1. Bulu mata
Berfungsi untuk melindungi mata dari benda-benda asing.
2. Alis mata
Berfungsi mencegah masuknya air atau keringat dari dahi ke mata.
3. Kelopak mata (palpebra)
Kelopak mata berfungsi untuk melindungi bola mata terhadap trauma sinar dan
proses mengeringnya bola mata akibat kurang berkedip. Kelopak mata juga berperan
dalam mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membetuk lapisan air mata di dalam
kornea.
4. Kelenjar air mata
Berfungsi untuk menghasilkan air mata yang bertugas untuk menjaga mata agar
tetap lembab (tidak kekeringan).
b. Bagian Mata Dalam
1. Kornea
Berbeda dengan sklera yang berwarna putih, kornea ini jernih. Faktor-
faktor yang menyebabkan kejernihan kornea adalah: (i) letak epitel kornea
yang tertata sangat rapi; (ii) letak serabut kolagen yang tertata sangat rapi dan
padat; (iii) kadar airnya yang konstan; dan (iv) tidak adanya pembuluh darah.
2. Sclera
Sklera merupakan lanjutan ke belakang dari kornea. Sklera merupakan
dinding bola mata yang paling keras. Fungsi sklera adalah untuk melindungi
struktur mata dan membantu mempertahankan bentuk mata. Sklera tersusun atas
jaringan fibrosa yang padat, yang terdiri dari kolagen tipe 1, proteoglikan,
elastin, dan glikoprotein. Berbeda dengan kornea, susunan jaringan fibrosa
kornea relatif tidak teratur dibandingkan kornea, sehingga ia tidak bening
seperti kornea. Tebal sklera pada polus posterior 1 mm dan ekuator 0,5 mm.
Sklera memiliki dua lubang utama yaitu foramen skleralis anterior dan
foramen skleralis posterior. Foramen skleralis anterior terbentuk sebagai
perbatasan dengan kornea, dan merupakan tempat melekatnya kornea pada
sklera (bandingkan kornea dengan kaca arloji). Foramen skleralis posterior
atau kanalis skleralis merupakan pintu keluar saraf optik. Pada foramen ini
terdapat lamina kribrosa yang terdiri dari sejumlah membrane seperti
saringan yang tersusun transversal melintas foramen skleralis posterior.
Serabut saraf optic melewati lubang ini untuk menuju otak.
Disamping kedua foramina tadi, sclera juga ditembus oleh berbagai
kanal yang dilewati oleh saraf dan pembuluh darah yang keluar masuk bola
mata.
3. Iris
Iris berbentuk membran datar dan merupakan kelanjutan ke depan dari
badan silier. iris terdapat dibelakang kornea dan berpigmen. Pigmen ini yang
menetukan warna pada mata seseorang. Iris juga menentukan jumlah cahaya
yang masuk ke mata dan dikendalikan oleh saraf otonom.
Iris terlihat sklerotik dan epitel kapilernya tidak berjendela
(unfenestrated). Apabila iris dipotong, tidak akan ada darah yang keluar dan
juga tidak bisa menyembuh. Pemotongan iris dinamakan iridektomi. Dikenal
berbagai macam iridektomi, misalnya iridektomi optis dan iridektomi
antiglaukoma; sedangkan menurut caranya ada iridektomi total dan
iridektomi perifer.
Di tengah iris terdapat pupil yang penting untuk mengatur jumlah sinar
yang masuk ke dalam mata. Secara normal tepi pupil bersentuhan dengan
lensa, namun tak melekat dengan lensa. Pada iris terdapat dua macam otot
yang mengatur besarnya pupil, yaitu musculus dilatator pupillae (yang
melebarkan pupil) dan musculus sphincter pupillae (yang mengecilkan pupil).
4. Badan Silier
Badan silier merupakan bagian uvea yang terletak di antara iris dan
koroid. Batas belakangnya adalah ora serrata. Badan silier banyak
mengandung pembuluh kapiler dan vena dan badan silier-lah yang
menghasilkan humor aquous.
