Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN KETERAMPILAN MEDIK

PEMERIKSAAN MATA LUAR, LAPANG


PANDANG DAN FUNDUSKOPI

Pendahuluan
Pada keterampilan pemeriksaan mata ini, standar kompetensi yang ingin dicapai adalah mahasiswa mampu
melakukan pemeriksaan mata secara lengkap dan benar.

Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu mengenal dan menjelaskan alat yang akan digunakan dalam pemeriksaan mata
2. Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan mata
3. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan lapangan pandangan secara baik dan benar
4. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan struktur mata interna dan eksterna secara baik dan benar
5. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan oftalmoskopi secara baik dan benar.

ANATOMI MATA
A. STRUKTUR PELINDUNG
Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke segala arah. Struktur
tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan bahan-bahan berbahaya lainnya,
tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya masih bisa masuk.
Struktur yang melindungi mata antara lain adalah:
a. Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh darah, lemak dan
struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.
b. Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara refleks segera
menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang. Ketika
berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh permukaan mata dan ketika tertutup,
kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa
menjadi kering dan terluka. Bagian dalam kelopak mata adalah konjungtiva yang merupakan membran
mukosa tipis yang vaskular dan transparan, yang juga membungkus permukaan mata.
c. Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi membantu
melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang).
d. Kelenjar lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang
encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus memiliki
lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban
dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu,
air mata kaya akan antibodi yang membantu mencegah terjadinya infeksi.
e. Enam otot ekstraokular mengelilingi tiap bola mata dan menggerakan mata. Kekuatan dan presisi yang
diperlukan di sini benar-benar merupakan hal yang mengagumkan. Selama melakukan gerakan mata yang
berlangsung sekitar 1/10 per detik, bola mata bergerak dengan kecepatan luar biasa dan berhenti hampir
seketika. Untuk menghasilkan kekuatan yang cukup untuk melakukannya, otot ekstraokular memiliki
kekuatan 200 kali lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk memutar mata dalam soketnya

B. STRUKTUR BOLA MATA


Mata berbentuk seperti bola, sedikit menonjol pada bagian depan. Melalui tonjolan inilah seseorang melihat.
Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah darinya oleh selubung fascia bola mata.

1
Gambar 1. Otot-otot Ekstra Okuler

Gambar 2. Anatomi Mata

Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu :
1. Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan bagian anterior yang transparan atau
kornea.
Sklera merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan tampak putih. Daerah ini relatif lemah dan dapat menonjol
ke dalam bola mata oleh perbesaran cavum subarachnoidea yang mengelilingi nervus opticus. Jika tekanan
intraokular meningkat, lamina fibrosa akan menonjol ke luar yang menyebabkan discus menjadi cekung bila
dilihat melalui oftalmoskop. Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu
vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya pada batas limbus. Pada bagian mata
yang terbuka, permukaan sclera ditutupi conjunctiva yang merupakan membran mukosa tipis yang .vaskular
dan transparan. Untuk menjaga mata agar tidak kering.
Kornea, adalah jaringan transparan, licin dan avaskular yang mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya
yang masuk ke mata. Tersusun atas lapisan-lapisan berikut ini dari luar ke dalam sama dengan: (1) epitel
kornea (epithelium anterius) yang bersambung dengan epitel konjungtiva. (2) substansia propria, terdiri atas
jaringan ikat transparan. (3) lamina limitans posterior dan (4) endothel (epithelium posterius) yang
berhubungan dengan aqueous humour.
Pada bagian belakang kornea adalah cairan yang disebut aqueous humor. Cairan ini memenuhi ruangan
berbentuk bulan sabit, tebal di bagian tengah dan tipis di bagian pinggir.
2. Lamina Vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan :
(1) Choroidea adalah lapisan pembuluh darah dan jaringan ikat yang dihimpit sklera dan retina. Berfungsi
membawa supply nutrisi ke mata. Choroidea terdiri atas lapis luar berpigmen dan lapis dalam yang sangat
vaskuler.
(2) Corpus ciliare (ke belakang bersambung dengan choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi
perifer iris) terdiri atas corona ciliaris, procesus ciliaris dan musculus ciliaris. Corpus siliaris adalah struktur
otot yang dapat merubah bentuk lensa mata.
(3) Iris adalah bagian sirkular yang berwarna pada mata (disebut juga warna mata. Iris merupakan diafragma
berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu pupil. iris membagi ruang diantara
lensa dan kornea menjadi camera anterior dan posterior, serat-serat otot iris bersifat involunter dan
terdiri atas serat-serat sirkuler dan radier.
Pupil terlihat seperti titik hitam. Semua cahaya yang masuk melewati pupil. Saat banyak sedikitnya cahaya
dibutuhkan untuk melihat lebih jelas, pupil menjadi mengecil atau membesar dengan gerakan dariotot di
iris. Aqueous humor mengalir melalui pupil ke ruang kecil antara iris dan kornea (kamera oculi anterior).

