotofobia, atau injeksi siliaris. Keratitis atau keratokonjungtivitis : penglihatan dapat kabur dan ada rasa sakit dan fotofobia. Beberapa penyebab seperti herpes simpleks dan herpes zooster dapat menyertai uveitis anterior sebenarnya. Glaukoma akut : pupil melebar, tidak ada synechiae posterior, dan korneanya beruap.

DIAGNOSIS Uveitis anterior Iris terlihat suram, gambaran radier menjadi tidak nyata karena pelebaran pembuluh darah di iris, gambaran kripta tidak nyata, edema dan warna dapat berubah, terkadang didapatkan iris bombe. Pupil miosis, bentuknya irregular (sinekia posterior), refleks pupil menurun sampai tidak ada. COA: normal atau dangkal, bila terdapat iris bombe. Jika terdapat sinekia posterior, maka COA terlihat dalam. Pada pemeriksaan slit lamp, menunjukkan efek Tyndal/flare positif sehingga berkas sinar di COA menjadi tampak karena dipantulkan oleh sel-sel radang yang ada di COa. Injeksi konjuntiva dan silier Edema palpebra disertai dengan ptosis ringan

17

Ringan Keluhan ringan sedang Visus 20/20 20/30 Kemerahan sirkumkorneal superficial Tidak ada KPs 1 + sel dan flare TIO berkurang < 4 mmHh

Sedang Keluhan sedang berat Visus 20/30 20/100 Kemerahan sirkumkorneal dalam Tampak KPs 1-3 + sel dan flare TIO berkurang 3-6 mmHg Miosis, sluggish pupil, sinekia posterior ringan, udem iris ringan

Berat Keluhan sedang berat Visus < 20/100 Kemerahan sirkumkorneal dalam Tampak Kps 3-4 + sel dan flare TIO meningkat Pupil terfiksasi (fibrous), tidak tampak kripta pada iris

Uveitis posterior Penurunan penglihatan : Penurunan ketajaman penglihatan dapat terjadi pada semua jenis uveitis posterior dan karenanya tidak berguna untuk diagnosis banding Injeksi mata : Kemerahan mata tidak terjadi bila hanya segmen posterior yang terkena. Jadi gejala ini jarang pada Toksoplasmosis dan tidak ada pada histoplasmosis. Biasa terlihat seperti lalat yang berterbangan (floaters) Sakit : Rasa sakit terdapat pada pasien dengan sindrom nekrosis retina akut, Sifilis, Infeksi bakteri endogen, Skleritis posterior dan pada kondisi-kondisi yang megenai N. II. Fotofobia.

Uveitis Posterior - Edema retina dan sub retina. - Eksudateksudat khoroid - Retina terlibat.

Akut

Kronik

Menyolok dengan Biasanya ringan atau sedang kesuraman pinggir dan berada sekitar eksudat. neuroretinal dan retinal vascular bed. Eksudat-eksudat besar Tidak ada eksudat pinggir-pinggir susut akibat besar,kadang-kadang retina atau edema sub aerah tertentu infiltrasi retinasekitarnya. lebih dalam Dekstrusi retina Tidak ada atau terbatas 18

pada epitel pigmen kerucut dan batang TERAPI Tujuan terapi: Menghilangkan nyeri dan inflamasi pada mata Mencegah kerusakan struktur okular, terutama pada makula dan saraf optik, yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen

Terapi steroid terapi PILIHAN UTAMA Uveitis anterior : tetes mata (steroid topikal). Uveitis posterior : topikal tidak dapat penetrasi efektif ke segmen posterior. Sehingga pilihan terapi adalah steroid sistemik atau steroid injeksi periokular sub-konjungtiva atau sub-tenon posterior dan retrobulbar. Tujuannya untuk mencegah kehilangan penglihatan akibat proses destruksi yang disebabkan oleh retinitis atau karena akumulasi cairan pada lapisan makula (edema makular).