5. Koroid
Koroid merupakan bagian uvea yang paling luas dan terletak antara
retina dan sklera, terdiri atas anyaman pembuluh darah. Lapisan koroid dari
luar ke dalam berturut-turut adalah suprakoroid, pembuluh darah
koriokapiler, dan membran Bruch. Koroid berfungsi untuk memberikan
nutrisi ke pada retina dan benda kaca. Karena koroid banyak mengandung
pembuluh darah dan retina itu jernih, maka koroid dapat dilihat dengan
oftalmoskop dan tampak berwarna merah. Refleks fundus merah cemerlang
berasal dari warna koroid.
6. Retina
Retina melapisi dua pertiga dinding bagian dalam bola mata. Retina
merupakan lapisan terdalam dari bola mata. Lapisan mata dari luar ke dalam
berturut-turut adalah sklera (warna putih), lapisan koroid, dan yang paling
dalam retina. Retina merupakan 2/3 bagian dari dinding dalam bola mata,
lapisannya transparan, dan tebalnya kira-kira 1 mm. Retina merupakan
membran tipis, bening, berbentuk seperti jaring (karenanya disebut juga
sebagai selaput jala), dan metabolisme oksigen-nya sangat tinggi. Retina
sebenarnya merupakan bagian dari otak karena secara embriologis berasal ari
penonjolan otak. Dengan demikian nervus optikus sebenarnya merupakan
suatu traktus dan bukan “nervus” yang sebenarnya. Susunan histologis retina
diuraikan sebagai berikut.
Pada retina terdapat daerah yang penting untuk diskriminasi visual yang
disebut makula lutea (bintik kuning), atau disebut sebagai fovea, yang terletak
3,5 mm di temporal papil N II. Makula lutea mempunyai serabut saraf yang
sangat banyak yang menuju ke papil N II, sehingga makula lebih terlindung
dari kerusakan yang mungkin terjadi pada retina. Berkas serabut saraf dari
makula ke papil disebut sebagai berkas papilomakular.
Arteria retina sentralis memberi makan neuron orde II (sel horizontal dan
bipolar) dan neuron orde III (sel-sel ganglion). Pembuluh darah arteria ini
mempunyai endotel yang tersusun rapat (berperan sebagai sawar dalam darah-
retina) dan vasa-vasa cabangnya terletak di lapisan serabut saraf retina. Arteri
retina sentralis masuk bersama dengan n. optikus di daerah yang disebut sebagai
papil nervus optikus atau diskus optikus (warnanya lebih terang dari daerah
sekitarnya pada oftalmoskopi). Dari sini, arteri tersebut bercabang-cabang.
Pada retina terdapat dua macam reseptor, yaitu sel konus (sel kerucut) dan
sel basilus (sel batang/tongkat). Pada segmen luar sel konus terdapat
tumpukan sakulus, sedangkan pada sel basilus terdapat cakram. Sakulus dan
cakram mengandung pigmen fotosensitif. Segmen dalam sel konus dan
basilus kaya akan mitokondria. Segmen luar basilus diperbarui dengan
pembentukan cakram baru pada tepi dalam segmen dan cakram lama akan
difagositosis oleh sel epitel pigmen retina. Pada penyakit retinitis pigmentosa
proses fagositosis ini mengalami gangguan (cacat) sehingga lapisan debris
tertimbun diantara reseptor dan epitel pigmen. Dengan berlalunya waktu
pasien akan mengalami penyempitan lapangan pandang. Proses pembaruan
sel-sel kerucut lebih difus.
Makula merupakan daerah yang lebih gelap di sentral retina. Seperti yang
sudah diutarakan di atas, daerah makula mengandung pigmen yang lebih
banyak, jadi terlihat lebih gelap. Lapisan retina pada makula tidak selengkap
di daerah lain (perifer), di sini lebih tipis. Ini memungkinkan sinar yang
datang bisa langsung ditangkap oleh sel-sel fotoreseptor. Daerah macula
merupakan daerah yang paling banyak mengandung fotoreseptor, sel yang
dominan yaitu sel konus. Di tengah makula ada daerah depresi kecil yang
disebut fovea. Fovea mengadung banyak sel konus dan tidak mengandung
basilus.
