Anda di halaman 1dari 58

KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA GANGGUAN SISTEM SENSORI-PERSEPSI


KELOMPOK 4
Fauzan Nurdwika S (302019034)

Sukmawati Roseu M (302019035)

Asep Triyana H (302019036)

Harumi Putri (302019038)

Yusri Rosrinda W (302019039)

Monica Novita S (302019040)

Niar Catri Palupi (302019041)

Rien Ramdani (302019043)

Salsabila Hisanah D (302019044)

Salza Amalia Putri (302019045)


KONSEP PENYAKIT SISTEM SENSORI-PERSEPSI
Secara structural bola mata bekerja seperti sebuah kamera, tetapi mekanisme yang ada tidak dapat
dibandingkan dengan apapun. Lapisan syaraf yang melapisi separuh bagian posterior bola mata
merupakan bagian dari susunan syaraf pusat yang dihubungkan melalui suatu berkas serat syaraf yang
disebut saraf optic. Lapisan fibrosa yang terletak diluar sesuai dengan durameter yang berwarna putih
keruh.Antara lapisan fibrisa luar dan retina terdapat suatu lapisan faskuler yang berfungsi sebagai nutrisi.
A. KELOPAK MATA
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air
mata di depan komea.

Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air
mata di depan komea.

1. Kelenjar, seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada
tarsus.1.

2. Otot, seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak

3. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada
margo palpebra.

4. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

5. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas
jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 bush di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).

6. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.


7. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke
V. Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak.
B. SISTEM LAKRIMAL

Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem
ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus
nasolakrimal, meatus inferior. Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :
1. Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo antero
superior rongga orbita.
2. Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan
duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak dibagian depan rongga orbita. Air mata dari
duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.
C. KONJUNGTIVA

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat
diserap melalui konjungtiva ini.Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet.Musin bersifat
membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
1. Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Bermacam-macam obat mata
dapat diserap melalui konjungtiva ini.Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet.Musin
bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
2. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya.
3. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva
bulbi. Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata
mudah bergerak.
D. SKLERA

Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan pelindung isi bola mata.Sklera berjalan
dari papil saraf optik sampai kornea. Sklera sebagai dinding bola mata merupakan jaringan yang kuat, tidak bening, tidak kenyal
dan tebalnya kira-kira 1 mm. Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai kekakuan tertentu
sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Dibagian belakang saraf optik menembus sklera dan tempat tersebut
disebut kribosa. Bagian luar sklera berwarna putih dan halus dilapisi oleh kapsul Tenon dan dibagian depan oleh konjungtiva.

E. Kornea
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan
oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis
jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis :
1. Epitel
2. Membran bowman
3. Stroma
4. Membran descement
5. Endotel
F. UVEA
Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen
optik, yang menerima 3 akar saraf di bagian saraf yaitu :

1) Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut sensoris untuk komea, iris, dan badan siliar.

2) Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf simpatis yang melingkari arteri karotis; mempersarafi
pembuluh darah uvea dan untuk dilatasi pupil.

3) Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk mengecilkan pupil.

G. Pupil
Pupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk.Pupil anak-anak berukuran kecil akibat
belum berkembangnya saraf simpatis.Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang
dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.

Pupil waktu tidur kecil , hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur
akibat dari :

4) Berkurangnya rangsangan simpatis

5) Kurang rangsangan hambatan miosis


H. SUDUT BILIK MATA DEPAN
Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris.Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila
terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehinga tekanan bola mata
meninggi atau glaukoma
i. Retina
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca
dan koroid

Retina terdiri atas lapisan:

1) Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.

2) Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

3) Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang. Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari
kapiler koroid.

4) Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal

5) Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.

6) Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion

7) Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.

8) Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arch saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar
pembuluh darah retina.
J. BADAN KACA
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dengan retina.Badan kaca bersifat
semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi
badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat.

K. Lensa Mata
Lensa merupakan badan yang bening, bikonveks 5 mm tebalnya dan berdiameter 9 mm pada orang dewasa.Permukaan
lensa bagian posterior lebih melengkung daripada bagian anterior.Kedua permukaan tersebut bertemu pada tepi lensa yang
dinamakan ekuator. Lensa mempunyai kapsul yang bening dan pada ekuator difiksasi oleh zonula Zinn pada badan siliar

L. Rongga Orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang membentuk dinding orbita yaitu :
lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama- sama tulang palatinum
dan zigomatikus. Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga hidung.
PENGKAJIAN SISTEM SENSORI PERSEPSI

a. Pemeriksaan Fisik

1) Inpeksi Struktur Mata Interna dan Eksterna

a. Kelopak Mata

Pemeriksaan kelopak mata terhadap kemungkinan kelemahan, infeksi, tumor, edema, atau kelainan. Minta
pasien membuka dan menutup matanya. Gerakan haruslancer dan simetris. Periksa kelopak mata terhadap
adanya xantelasma (plakkekuningan ).