Terapi midriatics dan sikloplegik atropin topikal (midriasis) atau siklopentolat Uveitis anterior: menghilangkan nyeri akibat spasme siliar dan mencegah pembentukan sinekia posterior dengan memisahkannya dari kapsul anterior lensa. Untuk melepaskan sinekia yang resisten dapat dilakukan suntikan subkonjungtiva. Cara kerja : memblokade neurotransmitter pada bagian reseptor dari sphincter iris dan otot ciliaris. Preparat : Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes, Homatropin 2% sehari 3 kali tetes, Scopolamin 0,2% sehari 3 kali tetes. Tujuan : mengurangi nyeri dengan memobilisasi iris, mencegah terjadinya perlengketan iris demham lensa anterior (sinekia posterior), menstabilkan blood aqueous barrier dan mencegah terjadinya protein leakage(flare) yang lebih jauh.

Terapi antivirus atau antibiotik spesifik mungkin dibutuhkan

KOMPLIKASI Uveitis anterior Sinekia posterior perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian anterior akibat sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas.

19

Sinekia anterior perlekatan iris dengan endotel kornea akibat selsel radang, fibrin, dan fibroblas. Seklusio pupil perlekatan pada bagian tepi pupil Oklusio pupil seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang Iris bombe akibat terjadinya perlekatan-perlekatan dan tertutupnya trabekular oleh sel-sel radang, maka aliran akuous humor dari COP ke COA akan terhambat dan mengakibatkan akuous humor terkumpul di COP dan akan mendorong iris ke depan. Glaukoma sekunder karena penimbunan akuous humor dan menyebabkan peningkatan tekanan bola mata. Katarak komplikata akibat dari gangguan metabolisme lensa Endoftalmitis peradangan supuratif berat dalam rongga mata dan struktur di dalamnya dengan abses di dalam badan kaca akibat dari peradangan yang meluas. Panoftalmitis peradangan pada seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses. Ablasio retina

Uveitis posterior Hipopion Penyakit segmen posterior yang menunjukan perubahan-perubahan infeksi bakteri. Glaukoma Glaukoma sekunder mungkin terjadi paad pasien sindom nekrosis retina akut,toksoplasmosis,tuberculosis,atau tuberculosis. - Vitritis Peradangan korpus vitreum dapa menyertai uveitis posterior.peradangan dalam vitreum berasal dari focus-focus radang di segmen posterior mata.peradangan dalam vitreus tidak terjadi pada pasien koroiditis geografik tau histoplsmosis.sedikit sel radang dalam vitreus dapat terlihatpaad pasien sel sarcoma reticulum,infeksi cytomegalovirus,dan toksoplasmosis rubella,dan dengan rubella dan beberapa kecil kasus pada focus-fokus peradangan dalam uvea anterior dan disertai hipopion adalah leukemia,penyakit behcet,sifilis,toksokariasis,dan

retina.sebaliknya,peradangan berat dalam vitreus dengan banyak sel dan eksudat terdapat pada tuberculosis,toksokariasis,sifilis.

20

PROGNOSIS Uveitis anterior : Kebanyakan kasus uveitis anterior berespon baik jika dapat didiagnosis secara awal dan diberi pengobatan. uveitis anterior mungkin berulang, terutama jika ada penyebab sistemiknya. Karena baik para klinisi dan pasien harus lebih waspada terhadap tanda dan mengobati dengan segera. Prognosis visual pada iritis kebanyak akan pulih dengan baik, tanp adanya katarak, glaucoma atau posterior uveitis.

Uveitis posterior : Uveitis umumnya berulang, penting bagi pasien untuk melakukan pemeriksaan berkala dan cepat mewaspadai bila terjadi keluhan pada matanya. Tetapi tergantung di mana letak eksudat dan dapat dapat menyebabkan atropi. Apabila mengenai daerah makula

menyebabkan gangguan penglihatan yang serius.

KONDISI YANG BERKAITAN DENGAN UVEITIS


SPONDILITIS ANKILOSA Spondilitis ankilosa merupakan artritis inflamasi seronegatif (faktor reumatoid negatif) pada tulang belakang. Faktor-faktor genetik terlibat dalam penyakit ini. Sembilan puluh persen pasien dengan uveitis memiliki tipe jaringan HLA B27 meski prevalensi penyakit ini pada mereka dengan HLA B27 hanya 1%. Sekitar 20% pasien dengan spondilitis ankilosa akan mengalami uveitis anterior akut. Laki-laki lebih sering terkena dibandingkan perempuan (3:1). Anamnesis : uveitis anterior berulang dapat menjadi tampilan yang dikeluhkan pada kondisi ini. Pertanyaan yang baik biasanya akan mengungkapkan adanya riwayat nyeri punggung, umumnya memburuk ketika bangun tidur dan hilang dengan aktivitas. Kekakuan pada saat istirahat merupakan gejala yang berguna dalam membantu membedakan penyakit ini dari penyakit diskus intervertebralis. Sendi perifer dapat terkena pada sebagian kecil pasien 21