Sel konus penting untuk menerima rangsang cahaya kuat dan rangsang
warna. Sel konus mengandung 3 macam pigmen: pigmen yang sensitif
terhadap gelombang panjang (570 nm), merupakan pigmen yang peka
terhadap sinar merah; pigmen yang peka terhadap gelombang menengah (540
nm), merupakan pigmen yang peka terhadap sinar hijau; dan pigmen yang
sensitif terhadap gelombang pendek (440 nm), merupakan pigmen yang peka
terhadap sinar biru. Rodopsin merupakan protein majemuk gabungan antara
retinen (vitamin A) dan opsin (suatu protein). Rodopsin tadi terdiri dari
rodopsin untuk warna merah, warna hijau, dan warna biru. Dari kombinasi
kerja ketiga macam reseptor ini kita dapat menerima berbagai persepsi warna.
Kalau salah satu reseptor terganggu fungsinya, misalnya gangguan reseptor
merah, maka warna merah masih bisa diterima oleh reseptor hijau dan biru,
tetapi tidak semerah kalau diterima oleh reseptor merah.
Pada keadaan gelap, akan terjadi kenaikan cGMP intrasel sehingga saluran
Na+ terbuka dan Na+ masuk. Ini menyebabkan neurotransmiter terus
dikeluarkan, dan rangsang diteruskan. Pada keadaan terang sebaliknya. Konus
merupakan reseptor penglihatan didalam cahaya terang (penglihatan fotopik)
dan untuk penglihatan warna.
7. Lensa
Lensa mengandung 65% air dan 35% protein (jaringan tubuh dengan
kadar protein paling tinggi), serta sejumlah kecil mineral terutama kalium.
Komposisi tersebut hampir tidak berubah dengan pertambahan usia. Aspek
yang mungkin memegang peranan terpenting dalam fisiologi lensa adalah
mekanisme kontrol keseimbangan cairan dan elektrolit, yang juga sangat
penting terhadap kejernihan lensa. Gangguan dalam hidrasi seluler dapat
dengan cepat menimbulkan kekeruhan pada lensa karena kejernihan lensa
sangat tergantung pada komponen struktural dan makromolekul.
8. Vitreous humour
Vitreous humour adalah suatau cairan pekat penuh albumen berwarna putih
terletak pada lensa sampai retina. Cairan ini bekerja bersama-sama lensa mata untuk
membiaskan cahaya sehingga tepat jatuh pada fovea (bintik kuning) atau dekat fovea.
Berfungsi memberi bentuk dan kekuatan pada mata serta memperkuat penghubung antara
retina dan selaput koroid serta sklerotik.
9. Aqueous humour
Aqueous humour adalah suatu cairan yang komposisinya serupa dengan cairan
serebrospinal yang diserap kedalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea
melalui vena halus yang disebut saluran schlemm. Berfungsi untuk menjaga bentuk
kantong depan bola mata.
10. Bintik buta
Bintik buta atau juga disebut sebagai blind spot adalah bagian mata yang tidak
sensitif terhadap cahaya. Hal ini berbanding terbalik dengan bagian bintik kuning. Jika
bayangan benda jatuh pada bintik buta, maka benda tidak dapat terlihat jelas oleh mata.
Salah satu bagian mata yang paling sensitif terhadap cahaya adalah bintik kuning
ini. Jika bayangan benda jatuh pada bintik kuning, maka benda akan terlihat jelas.
Sebaliknya, jika bayangan benda jatuh sebelum atau sesudah bagian ini, maka benda
tersebut akan terlihat kabur atau tidak begitu jelas.
Saraf optik atau saraf mata menjadi bagian mata yang cukup penting. Fungsi saraf
optik adalah untuk meneruskan informasi bayangan benda yang diterima retina menuju
ke otak. Saraf ini penting agar kita dapat menentukan bagaimana bentuk suatu benda
yang kita lihat. Jika syaraf optik ini rusak dapat mengakibatkan kebutaan mata.