b. Konjungtiva

Konjungtiva hendaknya diamati terhadap adanya tanda radang (yaitu melebarnya pembuluh darah), pigmentasi
tidak biasa, nodi, pembengkakan atau pendarahan. Kedua konjungtiva harus diperiksa.

c. Sklera

Inspeksi sclera bertujuan untuk melihat adanya nodul, hyperemia, dan perubahan warna. Sclera normal
seharusnya berwarna putih. Pada individu berkulit galap, sclera mungkin berwarna sedikit agak seperti lumpur.
d. Kornea
Kornea harus jernih dan tanpa keruhan atau kabut. Cincin keputihan padaperimeter kornea mungkin adalah arkus senilis. Pada pasien
yang berusia di atas 40 tahun, penemuan ini biasanya merupakan fenomena penuaan yang normal

e. Pupil
Kornea harus jernih dan tanpa keruhan atau kabut. Cincin keputihan padaperimeter kornea mungkin adalah arkus senilis. Pada pasien
yang berusia di atas 40 tahun, penemuan ini biasanya merupakan fenomena penuaan yang normal

f. Iris
Iris diperiksa untuk warnanya, apakah ada nodul, dan vaskularitas. Normalnya, pembuluh darah iris tidak dapat terlihat dengan mata
telanjang.

2) Pemeriksaan Kesesuaan Mata

Kesesuaian mata dengan mudah diketahui dengan mengevaluasi lokasi cahaya yang dipantulkan oleh kornea. Lampu senter diarahkan
tepat dari depan pasien. Jika pasien memandang lurus jauh ke depan, pantulan cahaya akan tampak tepat di pusat masing-
masing kornea. Jika cahaya jatuh pada pusat satu kornea dan menyimpang dari pusat pada kornea lain, maka terdapat mata
berdeviasi.
(a) Melakukan Uji Tutup

Uji tutup berguna untuk menetapkan apakah mata lurus (normal) atau ada mataberdeviasi. Pasien diminta untuk
melihat pada sasaran jauh. Satu matanya ditutup dengan karton 7,5 x 12,5 cm. Pemeriksa harus mengamati mata yang
tidak tertutupi. Jika mata yang tidak ditutupi itu bergerak sewaktu berfiksasi pada titik dikejauhan itu, maka mata
itu tidak lurus sebelum mata sebelahnya ditutupi. Jika mata itu tidak bergerak, maka ia lurus. Uji ini kemudian
dilanjutkan dengan mata sebelahnya. 

(b) Menilai Refleks Dekat

Reflex dekat diuji dengan meminta pasien berturut-turut melihat sasaran jauh kemudian sasaran yang diletakkan
kurang lebih 12,5 cm dari hidung. Bila memandangi sasara dekat, mata akan berkonvergensi dan pupil akan mengecil.
(H.Swartz, 1995:99-101)

3) Pengenalan Warna

Pemeriksaan menggunakan kartu tes ishihara/ benang wol berwarna. Pasien membaca angka berwarna dalam kartu ishihara.
Atau mengambil benang wol sesuai perintah. Interpretasi dari pemeriksaan pengenalan warna adalah normal dan buta warna.
a. Pemeriksaan Diagnostik

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berdasarkan Smeltzer & Bare (2013) dan adalah:

1. Tonometri adalah teknik untuk mengukur tekanan intraokuler (TIO). Tonometri Schiotz memakai instrumen metal yang
dipegang (tonometer) dan diletakkan pada permukaan kornea yang dianastesi

1) 2. Lampu-Slit

2) Lampu-slit adalah instrumen yang biasa dijumpai dikamar periksa ahli oftalmologi atau di tempat dimana dilakukan evaluasi
oftalmik. Pemerisaan dilakukan dengan cara mengarahkan cahaya berbagai bentuk dan warna ke permukaan depan mata. 

3) 3. ultrasonografi

4) USG dapat digunakan untuk mengukur dimensi, struktur kuler, danuntuk mengukur kedalaman serta bentuk bola mata. Pada
USG, gelombang dengan frekwensi tinggi diemisi dari sebuah tranduser kecilseperti probe diletakkan dimata. Setelah
mengenai jaringan okuler,gelombang suara kemudian memantul dan ditangkap oleh transduseryang sama. Kemudian
dikonversi menjadi pola gelombang dan danditampilkan pada osilokop.
4. Angiografi Fluoresen

Kadang-kadang kita perlu melihat mata terhadap hubungan dengantengkorak atau jaringan lunak lainnya. Karena mata
terletak di dalaam rongga intracranial, maka abnormalitas tengkorak dapat memengaruhi bola mata dan struktur oftalmik

5. Hitung Sel Endotel

Alat fotografi yang menghasilkan bayangan dengan resolusi tinggi terhadap detil morfologi sel endot:ukuran, bentuk,


destansi, dan batas sel. Merupakan uji praoperatif yangsangat penting untuk mengidentifikasi kerusakan endotel, yang akan
meningkatkan resiko komplikai pascaoperasi.