Tanda : khas uveitis anterior. Pemeriksaan penunjang : adanya gejala dan tanda pada individu yang positif positif HLA B27 mungkin sudah mencukupi. Rontgen spinal sakroiliaka dapat memperlihatkan tampilan klasik penyakit ini. Terapi : terapi mata sama seperti yang telah dijelaskan. Pasien akan mendapat manfaat dari konsultasi dengan ahli reumatologi dan mungkin memerlukan terapi antiinflamasi dan fisioterapi intermitten. Prognosis : pasien dapat mengalami serangan berulang. Prognosis penglihatan bagus bila serangan akut diterapi dengan cepat dan agresif.

PENYAKIT REITER Kondisi ini terutama mengenai laki-laki, hampir semuanya positif HLA B27. Penyakit ini terdiri dari: Uretritis Artritis (khas pada sendi besar) Konjungtivitis

Sekitar 40% pasien mengalami uveitis anterior akut.

ARTRITIS JUVENIL KRONIS Artritis seronegatif yang terjadi pada anak-anak, baik sebagai penyakit sistemik dengan demam dan limfadenopati, artritis pausiartikular atau poliartikular. Bentuk pausiartikular memiliki risiko uveitis anterior kronis lebih tinggi, terutama bila antibodi antinuklear pasien positif. Anamnesis : uveitis anterior bersifat kronis dan biasanya asimtomatik. Defek visual yang berat dapat ditemukan secara tidak sengaja bila uveitis menyebabkan kerusakan okular lainnya. Tanda : mata berwarna putih (tidak biasa pada iritis), namun didapatkan tanda lain dari suatu uveitis anterior. Karena uveitis bersifat kronis, dapat timbul katarak dan pasien dapat mengalami glaukoma, baik sebagai akibat dari uveitis atau sebagai akibat penggunaan tetes mata steroid untuk mengobati uveitis. Sekitar 70% kasus menunjukkan keterlibatan bilateral. Pemeriksaan penunjang : faktor reumatoid negatif, namun beberapa pasien memiliki antibodi antri nuklear positif. Terapi : terapi okular seperti yang dijelaskan sebelumnya. Pasien dapat diberikan terapi sistemik untuk penyakit sendi. Penting untuk melakukan skrining adanya uveitis pada anak-anak dengan artritis juvenil secara teratur karena uveitis asimptomatik kecuali terjadi komplikasi kebutaan

22

yang potensial. Glaukoma dapat sangat sulit diterapi dan jika terapi medis gagal mengontrol tekanan, mungkin diperlukan pembedahan.

UVEITIS HETEROKROMIK FUCH Ini merupakan uveitis kronik langka yang ditemukan pada orang dewasa muda. Penyebabnya tidak jelas dan tidak berkaitan dengan penyakit sistemik. Anamnesis : pasien tidak selalu datang dengan riwayat iritis yang khas. Penglihatan kabur dan floater dapat menjadi keluhan awal. Tanda : terjadi uveitis anterior ringan namun tanpa tanda inflamasi konjungtiva dan tidak ada sinekia posterior. Terdapat KP yang terdistribusi secara difus pada kornea. Iris heterokromik karena hilangnya beberapa sel pigmen epitel. Vitreous dapat mengalami inflamasi dan dapat ditemukan kondensasi (penyebab floater). Sekitar 70% pasien akan mengalami katarak. Glaukoma lebih jarang terjadi. Terapi : steroid tidak efektif untuk mengontrol inflamasi sehingga tidak diberikan. Pasien biasanya memberi respons yang baik pada pembedahan katarak bila diperlukan. Glaukoma diterapi secara konvensional.