3. Tunica Sensoria (retina)


Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah
luar dan lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah
energi cahaya menjadi impuls syaraf.
Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya. Permukaan luarnya melekat pada
choroidea dan permukaan dalamnya berkontak dengan corpus vitreum. Tiga perempat posterior retina
merupakan organ reseptornya. Ujung anterior membentuk cincin berombak, yaitu ora serrata, di tempat inilah
jaringan syaraf berakhir. Bagian anterior retina bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen
dengan lapisan epitel silindris di bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi procesus ciliaris dan bagian
belakang iris.
Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong kekuningan, macula lutea, merupakan daerah retina
untuk penglihatan paling jelas (penglihatan sentral). Bagian tengahnya berlekuk disebut fovea sentralis.
Nervus opticus meninggalkan retina lebih kurang 3 mm medial dari macula lutea melalui discus nervus optici.
Discus nervus optici agak berlekuk di pusatnya yaitu tempat dimana ditembus oleh a. centralis retinae. Pada
discus ini sama sekali tidak ditemui coni dan bacili, sehingga tidak peka terhadap cahaya dan disebut sebagai
bintik buta.

I. FISIOLOGI PENGLIHATAN
Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke retina. Kornea dan lensa berguna
untuk mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan
kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impuls–impuls syaraf ini dan menjalarkannya
ke otak.
Cahaya masuk ke mata dari media ekstenal seperti, udara, air, melewati kornea dan masuk ke dalam aqueous
humor. Refraksi cahaya kebanyakan terjadi di kornea dimana terdapat pembentukan bayangan yang tepat.
Aqueous humor tersebut merupakan media yang jernih yang menghubungkan kornea dengan lensa mata,
membantu untuk mempertahankan bentuk konveks dari kornea (penting untuk konvergensi cahaya di lensa)
dan menyediakan nutrisi untuk endothelium kornea.
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar di bagian tengah iris
yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada
di tempat gelap), dan apabila berada di tempat terang atau intensitas cahayanya besar, maka pupil akan
mengecil. Yang mengatur perubahan pupil tersebut adalah iris. Iris merupakan cincin otot yang berpigmen
maka iris juga berperan dalam menentukan warna mata. Setelah melalui pupil, maka cahaya sampai ke lensa.
Lensa ini berada diantara aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke otot-otot siliaris melalui
ligamentum suspensorium. Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama
berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Apabila mata memfokuskan pada objek
yang dekat, maka otot-otot siliaris akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Dan
apabila mata memfokuskan objek yang jauh, maka otot-otot siliaris akan mengendur dan lensa menjadi lebih
tipis dan lebih lemah. Bila cahaya sampai ke retina, maka sel-sel batang dan sel-sel kerucut yang merupakan
sel-sel yang sensitif terhadap cahaya akan meneruskan sinyal-sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf
optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi persepsi
pada otak terhadap benda tetap tegak, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu
sebagai keadaan normal.

II. GEJALA PENYAKIT PADA MATA


Gejala-gejala penyakit pada mata adalah:
 Kehilangan penglihatan
 Nyeri mata
 Diplopia
 Mata berair atau kering
 Mengeluarkan sekret
 Mata merah

Kehilangan Penglihatan
Bila pasien mengeluh tentang hilangnya penglihatan sangat penting untuk memastikan sifat akut hilangnya
penglihatan dan ada tidaknya perasaan nyeri. Hilangnya penglihatan mendadak tanpa rasa nyeri dapat terjadi
akibat oklusi pembuluh darah retina atau ablastio retina. Hilangnya penglihatan mendadak dengan disertai
rasa nyeri terdapat pada serangan glaukoma sudut sempit akut. Hilangnya penglihatan yang berangsur tanpa
rasa sakit biasanya pada glaukoma simpleks menahun.

Nyeri Mata
Nyeri di mata banyak penyebabnya. Nyeri mungkin dirasakan seperti terbakar, berdenyut, nyeri tekan, atau
perasaan tertarik yang kemungkinan hal tersebut berkaitan dengan etiologinya. Nyeri dalam mata sewaktu
berkedip terdapat pada abrasi kornea dan benda asing di dalam mata. Fotofobia adalah nyeri mata yang
berhubngan dengan cahaya, seperti terdapat pada radang iris. Radang konjungtiva (konjungtivitis)
menimbulkan rasa gatal. Penyakit pada kornea disertai nyeri yang agak berat karena kornea mempunyai
persyarafan yang luas. Nyeri kepala dan nyeri pada mata sering dijumpai pada glaukoma sudut sempit.