Salah satu bagian mata adalah otot mata. Fungsi otot mata adalah membantu cara
kerjanya lensa mata dalam membuat lensa mencembung atau memipih atau yang dikenal
sebagai daya akomodasi mata. Otot mata menyangga lensa mata dan bentuknya mirip
kristal.
c. Mekanisme Melihat
Proses kerja mata manusia diawali dengan masuknya cahaya melalui bagian kornea,
yang kemudian dibiaskan oleh aquerus humour ke arah pupil. Pada bagian pupil, jumlah
cahaya yang masuk ke dalam mata dikontrol secara otomatis, dimana untuk jumlah
cahaya yang banyak, bukaan pupil akan mengecil sedangkan untuk jumlah cahaya yang
sedikit bukaan pupil akan membesar. Pupil akan meneruskan cahaya ke bagian lensa
mata dan oleh lensa mata cahaya difokuskan ke bagian retina melalui vitreus humour.
Cahaya ataupun objek yang telah difokuskan pada retina, merangsang sel saraf batang
dan kerucut untuk bekerja dan hasil kerja ini diteruskan ke serat saraf optik, ke otak dan
kemudian otak bekerja untuk memberi tanggapan sehingga menghasilkan penglihatan.
Sel saraf batang bekerja untuk penglihatan dalam suasana kurang cahaya, misalnya pada
malam hari. Sedangkan sel saraf kerucut bekerja untuk penglihatan dalam suasana terang.
misalnya pada siang hari.
d. Histologi mata
Bola mata dikelilingi oleh tiga lapisan konsentrik utama : lapisan luar jaringan ikat
fibrosa kuat atau tunika fibrosa yang terdiri dari sklera dan kornea; lapisan tengah atau tunika
vascularis yang terdiri dari koroid yang sangat vascular dan berpigmen, badan siliar (terdiri
dari prosesus siliaris dan otot siliaris), dan iris; dan lapisan paling dalam yaitu retina yang
terdiri dari lapisan berpigmen dan lapisan neural.
1. Tunika Fibrosa
a. Kornea
2. Tunica Vascularis
a. Choroid
Khoroid merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel-
sel pigmen sehingga tampak bewarna hitam. Lapisan ini tersusun dari jaringan
penyambung jarang yang mengandung serat-serat kolagen dan elastin, sel-sel
fibroblas, pembuluh darah dan melanosit. Khoroid terdiri atas 4 lapisan yaitu:
a.) Epikhoroid merupakan lapisan khoroid terluar tersusun dari serat-serat kolagen
dan elastin.
b.) Lapisan pembuluh merupakan lapisan yang paling tebal tersusun dari pembuluh
darah dan melanosit.
c.) Lapisan koriokapiler, merupakan lapisan yang terdiri atas pleksus kapiler, jaring0-
jaring halus serat elastin dan kolagen, fibroblas dan melanosit. Kapiler-kapiler ini
berasal dari arteri khoroidalis Pleksus ini mensuplai nutrisi untuk bagian luar
retina.
d.) Lamina elastika, merupakan lapisan khoroid yang berbatasan dengan epitel
pigmen retina. Lapisan ini tersusun dari jarring-jaring elastik padat dan suatu
lapisan dalam lamina basal yang homogen.
b. Badan Siliar
Korpus siliaris dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid. Lapisan luar kaya akan
pigmen dan merupakan lanjutan lapisan epitel pigmen retina. Lapisan dalam yang
tidak berpigmen merupakan lanjutan lapisan reseptor retina, tetapi tidak sensitif
terhadap cahaya. Sel-sel di lapisan ini akan mengeluarkan cairan filtrasi plasma yang
rendah protein ke dalam bilik mata belakang (kamera okuli posterior).