6. Refraksi dan Akomodasi

Defek minor dan ketidak segarisan mata dapat terlihat hampir kesemua orang. Koreksi refraksi biasanya tidak diperlukan
defek seperti ini. Namun bila terpaksa dilakukan koreksi reflaksi, tujuannya adalah untuk menghilangkan gejala seperti
pandangan kabur, nyeri kepala atau keletihan mata, dan tidak untuk meningkatkan kesehatan mata itu sendiri.
Modalitas Penatalaksanaan Pada Sistem Sensori Persepsi

Menurut Prabowo (2014), penatalaksanaan yang dapat diberikan antara lain :

a. Farmakoterapi.

•Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia yang menahun,hasilnya lebih banyak jika
mulai diberi dalam dua tahun penyakit. Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita skizofrenia
yang menahun, neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita dengan psikomotorik yang
meningkat.

b. Terapi kejang listrik.

•Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall secara artificial dengan melewatkan
aliran listrik melalui elektrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi. Dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
c. Psikoterapi dan rehabilitasi.

• Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karna berhubungan dengan praktik dengan maksud
mempersiapkan pasien kembali ke masyarakat. Selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong pasien bergaul dengan
orang lain,pasien lain, atau perawatl lain. Terapi modalitas terdiri dari :

1. Terapi Aktifitas

a) Terapi musik: Menikmati dengan relaksasi musik yang disukai pasien, fokus mendengar, memainkan alat musik dan
bernyanyi.

b) Terapi seni: Mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan seni.

c) Terapi menari: Mengekspresikan perasaan melalui gerakan tubuh.

d) Terapi relaksasi: Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok.

2. Terapi Sosial

Pasien belajar sosialisasi dengan pasien lain.


3. Terapi Kelompok

a) Terapi group (kelompok terapeutik)

b) Terapi aktifitas kelompok

c) Terapi stimulasi persepsi : Gangguan Persepsi Sensori

4. Terapi lingkungan 

Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana didalam keluarga.


Gangguan-Gangguan pada Sistem Sensori Persepsi (definisi, etiologi, menifestasi klinis,
patofisiologi, penatalaksanaan medis, terapi farmakologi, terapi diet)
Glukoma

a. Definisi

Istilah glaukoma digunakan untuk merujuk sekelompok kondisi okular yang dicirikan oleh kerusakan sarafoptikus. Di masa
lalu, glaukoma lebih dilihat sebagai kondisi meningkatnya tekanan intraokular (IOP) dibandingkan neuropati optik. Saat ini, hal
tersebut tidak lagi benar. Tidak ada keraguan bahwa peningkatan IOP merusak saraf optikus dan lapisan serabut saraf, tetapi
derajat bahayanya sangat beragam. Kerusakan saraf optikus berhubungan dengan TOP yang disebabkan oleh kongesti cairan
mata (aqueous humor) di mata.
Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua di antara orang dewasa di Amerika Serikat. Sebagian besar kasus tidak
menunjukkan gejala sampai kerusakan yang ekstensif dan irevesibel terjadi. Glaukoma memengaruhi individu di segala usia,
tetapi lebih menonjol terjadi pada usia lanjut (di atas 40 tahun). Pasien lain yang berisiko adalah pasien diabetes, Afro-Amerika,
individu dengan riwayat keluarga glaukoma, dan individu yang sebelumnya pernah mengalami trauma atau pembedahan mata
atau yang mendapat terapi steroid jangka panjang. Tidak ada penyembuhan untuk glaukoma, tetapi penyakit dapat dikontrol.
b. Klarifikasi glukoma
Terdapat beberapa tipe glaukoma. Bentuk glaukoma klinis terbaru diidentifikasi sebagai glaukoma sudut terbuka,
glaukoma sudut tertutup (juga disebut sebagai blok pupil), glaukoma kongenital, dan glaukoma yang berhubungan dengan
kondisi Iain. Glaukoma dapat bersifat primer atau sekunder, bergantung pada apakah faktor terkait berperan meningkatkan
IOP.
c. Patofisiologi Glukoma
Glukoma sudut-terbuka yang kronis terjadi karena produksi berlebihan humor akeus atau obstruksi saluran keluar humor
akucus melalui jaringan trabecular (trabecular meshwork) atau kanalis Schkemm sehingga terjadi peningktan tekanan
tekanan intraokuler dan kerusakan pada nervus optikus. Pada gloukoma sekunder , keadaan seperti trauma dan pembedahan ini
akan meningkatkan resiko obstruksi aliran keluar cairan intraolkuler yang disebablan oleh edema atau proses abnormal lain.