TOKSOPLASMOSIS Anamnesis : infeksi bisa kongenital atau didapat. Kebanyakan toksoplasmosis okular diperkirakan kongenital dengan retinokoroiditis yang diakibatkannya mengalami reaktivasi pada masa dewasa. Namun, sekarang terdapat bukti bahwa toksoplasmosis sering merupakan penyakit didapat selama terjadinya penyakit yang menyerupai demam glandular. Pasien mungkin mengeluhkan penglihatan berkabut, floater, dan mata menjadi merah serta nyeri. Tanda : retina merupakan struktur utama yang terkena dengan inflamasi sekunder terjadi pada koroid. Lesi aktif sering berlokasi di kutub posterior, terlihat sebagai fokus inflamasi krim pada batas parut korioretina lama (parut seperti itu biasanya atrofik, dengan tepi berpigmen). Sel radang menyebabkan penglihatan berkabut dan bilik mata anterior juga dapat memperlihatkan bukti inflamasi. Pemeriksaan penunjang : diagnosis biasanya dapat dipastikan dari tampilan klinis namun didukung dengan tes antibodi toksoplasma yang positif. Namun, sejumlah besar populasi memiliki titer IgG positif karena infeksi sebelumnya. Terapi : lesi yang mengalami reaktivasi akan menghilang namun dibutuhkan terapi bila makula atau saraf optik terancam atau terdapat respons inflamasi yang sangat berat. Steroid sistemik diberikan bersama obat antiprotozoa seperti klindamisin. Hati-hati dalam menggunakan sulfadiazin atau klindamisin karena dapat terjadi kolitis pseudomembranosa akibat terapi klindamisin. Pasien harus diberitahu 23

bahwa jika timbul diare maka mereka harus mencari bantuan medis secepatnya. AIDS DAN RETINIS CMV Penyakit okular merupakan manifestasi umum AIDS. Pasien mengalami berbagai kondisi okular: Oklusi mikrovaskular menyebabkan perdarahan retina dan cotton wool spot (daerah infark pada lapisan serabut saraf retina) Deposit endotel kornea Neoplasma mata dan orbita Gangguan neurooftalmika termasuk palsi okulomotorik Infeksi oportunis yang paling umum adalah retinitis CMV (awalnya ditemukan pada lebih dari sepertiga pasien AIDS, namun populasi beresiko telah berkurang secara bermakna sejak berkembangnya terapi antivirus sangat aktif (highly active antiviral therapy, HAART) dalam terapi AIDS). Khas terjadi pada pasien dengan hitung sel CD4+ kurang dari 50/uL. Toksoplasmosis, herpes simpleks, dan herpes zoster adalah beberapa infeksi lain yang mungkin ditemukan.

Anamnesis : pasien dapat mengeluhkan penglihatan kabur atau floater. Diagnosis penyakit HIV biasanya telah digerakkan, sering ditemukan tampilan AIDS lainnya. Tanda : retinopati CMV terdiri dari area retina keputihan, terkait perdarahan, yang tampilannya mengalami likenifikasi hingga terlihat seperti keju cottage. Lesi ini dapat mengancam makula atau lempeng optik. Biasanya terdapat sedikit inflamasi pada vitreous. Terapi : terapi kronis dengan gansiklovir dan/atau foskarnet yang diberikan secara parenteral merupakan terapi utama; obat-obatan ini juga dapat diberikan ke dalam ruang vitreous. Sidovofir tersedia untuk pemberian intravena. Gansiklovir dan bentuk pronya valgansiklovir tersedia dalam sediaan oral. Sistem penghantaran depo ke vitreous sedang diteliti untuk retinitis okular CMV lokal dan tersedia implan gansiklovir. Prognosis : dibutuhkan terapi jangka panjang untuk mencegah rekurensi.

OFTALMIA SIMPATIKA Trauma tembus atau bedah pada satu mata yang mengenai retina jarang dapat mengakibatkan bentuk uveitis khusus yang tidak hanya mengenai mata yang cedera namun juga mata kontralateral. Ini dinamakan oftalmitis simpatis (atau oftalmia). Uveitis bisa sangat berat sehingga pada kasus-kasus terburuk terjadi kehilangan penglihatan pada kedua mata. Untungnya steroid sistemik, terutama siklosporin, telah sangat meningkatkan peluang untuk bisa 24