Diplopia
Diplopia atau penglihatan ganda merupakan keluhan yang umum. Diplopia terjadi akibat penyesuaian yang
keliru dari mata. Biasanya bila mata mengamati suatu objek, objek ini terlihat jelas. Bayangan yang agak
berbeda tersebut disatukan oleh otak; penyatuan ini yang menghasilkan penglihatan binokuler atau persepsi
kedalaman.

Mata Berair atau Kering


Terlalu banyak air mata atau kekeringan merupakan keluhan yang umum. Air mata yang berlebihan mungkin
disebabkan produksi airmata yang berlebihan atau oleh karena bendungan/obstruksi aliran keluarnya.
Kekeringan terjadi akibat gangguan sekresi kelenjar lakrimal. Penyebab umum ialah Sindrom Sjogren,
kegagalan umum kelenjar sekretoris.

Mengeluarkan Sekret
Sekret dari mata mungkin sekret berair, agak berlendir atau bernanah. Yang bersifat cair atau mukoid
seringkali berhubungan dengan keadaan alergi atau penyakit virus, sedangkan yang purulen terdapat pada
infeksi bakteri.
Mata Merah
Mata merah seringkali dijumpai. Mata mungkin tampak merah Mata mungkin tampak merah darah.
Kemerahan tersebut dapat terjadi karena trauma, infeksi, alergi atau peningkatan tekanan dalam mata.
Banyak batuk, muntah berulang dapat berakibat perdarahan subkonjungtival.

III. PEMERIKSAAN FISIK MATA


Pemeriksaan fisik mata meliputi
a. Tajam penglihatan
b. Lapangan pandangan
c. Gerakan mata
d. Struktur mata interna dan eksterna
e. Pemeriksaan oftalmoskopi
Pemeriksaan tajam penglihatan dan gerakan mata sudah di bahas dalam blok 11, sehingga pada keterampilan
ini akan dibahas pemeriksaan lapangan pandangan, struktur mata interna dan eksterna dan pemeriksaan
oftalmoskopi.

A. Pemeriksaan Lapangan Pandang


Pemeriksaan lapang pandangan sentral dan perifer dipergunakan untuk tiga alasan:
 Mendeteksi kelainan lapang pandangan
 Mencari lokasi kelainan disepanjang jaras saraf penglihatan
 Melihat luasnya kelainan lapang pandangan dan perubahannya dari waktu ke waktu/follow up
Pemeriksaan ini dipergunakan untuk mengeliminir differential diagnosis dan dipergunakan untuk melihat
progresifitas penyakit.
Pemeriksaan lapang pandangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sangat sederhana bahkan
tanpa alat, sampai dengan pemakaian alat canggih Pemeriksaan lapangan pandang dilakukan dengan uji
konfrontasi, kisi Amsler dan dengan perimeter Goldmann. Pada ketrampilan ini untuk pemeriksaan lapangan
pandang yang dilatihkan adalah uji konfrontasi. Pemeriksaan ini selalu dilakukan pada satu mata baru
kemudian dilakukan pada mata yang lain.

Uji Konfrontasi
Dibawah ini akan dijelaskan secara singkat teknik pemeriksaan lapang pandangan :
 Pemeriksa berdiri atau duduk 1 m didepan dan setinggi tatap mata pasien.
 Pasien diminta menutup mata kanannya sedangkan pemriksa menutup mata kirinya, dan dengan satu
mata, masing-masing mengarahkan pandangannya kehidung yang dihadapinya.
 Pasien kemudian diminta menerangkan mengenai perasaan penglihatannya misalnya :
a. Pasien mengatakan hidung tampak tertutup kabut bulat sedangkan disekitarnya jelas. Ini menunjukkan
skotoma sentral yang bersifat positif. Keadaan ini sering terjadi pada retinopati serosa sentralis.
b. Pasien mengatakan ujung hidung hilang seperti terhapus sedangkan disekitarnya tampak jelas. Ini
menunjukkan skotoma sentral yang bersifat negatif. Keadaan ini sering terjadi pada neutritis
retrobulbaris.
c. Pasien mengatakan bagian bawah hidung tampak kabur sedangkan bagian atas hidung tampak lebih
jelas. Ini menunjukkan adanya hemianopia altitudinal inferior. Keadaan ini sering terjadi pada neuropati
optik iskhemik anterior akuta.
 Pemeriksa menjulurkan satu atau dua jari dan pasien diminta mendeteksi atau menghitung jari. Tangan
digerakkan dari kuadran atas ke kuadaran bawah dan sebaliknya. Jari-jari harus terlihat oleh pasien dan
pemeriksa secara bersamaan. Agar lebih menguntungkan si pasien ,tangan diangkat lebih dekat pada
pemeriksa. Hal ini member pasien lapangan pandan yang lebih luas. Jika pemeriksa melihat jari-jari, pasien
juga pasti melihatnya kecuali ada gangguan penglihatan berupa kurang luasnya lapangan pandang.
 Pemeriksaan diulangi pada mata sebelah
Gambar 3. Cara Melakukan Uji Konfrontasi