d. Manisfestasi klinis
Sebagian besar pasien tidak menyadari bahwa mereka mengalami penyakit sampai mereka mengalami perubahan visual
dan penurunan pandangan. Gejala dapat mencakup pandangan kabur atau 'Chalo" di sekitar cahaya, kesulitan memfokuskan
penglihatan, kesulitan menyesuaikan mata dalam cahaya redup, kehilangan penglihatan perifer, rasa sakit atau
ketidaknyamanan di sekitar mata, dan sakit kepala,Pucat dan cekungnya lempeng/diskus saraf; ketika kerusakan saraf optik
bertambah parah, persepsi visual di area tersebut menghilang.
e. Pemeriksaan diagnostik
Mencakup tonometri (mengukur IOP), oftalmoskopi (untuk menginspeksi saraf optikus), gonioskopi (untuk mengkaji sudut
filtrasi dalam bilik anterior), dan perimetri (pengkajian lapang pandang) adalah pemeriksaan diagnostik utama.
f. Penatalaksanaan medis

Tujuan dari semua terapi glaukoma adalah pencegahan kerusakan saraf optik. Terapi seumur hidup hampir selalu diperlukan
karena glaukoma tidak dapat disembuhkan. Terapi berfokus pada terapi farmakologis, prosedur laser, pembedahan, atau kombinasi
dari pendekatan-pendekatan ini, semuanya berpotensi menyebabkan komplikasi dan efek samping. Sasarannya adalah untuk
mencapai manfaat terbesar dengan risiko terkecil, biaya, dan ketidaknyamanan terkecil bagi pasien.
g. Terapi farmakologi
Pasien biasanya memulai terapi pada dosis medikasi topikal terendah dan kemudian berlanjut ke konsentrasi yang lebih
tinggi sampai kadar IOP yang diinginkan tercapai dan dipertahankan. Satu mata ditangani terlebih dahulu, dan mata yang lain
berfungsi sebagai kontrol dalam menentukan efektivitas medikasi.

h. Penatalaksanaan bedah

1) Trabekulopasti laser atau iridotomi diindikasikan ketika IOP tidak dapat dikontrol secara adekuat oleh medikasi.

2) Prosedur penyaringan: lubang atau fistula di jejaring trabekula trabekulektomi adalah teknik standar.

3) Implan drainase. atau bedah pintas mungkin dilakukan.


I. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Buat rencana pendidikan kesehatan mengenai sifat penyakit dan pentingnya mematuhi regimen mcdikasi yang ketat untuk
membantu memastikan kepatuhan. Tinjau program medikasi pasien, terutama interaksi medikasi pengontrol glaukoma dengan
Obat lain.

2) Jelaskan efek medikasi pengontrol glaukoma pada penglihatan (mis., miotik dan simpatomimetik menghasilkan perubahan
fokus; oleh sebab itu, pasien perlu berhati-hati ketika menelusuri lingkungan sekitar mereka).

3) Rujuk pasien ke pelayanan yang akan membantu pelaksanaan aktivitas hidup sehari-hari, jika diperlukan.

4) Rujuk pasien dengan gangguan mobilitas untuk mendapatkan layanan bagi penderita gangguan penglihatan dan rehabilitasi;
pasien yang memenuhi kriteria untuk kebutaan legal harus dirujuk ke lembaga yang dapat membantu mereka mendapatkan
bantuan dari negara bagian.

5) Tenangkan pasien dan berikan dukungan emosional.

6) Libatkan keluarga pasien dalam rencana asuhan, dan karena penyakit memiliki kecenderungan familial, dorong anggota
keluarga untuk menjalani pemeriksaan minimal setiap 2 tahun untuk mendeteksi glaukoma sejak dini.
Otitis Media Akut
a. Definisi
Media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel
mastoid. Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi menjadi dua antara lain otitis media supuratif dan non supuratif, dari masing-
masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa
atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media adhesiva. Otitis Media Akut merupakan peradangan tengah
yang terjadi secara cepat dan singkat (dalam waktu kurang dari 3 minggu) yang disertai dengan gejala lokal dan sistemik
(Munilson dkk).
b. Etiologi
1) Faktor pertahanan tubuh terganggu Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba dinasofaring dan faring. Secara
fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim
penghasil mukus (misalnya muramidase) dan antibodi.