menyelamatkan penglihatan. Oftalmitis simpatis biasanya berkembang dalam 3bulan setelah trauma atau operasi mata terakhir namun dapat timbul kapanpun. Penyebabnya sepertinya adalah respons imun terhadap antigen retina pada saat trauma. Dapat dicegah dengan enukleasi (pengangkata) mata yang mengalami trauma segera (dalam 1 minggu atau lebih) sesudah cedera jika prospek potensi visual pada mata tersebut buruk dan terdapat disorganisasi berat. Eksisi harus mendahului onset tanda terjadinya penyakit pada mata kontralateral. Gejala : pasien mungkin mengeluhkan nyeri dan penurunan penglihatan pada mata yang masih melihat Tanda : iris terlihat membengkak dan dapat ditemukan bercak kuningputih pada retina. Terdapat panuveitis. Terapi : steroid sistemik dan topikal dosis tinggi serta siklosporin oral dibutuhkan untuk mengurangi inflamasi dan pencegahan hilangnya penglihatan jangka panjang. Penting untuk memberitahu pasien dengan trauma mata atau operasi mata multipel untuk datang ke departemen trauma mata jika mengalami masalah dengan mata yang normal.

NOTE: a) Glaukoma sudut tertutup dapat menyebabkan uveitis anterior dan dapat timbul dengan gejala serupa. Cari pupil yang mengalami dilatasi dan periksa tekanan intraokular. b) Pasien dengan ablasio retina kadang dapat datang dengan uveitis anterior. Retina harus selalu diperiksa pada pasien dengan uveitis. c) Terapi aktif uveitis diperlukan untuk mencegah komplikasi jangka panjang. d) Anak-anak dengan artritis juvenil membutuhkan skirining teratur untuk menyingkirkan adanya uveitis karena biasanya asimtomatik.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN VISUS Dewasa: Tes tajam penglihatan (visual acuicity,VA) menilai kekuatan resolusi mata. Tes standar adalah dengan menggunakan kartu Snellen, yang terdiri dari barisbaris huruf yang ukurannya semakin kecil. Tiap baris diberi nomor dengan jarak dalam meter dan lebar tiap huruf membentuk sudut 1 menit dengan mata. Tajam penglihatan dicatat sebagai jarak baca (misal 6 meter) pada nomor baris, dari huruf terkecil yang dilihat. Jika jarak baca ini adalah garis 6 meter, maka 25

tajam penglihatan adalah 6/6; jika jarak baca ini adalah garis 60 meter maka tajam penglihatan adalah 6/60. Penglihatan diperiksa dengan kacamata bila pasien menggunakan kacamata, namun tes pinhole akan mengkoreksi kelainan refraksi sedang. Anak: Pada anak, digunakan berbagai metode untuk menilai tajam penglihatan: Anak yang masih sangat kecil diamati untuk mengetahui apakah mereka dapat mengikuti objek atau mengambil ratusan dan ribuan dekorasi kue. Tes Tajam Penglihatan Cardiff dapat digunakan untuk menilai penglihatan anak usia satu tahun hingga tiga tahun. Metode ini merupakan tes penglihatan pilihan berdasarkan fakta bahwa anak lebih suka melihat target yang kompleks dibandingkan target sederhana. Kartu berwarna abu-abu memperlihatkan berbagai gambar yang dikelilingi oleh pita putih dan dibatasi dengan dua pita hitam. Gambar menjadi lebih sulit dilihat dengan latar belakang abu-abu bila lebar pita berkurang. Pandangan anak diamati dan pemeriksa memperkirakan apakah objek yang dilihat berada pada bagian atas atau bawah kartu. Saat pemeriksa tidak dapat mengidentifikasi posisi objek dari pandangan anak, diasumsikan bahwa anak tidak dapat melihat gambar.

TEKANAN INTRAOKULAR Dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu digital (palpasi), kontak dengan tonometer Schiotz atau tonometer Aplanasi, dan tes non kontak yaitu air puff. Digital : pasien diminta matanya melirik ke bawah, dagunya tetap lurus (jangan menutup mata). Pemeriksa menggunakan kedua jari telunjuk menekann bola mata secara bergantian. Bandingkan dengan tekanan bola mata pemeriksa. No: normal; N+1: tinggi (penekanan teraba keras; N+2: sangat tinggi; N-1: rendah ( penekanan teraba lunak). Tonometer SCHIOTZ: Pasien diminta berbaring terlentang tanpa bantal. Teteskan anestesi lokal pada mata. Pasien diminta memandang ke satu titik tepat diatasnya. Pemeriksa membuka kelopak mata pasien. Sebelum meletakkan tonometer pada permukaan kornea, alas tonometer harus dibersihkan dengan kapas alkohol. Baca simpangan jarum tonometer kemudian baca hasil pemeriksaan pada tabel. Angkat tonometer dan bersihkan kembali dengan alkohol. INDIKASI PEMERIKSAAN TIO : umur diatas 40 tahun dan dicurigai adanya glaukoma KONTRAINDIKASI PEMERIKSAAN dengan SCHIOTZ : infeksi pada mata