Penglihatan sentral normal meluas lebih kurang 30’ ke segala arah pada fiksasi sentral. Daerah tanpa
penglihatan disebut skotoma. Bintik buta (blind spot) adalah skotoma fisiologik yang terletak 15-20 temporal
terhadap fiksasi sentral yang sesuai dengan papilla nervus optikus.

Gambar 4. Beberapa Kelainan Lapangan Pandang

Amsler Grid
Kartu amsler grid mengevaluasi 200 dari lapang pandang yang terfiksasi di tengah dan digunakan
terutama pada skrining dan monitoring panyakit dan kelainan di makula (penglihatan sentral). Beberapa
kelainan yang dapat terjadi di makula seperti contohnya skotoma ataupun metamorfopsia (baik mikropsia
atau makropsia), dan lain-lain akan dapat terdeteksi. Gambaran diatas dapat ditemukan pada berbagai
macam keadaan seperti contohnya makular hole, epiretinal membran, CSCR, ARMD. Pada pemeriksaan
amsler grid ini terdapat tujuh jenis kartu pemeriksaan, dimana setiap kartu memiliki struktur dan fungsi
masing – masing, dan setiap kartu luasnya terdiri dari 10 cm persegi. .12,14,15-22

III.2.1 Jenis Kartu Amsler Grid

a. Chart 1

Merupakan kartu yang paling sering digunakan. Terdiri dari jaring garis kotak-kotak berwarna
putih dengan latar belakang berwarna hitam. Sebelah luar jaring-jaring ini mengelilingi 400 kotak-
kotak kecil berukuran 5mm. Ketika dilihat pada jarak sekitar 1/3m, setiap kotak kecil
memproyeksikan sebuah sudut sebesar 1 derajat.

b. Chart 2

Sama dengan kartu pertama tetapi memiliki garis diagonal yang berguna untuk membantu fiksasi
pada pasien yang tidak dapat melihat titik fisasi sentral amsler grid, contohnya pada pasien yang
mempunyai skotoma letak sentral.

c. Chart 3

Kartu ketiga ini identik dengan kartu pertama, tetapi mempunyai garis yang berwarna merah.
Didesain dengan merah dengan latar belakang hitam bertujuan untuk menstimulasi panjang
gelombang yang panjang pada sel kerucut fovea. Digunakan untuk mendeteksi skotoma warna
dan desaturasi yang mungkin terjadi pada makulopati toksik, neuropati optik dan lesi di khiasma.
d. Chart 4

Hanya terdiri dari titik-titik yang acak dan digunakan terutama untuk membedakan skotoma dari
metamorfopsia, yang mana tidak ada bentuk yang berubah.
e. Chart 5

Terdiri dari garis-garis horisontal dan di desain untuk mendeteksi metamorfopsia sepanjang
meridian spesifik. Kartu ini dipergunakan secara khusus untuk mengevaluasi pasien dengan
kesulitan membaca.
f. Chart 6

Kartu ini sama dengan kartu kelima tetapi mempunyai latar belakang putih dan garis tengahnya
lebih berdekatan bertujuan untuk evaluasi yang lebih mendetail.
g. Chart 7
Kartu ini menampilkan kotak garis tengah yang lebih teliti, setiap kotak memproyeksikan sebuah
sudut adalah setengah derajat, oleh karena itu kartu ini lebih sensitif. 12

Gambar 7.a : Kartu Amsler Grid – Chart 1

Gambar 7.b : Kartu Amsler Grid


Diambil dari : Kanski Jack J. Clinical Ophthalmology, A Systematic Approach. 6th ed. Elsevier.
Edinburgh. 2007.