2) Obstruksi tuba eusthachius Merupakan suatu faktor penyebab dasar pada otitis media akut, karena fungsi tuba eustachius
terganggu, pencegahan invasi kuman ke telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah dan terjadi
peradangan.

3) Infeksi saluran pernafasan atas Terutama disebabkan oleh virus, pada anak makin sering terserang infeksi saluran pernafasan
atas makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut.
c. Manisfestasi Klinis
Gejala otitis media akut berupa:

1) Nyeri

2) Demam

3) Malaise

4) Nyeri kepalam

5) Membran timpani tampak merah dan menonjol

6) Abses telinga tengah

7) Pada bayi sering kali mudah marah, bangun di tengah malam sambil menangis dan menarik-narik telinganya.

d. Patofisiologi
Kuman penyebab utama pada Otitis Media Akut ialah bakteri piogenik, seperti streptokokus hemolitikus, stafilokokus aureus,
pneumokokus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga hemofilus influenza, proteus vulgaris dan pseudomonas aurugenosa.
patofisiologi otitis media akut (OMA) yaitu terjadi disfungsi tuba eustachii memungkinkan invasi bakteri ke telinga tengah dan
mengobstruksikan drainase sekret.
e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Otitis Media Akut tergantung pada stadium penyakitnya yaitu:

1) Stadium Oklusi: Bertujuan untuk membuka tuba eustachius sehingga tekanan negatif ditelinga tengah hilang. Untuk ini
diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% dan pemberian antibiotik apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan virus
atau alergi.

2) Stadium Presupurasi: analgetika, antibiotika yang dianjurkan biasanya golongan ampicillin atau penicilin.

3) Stadium Supurasi: diberikan antibiotika dan obat-obat simptomatik. Dapat dilakukan miringotomi bila membran menonjol dan
masih utuh untuk mencegah perforasi.

4) Stadium Perforasi: sering terlihat sekret banyak yang keluar dan kadang terlihat keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi).
Pengobatannya adalah obat pencuci telinga H2O2 3% selama 35 hari dan diberikan antibiotika yang adekuat.

5) Stadium Resolusi: maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi da perforasi membran timpani
menutup.
f.Terapi Farmakologi

1) Analgesik non-narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) Mempunyai karakteristik mengatasi nyeri sedang,
mempengaruhi reseptor nyeri perifer, dampak pada sistem pencernaan.

2) Analgesik narkotik atau opiat Analgesik umumnya diresepkan dan digunakan untuk nyeri sedang sampai berat, seperti
pascaoprasi dan nyeri maligna. Analgesik ini bekerja pada sistem saraf pusat untuk menghasilkan kombinasi efek mendepresi dan
menstimulasi.

3) Obat tambahan (Adjuvan) Meningkatkan kontrol nyeri atau menghilangkan gejala lain yang terkait dengan nyeri seperti mual dan
muntah. Obat-obat ini dapat menimbulkan rasa kantuk dan kerusakan koordinasi, keputusasaan, dan kewaspadaan mental.

g. Terapi Non-Farmakologi
Manajemen nyeri nonfarmakologis merupakan tindakan menurunkan respons nyeri tanpa menggunakan agen farmakologi. Dalam
melakukan intervensi keperawatan, manajemen nyeri nonfarmakologis merupakan tindakan independen dari seorang perawat dalam
mengatasi respons nyeri pasien.

4) Terapi panas dan dingin / kompres padan dan dingin


Kompres dingin dan panas dapat menghilangkan nyeri dan meningkatkan proses penyembuhan. Pilihan terapi panas dengan terapi
dingin bervariasi menurut kondisi pasien. Misalnya, panas lembab menghilangkan kekakuan pada pagi hari akibat artritis, tetapi
kompres dingin mengurangi nyeri akutdan sendi yang mengalami peradangan akibat penyakit tersebut.
Katarak Senilis
a. Definisi
Katarak senilis adalah penyebab kebutaan di dunia sebesar 48% atau sekitar 18 juta orang. Hal inilah yang menyebabkan
peningkatan jumlah operasi katarak. Jumlah operasi katarak per 100.000 populasi per tahun disebut dengan Cataract Surgery Rate
(CSR), digunakan sebagai indikator untuk menilai usaha pemberantasan kebutaan akibat katarak. Penyakit katarak dapat
menyebabkan kebutaan tidak permanen karena dapat disembuhkan melalui tindakan pembedahan. Penderita penyakit ini
mengalami penggumpalan pada lensa mata yang dibentuk oleh unsur protein sehingga lensa mata sehat yang bening menjadi
keruh. Akibatnya lensa mata tidak lagi mampu memantulkan cahaya matahari dengan baik dan penglihatan penderita menjadi
buram. Gejala penglihatan buram dapat menjadi indikasi awal dari kebutaan.
b. Etiologi
Penyebab katarak senil sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Tetapi, seiring dengan menigkatnya usia, maka lensa
seseorang akan mengalami perubahan perubahan yaitu bertambahnya tekanan dan ketebalan lensa, serta berkurangnya kekuatan
akomodasi dari lensa. Cristalin atau protein lensa dirubah oleh modifikasi dan agregasi bahan kimia menjadi molekul protein.
Hasil dari terjadinya agregasi protein ini menyebabkan berfluktuasinya indeks refraksi, penghamburan cahaya, serta lensa menjadi
kurang transparan. Adanya modifikasi bahan kimia pada protein nuklear lensa juga dapat memproduksi pigmen secara progresif
Peyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Namun, diduga katarak senilis terjadi karena:

1) Proses pada nucleus

•Oleh karena serabut-serabut lensa yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong ke
arah tengah maka serabut-serabut lensa bagian tengah akan menjadi lebih padat
(nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion kalsium (Ca) dan sklerosis. Pada
nukleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi
kurang hipermetropi.

2) Proses pada korteks

•Timbul celah-celah diantara serabut serat lensa, yang berisi air dan penimbunan ion
Ca sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan membengkak menjadi lebih
miopi.
c. Pathway
d. Patofisiologi
Patofisiologi katarak berhubungan dengan usia merupakan multifaktorial dan tidak seluruhnya dipahami. Saat lensa menua,
lensa bertambah berat dan tebal serta menurun kekuatan akomodasinya. Karena lapisan baru serabut-serabut korteks dibentuk secara
konsentris, nukleus lensa mengalami kompresi dan menjadi protein dengan berat molekul tinggi. Hasil agregasi protein
menyebabkan fluktuasi yang tiba-tiba pada indeks refraksi lensa, menghamburkan sinar cahaya, dan mengurangi transparansi lensa
e. Manisfestasi klinis

1) Pandangan silau
Penglihatan untuk membaca dirasakan silau bila pencahayaan terlalu kuat sehingga merasa senang membaca di tempat dengan
enerangan kurang. Pandangan silau juga merupakan gangguan penglihatan paling awal yang menyertai katarak. Selain itu
penglihatan menjadi lebih terang pada waktu senja dibandingkan pada siang hari.
2) Menurunnya ketajaman penglihatan
Bila letak kekeruhan di tengah lensa maka penglihatan tidak akan menjadi jernih. Bila telah terbentuk katarak yang
menutupi pupil telah sedemikian keruh dan tidak bening maka akan mengganggu penyaluran sinar masuk selaput jala lebih nyata.

3) Titik Hitam
Keluhan ini biasanya terjadi pada stadium permulaan (insipien). Pasien perlahan-lahan akan mengeluh seperti terhalang
tabir asap yang makin lama makin tebal.
f. Terapi farmakologis

• Pengobatan pada Katarak Senilis dapat diupayakan dengan beberapa cara sebagai berikut :

1) Obat, Obatan lokal sistemik belum ada yang dilaporkan pembuktiannya.

2) Operasi atau pembedahan,yakni esktrasi katarak merupakan terapi yang paling tepat

3) Tindakan setelah operasi

• Pada pasca operasi akan terjadi :

1) Penglihatan tidak jelas dan perlu lensa pengganti.

2) Mata tidak dapat melihat dekat atau berakomodasi.

• Sehingga diperlukan bantuan untuk memulihkan kembali tajam penglihatan pada katarak senilis, untuk itu ada tiga pilihan :

1) Esktrasi katarak disusu dengan pemakaian kacamata afakia.

2) Esktrasi katarak dengan pemasangan lensa kontak.

3) Esktrasi katarak langsung penanaman lensa intra okuler.


g. Penata laksanaan medis
Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum dilakukan pembedahan untuk melihat apakah
kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan. Pada katarak nuklear tipis dengan miopia tinggi akan terlihat tajam
penglihatan yang tidak sesuai, sehingga mungkin penglihatan yang turun akibat kelainan pada retina dan bila dilakukan
pembedahan memberikan hasil tajam penglihatan yang tidak memuaskan.

Pengobatan definitif katarak adalah tindakan pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila tajam penglihatan sudah menurun
sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari atau adanya indikasi medis lainnya seperti timbulnya penyulit. Pembedahan katarak
dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain EKIK, EKEK, dan fakoemulsifikasi
h. Terapi diet katarak
Pengertian Diet adalah pengaturan pola makan baik porsi,ukuran maupunkandungan gizinya. Diet katarak adalah pengaturan
jenis dan jumlahmakanan seperti mempertahankan kesehatan serta status nutrisi danmembantu menyembuhkan penyakit katarak.
Adapun syarat diet katarak, pembersihan menyeluruh tubuh adalah penting, untuk mulai dengan dietnya, akan dianjurkan untuk
melakukan puasa jus jeruk dan air selama tiga hari.