Humor akweus mengalir dari bilik mata belakang (kamera okuli posterior)
ke bilik mata depan (kamera okuli anterior) melewati celah pupil (celah di antara iris
dan lensa), lalu masuk ke dalam jaringan trabekula di dekat limbus dan akhirnya
masuk ke dalam kanal Schlemm. Dari kanal Schlemm humor akweus masuk ke
pleksus sklera dan akhirnya bermuara ke sistem vena.
c. Iris
Menurut buku ajar histologi Janquiera, permukaan anterior iris yang terpajan
bilik anterior, tidak dilapisi oleh epitel, tetapi dilapisi oleh lapisan diskontinu
fibroblas dan melanosit yang ireguler, terkemas rapat dengan prosesus yang saling
mengunci. Jauh di dalam iris, stroma berupa jaringan ikat longgar yang lebih khusus
dengan mikrovaskular. Permukaan posterior iris bersifat polos dengan epitel berlapis
ganda yang berlanjut dengan epitel yang melapisi badan siliar dan prosesusnya.
Namun sel epitel yang berkontak langsung dengan bilik posterior terisi granula
,elanin dengan gambaran sel yang sebagian besar samar. Epitel yang sangat
berpigmen pada iris mencegah masuknya cahaya ke bagian dalam mata kecuali
melalui pupil.
Lapisan epitel di bawahnya terdiri atas sel mioepitel yang setidaknya juga
berpigmen. Prosesus yang terjulur radial dari sel mioepitel membentuk m.dilator
pupillae di sepanjang sisi posterior iris.
3. Retina
Merupakan lapisan terdalam bola mata, mengandung sel-sel fotoreseptor yaitu
sel-sel batang dan kerucut. Adapun lapisan retina yaitu:
a. Epitel pigmen adalah suatu lapisan sel poligonal yang teratur, ke arah ora serrata
bentuk selnya menjadi lebih gepeng. Inti sel berbentuk kuboid dengan sitoplasmanya
kaya akan butir-butir melanin. Fungsi epitel pigmen adalah
a.) Menyerap cahaya dan mencegah terjadinya pemantulan
b.) Berperan dalam nutrisi fotoreseptor
c.) Penimbunan dan dan pelepasan vitamin A
d.) Berperan dalam proses pembentukan rhodopsin
b. Lapisan batang dan kerucut mengandung 2 jenis sel fotoreseptor yaitu sel batang
dan sel kerucut yang merupakan modifikasi sel saraf. Lapisan ini mengandung badan
sel batang dan kerucut.
Sel batang merupakan sel khusus yang ramping dengan segmen luar berbentuk
silindris dengan panjang 28 mikrometer mengandung fotopigmen rhodopsin dan suatu
segmen dalam yang sedikit lebih panjang yaitu sekitar 32 mikrometer. Keduanya
mempunyai ketebalan 1,5 mikrometer. Inti selnya terletak di dalam lapisan inti luar.
Ujung segmen luar tertanam dalam epitel pigmen. Segmen luar dan dalam
dihubungkan oleh suatu leher yang sempit. Dengan mikroskop electron segmen luar
tampak mengandung banyak lamel-lamel membran dengan diameter yang seragam
dan tersusun seperti tumpukan kue dadar. Sel batang ini di sebelah dalam membentuk
suatu simpul akhir yang mengecil pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar
yang disebut sferul batang (rod spherule). Sel batang yang hanya teraktivasi dalam
keadaan cahaya redup (dim light) sangat sensitive terhadap cahaya. Sel ini dapat
menghasilkan suatu sinyal dari satu photon cahaya. Tetapi sel ini tidak dapat
menghasilkan sinyal dalam cahaya terang (bright light) dan juga tidak peka terhadap
warna.
Cahaya yang masuk ke dalam retina diserap oleh rhodopsin, suatu protein yang
tersusun dari opsin (protein transmembran) yang terikat pada aldehida vitamin A.
Penyerapan cahaya ini akan menyebabkan isomerisasi rhodopsin dan memisahkan
opsin dari ikatannya dengan aldehida vitamin A menjadi opsin bentuk aktif. Opsin
bentuk aktif kemudian memfasilitasi pengikatan guanosin triphosphate (GTP) dengan
protein transducin. Kompleks GTP-transducin ini kemudian mengaktifkan ensim
cyclic guanosin monophosphate phosphodiesterase suatu ensim yang berperan dalam
pembentukan senyawaan cyclic guanosin monophosphate (cGMP). Siklik guanosin
monophosphate (cGMP) ini berperan dalam pembukaan kanal natrium di dalam
plasmalema sel batang dan menyebabkan masuknya natrium dari segmen luar sel
batang menuju ke segmen dalam sel batang. Keadaan ini akan menyebabkan
hiperpolarisasi di segmen dalam sel batang dan merangsang dilepaskannya
neurotransmitter dari sel batang menuju ke sel bipolar. Oleh sel bipolar rangsang
kimiawi ini dirubah menjadi impuls listrik yang akan diteruskan menuju ke sel
ganglion untuk selanjutnya dikirim ke otak.