Tehnik pemeriksaan dan interpretasi amsler grid

1. Pasien memakai kacamata refraksi terbaik dan sesuai, lalu sebelah mata ditutup.

2. Pasien dipersilakan untuk melihat langsung ke titik sentral dengan mata yang tidak tertutup dan
disuruh untuk mengatakan jika ada distorsi, daerah yang kabur, bengkong, hilang, pada daerah
mana saja di kartu. Pasien dengan penyakit makula biasanya mengatakan bentuk garisnya
bergelombang, pasien dengan neuropati optik biasanya berkata bahwa ada beberapa garis yang
hilang atau memudar akan tetapi tidak berubah bentuk.

3. Pasien juga disuruh mengevaluasi apakah empat sisi dari kotak besar terlihat. Pada keadaan
hilangnya garis pada sisi atau sudut kotak besar (skotoma eksterior) mungkin mempunyai
berbagai penyebab seperti contohnya lapang pandang glaukomatosa atau retinitis pigmentosa. 12

Gambar 8 : Gambaran pada kelainan yang terjadi pada makula yaitu skotoma dan metamorfopsia.
Diambil dari : Diambil dari : Kanski Jack J. Clinical Ophthalmology, A Systematic Approach. 6 th ed.
Elsevier. Edinburgh. 2007.
B. Pemeriksaan Struktur Eksternal dan Internal Mata
Pemeriksaan struktur internal dan eksternal mata meliputi:
 Kelopak mata dan bola mata
 Konjungtiva
 Sklera
 Kornea
 Pupil
 Iris
 Kamera Okuli Anterior
 Aparatus lakrimalis

1. Pemeriksaan Kelopak Mata dan Bola Mata


Pada pemeriksaan ini harus memperhatikan posisi dan hubungan antara bola mata dengan kelopak mata.
 Bola mata
Amati ukuran bola mata dan posisi bola mata (untuk mengetahui apakah ada exophtamos atau
enophthalmus). Di samping itu amati simetrisitasnya.
 Kelopak mata
Pada pemeriksaan inspeksi kelopak mata harus di amati ketebalannya (apakah ada edema), warnanya
(apakah ada kemerahan) dan adanya lesi. Disamping itu juga perlu di perhatikan lebar dari fisura palpebra,
posisiya jika dihubungkan dengan kornea dan pupil. Perhatikan juga tepi kelopak mata dan distribusi bulu-
bulu mata.

2. Pemeriksaan konjungtiva
Konjungtiva hendaknya diamati terhadap adanya tanda radang (melebarnya pembuluh darah), pigmentasi
tidak biasa, nodi, pembengkakan, atau perdarahan. Kedua konjungtiva harus diperiksa.
Konjuntiva tarsal dapat dilihat dengan membalikkan kelopak mata. Minta pasien untuk membuka matanya
dan melihat ke bawah. Pemeriksa menahan sejumlah bulu mata dari kelopak mata atas. Kelopak ini ditarik
lepas dari bola mata dan lempeng tarsal dengan cepat dibalikkan. Setelah inspeksi konjungtiva tarsalis,
mintalah pasien untuk melihat ke atas untuk mengembalikan kelopak mata pada posisi normal.
Konjungtiva normal seharusnya berwarna merah muda. Perhatikan pembuluh darah, normalnya hanya sedikit
pembuluh darah. Mintalah pasien untuk melihat ke atas dan tariklah kelopak mata ke bawah. Bandingkan
vaskularisasinya.

3. Pemeriksaan Sklera
Inpeksi sklera dan amati apakah ada nodul, hyperemia dan perubahan warna. Sklera normal seharusnya
berwarna putih. Pada individu berkulit gelap, sklera mungkin berwarna sedikit agak seperti lumpur.

4. Pemeriksaan Kornea
Amati kejernihan kornea. Kornea normal jernih dan tanpa kekeruhan atau kabut. Cincin keputih-putihan pada
perimeter kornea mungkin arkus senilis; yang pada pasien diatas usia 40 tahun merupakan fenomena penuaan
normal sedangkan pada pasien dibawah 40 tahun mungkin hiperkolesterolemia.
Cincin kuning-kehijauan yang abnormal dekat limbus di superior dan inferior adalah cincin Keyser-Fleischer.
Cincin ini sangat spesifik dan merupakan tanda yang sangat sensitif dari penyakit Wilson. Cincin Keyser-
Fleischer merupakan penimbunan tembaga pada kornea.

5. Pemeriksaan Pupil
Inspeksi ukuran pupil, reflek terhadap cahaya dan akomodasinya. Normalnya ukuran kedua pupil sama dan
bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi, tetapi ada beberapa individu normal yang ukuran pupilnya tidak
sama. Ukuran pupil yang tidak sama disebut anisokor yang mungkin mengindikasikan adanya penyakit
neurologis. Ukuran pupil normal 3-5 mm. Pembesaran pupil (midriasis) berhubungan dengan obat-obatan
simpatomimetik, glaukoma atau obat tetes yang menyebabkan dilatasi. Konstriksi pupil (miosis) terlihat
dengan obat-obat parasimpatomimetik, peradangan iris, dan terapi obat untuk glaukoma. Banyak pengobatan
yang dapat menyebabkan anisokoria, sehingga perlu dipastikan pasien menggunakan tetes mata atau dalam
pengobatan.