Penatalaksanaan diet katarak

1) Makanan yang harus dihindari pada penderita katarak

(a)Hindari makanan yang pedas (cabe,saus, lada bubuk)

(b)Hindari bahan masakan yang berbau menyengat (bawang putih)

(c)Hindari minuman yang berkafein (kopi)

(d)Hindari makanan yang mengandung prodein tinggi (putih telur, keju, tempe)

2) Makanan yang dianjurkan untuk penderita katarak


- jus wortel - makan bayam
- bawang putih
- jus labu
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN KATARAK SENILIS
Kasus kelolaan

• Kasus Keperawatan: Katarak Senilis

•Pasien laki-laki berumur 73 tahun datang ke RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan  pengelihatan mata kirinya buram
sejak 1 tahun yang lalu, memburuk dalam satu bulan terakhir. Pasien mengaku bahwa mata kananya juga buram namun tidak
separah mata kiri. Buram yang pasien rasakan adalah seperti berkabut.Pasien menyangkal adanya keluhan mata merah dan
nyeri pada matanya.Pasien memakai kacamata untuk membaca dengan ukuran S+2.75 sebelumnya. Pasien merasa lebih silau
ketika melihat cahaya/lampu. Pasien menyangkal memiliki riwayat Diabetes Mellitus, pasien memiliki hipertensi yang
terkontrol sejak usia 50 tahun.

Diagnosa medis: Katarak Senilis Stadium Imatur. Pasien direncanakan akan menjalani operasi Operasi ECCE (Extracapsular
Cataract Extraction).
Pengkajian keperawatan fokus

a. Identitas Pasien

• Nama : Tn.Y

• Umur : 73 Tahun

• Jenis Kelamin : Laki – Laki

• Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 24 juli 1948

• Agama : Islam

• Pekerjaan: Wiraswasta

• Status : Menikah

• Suku Bangsa : Sunda

• Alamat : Antapani

• Tanggal Masuk RS : 14 November 2021

• Tanggal Pengkajian : 14 November 2021

• Ruangan : Amarylis

No Medrek :-

• Diagnosa Medis : Katarak senilis stadium imatur


b. Identitas penanggung jawab

• Nama : Ny.C

• Tempat Tanggal Lahir :-

• Umur : 45 Tahun

• Jenis Kelamin : Perempuan

• Alamat : Antapani

• Hubungan Dengan Pasien : Anak

c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama

• Klien mengeluh pelinglihatan mata kirinya buram sejak 1 tahun yang lalu

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

• Klien mengelihatan mata kirinya buram sejak 1 tahun yang lalu, memburuk dalam satu bulan terakhir. Pasien mengaku bahwa mata kananya juga buram namun tidak
separah mata kiri. Buram yang pasien rasakan adalah seperti berkabut, . Pasien merasa lebih silau ketika melihat cahaya/lampu.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

• Klien mengatakan memiliki hipertensi yang terkontrol sejak dirinya berusia 50 tahun.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

• Klien mengatakan tidak terdapat penyakit yang sama pada keluarga nya.
d. Antroprometri

1) Kedaan Umum

a) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis

• GCS Nilai GCS (15) : Eye = 4 , motorik= 2, verbal = 6

a) Tanda – Tanda Vital

• TD :130/80 MmHg Suhu : 36,6 ℃

• Respirasi : 18 x/menit Nadi: 80x/menit

2) Antroprometri

a) Berat Badan Sekarang : 64 kg

b) Berat Badan Dahulu : 64 kg

c) Tinggi Badan : 170 cm

d) BMI : BB / TB (m))2

• = 64 / 1,7 x 1,7

• = 64 / 2,89 = 22,1

• Jadi BMI pasien Tn.Y yaitu 22,1 (normal)


e. Pemeriksaan fisik

a. Sistem Perkemihan

• Saat dikaji area genital klien tidak terdapat kelainan.

b. Sistem Kardiovaskuler

• Pada saat diinspeksi pada bagian dada bentuk simetris, pada saat di palpasi tidak ada retaksi
dinding dada, pada saat di auskultasi suara nafas vesikuler.

c. Sistem Pernafasan

• Saat dikaji respirasi klien normal dengan hasil respirasi 18x/menit

d. Sistem Integumen

• Tidak terdapat edema pada bagian kulit klien.


e. Sistem Pencernaan

• Pada saat di inspeksi mulut pasien telihat lembab dan sehat.

f. Sistem Persyarafan

• Pasien memakai kacamata untuk membaca dengan ukuran S+2.75 sebelumnya, pada OD, visus 0.3 dan kekeruhan
pada lensa yang menyeluruh dengan shadow test positif. Pada OS, visus 1/60,dan kekeruhan pada lensa yang
menyeluruh dengan shadow test positif. Funduskopi dari mata kanan pasien didapatkan dalam batas normal, hasil
funduskopi mata kiri pasien sulit dinilai karena terhalang oleh kekeruhan lensa

g. System musculoskeletal

1) Ektremitas atas

• Kekuatan otot ekstremitas atas dekstra : 5, sinistra : 5.