Sel kerucut mempunyai struktur yang mirip dengan sel batang tetapi segmen luar
yang mengecil dan membesar ke arah segmen dalam, sehingga berbentuk seperti botol.
Inti sel kerucut lebih besar dibandingkan dengan sel batang. Sel kerucut di sebelah
dalam melebar pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar membentuk kaki
kerucut (cone pedicle). Sel kerucut teraktivasi dengan cahaya terang (bright light)
dan menghasilkan aktivitas visual yang lebih besar di bandingkan sel batang. Sel
kerucut merupakan sel fotoreseptor yang peka terhadap warna. Ada 3 jenis sel kerucut
yang masing-masing mengandung pigmen iodopsin yang berbeda. Setiap jenis
iodopsin mempunyai sensitivitas tertentu terhadap warna merah, biru dan hijau.
c. Membran limitans luar merupakan rangkaian kompleks tautan antara sel batang, sel
kerucut, dan sel Muller. Dengan mikroskop cahaya tampak sebagai garis.
d. Lapisan inti luar merupakan lapisan yang terdiri atas inti-inti sel batang dan kerucut
bersama badan selnya.
e. Lapisan pleksiform luar dibentuk oleh akson sel batang dan kerucut bersama dendrit
sel bipolar dan sel horizontal yang saling bersinaps.
f. Lapisan inti dalam dibentuk oleh inti-inti dan badan sel bipolar, sel horizontal, sel
amakrin, dan sel Muller. Sel bipolar dapat mempunyai dendrit yang panjang atau
pendek. Aksonnya lurus dan berjalan vertikal ke dalam lapisan pleksiform dalam
disini berhubungan dengan dendrit sel ganglion. Sel horizontal mempunyai badan sel
yang lebih besar daripada sel bipolar. Dendritnya berakhir dalam keranjang berbentuk
cangkir disekeliling sejumlah besar kaki kerucut. Sel amakrin terletak pada baris
kedua atau ketiga sebelah dalam lapisan inti dalam. Bentuknya seperti buah pir dengan
sebuah tonjolan yang berjalan ke arah dalam untuk berakhir pada lapisan pleksiform
dalam. Di lapisan ini tonjolan sel ini bercabang secara luas dan bersinaps dengan
beberapa sel ganglion. Sel Muller disebut juga gliosit retina, berukuran raksasa
dengan intinya terletak pada lapisan inti dalam. Dari badan sel, juluran sitoplasma
yang panjang dan tipis meluas ke membran limitans luar dan dalam.
g. Lapisan pleksiform dalam dibentuk oleh sinaps antara sel bipolar, amakirn, dan sel
ganglion.
h. Lapisan ganglion dibentuk oleh badan dan inti sel ganglion. Sel ganglion merupakan
sel yang besar, sangat mirip dengan neuron pada otak dengan suatu massa terdiri dari
materi kromofil (badan Nissl) dalam badan sel. Akson sel ganglion membentuk serat
saraf optik. Aksonnya tak pernah bercabang
i. Lapisan serat saraf optikus dibentuk oleh akson sel ganglion.
j. Membran limitans dalam sebenarnya adalah membrana basalis sel Muller yang
memisahkan retina dari korpus vitreum.
SUMBER
1. https://kupdf.net/download/buku-ilmu-penyakit-mata-
ugm_59b8dfb408bbc5d030894c91_pdf di akses pada 27/09/2020
2. Aulia, Ahmad, Jusuf. 2003. Diktat Kuliah “sistem penglihatan”. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
3. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/27489/6.%20BAB
%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y di akses pada 28/09/2020