6. Pemeriksaan Iris
Iris diperiksa warnanya, apakah ada nodul dan vaskularitas. Normalnya pembuluh darah iris tidak dapat
terlihat dengan mata telanjang.

7. Pemeriksaan perkiraan kasar kedalaman Kamera Okuli Anterior


Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan sinar secara oblik menembus mata sehingga perkiraan kasar
kedalaman kamera okuli anterior dapat dibuat. Jika terlihat bayangan bentuk bulan sabit pada bagian iris yang
jauh, kamera okuli anterior mungkin dangkal. Pendangkalan kamera okuli anterior mungkin akibat
penyempitan ruangan antara iris dan kornea. Adanya kamera okuli anterior yang dangkal dapat
mengindikasikan kondisi yang disebut glaukoma sudut tertutup.

Gambar 5. Pemeriksaan Perkiraan Kedalaman Kamera Okuli Anterior

8. Pemeriksaan Aparatus Lakrimalis


Pada umumnya, hanya sedikit yang dapat terlihat pada apparatus lakrimalis, dengan perkecualian pungtum.
Jika ada epifora, mungkin ada obstruksi aliran keluar yang melalui pungtum. Jika terdapat kelembapan yang
berlebihan, periksalah apakah ada sumbatan duktus nasolakrimalis dengan menekan sakus lakrimalis secara
lembut. Jika ada sumbatan, dapat dikeluarkan materi-materi melalui pungtum.

C. Pemeriksaan Oftalmoskopis
Oftalmoskop
Oftalmoskop adalah alat dengan sistem cermin optik untuk melihat anatomi interna dari mata. Ada dua
cakram pada oftalmoskop: satu untuk mengatur lubang cahaya (dan filter), dan satu lagi untuk merubah lensa
untuk mengoreksi kesalahan refraktif baik dari pemeriksa maupun pasien.
Lubang-lubang dan Filter-filter yang paling penting adalah lubang kecil, lubang besar,dan filter bebas –merah.
Lubang kecil untuk pupil yang tidak berdilatasi, lubang besar untuk pupil yang berdilatasi;dan filter bebas
merah menyingkirkan sinar merah dan dirancang untuk melihat pembuluh darah serta perdarahan. Dengan
filter ini, retina tampak abu-abu, diskus berwarna putih, makula kuning, dan darah tampak berwarna hitam.
Gambar 5. Oftalmoskop

Gambar . Jenis cahaya pada oftalmoskop

Langkah-langkah Pemeriksaan
 Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan
 Persiapkan alat untuk pemeriksaan segmen posterior bola mata (direct ophthalmoscope). Ruangan dibuat
setengah gelap, penderita diminta melepas kacamata dan pupil dibuat midriasis dengan tetes mata
midriatil.
 Sesuaikanlah lensa oftalmoskop dengan ukuran kaca mata penderita.
 Mata kanan pemeriksa memeriksa mata kanan penderita, mata kiri pemeriksa memeriksa mata kiri
penderita.
 Jika pemeriksaan menggunakan kaca mata, maka kaca mata harus dilepas supaya dapat melihat retina
dengan lebih baik. Lampu oftalmoskop dinyalakan, lubang dipindahkan ke lubang kecil. Pemeriksa harus
memulai dengan diopter lensa diatur pada angka “0” jika ia tidak menggunakan kaca mata.
 Mintalah penderita untuk melihat satu titik di belakang pemeriksa.
 Arahkan ke pupil dari jarak 25-30 cm oftalmoskop untuk melihat refleks fundus dengan posisi/cara pegang
yang benar. Cahaya harus menyinari pupil. Pantulan sinar berwarna merah, reflex merah, dapat dilihat
pada pupil. Pemeriksaan harus memperhatikan setiap kekeruhan pada kornea atau lensa.
 Periksa secara seksama dengan perlahan maju mendekati penderita kurang lebih 5 cm.
 Sesuaikan fokus dengan mengatur ukuran lensa pada oftalmoskop.
 Jika sudah terjadi kontak dengan retina pasien, maka akan terlihat papil saraf optikus atau pembuluh
darah, dengan memutar roda diopter dengan jari telunjuk, pemeriksa akan bisa melihat struktur ini
dengan focus yang tajam. Amati secara sistematis struktur retina dimulai dari papil N. optik, arteri dan
vena retina sentral, area makula, dan retina perifer.
 Pemeriksaan dilakukan pada kedua mata
 Catatlah hasil yang didapat dalam status penderita

Gambar 14. Posisi pada pemeriksaan fundus.Mata kanan penderita dilihat dengan mata kanan pemeriksa,
arahkan sinar pada pupil.