KEDALAMAN COA 26

Letakkan senter dari samping (180o) sejajar iris Dalam semua iris terang (normal) Dangkal bagian iris di sebrang penyinaran gelap

REAKSI PUPIL Ukuran pupil (miosis, konstriksi ; midriasis, dilatasi) dan responnya terhadap cahaya dan akomodasi memberikan informasi penting mengenai : jalur aferen yang mengontrol pupil (saraf dan traktus optik) fungsi jalur eferen

Pemeriksaan pupil dimulai dengan cahaya uniform. Jika terdapat asimetri (anisokoria) harus ditentukan apakah pupil yang kecil atau yang lebar yang merupakan pupil abnormal. Pupil kecil yang patologis (setelah kerusakan sistem saraf simpatis) akan menjadi lebih jelas pada pencahayaan redup, karena dilatasi pupil normal akan menjadi lebih jelas pada pencahayaan redup, karena dilatasi pupil normal akan menjadi lebih besar. Pupil lebar yang patologis (didapatkan pada penyakit sistem saraf parasimpatis) akan menjadi lebih jelas dalam cahaya. Pasien dengan riwayat inflamasi mata anterior (iritid), trauma, atau pembedahan mata sebelumnya mungkin mengalami perubahan struktur iris secara mekanik mempengaruhi bentuk pupil. Beberapa individu memiliki diameter pupil asimetris yang tidak terkait dengan penyakit. Pada pasien yang ukuran pupilnya sama, langkah berikutnya adalah mencari defek fungsi saraf optik, dengan menggunakan tes sentolop berayun. Pemeriksaan ini merupakan petunjuk sensitif untuk defek konduksi aferen. Pasien duduk di ruangan dengan pencahayaan redup dan memandang objek yang jauh. Senter diarahkan pada tiap mata secara bergantian sementara pupil diamati. Defek unilateral pada konduksi saraf optik diperlihatkan sebagai defek pupil aferen relatif (relative afferent pupil defect, RAPD) Untuk memeriksa eferen refleks pupil, pasien kemudian diminta untuk melihat objek yang dekat; pupil yang normal mengalami konstriksi bersama dengan akomodasi dan konvergensi. Ini dinamakan refleks dekat.

KELOPAK MATA DAN SEGMEN ANTERIOR Slit lampi (biomikroskop) memungkinkan pemeriksa mendapatkan pandangan stereoskopik yang diperbesar. Celah cahaya memungkinkan potongan melintang media transparan mata dapat dilihat. Dengan menyesuaikan sudut antara sinar ini dengan mikroskop, cahaya dapat digunakan untuk memperjelas berbagai struktur dan proses patologis dalam mata. Tiap struktur diperiksa dengan teliti, dimulai dari kelopak mata kemudian terus ke arah dalam. 27

Note: pemeriksaan tanpa slit lamp konjungtiva : apakah mengalami injeksi (inflamasi), apakah terdapat sekret, bagaimana distribusi kemerahan, apakah terdapat perdarahan konjungtiva? Kornea : apakah jernih, apakah terdapat refleksi cahaya yang jelas dari film air mata yang melapisinya? Bilik mata anterior : apakah intak (jika diduga trauma tembus), apakah terdapat hipopion? Iris dan pupil : apakah bentuk pupil normal? Lensa : apakah terdapat opasitas pada refleks fundus pada pemeriksaan oftalmoskopi?

RETINA Diperiksa dengan: Oftalmoskopi direk (konvensional) Oftalmoskopi indirek, mampu melihat retina sampai ke area sangat perifer. Pemeriksa mengenakan mikroskop binokular di kepala dengan sumber cahaya. Satu lensa yang diletakkan diantara pemeriksa dan mata pasien digunakan untuk menghasilkan bayangan retina yang terbalik.