2) Ekstremitas bawah

• Saat dikaji ekstremitas bawah terdapat kelemahan otot pada bagian kanan dan kiri, dengan skala 2 │ 2.
f. Riwayat peikososial
1. Data Psikologis
a. Status emosi
Klien mengatakan dan slalu berharap untuk segera sembuh dan dapat beraktifitas normal seperti semula.
- Gambaran Diri

Klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang dibenci dan pasien mengatakan menyukai seluruh tubuhnya walaupun
matanya dalam keadaan sakit dan pasien terlihat optimis dengan kesembuhannya.
- Harga Diri

Klien mengatakan tidak malu dengan keadaannya sekarang walaupun dalam keadaan sakit, yang terpenting ia dapat
kembali sembuh seperti semula.
- Peran Diri

Klien mengatakan tidak malu dengan keadaannya sekarang walaupun dalam keadaan sakit, yang terpenting ia dapat
kembali sembuh seperti semula.
- Identitas pasien

Klien merupakan seorang laki-laki 73 tahun dan suda menikah


b. Pola Koping

Klien mengatakan bila pasien mempunyai masalah ia selalu menyelesaikan masalahnya dengan cara ngobrol dengan istrinya.

c. Gaya Komunikasi

Klien berbicara menggunakan Bahasa Indonesia dan pasien selalu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh perawat secara komunikatif.

2. Data Sosial

a. Pendidikan dan pekerjaan

Klien bekerja sebagai karyawan wiraswasta untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

b. Hubungan sosial

Hubungan klien dengan lingkungannya cukup baik, pasien dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan hubungan pasien dengan perawat dan dokter cukup baik.

3. Data Spiritual

a. Konsep ketuhanan

Pasien percaya di dalam dirinya dan hidupnya ada Allah SWT yang mengatur

b. Ibadah praktik

Pasien beragama Islam dan ibadah pasien saat sakit tidak berubah sama sekali dengan ketika sehat.

c. Makna sehat sakit spiritual

Pasien mengatakan sakit yang dialaminya adalah cobaan dari Allah SWT dan pasien percaya bahwa hanya Allah SWT yang dapat menyembuhkan penyakitnya.

d. Support spiritual

Dukungan spritual dari keluarga dan lingkungan sangat mendukung.


Riwayat Actifity Daily Living (ADL)
Pemeriksaan diagnostik
1. pemeriksaan penunjang adiolo
Permeriksaan Hasil Nilai Rujukan Interpretasi
Shadow test OD, visus 0,3    

OS, visus 1/60

2. Pemeriksaan lain

EKG :-
Radiologi :-

Terapi

Terapi ECCE yaitu Operasi Katarak konvensional dengan ECCE (Exstra Capsular Cataract Extraction) untuk
mengembalikan penglihatan dengan mengangkat lensa yang keruh dan mengganti dengan lensa buatan yaitu IOL (Intra
Ocular Lens).
Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori b.d Gangguan Penerimaan
Sensori d.d Distorsi Sensori (D.0085)
2. Risiko Jatuh b.d Kerusakan Fisik d.d Gangguan
Penglihatan (D.0143)

 
Kesimpulan
Persepsi sesnsori adalah proses memilih, mengatur, dan menafsirkan rangsangan sensorik
yang membutuhkan fungsi organ utuh dan rasa, jalur saraf, dan otak. Kebutuhan persepsi sensori
merupakan kebutuhan manusia dimana proses memilih, menafsirkan yang membutuhkan alat
indra yang meliputi penglihatan, pendengaran, perabaan dan perasaan.
Pemenuhan kebutuhan persepsi sensori sangat dibutuhkan untuk berbagai hal. Adanya
gangguan pada alat indra memperngaruhi persepsi sensori seseorang dan persepsi sensori setiap
orang berbeda-beda yang di pengaruhi oleh beberapa hal diantaranya, lingkungan, pengalaman
sebelumnya, gaya hidup, penyakit dan jenis pengobatan seseorang.

Anda mungkin juga menyukai