Gambar 15. Arah pemeriksaan pada funduskopi direk.

Pada pemeriksaan funduskopi direk observasi di mulai dari papil. Bila belum menemukan papil,
maka kita mengikuti pembuluh darah kea rah nasal, karena papil terletak di nasal, sedangkan macula
terletak di bagian temporal. Dari papil mengikuti pembuluh darah untuk melihat area supero nasal,
inferonasal, inferotemporal, supero temporal dan yang terakhir adalah macula.
Inspeksi Diskus Optikus
Daerah yang sangat menyolok dari retina adalah diskus saraf optikus. Diskus tersebut harusnya bulat,dengan
batas yang tajam. Batas sisi nasal biasanya agak buram. Diskus berwarna agak merah muda pada orang berkulit
terang dan jingga kekuningan pada orang berkulit gelap. Cup adalah bagian diskus yang terletak
ditengah,warnanya lebih muda, dan dimasuki oleh retina. Rasio normal cup-to-disc bervariasi dari 0,1 sampai
0,5. Pemeriksa harus mengecek kesimetrisan rasio cup-to-disc pada kedua mata.

Inspeksi Pembuluh Darah Retina


Pembuluh darah diperiksa karena mereka tampak diatas retina. Ukuran arteri adalah dua pertiga sampai
empat perlima dari ukuran diameter vena dan mempunyai refleks cahaya yang mencolok. Refleks cahaya
adalah refleksi dari cahaya oftalmoskop pada dinding arteri dan normalnya sekitar superempat diameter
kolumna darah. Vena memberikan pulsasi spontan 85 % pasien. Pulsasi paling baik terlihat pada vena retina
yang memasuki nervus optikus, dimana pulsasi dapat dilihat pada ujungnya.
Karena pembuluh darah berjalan menjauhi papil, mereka tampak menyempit. Persilangan arteri dan vena
terjadi pada 2 diameter papil dari papil.
Dinding pembuluh darah normal tidak terlihat, dengan refleks cahayanya yang tipis. Pada hipertensi,
pembuluh darah dapat mempunyai daerah penyempitan atau spasme setempat atau umum, menyebabkan
refleks cahaya menjadi menyempit. Berjalan sesuai dengan waktu, dinding pembuluh darah menebal dan
sklerotik, dan terjadi pelebaran refleks cahaya menjadi lebih dari separuh diameter kolumma darah. Refleks
cahaya berkembang sebagai gambaran Jingga metalik,yang disebut kawat tembaga.Bila arteri seperti itu
menyilang sebuah vena,akan tampak sepertinya kolumna vena terputus akibat pelebaran,tetapi dinding dapat
terlihat.keadaan ini disebut sebagai takik arteriovenosa (AV).
Ikuti pembuluh darah ke empat arah : Superior Temporal, Superior Nasal, Inferior Nasal, dan Inferior Temporal.
Ingatkan untuk menggerakkan kepala dan oftalmoskop sebagai satu kesatuan.

Inspeksi Makula
Jika Oftalmoskop tetap setinggi papil dan digerakkan ke temporal sekitar 2 diameter papil,makula akan
terlihat. Makula tampak sebagai daerah avaskular dengan titik pusat refleksi,yaitu foveo. Jika pemeriksa
mengalami kesulitan dalam melihat macula, pasien dapat diperintahkan untuk melihat langsung kearah
cahaya; sehingga foveo dapat terlihat. Filter bebas –merah juga membantu untuk mengetahui lokasi macula.

Menggambarkan setiap Lesi Retina


Dalam Skrining Fundus, pemeriksa mungkin menemukan kelainan. Jika terlihat suatu lesi,warna dan bentuk
nya penting untuk menentukan penyebabnya. Apakah berwarna merah,hitam,abu-abu atau keputihan/ lesi
merah biasanya adalah pendarahan.hal ini paling baik ditentukan lokasinya dengan menggunakan filter hijau
dari oftalmoskop. Perdarahan berbentuk linear, atau seperti api, terjadi pada lapisan saraf dari
retina,sedangkan perdarahan berbentuk bundar terletak pada lapisan retina yang lebih dalam.
Lesi hitam yang berbentuk seperti spikula tulang, berhubungan dengan retinitis pigmentosa. Pada keadaan ini,
melanin cenderung untuk melapisi pembuluh darah retina. Lesi berbentuk ”donat” sering ditemukan pada
korio retinitis yang lama. Lesi berpigmen, meninggi, berbentuk cakram menandakan melanoma. Bercak yang
menyebar pada retina seringkali merupakan keadaan degenerative. Lesi abu-abu, rata, biasanya nevi jinak.
Lesi Putih dapat tampak sebagai daerah lunak, cotton-wool, atau dapat juga padat. Lesi putih sangat lazim dan
sering berkaitan dengan hipertensi atau diabetes. Perbedaan dari lesi-lesi putih di retina.