Oftalmoskopi direk memberikan: Suatu bayangan refleks fundus Pandangan yang diperbesar dari papil saraf optik, makula, pembuluh darah retina, dan retina hingga ekuator

Oftalmoskop terdiri dari : Sumber cahaya, yang ukuran dan warnanya dapat diubah Sistem lensa yang memungkinkan kelainan refraksi pemeriksa dan pasien dikoreksi

Hasil terbaik didapatkan jika pupil didilatasi lebih dahulu dengan TROPIKAMID, suatu midriatikum kerja pendek. Pasien dan pemeriksa harus merasa nyaman dan pasien melihat lurus kedepan pada satu objek jauh. Mata kanan pemeriksa digunakan untuk memeriksa mata kanan pasien. Pemeriksa, dengan jarak oftalmoskop sekitar 30cm dari matan melihat refleks fundus melalui pupil. Kekuatan lensa oftalmoskop yang tepat untuk menghasilkan bayangan yang jelas didapatkan dengan memutar turun dari koreksi hipermetropik (plus) tinggi ke rendah. Opasitas kornea atau lensa mata akan terlihat hitam pada refleks fundus. Mata kemudian didekati hingga jarak beberapa sentimeter dan kekuatan 28

lensa disesuaikan dalam arah miopik (minus), untuk mendapatkan fokus retina. Meletakkan satu tangan pemeriksa pada dahi pasien mungkin dapat membantu pemeriksa selain juga berguna untuk menahan kelopak mata atas tetap terbuka. Pada saat ini seharusnya retina dapat dilihat. Penting untuk mencoba memeriksa retina dalam urutan yang tepat sehingga tidak ada yang terlewat. Pertama, temukan lempeng optik, nilailah batasnya (apakah jelas?), nilailah warna lempeng (apakah pucat?), nilailah mangkuk optik. Periksa daerah makula. Apakah refleks fovea normal (pada orang muda lekukan fovea tampakk sebagai cahaya pinpoint terang di tengah retina). Apakah terdapat lesi abnormal seperti perdarahan, eksudat, atau cotton wool spot? Kembalilah ke lempeng optik dan ikuti tiap cabang pembuluh darah utama hingga ke perifer. Apakah diameter pembuluh darah normal, apakah arteri menekan vena di tempat persilangan mereka (A/V nipping), apakah terdapat emboli di arteriol? Juga periksa apakah ada abnormalitas di sekitar retina. Periksa retina perifer dengan gerakan menyapu 360o.

Evaluasi: 1. Refleks fundus: normal orange 2. Papil : warna, batas, bentuk, c/d=0,3 3. Pembuluh darah : a/v=2/3 4. Retina 5. Makula : reflek fovea (+)

NOTE: Gunakan oftalmoskop dengan pencahayaan yang baik Lihat pengaturan oftalmoskop sebelum melakukan pemeriksaan Pada pemeriksaan retina posisi pemeriksa harus dekat dengan subjek yang diperiksa. Akan didapatkan pandangan yang tidak memadai jika pemeriksa terlalu jauh. Pemeriksaan melalui kacamata pada pasien yang sangat miopik dapat memberikan pandangan yang lebih baik Berlatih!

PEMERIKSAAN MATA
29

INSPEKSI 1. Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+/-) 2. Eksoftalmus (+/-), endoftalmus (+/-) 3. Kelopak mata/palpebra: oedem (+/-) , ptosis (+/-) , peradangan (+/-) , luka (+/-) , benjolan (+/-) 4. Bulu mata : rontok atau tidak 5. Konjungtiva dan sclera : perubahan warna ..... 6. Warna iris ...., reaksi pupil terhadap cahaya (miosis/midriasis) , isokor (+/-) 7. Kornea : warna ..... 8. Nistagmus (+/-) 9. Strabismus (+/-) 10.Pemeriksaan visus Dengan Snellen card : OD ..... OS ..... Tanpa Snellen card : ketajaman penglihatan (baik/kurang) 11.Pemeriksaan lapang pandang : normal/hemianoxia/haemoxia 12.Pemeriksaan tekanan bola mata Dengan tonometri ..... dengan palpasi teraba ....

SELAMAT BELAJAR TEMAN-TEMAN! *\(^O^)/*

30

Anda mungkin juga menyukai