Beberapa contoh gambaran funduskopi

Funduskopi normal papiledema


Papil atropi papil glaukomatosa

Proliferatif diabetic retinopathy

Daftar Pustaka
Bate’s Guide to Physical Examination and History Taking
Charlie Goldberg, A Practical Guide to Clinical Medicine, http://meded.ucsd.edu/clinicalmed/neuro2.htm,
diakses tanggal 18 November 2009
Swartz, M.H., 1995, Buku Ajar Diagnostik Fisik, Ed 1 th, EGC, Jakarta
CHECKLIST KETERAMPILAN PEMERIKSAAN MATA DAN FUNDUSKOPI

NILAI
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
A. Persiapan
1 Menjelaskan tujuan dan pemeriksaan
2 Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan
B. Pemeriksaan Lapang Pandang (Uji Konfrontasi)
3. Memberikan instruksi dengan jelas dan sopan
4. Mengatur posisi duduk dengan benar dan jarak yang benar
5 Memberi instruksi kepada penderita untuk menutup mata yang tidak
diperiksa tanpa menekan bola mata, pemeriksa menutup mata yang
berhadapan dengan mata yang tidak diperiksa
6. Meletakkan obyek dengan posisi dan jarak yang sama diantara
pemeriksa dan penderita
7. Melakukan pemeriksaan pada kedua mata
8. Menginterpretasi dan mencatat hasil pemeriksaan
C. Pemeriksaan Struktur Eksternal dan Internal Mata
9. Mengatur posisi duduk dengan benar dan jarak yang benar
Melakukan inspeksi ukuran bola mata dan posisi bola mata dan
10.
simetrisitasnya
Memperhatikan posisi dan hubungan antara bola mata dengan kelopak
11.
mata
Melakukan inspeksi pada kedua kelopak mata (amati ketebalannya,
12. warnanya, adanya lesi, lebar dari fisura palpebra, tepi kelopak mata dan
distribusi bulu-bulu mata)
Melakukan inspeksi pada kedua konjungtiva (tanda radang, pigmentasi
13
tidak biasa, nodi, pembengkakan, atau perdarahan)
14 Melakukan inspeksi pada kedua konjungtiva tarsal
Melakukan inspeksi pada kedua sclera dan amati apakah ada nodul,
15
hiperemia dan perubahan warna
16. Melakukan inspeksi pada kedua kornea (amati kejernihannya)
Melakukan inspeksi pada kedua pupil (ukuran pupil, reflek terhadap
17.
cahaya dan akomodasinya)
Melakukan inspeksi pada kedua iris (warnanya, adanya nodul dan
18.
vaskularitas)
Melakukan pemeriksaan perkiraan kasar kedalaman Kamera Okuli
19.
Anterior secara baik dan benar
Melakukan pemeriksaan terhadap aparatus lakrimalis secara baik dan
20.
benar
21. Menginterpretasi dan mencatat hasil pemeriksaan
D. Pemeriksaan dengan Menggunakan Opthalmoskop
22 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
23 Memberikan tetes mata untuk melebarkan pupil pasien
24 Mengatur posisi duduk yang benar
25 Mengatur dan memegang oftalmoskop dengan benar
26 Mengatur lensa oftalmoskop
Mata kanan pemeriksa memeriksa mata kanan penderita, mata kiri
27
pemeriksa memeriksa mata kiri penderita
28 Mintalah penderita untuk melihat satu titik di belakang pemeriksa
Arahkan ke pupil dari jarak 25-30 cm oftalmoskop untuk melihat refleks
29
fundus dengan posisi/cara pegang yang benar
Periksa secara seksama dengan perlahan maju mendekati penderita
30
kurang lebih 5 cm
Amati secara sistematis struktur retina dimulai dari papil N. optik,
31
arteri dan vena retina sentral, area makula, dan retina perifer
32 Menginterpretasi dan mencatat hasil pemeriksaan

Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan
2 = Dilakukan dengan benar

Anda mungkin juga menyukai